Oleh:
Decequen Putri Setiadi
Kelas
PEMERINTAH PROVINSI
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI
1945
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Azza wa Jalla, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Sistem Kewarganegaraan di Indonesia ini tepat pada waktunya.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan,
terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun,
berkat bimbingan dan bantuan dari pihak lain, akhirnya makalah Sistem
Kewarganegaraan di Indonesia ini dapat terselesaikan. Karena itu, sudah
sepantasnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada kami setiap saat.
Dengan segala keterbatasan kami yakni bahwa makalah ini masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun akan
kami terima dengan senang hati. Pada Akhirnya kami berharap mudah-mudahan
makalah ini bisa diterima dan bermanfaat bagi para pembaca.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Warganegara....................................................................... 3
B. Pengertian Kewarganegaraan................................................................ 5
C. Penentuan Kewarganegaraan................................................................ 5
D. Cara Memperoleh dan Kehilangan Kewarganegaraan......................... 6
E. Warganegara Kewarganegaraan di Indonesia....................................... 7
F. Hak dan Kewajiban Warganegara Indonesia........................................ 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 13
B. Saran..................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam zaman keterbukaan seperti sekarang ini, kita menyaksikan
banyak sekali penduduk suatu negara yang bepergian keluar negeri, baik
karena direncanakan dengan sengaja ataupun tidak, dapat saja melahirkan
anak-anak di luar negeri. Bahkan dapat pula terjadi, karena alasan pelayanan
medis yang lebih baik, orang sengaja melahirkan anak di rumah sakit di luar
negeri yang dapat lebih menjamin kesehatan dalam proses persalinan. Dalam
hal, negara tempat asal seseorang dengan negara tempat ia melahirkan atau
dilahirkan menganut sistem kewarganegaraan yang sama, tentu tidak akan
menimbulkan persoalan. Akan tetapi, apabila kedua negara yang bersangkutan
memiliki sistem yang berbeda, maka dapat terjadi keadaan yang menyebabkan
seseorang menyandang status dwi-kewarganegaraan (double citizenship) atau
sebaliknya malah menjadi tidak berkewarganegaraan sama sekali (stateless).
Berbeda dengan prinsip kelahiran itu, di beberapa negara, dianut prinsip
‘ius sanguinis’ yang mendasarkan diri pada faktor pertalian seseorang dengan
status orang tua yang berhubungan darah dengannya. Apabila orang tuanya
berkewarganegaraan suatu negara, maka otomatis kewarganegaraan anak-
anaknya dianggap sama dengan kewarganegaraan orang tuanya itu. Akan
tetapi, sekali lagi, dalam dinamika pergaulan antar bangsa yang makin terbuka
dewasa ini, kita tidak dapat lagi membatasi pergaulan antar penduduk yang
berbeda status kewarganegaraannya. Sering terjadi perkawinan campuran
yang melibatkan status kewarganegaraan yang berbeda-beda antara pasangan
suami dan istri. Terlepas dari perbedaan sistem kewarganegaraan yang dianut
oleh masing-masing negara asal pasangan suami-istri itu, hubungan hukum
antara suami-istri yang melangsungkan perkawinan campuran seperti itu
selalu menimbulkan persoalan berkenaan dengan status kewarganegaraan dari
putra-putri mereka.
Salah satu persyaratan diterimanya status sebuah negara adalah adanya
unsur warganegara yang diatur menurut ketentuan hukum tertentu, sehingga
1
2
warganegara yang bersangkutan dapat dibedakan dari warga dari negara lain.
Pengaturan mengenai kewarganegaraan ini biasanya ditentukan berdasarkan
salah satu dari dua prinsip, yaitu prinsip ‘ius soli’ atau prinsip ‘ius sanguinis’.
Yang dimaksud dengan ‘ius soli’ adalah prinsip yang mendasarkan diri pada
pengertian hukum mengenai tanah kelahiran, sedangkan ‘ius sanguinis’
mendasarkan diri pada prinsip hubungan darah.
Berdasarkan prinsip ‘ius soli’, seseorang yang dilahirkan di dalam
wilayah hukum suatu negara, secara hukum dianggap memiliki status
kewarganegaraan dari negara tempat kelahirannya itu. Negara Amerika
Serikat dan kebanyakan negara di Eropa termasuk menganut prinsip
kewarganegaraan berdasarkan kelahiran ini, sehingga siapa saja yang
dilahirkan di negara-negara tersebut, secara otomatis diakui sebagai
warganegara. Oleh karena itu, sering terjadi warganegara Indonesia yang
sedang bermukim di negara-negara di luar negeri, misalnya karena sedang
mengikuti pendidikan dan sebagainya, melahirkan anak, maka status anaknya
diakui oleh Pemerintah Amerika Serikat sebagai warganegara Amerika
Serikat. Padahal kedua orang tuanya berkewarganegaraan Indonesia.
Berdasarkan latar belakang di atas, kiranya perlu membahas masalah
sistem kewarganegaraan di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah pengertian warganegara?
2. Apakah pengertian kewarganegaraan?
3. Bagaimana penentuan kewarganegaraan?
4. Bagaimana cara memperoleh dan kehilangan kewarganegaraan?
5. Siapakah warganegara dan kewarganegaraan di Indonesia?
6. Apakah hak dan kewajiban warganegara Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Warganegara
Orang-orang sebagai bagian dari suatu penduduk yang menjadi unsur
negara dahulu biasa disebut hamba atau kawula negara. Namun sekarang ini
lazim disebut warganegara, karena sesuai dengan kedudukannya sebagai orang
yang merdeka. Ia tidak lagi sebagai hamba raja, melainkan anggota atau warga
dari suatu negara. Jadi warga secara sederhana dapat di artikan sebagai
anggota dari suatu negara. Dalam keseharian (bahasa awam) pengertian
warganegara sering disamakan dengan rakyat atau penduduk. Padahal tidaklah
demikian. Terkait dengan hal ini maka perlu dijelaskan pengertian masing-
masing dan perbedaannya.
Orang yang berada di suatu wilayah negara dapat dibedakan menjadi dua
yaitu penduduk dan bukan penduduk. Penduduk adalah orang-orang yang
bertempat tinggal di suatu wilayah negara dalam kurun waktu tertentu.
Sedangkan yang bukan penduduk adalah orang-orang yang hanya tinggal
sementara waktu saja di wilayah suatu negara.
Selanjutnya penduduk dalam suatu negara dapat dipilah lagi menjadi dua
yaitu warganegara dan orang asing. Austin Raney menyatakan bahwa setiap
negara memiliki sejumlah orang tertentu yang dianggap sebagai
warganegaranya dan yang lainnya adalah sebagai orang asing.
Warganegara adalah orang-orang yang menurut hukum atau secara resmi
merupakan anggota dari suatu negara tertentu. Mereka memberikan
kesetiaannya pada negara itu, menerima perlindungan darinya, serta
menikmati hak untuk ikut serta dalam proses politik. Mereka mempunyai
hubungan secara hukum yang tidak terputus dengan negaranya meskipun yang
bersangkutan telah berdomisili di luar negeri, asalkan ia tidak memutuskan
kewarganegaraannya.
Sedangkan orang asing adalah orang-orang yang untuk sementara atau
tetap bertempat tinggal di negara tertentu, tetapi tidak berkedudukan sebagai
warganegara. Mereka adalah warganegara dari negara lain yang dengan izin
3
4
B. Pengertian Kewarganegaraan
Pengertian kewarganegaraan dapat dibedakan dalam dua arti yaitu
kewarganegaraan dalam arti formal dan kewarganegaraan dalam arti material.
Kewarganegaraan dalam arti formal menunjuk pada hal ihwal masalah
kewarganegaraan yang umumnya berada pada ranah hukum publik.
Kewarganegaraan dalam arti formal membicarakan hal ihwal masalah
kewarganegaraan seperti siapakah warganegara, bagaimana cara memperoleh
kewarganegaraan, pewarganegaraan, bagaimana kehilangan kewarganegaraan,
dan seterusnya.
Sedangkan kewarganegaraan dalam arti material adalah akibat hukum
dari pengertian kewarganegaraan itu sendiri. Kewarganegaraan dalam arti
material menunjuk pada akibat hukum dari status kewarganegaraan yaitu
adanya hak dan kewajiban warganegara. Kewarganegaraan dalam arti material
ini merupakan isi dari kewarganegaraan itu sendiri yaitu masalah hak dan
kewajiban warganegara.
Kewarganegaraan seseorang mengakibatkan orang tersebut memiliki
pertalian hukum serta tunduk pada hukum negara yang bersangkutan.
Kewarganegaraan menghasilkan akibat hukum yaitu adanya hak dan
kewajiban warganegara maupun negara. Di samping itu akibat hukum yang
lain adalah bahwa orang yang sudah memiliki kewarganegaraan tidak jatuh
pada kekuasaan atau kewenangan negara lain. Negara lain juga tidak berhak
memperlakukan kaidah-kaidah hukum pada orang yang bukan
warganegaranya.
C. Penentuan Kewarganegaraan
Dalam menentukan kewarganegaraan seseorang dikenal dengan adanya
asas kewarganegaraan yaitu asas ius soli dan asas ius sanguinis. Asas ius
adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang menurut daerah
atau negara tempat di mana orang tersebut dilahirkan. Asas ius soli disebut
juga asas daerah kelahiran. Sedang asas ius sanguinis ialah asas yang
menentukan kewarganegaraan seseorang menurut pertalian daerah atau
6
keturunan dari orang yang bersangkutan. Asas ius solidan asas ius sanguinis
dianggap sebagai asas yang utama dalam menentukan status hukum
kewarganegaraan. Pada sekarang ini umumnya negara menganut kedua asas
tersebut secara simultan.
Negara-negara imigran yaitu negara yang sebagian besar warganya
merupakan kaum pendatang atau cenderung didatangi orang asing, maka
kecenderungannya menggunakan asas ius soli sebagai asas
kewarganegaraannya. Adapun dasar pertimbangannya adalah negara
menghendaki warga baru segera melebur diri sebagai warganegara di negara
tersebut. Contoh: Amerika Serikat menerapkan asas ius soli , yaitu
menentukan kewarganegaraan berdasarkan faktor tanah kelahiran.
Sebaliknya negara-negara emigran yaitu negara yang warganya
cenderung keluar dari negara, maka kecenderungannya lebih menggunakan
asas ius sanguinis. Penentuan asas kewarganegaraan yang berbeda-beda oleh
setiap warganegara dapat menimbulkan masalah kewarganegaraan bagi
seorang warga. Masalah kewarganegaraan tersebut adalah timbulnya apatride
dan bipatride.
Apatride berasal dari kata ‘a’ yang artinya tidak dan patride yang artinya
kewarganegaraan. Jadi patride adalah orang-orang yang tidak memiliki
kenegaraan. Apatride ini bisa dialami oleh orang yang dilahirkan dari orang
tua yang negaranya menganut asas ius soli dinegara atau dalam wilayah
negara yang menganut asas ius sanguinis. Kemudian Bipatride berasal dari
kata bi yang artinya dua dan patride yang berarti kewarganegaraan. Jadi
bipatride adalah orang-orang yang memiliki kewarganegaraan rangkap
(ganda). Bipatride ini bisa dialami pada orang yang dilahirkan dari orang tua
yang negaranya menganut asas ius sanguinis di dalam wilayah negara yang
menganut asas ius soli. Oleh negara asal orang tuanya orang itu dianggap
sebagai warganegara karena ia adalah keturunan dari warganegaranya.
A. Kesimpulan
Warganegara adalah orang-orang yang menurut hukum atau secara resmi
merupakan anggota dari suatu negara tertentu. Mereka memberikan
kesetiaannya pada negara itu, menerima perlindungan darinya, serta
menikmati hak untuk ikut serta dalam proses politik. Mereka mempunyai
hubungan secara hukum yang tidak terputus dengan negaranya meskipun yang
bersangkutan telah berdomisili di luar negeri, asalkan ia tidak memutuskan
kewarganegaraannya.
Kewarganegaraan seseorang mengakibatkan orang tersebut memiliki
pertalian hukum serta tunduk pada hukum negara yang bersangkutan.
Kewarganegaraan menghasilkan akibat hukum yaitu adanya hak dan
kewajiban warganegara maupun negara. Di samping itu akibat hukum yang
lain adalah bahwa orang yang sudah memiliki kewarganegaraan tidak jatuh
pada kekuasaan atau kewenangan negara lain. Negara lain juga tidak berhak
memperlakukan kaidah-kaidah hukum pada orang yang bukan
warganegaranya.
B. Saran
Mengingat pentingnya pengetahuan tentang kewarganegaraan, maka
hendaknya setiap warganegara senantiasa meningkatkan pengetahuannya
berkenaan dengan sistem kewarganegaraan.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://asepmahfudz1.blogspot.com
http://www.theceli.com/modules.php?name=Downloads&d_op=MostPopular