Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

CARA MEMPEROLEH KEWARGANEGARAAN INDONESIA

Untuk Memenuhi Tugas Pancasila


Dosen Pengampu Abd.Aziz,S.H.,S.Pd.I.,M.Pd

Disusun Oleh : Aprian Stefanus

PRODI MANAJEMEN INFORMASI KESEHATAN POLTEKES WIRA


HUSADA NUSANTARA
MALANG
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan Makalah dengan judul “Memperoleh
kewarganegaraan”. Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami
hadapi, baik itu yang datang dari kami maupun itu yang datang dari luar. Namun kami
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah berkat bantuan kecerdasan serta
nikmat sehat dari Allah sehingga kendala-kendala yang kami hadapi dapat teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat meperluas ilmu tentang memperoleh
kewarganegaraan yang kami dapatkan dari berbagai sumber informasi internet. Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran
kepada pembaca. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi
baiknya penulisan dimasa yang akan datang.

Malang, 03 desember 2021


Daftar Isi

Kata Pengantar ........................................................................................................................................ 2


Daftar Isi ................................................................................................................................................. 3
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
BAB II..................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 5
A. Pengertian Warganegara dan Kewarganegaraan ......................................................................... 5
B. Asas Kewarganegaraan ............................................................................................................... 6
C. Cara memperoleh kewarganegaraan ........................................................................................... 7
D. Masalah Kewarganegaraan ......................................................................................................... 9
BAB III ................................................................................................................................................. 11
PENUTUP ............................................................................................................................................ 11
A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 11
B. Saran ......................................................................................................................................... 11
DAFTAR KEPUSTAKAAN ................................................................................................................ 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai Warga Negara dan masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama, yang pokok adalah bahwa setiap orang haruslah
terjamin haknya dan mendapatkan status kewarganegaraan, sehingga terhindar dari
kemungkinan menjadi „statless‟ atau tidak berkewarganegaraan. Tetapi pada saat yang
bersamaan, setiap negara tidak boleh membiarkan seseorang memiliki dua status
kewarganegaraan sekaligus. Itulah sebabnya diperlukan perjanjian kewarganegaraan antara
negara-negara modern untuk menghindari status dwi-kewarganegaraan tersebut oleh karena
itu disamping pengaturan kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan melalui proses
pewarganegaraan (naturalisasi) tersebut, juga diperlukan mekanisme lain yang lebih
sederhana, yaitu melalui regristrasi biasa.
Indonesia sebagai negara yang pada dasarnya menganut prinsip „ ius
sanguinis‟,mengatur kemungkinan warganya untuk mendapatkan status kewarganegaraan
melalui prinsip kelahiran.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian warga Negara dan kewarganegaraan ?
2. Apa sajakah asas-asas kewarganegaraan ?
3. Bagaimana cara memperoleh kewarganegaraan ?
4. Apa saja masalah kewarganegaraan?
C. Tujuan Makalah
1. Agar dapat mengetahui pengertian warga Negara dan kewarganegaraan.
2. Agar dapat mengetahui asas-asas kewarganegaraan.
3. Agar dapat mengetahui bagaimana cara memperoleh kewarganegaraan.
4. Agar dapat mengetahui masalah kewarganegaraan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Warganegara dan Kewarganegaraan


Warganegara adalah orang-orang yang menurut hukum atau secara resmi merupakan
anggota resmi dari suatu Negara tertentu, atau dengan kata lain warganegara adalah warga
suatu Negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Sedangkan Istilah
kewaraganegaraan memiliki arti keanggotaan yang menunjukan hubungan atau ikatan antara
Negara dan kewarganegaraan.[1] Kewarganegaraan diartikan segala jenis hubungan dengan
suatu Negara yang mengakibatkan adanya kewajiban Negara itu untuk melindungi orang
yang bersangkutan. Adapun menurut undang-undang Kewarganegaraan Republik Indonesia.
Kewarganegaraan adalah segala ikhwal yang berhubungan dengan Negara. Seorang Warga
Negara Indonesia (WNI) adalah orang yang diakui oleh UU sebagai warga negara Republik
Indonesia. Kepada orang ini akan diberikan Kartu Tanda Penduduk, berdasarkan Kabupaten
atau (khusus DKI Jakarta) Provinsi, tempat ia terdaftar sebagai penduduk/warga. Kepada
orang ini akan diberikan nomor identitas yang unik (Nomor Induk Kependudukan, NIK)
apabila ia telah berusia 17 tahun dan mencatatkan diri di kantor pemerintahan. Paspor
diberikan oleh negara kepada warga negaranya sebagai bukti identitas yang bersangkutan
dalam tata hukum internasional.
Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam UU no. 12 tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia. Menurut UU ini, orang yang menjadi Warga Negara
Indonesia (WNI) yaitu:
1. setiap orang yang sebelum berlakunya UU tersebut telah menjadi WNI,
2. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI,
3. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu warga negara
asing (WNA), atau sebaliknya,
4. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan ayah yang tidak
memiliki kewarganegaraan atau hukum negara asal sang ayah tidak memberikan
kewarganegaraan kepada anak tersebut,
5. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia dari
perkawinan yang sah, dan ayahnya itu seorang WNI,
6. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI,
7. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui oleh seorang
ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18
tahun atau belum kawin
8. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas
status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
9. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia selama ayah
dan ibunya tidak diketahui
10. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak
memiliki kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya
11. anak yang dilahirkan di luar wilayah Republik Indonesia dari ayah dan ibu WNI, yang
karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan
kepada anak yang bersangkutan
12. anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya,
kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau
menyatakan janji setia.
Pengertian kewarganegaraan dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
a. Kewarganegaraan dalam arti yuridis dan sosiologis
1. Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum antara orang-
orang dengan Negara.
2. Kewarganegaraan dalam arti sosiologis, tidak ditandai dengan ikatan hukum, tetapi
ikatan emosional, seperti ikatan perasaan, ikatan keturunan, ikatan nasib, ikatan sejarah, dan
ikatan tanah air.
b. Kewarganegaraan dalam arti formil dan materil
1. Kewarganegaraan dalam arti formil menunjukan pada tempat kewarganegaraan. Dalam
arti sistematika hukum, masalah kewarganegaraan berada pada hukum publik.
2. Kewarganegaraan dalam arti materil menunjukan pada akibat hukum dari status
kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban warga Negara.
B. Asas Kewarganegaraan
Asas kewarganegaraan adalah dasar berpikir dalam menentukan masuk tidaknya seseorang
dalam golongan warga negara dari suatu negara tertentu. Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik Indonesia melalui kelahiran,
pewarganegaraan, pengangkatan anak, pemberian oleh negara terhadap seseorang yang
berjasa, atau karena alasan kepentingan negara. Setiap negara mempunyai kebebasan
menentukan pihak yang menjadi warga negaranya melalui penentuan asas kewarganegaraan
yang hendak diterapkan. Dilihat dari segi kelahiran, terdapat dua asas kewarganegaraan untuk
menentukan status kewarganegaraan seseorang.[2]
a. Asas Ius Soli (Law of The Soli) Asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang
berdasarkan Negara tempat kelahiran. , ius soli adalah penentuan status kewarganegaraan
berdasarkan tempat atau daerah kelahiran seseorang. Jadi, seseorang dapat menjadi warga
negara dimana dia dilahirkan. Contoh negara yang menganut asas kewarganegaran ini, yaitu
negara Amerika Serikat, Brazil, Argentina, Bolivia, Kamboja, Kanada, Chili, Kolombia,
Kosta Rika, Dominika, Ekuador, El Savador, Grenada, Guatemala, Guyana, Honduras,
Jamaika, Lesotho, Meksiko, Pakistan, Panama, Paraguay, Peru, Uruguay, Venuzuela, dan
lain-lain.
b. Asas Ius Sanguinis (Law of The Blood) Penentuan Kewarganegaraan berdasarkan
keturunan/kewarganegaraan orang tuanya. ius sanguinis adalah asas kewarganegaraan
yang berdasarkan darah atau keturunan. Asas ini menetapkan seseorang mendapat warga
negara jika orang tuanya adalah warga negara suatu negara. Misalkan seseorang yang
lahir di Indonesia, namun orang tuanya memiliki kewarganegaraan dari negara lain, maka
ia mendapat kewarganegaraan dari orang tuanya. Contoh negara yang menggunakan asas
ini adalah negara China, Bulgaria, Belgia, Replublik Ceko, Kroasia, Estonia, Finlandia,
Jepang, Jerman, Yunani, Hongaria, Islandia, India, Irlandia, Israel, Italia, Libanon,
Filipina, Polandia, Portugal, Rumania, Rusia, Rwanda, Serbia, Slovakia, Korea Selatan,
Spanyol, Swedia, Turki, dan Ukraina
C. Cara memperoleh kewarganegaraan
Dalam penentuan keawarganegaraan seseorang ada beberapa cara yang dilakukan. Cara
tersebut didasarkan pada beberapa unsur, yaitu
1. Unsur Darah Keturunan (ius sanguinis)
Dalam unsur ini cara memperoleh suatu kewarganegaraan didasarkan pada
keawarganegaraan orang tuanya. Maksudnya, kewarganegaraan orang tuanya menentukan
kewarganegaraan anaknya. Misalkan jika seseorang dilahirkan dari orang tua yang
berkewarganegaraan Indonesia, maka ia dengan sendirinya telah berkewarganegaraan
Indonesia.
Prinsip ini merupakan prinsip asli yang telah berlaku sejak dahulu, hal tersebut
terbukti dalam sistem kesukuan, dimana seorang anak yang lahir dalam suatu suku dengan
sendirinya ia langsung menjadi anggota suku tersebut. Sekarang prinsip tersebut diterapkan
pada beberapa negara di dunia, yaitu negara Inggris, Amerika Serikat, Perancis, Jepang, dan
juga negara yang kita cintai, Indonesia.
Jadi, pada cara penentuan kewarganegaraan ini didasarkan pada salah satu asas
kewarganegaraan, yaitu asas keturunan (ius sanguinis), yang dimana seseorang dengan
sendirinya atau secara langsung tanpa melalui beberapa tahap yang rumit dapat memiliki
kewarganegaraan seperti yang dimiliki oleh kedua orang tuanya.
2. Unsur Daerah Tempat Kelahiran (ius soli)
Pada unsur ini, kewarganegaraan seseorang dapat ditentukan berdasarkan daerah
tempat ia dilahirkan. Misalkan ada seseorang dilahirkan di dalam daerah atau wilayah hukum
negara Indonesia, maka dengan sendirinyapun ia memiliki kewarganegaraan Indonesia.
Terkecuali anggota-anggota korps diplomatik dan anggota tentara asing yang masih dalam
ikatan dinas. Di samping dan bersama-sama dengan prinsip ius sanguinis, prinsip ius soli ini
juga berlaku di negara Amerika Serikat, Inggris, Perancis, dan juga Indonesia.
3. Pewarganegaraan (Naturalisasi)
Seseorang yang tidak memenuhi syarat kewarganegaraan ius soli dan ius
sanguinis tetap bisa mendapatkan atau memperoleh kewarganegaraan, yaitu dengan
pewarganegaraan atau naturalisasi. Syarat-syarat dan prosedur unsur ini di berbagai negara
itu berbeda. Perbedaan tersebut dikarenakan kondisi dan situasi setiap negara itu berbeda, jadi
persyaratannya itu menyesuaikan dengan kondisi dan situasi negaranya. Jawaban atas
tuntutan situasional ini adalah dengan berlakunya Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006
tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Adanya Undang-undang ini maka Undang-
undang Nomor 62/1958 dan menjadi tidak berlaku lagi karena bersifat diskriminatif
menghantui warga keturunan Tionghoa, Arab, India, Belanda dan sebagainya.
Undang-undang ini disebut cukup membawa perubahan yang revolusioner karena
mampu menghapus dikotomi asli dan tidak asli, serta mampu menerapkan azas ius soli yang
dikombinasikan dengan ius sanguinis. Pasal 1 UU No. 12 tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan RI (UU Kewarganegaraan), menegaskan bahwa “Warga Negara Indonesia
adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan
undang-undang sebagai warga negera Indonesia”.
Hal yang perlu diingat “Warga Negara suatu Negara tidak selalu menjadi penduduk Negara
itu”. Misalnya, warga Negara Indonesia yang bertempat tinggal di luar negeri. Penduduk
suatu Negara tidak selalu merupakan warga negara dimana ia tinggal, misalnya, orang asing
yang bertempat tinggal di Indonesia. Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam UU
No. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Menurut UU ini, orang
yang menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) adalah: [3]
1. setiap orang yang sebelum berlakunya UU tersebut telah menjadi WNI
2. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI
3. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu warga negara
asing (WNA), atau sebaliknya
4. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan ayah yang tidak
memiliki kewarganegaraan atau hukum negara asal sang ayah tidak memberikan
kewarganegaraan kepada anak tersebut.
5. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia dari
perkawinan yang sah, dan ayahnya itu seorang WNI
6. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI
7. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui oleh seorang
ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18
tahun atau belum kawin
8. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas
status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
9. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia selama ayah
dan ibunya tidak diketahui
10. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak
memiliki kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya
11. anak yang dilahirkan di luar wilayah Republik Indonesia dari ayah dan ibu WNI, yang
karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan
kepada anak yang bersangkutan
12. anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya,
kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau
menyatakan janji setia.

Selain itu, diakui pula sebagai WNI bagi:


1. anak WNI yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18 tahun dan belum kawin,
diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing
2. anak WNI yang belum berusia lima tahun, yang diangkat secara sah sebagai anak oleh WNA
berdasarkan penetapan pengadilan
3. anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan bertempat tinggal di
wilayah RI, yang ayah atau ibunya memperoleh kewarganegaraan Indonesia
4. anak WNA yang belum berusia lima tahun yang diangkat anak secara sah menurut penetapan
pengadilan sebagai anak oleh WNI.

Kewarganegaraan Indonesia juga diperoleh bagi seseorang yang termasuk dalam


situasi sebagai berikut:
1. Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan bertempat tinggal di
wilayah Republik Indonesia, yang ayah atau ibunya memperoleh kewarganegaraan Indonesia
2. Anak warga negara asing yang belum berusia lima tahun yang diangkat anak secara sah
menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh warga negara Indonesia

Di samping perolehan status kewarganegaraan seperti tersebut di atas, dimungkinkan


pula perolehan kewarganegaraan Republik Indonesia melalui proses pewarganegaraan.
Warga negara asing yang kawin secara sah dengan warga negara Indonesia dan telah tinggal
di wilayah negara Republik Indonesia sedikitnya lima tahun berturut-turut atau sepuluh tahun
tidak berturut-turut dapat menyampaikan pernyataan menjadi warga negara di hadapan
pejabat yang berwenang, asalkan tidak mengakibatkan kewarganegaraan ganda.
Sistem Kewarganegaraan berdasarkan Naturalisasi Adalah suatu perbuatan hukum
yang dapat menyebabkan seseorang memperoleh status kewarganegaraan,[4] Misal:
seseorang memperoleh status kewarganegaraan akibat dari pernikahan, mengajukan
permohonan, memilih/menolak status kewarganegaraan.
a. Naturalisasi Biasa Yaitu suatu naturalisasi yang dilakukan oleh orang asing melalui
permohonan dan prosedur yang telah ditentukan.
b. Naturalisasi Istimewa atau khusus Yaitu kewarganegaraan yang diberikan oleh
pemerintah (presiden) dengan persetujuan DPR dengan alasan kepentingan negara atau yang
bersangkutan telah berjasa terhadap negara.
D. Masalah Kewarganegaraan
Membahas tentang kewarganegaraan seseorang dalam sebuah negara, maka tidak
lepas dari suatu permasalahan yang berkenaan dengan seseorang yang dinyatakan sebagai
warga negara atau bukan warga negara dalam sebuah negara. Permasalahan tersebut
diakibatkan karena setiap negara menganut asas kewarganegaraan yang berbeda-beda, contoh
di negara Jepang yang hanya menerapkan asas kewarganegaraan bedasarkan tempat kelahiran
(ius soli), negara kita Indonesia menganut kedua asas kewarganegaraan, yaitu ius soli dan ius
sanguinis. Berdasarkan hal di atas ada tiga permasalahan kewarganegaraan, yaitu apatride,
bipatride, dan multipatride[5]
Apatride merupakan istilah bagi seseorang yang tidak memiliki status
kewaganegaraan. Hal ini disebabkan ada seseorang yang orang tuanya menganut asas yang
berdasarkan tempat kelahiran (ius soli), namun ia lahir di negara yang menganut asas yang
berdasarkan darah keturunan (ius sanguinis). Misalkan, ada seseorang yang orang tuanya
adalah warga negara Brazil yang menganut asas kewarganegaraan ius soli, namun ia
dilahirkan di negara Jepang yang menganut asas kewarganegaraan yang berdasarkan
keturunan (ius sanguinis), maka kedua negara, baik negara asalnya, maupun negara ia
dilahirkan menolaknya untuk menjadi warga negara.
Bipatride adalah istilah untuk seseorang yang memiliki kewargaegaraan ganda
(rangkap), atau memiliki dua kewarganegaraan. Hal ini dapat terjadi jika ada seseorang yang
orang tuanya menganut asas kewarganegaraan yang berdasarkan keturunan (ius sanguinis),
sedangkan ia sendiri lahir di negara yang menganut asas kewarganegaraan yang berdasarkan
tempat kelahiran (ius soli). Contoh, ada seseorang yang kedua orang tuanya tinggal di negara
Jepang yang menganut asas kewarganegaraan ius sanguinis. Waktu itu ia belum lahir, dan
kedua orang tuanya pergi ke negara Brazil yang menganut asas kewarganegaraan ius
soli, dan ia pun dilahirkan di negara Brazil, maka ia mendapatkan kewarganegaraan dari
kedua negara tersebut.
Multipatride merupakan suatu istilah untuk seseorang yang memiliki lebih dari dua
kewarganegaraan. Hal tersebut dapat terjadi karena seseorang yang tinggal di daerah
perbatasan antara dua negara atau juga karena seseorang yang kedua orang tuanya memiliki
kewarganegaraan yang berbeda. Misalkan, seseorang yang ayahnya berkewarganegaraan
China yang menganut asas ius sanguinis dan ibunya berkewarganegaraan India yang juga
menganut asas ius sanguinis, namun ia di lahirkan di Kamboja yang menganut asas ius soli.
Jadi, ia mendapatkan kewarganegaraan dari negara ayahnya, dari negara ibunya, dan negara
ia dilahirkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa wargaNegara
dianggap sebagai sebuah komunitas yang membentuk negara berdasarkan perundang-
undangan atau perjanjian-perjanjian dan dan mempunyai hak dan kewajiban yang bersifat
timbal balik terhadap negaranya. Kewarganegaraan ialah keanggotaan suatu bangsa tertentu
yakni sejumlah manusia yang terikat dengan yang lainnya karena kesatuan bahasa kehidupan
social-budaya serta kesadaran nasionalnya.
Asas kewarganegaraan berdasarkan kelahiran :ius soli (asas kelahiran), Ius
sanguinis (asas keturunan) kemudian di dalam Masalah kewarganegaraan yaitu apatride,
bipatride, dan multipatride. Adapun Cara untuk memperoleh kewarganegaraan yaitu unsur
darah keturunan (ius sanguinis), unsur daerah tempat kelahiran (ius soli), unsur
pewarganegaraan (naturalisasi).
B. Saran
Kita sebagai warga negara yang baik seharusnya kita melakukan hak dan kewajiban
secara seimbang, setiap orang haruslah terjamin haknya dan mendapatkan status
kewarganegaraan, sehingga terhindar dari kemungkinan menjadi „statless‟ atau tidak
berkewarganegaraan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Asshiddiqie, Jimly, Pengantar Hukum Tata Negara, Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
Soeprawiro, Koerniatmanto, Hukum Kewarganegaran dan Keimigrasian Indonesia,
Jakarta: Gramedia, 1994
Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
Winarno. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta:Bumi Aksara,
2015

[1] Winarno. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan.(Jakarta:Bumi Aksara,


2015). Hlm.34
[2] Jimly Asshiddiqie, Pengantar Hukum Tata Negara, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014). Hlm.
386-388.
[3] Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
[4] Koerniatmanto Soeprawiro, Hukum Kewarganegaran dan Keimigrasian Indonesia, (Jakarta:
Gramedia, 1994). Hlm. 51.
[5] Jimly Asshiddiqie, Pengantar Hukum Tata Negara, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014). Hlm. 388-393.

Anda mungkin juga menyukai