Oleh : Kelompok 5
2. Sepriyatno 213401076
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SILIWANGI
2022
KATA PENGANTAR
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………......i
DAFTAR ISI…………………………………………………………...................ii
BAB I
1.3 TUJUAN…………………………………………………....................5
BAB II
B. PENENTUAN KEWARGANEGARAAN…………………...............10
BAB III
3.1 KESIMPULAN…………………………………................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Dalam zaman keterbukaan seperti sekarang ini, kita menyaksikan banyak
sekali penduduk suatu negara yang bepergian keluar negeri, baik karena
direncanakan dengan sengaja ataupun tidak, dapat saja melahirkan anak-anak di
luar negeri. Bahkan dapat pula terjadi, karena alasan pelayanan medis yang lebih
baik, orang sengaja melahirkan anak di rumah sakit di luar negeri yang dapat
lebih menjamin kesehatan dalam proses persalinan. Dalam hal, negara tempat asal
seseorang dengan negara tempat ia melahirkan atau dilahirkan menganut sistem
kewarganegaraan yang sama, tentu tidak akan menimbulkan persoalan. Akan
tetapi, apabila kedua negara yang bersangkutan memiliki sistem yang berbeda,
maka dapat terjadi keadaan yang menyebabkan seseorang menyandang status
dwi-kewarganegaraan (double citizenship) atau sebaliknya malah menjadi tidak
berkewarganegaraan sama sekali (stateless).
Berbeda dengan prinsip kelahiran itu, di beberapa negara, dianut prinsip
‘ius sanguinis’ yang mendasarkan diri pada faktor pertalian seseorang dengan
status orang tua yang berhubungan darah dengannya. Apabila orang tuanya
berkewarganegaraan suatu negara, maka otomatis kewarganegaraan anak-anaknya
dianggap sama dengan kewarganegaraan orang tuanya itu. Akan tetapi, sekali
lagi, dalam dinamika pergaulan antar bangsa yang makin terbuka dewasa ini, kita
tidak dapat lagi membatasi pergaulan antar penduduk yang berbeda status
kewarganegaraannya. Sering terjadi perkawinan campuran yang melibatkan status
kewarganegaraan yang berbeda-beda antara pasangan suami dan istri. Terlepas
dari perbedaan sistem kewarganegaraan yang dianut oleh masing-masing negara
asal pasangan suami-istri itu, hubungan hukum antara suami-istri yang
melangsungkan perkawinan campuran seperti itu selalu menimbulkan persoalan
berkenaan dengan status kewarganegaraan dari putra-putri mereka.
3
Salah satu persyaratan diterimanya status sebuah negara adalah adanya
unsur warganegara yang diatur menurut ketentuan hukum tertentu, sehingga
warganegara yang bersangkutan dapat dibedakan dari warga dari negara lain.
Pengaturan mengenai kewarganegaraan ini biasanya ditentukan berdasarkan salah
satu dari dua prinsip, yaitu prinsip ‘ius soli’ atau prinsip ‘ius sanguinis’. Yang
dimaksud dengan ‘ius soli’ adalah prinsip yang mendasarkan diri pada pengertian
hukum mengenai tanah kelahiran, sedangkan ‘ius sanguinis’ mendasarkan diri
pada prinsip hubungan darah.
Berdasarkan prinsip ‘ius soli’, seseorang yang dilahirkan di dalam wilayah
hukum suatu negara, secara hukum dianggap memiliki status kewarganegaraan
dari negara tempat kelahirannya itu. Negara Amerika Serikat dan kebanyakan
negara di Eropa termasuk menganut prinsip kewarganegaraan berdasarkan
kelahiran ini, sehingga siapa saja yang dilahirkan di negara-negara tersebut,
secara otomatis diakui sebagai warganegara. Oleh karena itu, sering terjadi
warganegara Indonesia yang sedang bermukim di negara-negara di luar negeri,
misalnya karena sedang mengikuti pendidikan dan sebagainya, melahirkan anak,
maka status anaknya diakui oleh Pemerintah Amerika Serikat sebagai
warganegara Amerika Serikat. Padahal kedua orang tuanya berkewarganegaraan
Indonesia. Berdasarkan latar belakang di atas, kiranya perlu membahas masalah
sistem kewarganegaraan di Indonesia.
4
1.3. TUJUAN
1. Agar mengetahui tentang warga negara dan kewarganegaraan
2. Agar mengetahui penentuan kewarganegaraan di Indonesia
3. Agar mengetahui cara memperoleh kewarganegaraan di Indonesia
4. Agar mengetahui factor penyebab hilangnya kewarganegaraan
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 WARGA NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN
A. Pengertian Warga Negara dan Kewarganegaraan
Secara etimologis, kata warga negara berasal dari bangsa Romawi yang pada
saat itu menggunakan bahasa Latin. Kata warga negara berasal dari kata “civis”
atau “civitas” yang memiliki arti anggota warga yang berasal dari city-state.
Selain itu, kata civitas dalam bahasa Perancis dapat diistilahkan sebagai “citoyen”
yang memiliki makna warga dalam “cite” yang memiliki makna kota yang
memiliki hak terbatas.
Istilah warga negara sendiri merupakan hasil terjemahan dari kata bahasa
Inggris yaitu citizen yang memiliki makna yaitu warga negara atau juga dapat
diartikan sebagai sesama penduduk serta individu setanah air.
Orang yang dapat disebut sebagai warga negara dapat berupa penduduk lokal
maupun warga negara asing yang datang ke sebuah negara tersebut. Secara
umum, terdapat asa kewarganegaraan yang dapat digunakan dalam menentukan
kewarganegaraan yang dimiliki oleh seseorang.
6
Pertama, yaitu asas ius sanguinis yang didasarkan pada keturunan
berdasarkan darah maupun kewarganegaraan yang dimiliki oleh orang
tua yang melahirkan mereka.
Kedua, yaitu ius soli yang didasarkan pada tempat kelahiran dari
seseorang di sebuah negara tersebut.
Selain itu, berdasarkan buku “Pendidikan Kewarganegaraan” oleh Maryanto,
terdapat pengertian warga negara berdasarkan beberapa ahli, sebagai berikut.
7
Istilah warga negara sendiri juga bisa dibagi menjadi dua kategori, yang
terdiri dari warga negara asli atau pribumi dan warga negara asing atau
vreemdeling. Hal ini secara yuridis diatur berdasarkan pasal 26 ayat 1 UUD 1945
dan perubahannya. Simak informasi berikut.
Warga negara asli atau pribumi merupakan penduduk asli sebuah negara
tersebut. Seperti contohnya warga negara Indonesia yang berasal dari
suku Jawa, Madura, Sunda, Batak, Bugis, Dayak, Asmat, Minang,
Toraja, Bali, Aceh, serta etnis keturunan negara Indonesia yang lain.
Warga negara asing atau vreemdeling merupakan penduduk yang berasal
dari suku bangsa keturunan di luar negara tersebut. Seperti pada
contohnya warga negara Indonesia yang berasal dari suku China atau
Tionghua, India, Belanda, Eropa, Arab, dan masih banyak lagi. Hal ini
telah disahkan berdasarkan UU atau undang-undang yang telah berlaku
mengenai warga negara Indonesia.
8
perpolitikan. Ada kemungkinan untuk memiliki kebangsaan tanpa harus menjadi
seorang warga negara.
Daryono
Kewarganegaraan ialah isi pokok yang mencakup hak serta
kewajiban warga Negara.Kewarganegaraan adalah keanggotaan seseorang
didalam satuan politik tertentu (secara khusus ialah Negara ) yang
dengannya akan membawa hak untuk dapat berpartisipasi dalam kegiatan
politik. Seseorang dengan keanggotaan yang demikian ialah disebut
dengan warga Negara.
Wolhoff
Kewarganegaraan adalah keanggotaan suatu bangsa tertentu yakni
ialah sejumlah manusia yang terikat dengan yang lainnya dikarenakan
kesatuan bahasa kehidupan social-budaya serta kesadaran nasionalnya.
Kewarganegaraan pun memiliki kemiripan dengan kebangsaan yang
membedakana ialah hak-hak untuk aktif dalam perpolitikan.
9
Kewarganegaraan adalah hak untuk dapat berpartisipasi secara
utuh dalam berbagai pola struktur social , politik serta kehidupan kultural
serta untuk dapat membantu menciptakan bentuk-bentuk yang selanjutnya
dengan begitu maka memperbesar ide-ide.
R. Parman
Kewarganegaraan adalah suatu hal-hal yang saling berhubungan
dengan penduduk dalam suatu bangsa.
Soemantri
Kewarganegaraan adalah sesuatu yang saling berhubungan dengan
manusia sebagai individu dalam suatu perkumpulan yang terorganisir
dalam suatu hubungan dengan Negara.
Mr. Wiyanto Dwijo Hardjono, S.Pd.
Kewarganegaraan adalah keanggotaan seseorang dalam satuan
politik tertentu (secara khusus ialah Negara) yang dengannya membawa
hak untuk dapat berprestasi dalam kegiatan-kegiatan politik.
10
kewajiban hukum dapat dijamin secara legal dan aktual. Terlebih dalam lalu
lintas hukum Internasional, status kewarganegaraan itu dapat menjadi
jembatan bagi setiap warga negara untuk menikmati keuntungan dari hukum
lnternasional. Sebagaimana dinyatakan oleh A.W.Bradley dan K.D. Ewing,
nasionalitas dan status kewarganegaraan menghubungkan seseorang dengan
orang lain dalam pergaulan Internasional. Terkait dengan status
kewarganegaraan terdapat beberapa asas-asas yang mendasari hukum
kewarganegaraan. Asas kewarganegaraan dapat dilihat dari dua hal, yaitu dari
kelahiran dan perkawinan. Dari segi kelahiran terbagi lagi menjadi dua asas
yaitu ius soli dan ius sanguinis, sedangkan dari segi perkawinan terbagi lagi
menjadi dua asas, yaitu asas persamaan derajat dan asas kesatuan hukum.
Dalam menentukan kewarganegaraan seseorang dikenal dengan
adanya asas kewarganegaraan yaitu asas ius soli dan asas ius sanguinis. Asas
ius adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang menurut daerah
atau negara tempat di mana orang tersebut dilahirkan. Asas ius soli disebut
juga asas daerah kelahiran. Sedang asas ius sanguinis ialah asas yang
menentukan kewarganegaraan seseorang menurut pertalian daerah atau
keturunan dari orang yang bersangkutan. Asas ius solidan asas ius sanguinis
dianggap sebagai asas yang utama dalam menentukan status hukum
kewarganegaraan. Pada sekarang ini umumnya negara menganut kedua asas
tersebut secara simultan.
Negara-negara imigran yaitu negara yang sebagian besar warganya
merupakan kaum pendatang atau cenderung didatangi orang asing, maka
kecenderungannya menggunakan asas ius soli sebagai asas
kewarganegaraannya. Adapun dasar pertimbangannya adalah negara
menghendaki warga baru segera melebur diri sebagai warganegara di negara
tersebut. Contoh: Amerika Serikat menerapkan asas ius soli , yaitu
menentukan kewarganegaraan berdasarkan faktor tanah kelahiran.
11
Sebaliknya negara-negara emigran yaitu negara yang warganya
cenderung keluar dari negara, maka kecenderungannya lebih menggunakan
asas ius sanguinis. Penentuan asas kewarganegaraan yang berbeda-beda oleh
setiap warganegara dapat menimbulkan masalah kewarganegaraan bagi
seorang warga. Masalah kewarganegaraan tersebut adalah
timbulnya apatride dan bipatride.
Apatride berasal dari kata ‘a‘ yang artinya tidak dan ‘patride‘ yang
artinya kewarganegaraan. Jadi apatride adalah orang-orang yang tidak
memiliki kenegaraan. Apatride ini bisa dialami oleh orang yang dilahirkan
dari orang tua yang negaranya menganut asas ius soli dinegara atau dalam
wilayah negara yang menganut asas ius sanguinis. Kemudian Bipatride
berasal dari kata ‘bi‘ yang artinya dua dan ‘patride‘ yang berarti
kewarganegaraan. Jadi bipatride adalah orang-orang yang memiliki
kewarganegaraan rangkap (ganda). Bipatride ini bisa dialami pada orang yang
dilahirkan dari orang tua yang negaranya menganut asas ius sanguinis di
dalam wilayah negara yang menganut asas ius soli. Oleh negara asal orang
tuanya orang itu dianggap sebagai warganegara karena ia adalah keturunan
dari warga negaranya.
C. Cara Memperoleh Kewarganegaraan di Indonesia
Untuk memperoleh Kewarganegaraan Indonesia kita harus mengikuti
beberapa tahapan berdasarkan syarat-syarat yang telah diatur dalam Undang-
Undang, persoalan Kewarganegaraan Indonesia diatur dalam UU nomor 12
tahun 2006 dan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 2 tahun 2007. Menurut UU,
ada 13 golongan Warga Negara Indonesia (WNI) ditinjau dari cara
mendapatkannya, yakni:
- Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundangundangan dan/atau
berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain
sebelum UndangUndang ini berlaku sudah menjadi Warga Negara
Indonesia;
12
- Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu
Warga Negara Indonesia;
- Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga
Negara Indonesia dan ibu warga negara asing;
- Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara
asing dan ibu Warga Negara Indonesia;
- Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara
Indonesia, tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum
negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak
tersebut;
- Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah
ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya Warga
Negara Indonesia;
- Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga
Negara Indonesia;
- Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga
negara asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia
sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut
berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin;
- Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu
lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya;
- Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik
Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui;
- Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan
ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui
keberadaannya;
- Anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari
seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari
13
negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan
kepada anak yang bersangkutan;
- Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia
sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia
Orang-orang yang tidak termasuk dalam ke-13 kriteria tersebut juga
bisa mendapat status sebagai WNI, namun ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi yakni:
1. Telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin;
2. Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di
wilayah negara Republik Indonesia paling singkat 5 (lima) tahun berturut-
turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturut-turut;
3. Sehat jasmani dan rohani;
4. dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
5. tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang
diancam dengan pidana penjara 1 (satu) tahun atau lebih;
6. jika dengan memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak
menjadi berkewarganegaraan ganda;
7. mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap; dan
8. membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.
14
dilakukan seseorang menyebabkan ia menjadi tidak berkewarganegaraan
(apatride) atau stateless atau menjadi warga negara asing. Adapun menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2006, seorang warga
negara dapat kehilangan kewarganegaraannya jika melakukan hal-hal sebagai
berikut:
1. Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri.
2. Tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain.
3. Dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Presiden atas kemauannya
sendiri, dengan ketentuan telah berusia 18 tahun dan bertempat tinggal di luar
negeri.
4. Masuk ke dalam dinas tentara asing tanpa disertai izin dari presiden.
5. Masuk dalam dinas negara asing atas kemauan sendiri, yang mana jabatan
dalam dinas tersebut di Indonesia hanya dapat dijabat oleh Warga Negara
Indonesia.
6. Mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara asing atau
bagian dari negara asing tersebut atas dasar kemauan sendiri.
7. Turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat ketatanegaraan untuk suatu
negara asing, meskipun tidak diwajibkan keikutsertaannya.
8. Mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atau surat
yang dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari
negara lain atas namanya.
9. Bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesia selama lima
tahun terus menerus, bukan dalam rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah.
Dengan sengaja tidak menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi Warga
Negara Indonesia sebelum jangka waktu lima tahun tersebut berakhir.
Kemudian, setiap lima tahun berikutnya yang bersangkutan tetap tidak
mengajukan pernyataan ingin menjadi Warga Negara Indonesia kepada
perwakilan Indonesia, meskipun telah diberi pemberitahuan secara tertulis.
15
Dari beberapa penyebab kehilangan kewarganegaraan diatas, sebagai
warga negara seharusnya patut diperhatikan karena kehilangan
kewarganegaraan termasuk kerugian, ia tidak berhak lagi mendapat
perlindungan dan jaminan sosial dari pemerintah. Selain itu, semua hak-
haknya pun akan dicabut dari suatu negara tersebut.
16
BAB III
KESIMPULAN
3.1. KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Harijanti, S., Prasetianingsih, R., Dewansyah, Bilal. (2007). Politik Hukum
Kewarganegaran lndonesia, Laporan Akhir Penelitian, Fakultas Hukum Universitas
Padjadjaran, Bandung.
https://www.gramedia.com/literasi/warga-negara/
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-kewarganegaraan/
https://www.indonesia.go.id/kategori/keimigrasian/637/tata-cara-mendapat-dan-
melepas-kewarganegaraan-indonesia?lang=1
https://m.merdeka.com/sumut/9-penyebab-hilangnya-kewarganegaraan-
indonesia-yang-jarang-diketahui-kln.html
18