Anda di halaman 1dari 15

KEWARGANEGARAAN DAN WARGANEGARA

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Kewarganegaraan

Dosen Pembimbing: Ilfi Rahmi Putri SE.,M.Si

DISUSUN OLEH:

Aditya Nugraha (0404221001)

Febriani Br Ginting (0404221016)

Azfari Abdillah Nasution (0404221018)

PEMIKIRAN POLITIK ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

T.A 2022
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum wr.wb

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji syukur kepada Allah Tuhan semesta alam, atas segala limpahan rahmat, karunia
dan karunia-Nya yang tak ternilai dan tak ternilai yang dilimpahkan kepada kami
kesehatan, sementara kami mampu mengumpulkan dan menyelesaikan artikel ini
dengan judul “Kewarganegaraan Dan Warganegara”, dimana tugas makalah ini disusun
untuk melengkapi tugas mata kuliah Kewarganegaraan

Juga, jika ada kesalahan dalam pembuatan makalah ini, perkenankan kami,
penulis, untuk menyampaikan permintaan maaf kami. Memang artikel ini belum
sempurna dan masih banyak kelemahan dan kekurangan dari segi bahasa, susunan
kalimat atau hal lainnya yang belum kita ketahui.

Besar harapan kami ke depan, dokumen ini dapat menjadi referensi untuk
meningkatkan pengetahuan dan bermanfaat bagi para pembaca. Kami juga berharap
para pembaca dapat berkomentar agar kedepannya kami dapat memperbaiki dokumen
ini dengan lebih baik. Akhir kata, kami berterima kasih kepada semua pihak atas
perhatiannya.

Medan, 27 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Warganegara dan Kewarganegaraan..........................................................2


B. Asas Kewarganegaraan................................................................................................4
C. Cara memperoleh kewarganegaraan............................................................................5
D. Masalah Kewarganegaraan...........................................................................................9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................................................11
B. Saran.............................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 
            Sebagai Warga Negara dan masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama, yang pokok adalah bahwa
setiap orang haruslah terjamin haknya dan mendapatkan status kewarganegaraan,
sehingga terhindar dari kemungkinan menjadi ‘statless’ atau tidak
berkewarganegaraan. Tetapi pada saat yang bersamaan, setiap negara tidak boleh
membiarkan seseorang memiliki dua status kewarganegaraan sekaligus. Itulah
sebabnya diperlukan perjanjian kewarganegaraan antara negara-negara modern
untuk menghindari status dwi-kewarganegaraan tersebut oleh karena itu
disamping pengaturan kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan melalui proses
pewarganegaraan (naturalisasi) tersebut, juga diperlukan mekanisme lain yang
lebih sederhana, yaitu melalui regristrasi biasa.
            Indonesia sebagai negara yang pada dasarnya menganut prinsip ‘ ius
sanguinis’,mengatur kemungkinan warganya untuk mendapatkan status
kewarganegaraan melalui prinsip kelahiran.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian warga Negara dan kewarganegaraan ?
2. Apa sajakah asas-asas kewarganegaraan ?
3. Bagaimana cara memperoleh kewarganegaraan ?
4. Apa saja masalah kewarganegaraan?

C. Tujuan Makalah
1. Agar dapat mengetahui pengertian warga Negara dan kewarganegaraan.
2. Agar dapat mengetahui asas-asas kewarganegaraan.
3. Agar dapat mengetahui bagaimana cara memperoleh kewarganegaraan.
4. Agar dapat mengetahui masalah kewarganegaraan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Warganegara dan Kewarganegaraan


Warganegara adalah orang-orang yang menurut hukum atau secara resmi
merupakan anggota resmi dari suatu Negara tertentu, atau dengan kata lain
warganegara adalah warga suatu Negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan
perundang-undangan. Sedangkan Istilah kewaraganegaraan memiliki arti
keanggotaan yang menunjukan hubungan atau ikatan antara Negara dan
kewarganegaraan. Kewarganegaraan diartikan segala jenis hubungan dengan
suatu  Negara yang mengakibatkan adanya kewajiban Negara itu untuk
melindungi orang yang bersangkutan. Adapun menurut undang-undang
Kewarganegaraan Republik Indonesia.1
Kewarganegaraan adalah segala ikhwal yang berhubungan dengan Negara.
Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) adalah orang yang diakui oleh UU
sebagai warga negara Republik Indonesia. Kepada orang ini akan diberikan Kartu
Tanda Penduduk, berdasarkan Kabupaten atau (khusus DKI Jakarta) Provinsi,
tempat ia terdaftar sebagai penduduk/warga. Kepada orang ini akan diberikan
nomor identitas yang unik (Nomor Induk Kependudukan, NIK) apabila ia telah
berusia 17 tahun dan mencatatkan diri di kantor pemerintahan. Paspor diberikan
oleh negara kepada warga negaranya sebagai bukti identitas yang bersangkutan
dalam tata hukum internasional.
Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam UU no. 12 tahun 2006
tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Menurut UU ini, orang yang
menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) yaitu:
1. setiap orang yang sebelum berlakunya UU tersebut telah menjadi WNI,
2. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI,
3. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu
warga negara asing (WNA), atau sebaliknya,

1
Winarno. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan.(Jakarta:Bumi Aksara, 2015). Hlm.34

2
4. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan ayah
yang tidak memiliki kewarganegaraan atau hukum negara asal sang ayah
tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut,
5. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya
meninggal dunia dari perkawinan yang sah, dan ayahnya itu seorang WNI,
6. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI,
7. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui
oleh seorang ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan
sebelum anak tersebut berusia 18 tahun atau belum kawin
8. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu
lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
9. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik
Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui
10. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan
ibunya tidak memiliki kewarganegaraan atau tidak diketahui
keberadaannya
11. anak yang dilahirkan di luar wilayah Republik Indonesia dari ayah dan ibu
WNI, yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan
memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan
12. anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia
sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.
Pengertian kewarganegaraan dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
a. Kewarganegaraan dalam arti yuridis dan sosiologis
 Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum
antara orang-orang  dengan Negara.
  Kewarganegaraan dalam arti sosiologis, tidak ditandai dengan ikatan
hukum, tetapi ikatan emosional, seperti ikatan perasaan, ikatan keturunan,
ikatan nasib, ikatan sejarah, dan ikatan tanah air.
b. Kewarganegaraan dalam arti formil dan materil

3
1. Kewarganegaraan dalam arti formil menunjukan pada tempat
kewarganegaraan. Dalam arti sistematika hukum, masalah
kewarganegaraan berada pada hukum publik.
2. Kewarganegaraan dalam arti materil menunjukan pada akibat hukum dari
status kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban warga Negara. 

B. Asas Kewarganegaraan
Asas kewarganegaraan adalah dasar berpikir dalam menentukan masuk
tidaknya seseorang dalam golongan warga negara dari suatu negara
tertentu. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang
kewarganegaraan Republik Indonesia melalui kelahiran, pewarganegaraan,
pengangkatan anak, pemberian oleh negara terhadap seseorang yang berjasa, atau
karena alasan kepentingan negara. Setiap negara mempunyai kebebasan
menentukan pihak yang menjadi warga negaranya melalui penentuan asas
kewarganegaraan yang hendak diterapkan. Dilihat dari segi kelahiran, terdapat
dua asas kewarganegaraan untuk menentukan status kewarganegaraan seseorang.2
a. Asas Ius Soli (Law of The Soli) Asas yang menentukan kewarganegaraan
seseorang berdasarkan Negara tempat kelahiran. , ius soli adalah
penentuan status kewarganegaraan berdasarkan tempat atau daerah
kelahiran seseorang. Jadi, seseorang dapat menjadi warga negara dimana
dia dilahirkan. Contoh negara yang menganut asas kewarganegaran ini,
yaitu negara  Amerika Serikat, Brazil, Argentina, Bolivia, Kamboja,
Kanada, Chili, Kolombia, Kosta Rika, Dominika, Ekuador, El Savador,
Grenada, Guatemala, Guyana, Honduras, Jamaika, Lesotho, Meksiko,
Pakistan, Panama, Paraguay, Peru, Uruguay, Venuzuela, dan lain-lain.
b. Asas Ius Sanguinis (Law of The Blood) Penentuan Kewarganegaraan
berdasarkan keturunan/kewarganegaraan orang tuanya. ius
sanguinis adalah asas kewarganegaraan yang berdasarkan darah atau
keturunan. Asas ini menetapkan seseorang mendapat warga negara jika
orang tuanya adalah warga negara suatu negara. Misalkan seseorang yang
lahir di Indonesia, namun orang tuanya memiliki kewarganegaraan dari

2
jimly Asshiddiqie, Pengantar Hukum Tata Negara, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014). Hlm. 386-388.

4
negara lain, maka ia mendapat kewarganegaraan dari orang tuanya.
Contoh negara yang menggunakan asas ini adalah negara China, Bulgaria,
Belgia, Replublik Ceko, Kroasia, Estonia, Finlandia, Jepang, Jerman,
Yunani, Hongaria, Islandia, India, Irlandia, Israel, Italia, Libanon, Filipina,
Polandia, Portugal, Rumania, Rusia, Rwanda, Serbia, Slovakia, Korea
Selatan, Spanyol, Swedia, Turki, dan Ukraina.

C. Cara memperoleh kewarganegaraan


Dalam penentuan keawarganegaraan seseorang ada beberapa cara yang
dilakukan. Cara tersebut didasarkan pada beberapa unsur, yaitu
1. Unsur Darah Keturunan (ius sanguinis)
            Dalam unsur ini cara memperoleh suatu kewarganegaraan didasarkan pada
keawarganegaraan orang tuanya. Maksudnya, kewarganegaraan orang tuanya
menentukan kewarganegaraan anaknya. Misalkan jika seseorang dilahirkan dari
orang tua yang berkewarganegaraan Indonesia, maka ia dengan sendirinya telah
berkewarganegaraan Indonesia.
            Prinsip ini merupakan prinsip asli yang telah berlaku sejak dahulu, hal te
rsebut terbukti dalam sistem kesukuan, dimana seorang anak yang lahir dalam
suatu suku dengan sendirinya ia langsung menjadi anggota suku tersebut.
Sekarang prinsip tersebut diterapkan pada beberapa negara di dunia, yaitu negara
Inggris, Amerika Serikat, Perancis, Jepang, dan juga negara yang kita cintai,
Indonesia.
            Jadi, pada cara penentuan kewarganegaraan ini didasarkan pada salah satu
asas kewarganegaraan, yaitu asas keturunan (ius sanguinis), yang dimana
seseorang dengan sendirinya atau secara langsung tanpa melalui beberapa tahap
yang rumit dapat memiliki kewarganegaraan seperti yang dimiliki oleh kedua
orang tuanya.
2. Unsur Daerah Tempat Kelahiran (ius soli)
            Pada unsur ini, kewarganegaraan seseorang dapat ditentukan berdasarkan
daerah tempat ia dilahirkan. Misalkan ada seseorang dilahirkan di dalam daerah
atau wilayah hukum negara Indonesia, maka dengan sendirinyapun ia memiliki
kewarganegaraan Indonesia. Terkecuali anggota-anggota korps diplomatik dan

5
anggota tentara asing yang masih dalam ikatan dinas. Di samping dan bersama-
sama dengan prinsip ius sanguinis, prinsip ius soli ini juga berlaku di negara
Amerika Serikat, Inggris, Perancis, dan juga Indonesia.
3. Pewarganegaraan (Naturalisasi)
            Seseorang yang tidak memenuhi syarat kewarganegaraan ius soli dan ius
sanguinis tetap bisa mendapatkan atau memperoleh kewarganegaraan, yaitu
dengan pewarganegaraan atau naturalisasi. Syarat-syarat dan prosedur unsur ini
di berbagai negara itu berbeda. Perbedaan tersebut dikarenakan kondisi dan situasi
setiap negara itu berbeda, jadi persyaratannya itu menyesuaikan dengan kondisi
dan situasi negaranya. Jawaban atas tuntutan situasional ini adalah dengan
berlakunya Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
Republik Indonesia. Adanya Undang-undang ini maka Undang-undang Nomor
62/1958 dan menjadi tidak berlaku lagi karena bersifat diskriminatif menghantui
warga keturunan Tionghoa, Arab, India, Belanda dan sebagainya.
Undang-undang ini disebut cukup membawa perubahan yang revolusioner
karena mampu menghapus dikotomi asli dan tidak asli, serta mampu menerapkan
azas ius soli yang dikombinasikan dengan ius sanguinis.  Pasal 1 UU No. 12 tahun
2006 tentang Kewarganegaraan RI (UU Kewarganegaraan), menegaskan bahwa
“Warga Negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-
orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negera
Indonesia”.
Hal yang perlu diingat “Warga Negara suatu Negara tidak selalu menjadi
penduduk Negara itu”. Misalnya, warga Negara Indonesia yang bertempat tinggal
di luar negeri. Penduduk suatu Negara tidak selalu merupakan warga negara
dimana ia tinggal, misalnya, orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia.
Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam UU No. 12 tahun 2006
tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Menurut UU ini, orang yang
menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) adalah:3
1. setiap orang yang sebelum berlakunya UU tersebut telah menjadi WNI
2. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI

3
Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

6
3. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu
warga negara asing (WNA), atau sebaliknya
4. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan ayah
yang tidak memiliki kewarganegaraan atau hukum negara asal sang ayah
tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut.
5. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya
meninggal dunia dari perkawinan yang sah, dan ayahnya itu seorang WNI
6. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI
7. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui
oleh seorang ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan
sebelum anak tersebut berusia 18 tahun atau belum kawin
8. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu
lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
9. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik
Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui
10. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan
ibunya tidak memiliki kewarganegaraan atau tidak diketahui
keberadaannya
11. anak yang dilahirkan di luar wilayah Republik Indonesia dari ayah dan ibu
WNI, yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan
memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan
12. anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia
sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.

Selain itu, diakui pula sebagai WNI bagi:


1. anak WNI yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18 tahun
dan belum kawin, diakui secara sah oleh ayahnya yang
berkewarganegaraan asing
2. anak WNI yang belum berusia lima tahun, yang diangkat secara sah
sebagai anak oleh WNA berdasarkan penetapan pengadilan

7
3. anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan
bertempat tinggal di wilayah RI, yang ayah atau ibunya memperoleh
kewarganegaraan Indonesia
4. anak WNA yang belum berusia lima tahun yang diangkat anak secara sah
menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh WNI.

Kewarganegaraan Indonesia juga diperoleh bagi seseorang yang termasuk


dalam situasi sebagai berikut:
1. Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan
bertempat tinggal di wilayah Republik Indonesia, yang ayah atau ibunya
memperoleh kewarganegaraan Indonesia
2. Anak warga negara asing yang belum berusia lima tahun yang diangkat
anak secara sah menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh warga
negara Indonesia

Di samping perolehan status kewarganegaraan seperti tersebut di atas,


dimungkinkan pula perolehan kewarganegaraan Republik Indonesia melalui
proses pewarganegaraan. Warga negara asing yang kawin secara sah dengan
warga negara Indonesia dan telah tinggal di wilayah negara Republik Indonesia
sedikitnya lima tahun berturut-turut atau sepuluh tahun tidak berturut-turut dapat
menyampaikan pernyataan menjadi warga negara di hadapan pejabat yang
berwenang, asalkan tidak mengakibatkan kewarganegaraan ganda.
Sistem Kewarganegaraan berdasarkan Naturalisasi Adalah suatu perbuatan
hukum yang dapat menyebabkan seseorang memperoleh status
kewarganegaraan,4 Misal: seseorang memperoleh status kewarganegaraan akibat
dari pernikahan, mengajukan permohonan, memilih/menolak status
kewarganegaraan.
a. Naturalisasi Biasa Yaitu suatu naturalisasi yang dilakukan oleh orang
asing melalui permohonan dan prosedur yang telah ditentukan.

4
Koerniatmanto Soeprawiro, Hukum Kewarganegaran dan Keimigrasian Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1994). Hlm. 51.

8
b. Naturalisasi Istimewa atau khusus Yaitu kewarganegaraan yang diberikan
oleh pemerintah (presiden) dengan persetujuan DPR dengan alasan
kepentingan negara atau yang bersangkutan telah berjasa terhadap negara.

D. Masalah Kewarganegaraan
Membahas tentang kewarganegaraan seseorang dalam sebuah negara,
maka tidak lepas dari suatu permasalahan yang berkenaan dengan seseorang yang
dinyatakan sebagai warga negara atau bukan warga negara dalam sebuah negara.
Permasalahan tersebut diakibatkan karena setiap negara menganut asas
kewarganegaraan yang berbeda-beda, contoh di negara Jepang yang hanya
menerapkan asas kewarganegaraan bedasarkan tempat kelahiran (ius soli), negara
kita Indonesia menganut kedua asas kewarganegaraan, yaitu ius soli dan ius
sanguinis. Berdasarkan hal di atas ada tiga permasalahan kewarganegaraan,
yaitu apatride, bipatride, dan multipatride5
            Apatride merupakan istilah bagi seseorang yang tidak memiliki status
kewaganegaraan. Hal ini disebabkan ada seseorang yang orang tuanya menganut
asas yang berdasarkan tempat kelahiran (ius soli), namun ia lahir di negara yang
menganut asas yang berdasarkan darah keturunan (ius sanguinis). Misalkan, ada
seseorang yang orang tuanya adalah warga negara Brazil yang menganut asas
kewarganegaraan ius soli, namun ia dilahirkan di negara Jepang yang menganut
asas kewarganegaraan yang berdasarkan keturunan (ius sanguinis), maka kedua
negara, baik negara asalnya, maupun negara ia dilahirkan menolaknya untuk
menjadi warga negara.
 Bipatride adalah istilah untuk seseorang yang memiliki kewargaegaraan
ganda (rangkap), atau memiliki dua kewarganegaraan. Hal ini dapat terjadi jika
ada seseorang yang orang tuanya menganut asas kewarganegaraan yang
berdasarkan keturunan (ius sanguinis), sedangkan ia sendiri lahir di negara yang
menganut asas kewarganegaraan yang berdasarkan tempat kelahiran (ius soli).
Contoh, ada seseorang yang kedua orang tuanya tinggal di negara Jepang yang
menganut asas kewarganegaraan ius sanguinis. Waktu itu ia belum lahir, dan
kedua orang tuanya pergi ke  negara Brazil yang menganut asas

5
 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Hukum Tata Negara, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014). Hlm. 388-393.

9
kewarganegaraan ius soli, dan ia pun dilahirkan di negara Brazil, maka ia
mendapatkan kewarganegaraan dari kedua negara tersebut.
Multipatride merupakan suatu istilah untuk seseorang yang memiliki lebih
dari dua kewarganegaraan. Hal tersebut dapat terjadi karena seseorang yang
tinggal di daerah perbatasan antara dua negara atau juga karena seseorang yang
kedua orang tuanya memiliki kewarganegaraan yang berbeda. Misalkan,
seseorang yang ayahnya berkewarganegaraan China yang menganut asas ius
sanguinis dan ibunya berkewarganegaraan India yang juga menganut asas ius
sanguinis, namun ia di lahirkan di Kamboja yang menganut asas ius soli. Jadi, ia
mendapatkan kewarganegaraan dari negara ayahnya, dari negara ibunya, dan
negara ia dilahirkan.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
            Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
wargaNegara dianggap sebagai sebuah komunitas yang membentuk negara
berdasarkan perundang-undangan atau perjanjian-perjanjian dan dan mempunyai
hak dan kewajiban yang bersifat timbal balik terhadap
negaranya. Kewarganegaraan ialah keanggotaan suatu bangsa tertentu yakni
sejumlah manusia yang terikat dengan yang lainnya karena kesatuan bahasa
kehidupan social-budaya serta kesadaran nasionalnya.
Asas kewarganegaraan berdasarkan kelahiran :ius soli (asas kelahiran), Ius
sanguinis (asas keturunan)  kemudian di dalam Masalah
kewarganegaraan yaitu apatride, bipatride, dan multipatride. Adapun Cara untuk
memperoleh kewarganegaraan yaitu unsur darah keturunan (ius sanguinis), unsur
daerah tempat kelahiran (ius soli), unsur pewarganegaraan (naturalisasi).

B. Saran
Kita sebagai warga negara yang baik seharusnya kita melakukan hak dan
kewajiban secara seimbang, setiap orang haruslah terjamin haknya dan
mendapatkan status kewarganegaraan, sehingga terhindar dari kemungkinan
menjadi ‘statless’ atau tidak berkewarganegaraan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Asshiddiqie, Jimly, Pengantar Hukum Tata Negara, Jakarta: Rajawali


Pers, 2014.
Soeprawiro, Koerniatmanto, Hukum Kewarganegaran dan Keimigrasian
Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1994
Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
Winarno. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta:Bumi
Aksara, 2015

12

Anda mungkin juga menyukai