Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

STATUS KEWARGANEGARAAN INDONESIA


DAN CARA MENDAPATKANNYA

Diajukan untuk memenuhi mata kuliah kewarganegaraan

Dosen pengampu: Nur Maslikhatun Nisak, S.pd.I., M.pd.I.

Disusun oleh:

1. Findi Anggie Asmita (216120600031)

2. Melani Putri Prilizia (216120600032)


KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah, atas karunia-Nya lah kami
akhirnya bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah ini membahas tentang pentingnya
nilai-nilai Pancasila dalam implementasi kewarganegaraan dan kemasyarakatan.

Betapa pentingnya mempelajari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.


Disamping itu karena Pancasila adalah ideologi bangsa kita, nilai-nilainya pun telah
lama mendarah daging di tubuh semua rakyat Indonesia. Maka dari itu, melalui
makalah ini, kami harap kita lebih bisa menghargai dan bisa mengaplikasikan nilai-
nilai Pancasila dalam kehidupan kita sehari-hari.

Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya
mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
I

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ….……………………………………I

DAFTAR ISI .………………………………………………..II

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………...……..1

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………...…….2

1.3 Tujuan Masalah …………………………………………………….......….2

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Status Kewarganegaraan ..……………………………………………….....3

2.2 Cara Memperoleh Kewarganegaraan …………………………....................7

2.3 Masalah Kewarganegaraan …………………………………….....................9

2.4 Hukum Kewarganegaraan …………………………....……............………..11

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan ..…………………………………………… ..…………………12

II
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan Kewarganegaraan sangatlah penting untuk dipelajari oleh semua
kalangan. Oleh sebab itu, Pendidikan Nasional Indonesia menjadikan pendidikan
kewarganegaraan sebagai pelajaran pokok. Pertama, sebagai mata pelajaran di
sekolah. Kedua, sebagai mata kuliah di perguruan tinggi. Ketiga, sebagai salah satu
cabang pendidikan disiplin ilmu pengetahuan sosial dalam kerangka program
pendidikan guru. Keempat, sebagai program pendidikan politik yang dikemas dalam
bentuk Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Penataran P4)
atau sejenisnya yang pernah dikelola oleh Pemerintah sebagai sutuan crash program.
Kelima, sebagai kerangka konseptual dalam bentuk pemikiran individual dan
kelompok pakar terkait. Serta kewarganegaraan merupakan hal yang sangat penting di
dalam suatu negara. Tanpa status kewarganegaraan seorang warga negara tidak akan
diakui oleh sebuah negara. Hal ini disebabkan karena di era sekarang ini banyak
warga negara yang tidak mengetahui dan memahami tentang kewarganegaraan. Warga
negara: warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-
undangan (supaya dibedakan dengan kewarganegaraan & pewarganegaraan) pasal l
UU No 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI) Warga negara Indonesia
menurut Pasal 4 UU No. 12

Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI adalah:

a. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan atau


berdasarkan perjanjian pemerintah RI dengan negara lain sebelum UU ini berlaku
sudah menjadi WNI

b. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah & ibu WNI

c. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu WNA

d. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNA dan ibu WNI

e. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI; tetap ayahnya
tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara ayahnya tidak memberikan
kewarganegaraan kepada anak tsb.

Terbentuknya negara Indonesia dilatar belakangi oleh perjuangan seluruh bangsa.


Sudah sejak lama Indonesia menjadi incaran banyak negara atau bangsa lain, karena
potensinya yang besar dilihat dari wilayahnya yang luas dengan kekayaan alam yang
banyak. Kenyataannya ancaman datang tidak hanya dari luar, tetapi juga dari dalam.

Terbukti, setelah perjuangan bangsa tercapai dengan terbentuknya NKRI, ancaman


dan gangguan dari dalam juga timbul, dari yang bersifat kegiatan fisik sampai yang
idiologis. Dorongan kesadaran bangsa yang dipengaruhi kondisi dan letak geografis
dengan dihadapkan pada lingkungan dunia yang serba berubah akan memberikan
motivasi dlam menciptakan suasana damai.

Sejak merdeka negara Indonesia tidak luput dari gejolak dan ancaman yang
membahayakan kelangsungan hidup bangsa. Tetapi bangsa Indonesia mampu
mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatannya dari agresi Belanda dan mampu
menegakkan wibawa pemerintahan dari gerakan separatis.

1.2 Rumusan Masalah


1. apakah status dari kewarganegaraan Indonesia ?

2. apakah tugas dan kewajiban warga negara serta pemerintah ?

3. Bagaimana Kedudukan dan Fungsi Kewarganegaraan Indonesia ?

4. Bagaimana Konsepsi Kewarganegaraan Indonesia ?

1.3 Tujuan Masalah


1. untuk mengetahui kewarganegaraan Indonesia

2. untuk mengetahui masalah kewarganegaraan

3. untuk mengetahui cara memperoleh kewarganegaraan

4. untuk mengetahui hukum kewarganegaraan


2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Status Kewarganegaraan


Yang dimaksud dengan status ialah sebuah kondisi maupun kedudukan seseorang
atau suatu badan bisa juga yang lainnya yang memiliki hubungan dengan sesuatu hal
(dalam hal ini negara). Sedangkan pengertian kewarganegaraan ialah keikutsertaan
seseorang menjadi anggota di dalam sebuah kendali lingkup politik negara. Dengan
begitu dapat di simpulkan bahwa pengertian status kewarganegaraan ialah kedudukan
warga negara dalam negara yang memiliki keterkaitan secara hukum dengan sebuah
negara. Diantara hubungan negara dengan warga negara tersebut terjadi keterkaitan
yang kemudian timbul sebuah hak dan kewajiban warga negara dalam UUD 1945.

Asas merupakan dasar atau sesuatu yang menjadi tumpuan. Sedangkan asas
kewarganegaraan adalah dasar untuk menentukan atau menggolongkan seseorang
menjadi anggota disuatu negara dengan ketentuan-ketentuan tertentu. Menurut asas
kewarganegaraan yang dianut di negara Indonesia, terdapat beberapa cara dalam
menentukan status kewarganegaraan seseorang.Menurut penjelasan Undang-Undang
RI Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia dinyatakan
bahwa Indonesia dalam penentuan kewarganegaraan menganut asas-asas sebagai
berikut :

1. Kewarganegaraan Berdasarkan Kelahiran

a. Asas ius soli / Asas Kelahiran


Ius berarti hukum, dalil, atau pedoman. Sedangkan soli berasal dari kata solum
yang berarti negeri, tanah atau daerah. Dalam kaitan dengan asas kewarganegaraan
ini, ius soli berarti kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh tempat kelahirannya.
Asas ius soli lazim diberlakukan oleh negara-negara yang memiliki jumlah warga
negara yang sedikit, yang kebanyakan penduduk di negara itu merupakan warga
pendatang yang diterima untuk melaksanakan berbagai pekerjaan bagi perkembangan
perekonomiannya, atau para imigran yang diterima dengan baik di negara yang
bersangkutan.
Contoh negara yang menganut asas kewarganegaran ini, yaitu Amerika Serikat,
Brazil, Argentina, Bolivia, Kamboja, Kanada, Chili, Kolombia, Kosta Rika,
Dominika, Ekuador, El Savador, Grenada, Guatemala, Guyana, Honduras, Jamaika,
Lesotho, Meksiko, Pakistan, Panama, Paraguay, Peru, Uruguay, Venuzuela, dan lain-
lain.

b. Asas Ius Sanguinis / Asas Keturunan

Berasal dari bahasa latin, ius yang berarti hukum atau pedoman,
sedangkan sanguinis dari kata sanguis yang berarti darah atau keturunan. Jadi, “ius
sanguinis” adalah asas kewarganegaraan yang berdasarkan darah atau keturunan.
Asas Ius Sanguinis, kewarganegaraan individu dinyatakan tergantung dengan silsilah
kekeluargaannya pada keturunan nya.
Negara yang menganut asas ius sanguinis akan mengakui kewarganegaraan
seorang anak sebagai warga negara apabila orang tua dari anak tersebut berasal dari
negara tersebut (dilihat dari keturunannya).
Contoh negara yang menggunakan asas ini adalah negara China, Bulgaria, Belgia,
Replublik Ceko, Kroasia, Estonia, Finlandia, Jepang, Jerman, Yunani, Hongaria,
Islandia, India, Irlandia, Israel, Italia, Libanon, Filipina, Polandia, Portugal, Rumania,
Rusia, Rwanda, Serbia, Slovakia, Korea Selatan, Spanyol, Swedia, Turki, dan
Ukraina.

2. Kewarganegaraan Berdasarkan Perkawinan


Selain dilihat dari sisi kelahiran, kewarganegaraan juga dilihat dari sisi
perkawinan yang mencakup asas kesatuan atau kesamaan hukum dan asas persamaan
derajat. Asas kesatuan atau kesamaan hukum itu berdasarkan pada paradigma bahwa
suami-isteri ataupun ikatan keluarga merupakan inti masyarakat yang meniscayakan
suasana sejahtera, sehat, dan tidak terpecah.
Jadi, suami-istri atau keluarga yang baik dalam menyelenggarakan kehidupan
bermasyakatnya harus mencerminkan adanya suatu kesatuan yang bulat. Dengan
kebersamaan tersebut sehingga masing-masing tidak terdapat perbedaan yang dapat
mengganggu keutuhan dan kesejahteraan keluarga. Asas persamaan derajat
menyebutkan bahwa suatu perkawinan tidak menyebabkan perubahan status
kewarganegaraan masing-masing pihak.
Jadi, baik suami maupun isteri tetap dangan kewarganegaraan aslinya, sama
seperti sebelum mereka dikaitkan oleh pernikahan dan keduanya memiliki hak untuk
memilih kewarganegaraan yang dianutnya.
3. Kewarganegaraan Tunggal
Asas kewarganegraan tunggal merupakan asas yang memastikan identitas satu
kemasyarakatan bagi setiap individu. Asas kewarganegaraan tunggal merupakan
prinsip tentang status kewarganegaraan yang dimana setiap warga negara tidak boleh
berkewarganegaraan ganda.
Contohnya : bila suatu anak lahir dan memiliki keduduan Negara ganda maka
anak tsb boleh memilih satu dari dua tersebut.
4. Kewarganegaraan Ganda Terbatas
Adalah asas yang menentukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang. Pada dasarnya Negara
Indonesia tidak mengenal kewarganegaraan ganda (bipatride) ataupun tanpa
kewarganegaraan (apatride).
Dalam kasus perkawinan campuran misalnya, baik Undang-Undang Nomor 62
Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Indonesia (yang selanjutnya disebut UU
Kewarganegaraan Lama) maupun Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Indonesia (yang selanjutnya disebut UU Kewarganegaraan Baru)
memang tidak memberikan status kewarganegaraan Indonesia secara otomatis bagi
wanita WNA yang menikah dengan pria WNI.
Namun demikian apabila wanita WNA tersebut ingin menjadi WNI maka ia harus
mengajukan permohonan resmi sesuai peraturan yang berlaku. Demikian juga wanita
WNI yang menikah dengan seorang pria WNA dapat tetap mempertahankan
kewarganegaraan Indonesia, bila ia hendak mengikuti kewarganegaraan suami
menjadi WNA, maka wanita tersebut diharuskan untuk mengajukan permohonan
sesuai peraturan yang berlaku. Hal ini tentu dapat menimbulkan perbedaan
kewarganegaraan dalam keluarga suatu perkawinan campuran.
Kemudian Perbedaan kewarganegaraan tidak saja terjadi antara pasangan suami
istri dalam suatu perkawinan campuran, tetapi juga terjadi pada anak-anak hasil
perkawinan campuran. Terdapat banyak kasus yang muncul, dimana UU
Kewarganegaraan Lama tidak dapat melindungi anak-anak yang lahir dari seorang ibu
WNI.
Kemudian lahirlah Undang-Undang Nomor 12 tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Indonesia yang baru merupakan suatu lompatan besar dari dari
undang-undang kewarganegaraan sebelumnya yakni Undang-Undang Nomor 62
Tahun 1958. Kendati memang pada prinsipnya adalah sama yaitu kewarganegaraan
Tunggal, tetapi dalam undang-undang ini diperkenalkanlah prinsip kewarganegaraan
ganda terbatas bagi anak-anak hasil perkawinan campuran sampai berusia 21 (dua
puluh satu) tahun untuk memilih salah satu kewarganegaraan orangtuanya1.

Dalam penentuan keawarganegaraan seseorang ada beberapa cara yang


dilakukan. Cara tersebut didasarkan pada beberapa unsur, yaitu :

2.2 Cara Memperoleh Kewarganegaraan


Dalam penentuan kewaranegaraan seseorang ada beberapa cara yang dilakukan.
Cara tersebut didasarkan pada beberapa unsur, yaitu:
1. Unsur Darah Keturunan (ius sanguinis)
Prinsip ini merupakan prinsip asli yang telah berlaku sejak dulu kala .Artinya,
kewarganegaraan orang tuanya menentukan kewarganegaraan dari anaknya. Hal ini
dibuktikan dengan sistem kesukuan, dimana seorang anak yang lahir dalam suatu
suku dengan sendirinya ia langsung menjadi bagian daripada suku tersebut. Prinsip ini
sekarang diterapkan di beberapa negara di dunia, misalnya Inggris, Amerika Serikat,
Perancis, Jepang, dan juga Indonesia.
2. Unsur Daerah Tempat Kelahiran (ius soli)
Pada unsur ini, kewarganegaraan dari seseorang dapat ditentukan berdasarkan
1
daerah tempat ia dilahirkan. Misalkan ada seseorang dilahirkan di dalam daerah atau
wilayah hukum negara Indonesia, maka dengan sendirinyapun ia memiliki
kewarganegaraan Indonesia. Terkecuali anggota-anggota korps diplomatik atau
tentara asing yang masih terikat dalam ikatan dinas tugas. Prinsip ius soli ini juga
sama berlaku di negara Inggris, Amerika Serikat, Perancis, dan Indonesia.
3. Unsur Pewarganegaraan (Naturalisasi)
Seseorang yang tidak memenuhi syarat kewarganegaraan baik dari unsur ius soli
maupun ius sanguinis tetap bisa mendapatkan atau memperoleh kewarganegaraan,
yaitu dengan pewarganegaraan atau sering disebut juga naturalisasi. Proses
naturalisasi harus memenuhi beberapa persyaratan yang sudah ditentukan dalam
peraturan kewarganegaraan yang bersangkutan. Pewarganegaraan ini dibagi menjadi
dua macam, yaitu pewarganegaraan Biasa dan Istimewa.
a. Naturalisasi Biasa, yaitu suatu naturalisasi yang dilakukan oleh orang asing
melalui permohonan dan prosedur yang telah ditentukan.
b. Naturalisasi Istimewa (luar biasa), adalah pewarganegaraan yang dapat
diberikan kepada mereka (warga asing) yang telah berjasa kepada Negara RI
dengan pernyataan sendiri (pemohon) untuk menjadi warga Negara RI atau
dapat diminta menjadi warga Negara RI.

Pewarganegaraan Istimewa dapat diberikan oleh pemerintah Indonesia (diwakili


oleh presiden) dengan persetujuan DPR dengan alasan dan kepentingan Negara atau
jika yang bersangkutan telah berjasa terhadap negara. Kepada mereka itu dibebaskan
syaratkan sebagaimana terjadi pada pewarganegaraan biasa. Akan tetapi, ia tetap
diharuskan mengucapkan sumpah dan janji setia kepada Negara RI.
8

2.3 Masalah Kewarganegaraan


Dalam literatur hukum dan dalam praktik, dikenal adanya tiga asas
kewarganegaraan, yaitu asa ius soli, ius sanguinis, dan asas campuran. Dari ketiga
asas itu, yang dianggap sebagai asas yang utama ialah asas ius soli dan ius sanguinis.
Sehubungan dengan kedua asas tersebut, setiap negara bebas memilih asas yang
hendak dipakai dalam rangka kebijakan kewarganegaraannya untuk menentukan siapa
saja yang diterima sebagai warga negara dan siapa yang bukan warga negara.

Oleh karena itu, di berbagai negara, dapat timbul berbagai pola pengaturan yang
tidak sama di bidang kewarganegaraan. Bahkan, antara satu dengan negara lain dapat
timbul pertentangan atau conflict of law atau pertentangan hukum. Negara kita
Indonesia menganut kedua asas kewarganegaraan, yaitu ius soli dan ius sanguinis.
Berdasarkan hal di atas ada tiga permasalahan kewarganegaraan, yaitu apatride,
bipatride, danmulti-patride2.

a. Apatride adalah istilah bagi seseorang yang tidak memiliki status


kewarganegaraan. Orang yang berada dalam kondisi apatride tidak akan diakui
sebagai warga negara di negara manapun sehingga dia tidak bisa melakukan
hubungan dengan negara, dalam artian dia tidak bisa menuntut hak terhadap
negara dan tidak ada jaminan oleh negara terhadap apapun yang menimpanya.
Contohnya : Orang Amerika (negara penganut asas tempat lahir/ius soli) pergi ke
negara China (negara penganut asas keturunan/ius sanguinis) dan melahirkan anak di
China, sang anak tidak di akui sebagai warga negara Amerika, karena dia tidak
dilahirkan di Amerika yang menganut asas tempat lahir. Sebaliknya sang anak juga
tidak diakui sebagai warga negara China yang menganut asas keturunan karena orang

2
9
tuanya bukan orang China. Artinya sang anak menjadi apatride (tidak memiliki
kewarganegaraan).

b. Bipatride adalah istilah bagi seseorang yang memiliki kewarganegaraan ganda


(rangkap) atau memiliki dua kewarganegaraan. orang yang berada dalam
kondisi bipatride, ia akan memiliki peran ganda serta memiliki hak dan
kewajiban ganda pula dari dua negara yang mengakuinya sebagai warga negara.
Hal ini akan menimbulkan kesulitan bagi orang yang bersangkutan dalam hal
melaksanakan kewajibannya, seperti kewajiban bela negara, hingga kewajiban
untuk membayar pajak.
Contohnya: Orang China (negara penganut asas keturunan/ius sanguinis) pergi ke
Amerika (negara penganut asas tempat lahir/ ius soli) dan melahirkan anak di
Amerika. Sang anak diakui sebagai warga negara Amerika karena lahir di Amerika.
Di sisi lain, sang anak juga diakui sebagai warga negara China karena orang tuanya
keturunan warga negara China. Artinya, sang anak menjadi bipatride (memiliki dua
kewarganegaraan).

Multipatride adalah orang yang memiliki dua atau lebih status kewarganegaraan. Hal
ini bisa terjadi jika seseorang yang telah memiliki kewarganegaraan ganda, saat
dewasa menerima atau meminta status kewarganegaraan dari negara lain dengan tidak
melepas status kewarganegaraan yang lama.
10

2.3 Hukum Kewarganegaraan


Hukum kewarganegaraan merupakan hukum yang berlaku di masing-masing negar
a yang mendefinisikan mengenai hak dan kewajiban warga negara, termasuk cara me
mperoleh kewarganegaraan dan sebab-sebab dari hilangnya kewarganegaraan. Hukum
kewarganegaraan adalah hukum di setiap negara dan di setiap yurisdiksi dalam masin
g-masing negara yang mendefinisikan hak dan kewajiban warga negara dalam yurisdi
ksi dan cara di mana kewarganegaraan diperoleh serta bagaimana kewarganegaraan m
ungkin akan hilang. Seseorang yang bukan warga negara umumnya dianggap sebagai
orang asing. Seseorang yang telah ada diakui kebangsaan atau kewarganegaraan diang
gap sebagai tanpa kewarganegaraan. Menurut kebiasaan internasional, setiap negara y
ang berdaulat memiliki hak untuk menentukan siapa yang akan diakui sebagai sebagai
seorang warga negara dan bangsa. Klasifikasi tersebut dapat dilakukan oleh adat, huk
um wajib, atau kasus hukum (preseden), atau beberapa kombinasi. Berikut adalah beb
erapa hukum atau undang-undang mengenai kewarganegaraan yang berlaku di Indone
sia:

 Undang-Undang no. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik


Indonesia
 Peraturan Pemerintah no. 2 tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh,
Kehilangan, Pembatalan dan Memperoleh Kembali Kewarganegaraan Republik
Indonesia
 Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia no M.01-HL.03.01
tahun 2006
 Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia no M.02-HL.05.06
tahun 2006
Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia no M.08-HL.04.01 tahun
2007

11

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setelah kita mempelajari makalah ini dapat kita simpulkan bahwa
kewarganegaraan merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap warga
negara.Ini dikarenakan bahwa dengan pemahaman kewarganegaraan yang baik maka
kehidupan berbangsa dan bernegara akan menjadi tentram dan jelas.Dan kita sebagai
warga negara yang bertanggung jawab terhadap masyarakat, bangsa dan negara
hendaknya kita berusaha untuk meningkatkan pengamalan prinsip serta nilai- nilai
luhur bangsa terutama memahami manusia yang pada dasarnya memiliki harkat dan
martabat yang sama sebagai mahluk ciptaan Tuhan,agar tercipta suatu keadilan dalam
kehidupan bernegara.

Anda mungkin juga menyukai