Anda di halaman 1dari 16

WARGA NEGARA DAN AGAMA, SERTA

HUBUNGANNYA DENGAN NEGARA


Dosen Pembimbing:
Moh. Kamilus Zaman, S.Pd.I, M.Pd.I

Disusun Oleh :
1. Muhammad Daffaa’ Dhiya Ulhaqq Wahyu Putra (200606110072)
2. Najwa Safira Nafilatullayl (200606110075)
3. Reyhan Juan Almas (200606110085)
4. Suryaningtyas Ayu Cahyani (200606110106)
Kelas Kewarganegaraan C

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berbagai nikmat, cinta,
dan kasihnya sehingga penulis masih diberikan kesempatan untuk menyelesaikan makalah
yang berjudul ”Warga Negara dan Agama, serta Hubungannya dengan Negara” dengan baik.
Makalah ini kami susun sebagai tugas penunjang dari mata kuliah Kewarganegaraan di
Universitas Islam Negeri Maulana Ibrahim Malang. Selain itu, kami sangat mengharap agar
kiranya makalah yang disusun ini dapat menjadi sarana untuk menambah ilmu baik bagi
penulis sendiri maupun orang lain.

Penulis ini mengucapkan pula terima kasih banyak yang sebesar-besarnya kepada
pihak-pihak yang turut menyukseskan dalam pembuatan makalah ini, juga kami ingin
menghaturkan terima kasih kepada Bapak/Ibu selaku dosen mata kuliah yang telah
memberikan media agar kami bisa menambah pengetahuan dan wawasan kami terkait mata
kuliah terkait.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini dan masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karenanya, kami tentu membutuhkan kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak demi tercapainya kesempurnaan makalah yang penulis susun.

Malang, 8 Februari 2021


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada masa kini konflik yang mengatasnamakan agama sering terjadi.
Sebagai contoh organisasi masyarakat FPI (Front Pembela Islam) yang baru
saja menjadi perbincangan hangat media masa. Hal tersebut dapat kita ambil
hikmah dan pelajaran bahwa kita berkewajiban untuk menciptakan kehidupan
beragama secara damai, toleransi, menghargai, dan saling mencintai antar
sesama manusia yang beradab
Pancasila memberikan dasar-dasar nilai yang fundamental bagi
Bangsa Indonesia untuk menciptakan kedamaian antar sesama umat
beragama, dengan memberikan hak jaminan kebabasan bagi setiap warga
negara untuk memeluk suatu agama. Agama selalu mengajarkan kebaikan dan
sikap saling toleransi, agar manusia menghindari perbuatan tercela serta
memiliki nilai moral ketuhanan .
Negara Indonesia merupakan negara hukum yang memiliki lima asas
tata hukum negara yaitu asas Pancasila, asas negara hukum, asas kedaulatan
rakyat dan demokrasi, asas negara kesatuan, dan asas pembagian kekuasaan
dalam pembagian check dan balances. Asas-asas tersebut dapat menjadi acuan
oleh warga negara untuk memberi keputusan dalam kehidupannya, sehingga
seluruh warga negara Indonesia memiliki status sebagai warga negara resmi
yang diakui oleh Undang-Undang (UU). Adapun hal-hal yang dapat
menyebabkan status kewarganegaran dicabut dan bagaimana cara
mendapatkannya kembali. Berikut penulis akan menjelaskan pada bab
selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
- Apa saja asas-asas kewarganegaraan Indonesia.
- Bagaimana cara memperoleh status kewarganegaraan Indonesia.
- Apa penyebab hilangnya status kewarganegaraan seseorang.
- Bagaimana cara memperoleh kembali status kewarganegaraan
yang telah hilang.
C. Tujuan
- Mengetahui macam-macam asas kewarganegaraan di Indonesia.
- Mengetahui cara memperoleh status kewarganegaraan di Indonesia.
- Mengerti penyebab hilangnya status kewarganegaraan Indonesia.
- Mengetahui cara mendapatkan kembali status kewarganegaraan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Asas-Asas Kewarganegaraan Indonesia


Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 1 Agustus 2006 telah
mensahkan UU No. 12 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Dengan
diundangkannya UU tersebut, UU kewarganegaraan yang lama, yaitu UU No.
62 tahun 1958 dinyatakan tidak berlaku lagi karena sudah tidak sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan ketatanegaraan Republik Indonesia. UU No.
12 tahun 2006 ini mengandung asas-asas kewarganegaraan umum dan asas-
asas kewarganegaraan khusus. Asas-asas kewarganegaraan umum yang
terkandung dalam UU ini adalah:
a) Ius Sanguinis (Law of the Blood)
Merupakan asas kewarganegaraan yang menentukan seseorang
dari keturunan orang yang bersangkutan, namun bukan
berdasarkan dari negara tempat kelahiran.
b) Ius Soli (Law of the Soil)
Merupakan asas kewarganegaraan yang menentukan seseorang
berdasarkan negara tempat kelahiran.
c) Asas kewarganegaraan tunggal
Asas ini memiliki definisi bahwa setiap warga negara
wajib memiliki hanya satu kewarganegaraan dan tidak
diperbolehkan lebih dari satu.
d) Asas Kewarganegaraan Ganda
Asas kewarganegaraan ganda tidak digunakan di Indonesia,
namun disebut sebagai asas kewarganaan ganda berbatas. Maksud
dari berbatas ini adalah, jika anak yang lahir dari perkawinan
antara orang tua yang memiliki kewarganegaraan yang berbeda ,
maka anak tersebut bisa memiliki dua kewarganegaraan hingga
mencapai usia 18 tahun. Setelah melewati usia 18 tahun, anak
tersebut mulai menentukan kewarganegaraan mana yang akan dia
pilih.

Asas-asas khusus yang dijadikan dasar penyusunan UU ini adalah


sebagai berikut:

1) Asas Kepentingan Nasional


2) Asas Perlindungan Maksimum
3) Asas Persamaan dalam Hukum dan Pemerintahan
4) Asas Kebenaran Substantif
5) Asas Nondiskriminatif
6) Asas Pengakuan dan Penghormatan terhadap Hak Asasi
Manusia (HAM)
7) Asas Keterbukaan
8) Asas Publisitas

B. Cara Memperoleh Status Kewarganegaraan Indonesia


Berdasarkan Pasal 41 UU No. 12 tahun 2006 ini, anak-anak yang termasuk
dalam kategori di atas yang lahir sebelum UU ini diundangkan (sebelum 1
Agustus 2006) dan belum berusia 18 tahun atau belum menikah dapat
memperoleh kewarganegaraan RI dengan mendaftarkan diri kepada Menteri
melalui pejabat atau Perwakilan RI paling lambat 4 (empat) tahun setelah UU
ini berlaku. Tata cara pendaftaran sebagaimana tercantum dibawah ini.
Sedangkan, anak-anak yang termasuk dalam kategori di atas yang lahir setelah
UU ini diundangkan (setelah 1 Agustus 2006) dapat langsung mengajukan
permohonan kewarganegaraan/pembuatan paspor RI ke Perwakilan RI. Tata
cara dijabarkan sebagai berikut.
a) Pendaftaran dilakukan oleh salah satu orang tua atau walinya
dengan mengajukan permohonan secara tertulis dalam
Bahasa Indonesia di atas kertas bermeterai cukup.
b) Permohonan pendaftaran bagi anak yang bertempat tinggal di luar
negeri diajukan kepada Menteri melalui Kepala Perwakilan RI
yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal anak.
c) Permohonan pendaftaran sekurang-kurangnya memuat:
1) Nama lengkap, alamat tempat tinggal salah seorang dari
orang tua atau wali anak;
2) Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir serta
kewarganegaraan kedua orang tua;
3) Nama lengkap, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir, status
perkawinan anak serta hubungan hukum kekeluargaan anak
dengan orang tua
4) Kewarganegaraan anak
5) Dokumen-dokumen seperti fotokopi akte kelahiran, surat
pernyataan orang tua, KTP atau paspor orang tua, pas
foto anak.
C. Sebab-sebab kehilangan status kewarganegaraan (stateless)
Kehilangan kewarganegaraan dimaksud ialah hilangnya kewarganegaraan
Indonesia seseorang yang disebabkan dilanggarnya ketentuan perundang-
undangan Indonesia, karena langkah atau perbuatan seseorang yang dengan
sengaja melakukan tindakan tertentu, padahal tindakan yang dilakukan
seseorang menyebabkan ia menjadi tidak berkewarganegaraan (apatride) atau
stateless atau menjadi warga negara asing. Pasal 17 UU No. 62/ 1958
mengatur peri hal hilangnya kewarganegaraan Indonesia seseorang apabila
ada orang- orang yang melanggar pasal tersebut. Sebab-sebab hilangnya
kewarganegaraan tersebut ialah:

a. Permintaan sendiri. Memiliki kewarganegaraan lain.


b. Anak di bawah umur yang diangkat oleh orang asing.
c. Menjadi tentara asing tanpa izin pemerintah.
d. Memasuki dinas/jabatan negara asing dengan mengangkat
sumpah atau Janji.
e. Ikut pemilu di negara lain.
f. Tinggal di negara lain lima tahun lebih tanpa melapor perwakilan
RI dan tidak menyatakan keinginan tetap menjadi WNI.

Dalam konteks hilangnya kewarganegaraan seseorang disebabkan oleh


masuk dalam dinas militer atau menjadi milisi untuk kepentingan negara
asing, adalah menyangkut soal loyalitas kepada negara. Indonesia tidak
mengenal adanya pengiriman pasukan untuk berperang alas nama panji negara
lain, atau memperbolehkan warga negara menjadi tentara negara asmg.
Perbuatan yang menunjuk pada orang bersangkutan tidak atau kurang
menghargai kewarganegaraan Indonesia tampak jelas apabila seorang warga
negara Indonesia ikut dinas militer asing tanpa izin pemerintah Indonesia
Lebih-Iebih dalam kondisi negara Indonesia seperti sekarang ini , sikap
primordial timbul di daerah-daerah, baik berdasarkan faktor keagamaan
maupun karena perasaan
kedaerahan, hal mana menimbulkan benih-benih perpecahan bangsa yang
mengancam disintegrasi negara.

Hal yang demikian tentu irrasional karena dalam pergaulan modern,


ketergantungan antar negara terutama masalah ekonomi dan teknologi menjadi
faktor utama kemajuan suatu negara, kita harus belajar dari pengalaman
bagaimana politik berdiri di atas kaki sendiri (berdikari) yang dikembangkan
presiden Soekamo pada tal1Un 1960-an, ekonomi Indonesia hancur, baik
karena tidak adanya bantuan negara lain, maupun karena permainan lawan-
Iawan politik Bung Karno.

Sebab menurut hukum Indonesia khususnya Hukum Tata Negara, apabila


warganegara Indonesia yang berada di luar negeri melakukan tindakan-
tindakan seperti:

a. Ikut berperang di bawah bendera negara lain tanpa izin


pemerintah Indonesia.
b. Menjadi pemilih dalam pemilihan umum negara lain.
c. Menduduki jabatan di bawah sumpah para institusi negara lain,
maka tindakan-tindakan itu dipandang sebagai tindakan
subordinasi dan melepaskan kesetiaan atau loyalitas pada negara
asalnya. Sehingga seketika itu ia dianggap melepaskan
kewarganegaraan Indonesia.

Undang-Undang Indonesia tidak mengenal dan tidak mentolerir adanya


loyalitas ganda yang dalam istilah hukum disebut Biparride atau
dwikewarganegaraan. Jika seseorang memilih kewarganegaraan suatu negara,
maka ia harus melepaskan kewarganegaraan asalnya. Begitu juga sebaliknya
jika seseorang ingin menjadi warganegara Indonesia , orang tersebut harus
secara tegas membuat statement bahwa ia akan melepaskan kewarganegaraan
asalnya apabila ia memperoleh kewarganegaraan Indonesia.
Secara tegas pasal 17 g UU No. 62/1958 tentang Kewarganegaraan
Indonesia menyatakan, Kewarganegaraan Republik Indonesia hilang karena
‘masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari menteri
kehakiman’.

D. Cara memperoleh kembali status kewarganegaraan


Repatriasi adalah kembalinya suatu warga negara dari negara asing yang
pernah menjadi tempat tinggal menuju tanah asal kewarganegaraannya.

1. Warga negara yang kehilangan Kewarganegaraan R.I


sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2007, Pasal 23
Warga negara yang kehilangan Kewarganegaraan R.I sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2007, Pasal 23 huruf a s/d huruf h dapat
memperoleh kembali kewarganegaraan R.I dengan mengajukan permohonan
kepada Presiden melalui Menteri. Tata cara pengajuan permohonan dilakukan
sesuai dengan ketentuan "Tata Cara Pewarganegaraan".

Warga negara Indonesia yang kahilangan kewarganegaraan sebagaimana


dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Pasal 23 huruf I, dapat
memperoleh kembali Kewarganegaraan R.I dengan mengajukan permohonan
kepada Menteri melalui Pejabat atau Perwakilan R.I yang wilayah kerjanya
meliputi tempat tinggal pemohon. Permohonan diajukan secara tertulis dalam
bahasa Indonesia diatas kertas bermeterai cukup dan sekurang-kurangnya
memuat:
(a) nama lengkap; (b) alamat tempat tinggal; (c) tempat dan tanggal lahir; (d)
pekerjaan; (e) jenis kelamin; (f) status perkawinan; (g) alasan kehilangan
Kewarganegaraan R.I . Permohonan dimaksud harus dilampiri dengan :

1. Fotocopy kutipan akte kelahiran, atau surat lain yang membuktikan tentang
kelahiran pemohon yang disahkan oleh Pejabat atau Perwakilan R.I;
2. Fotocopy paspor R.I atau surat yang bersifat paspor, atau surat lain yang
dapat membuktikan bahwa pemohon pernah menjadi WNI yang disahkan
oleh Pejabat atau Perwakilan R.I;
3. Fotocopy kutipan akte perkawinan/buku nikah, kutipan perceraian/surat
talak/perceraian, atau kutipan akte kematian istri/suami pemohon yang
disahkan oleh Pejabat atau Perwakilan R.I bagi pemohon yang telah kawin
atau cerai;
4. Fotocopy kutipan akte kelahiran anak pemohon yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun dan belum kawin yang disahkan oleh Pejabat atau
Perwakilan R.I bagi yang mempunyai anak;
5. Pernyataan tertulis bahwa pemohon setia kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia, Pancasila, UUD RI Tahun 1945 dan akan membelanya dengan
sungguh-sungguh serta akan menjalankan kewajiban yang dibebankan negara
sebagai WNI dengan tulus dan ikhlas;
6. Daftar riwayat hidup pemohon; dan
7. Pasfoto pemohon terbaru berwarna ukuran 4x6 sentimeter sebanyak 6 (enam)
lembar.

Pejabat atau Perwakilan R.I yang menerima permohonan sebagaimana dimaksud


dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal
permohonan diterima, mengembalikan permohonan kepada pemohon dalam hal
permohonan belum lengkap untuk dilengkapi, dan/atau menyampaikan
permohonan kepada Menteri dalam hal permohonan telah lengkap. Dalam hal
permohonan belum lengkap, Menteri mengembalikan permohonan kepada
Pejabat atau Perwakilan R.I dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari
terhitung sejak tanggal permohonan diterima untuk dilengkapi. Dalam hal
permohonan telah lengkap, Menteri menetapkan keputusan memperoleh kempali
Kewarganegaraan
R.I dalam waktu paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal permohonan
diterima. Pejabat atau Perwakilan R.I menyampaikan keputusan dimaksud
kepada pemohon dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak
tanggal Keputusan Menteri diterima.
Anak yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun dan belum kawin, berada dan
bertempat tinggal di wilayah R.I, dari ayah atau ibu yang memperoleh kembali
Kewarganegaraan R.I. dengan sendirinya berkewarganegaraan R.I.

2. Kehilangan Kewarganegaraan Akibat Ketentuan Sebagaimana Dimaksud


Pasal 26 ayat (1) dan ayat (2)
Warga Negara Indonesia (WNI) yang kehilangan kewarganegaraannya akibat
ketentuan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006, Pasal 26 ayat (1) dan ayat
(2), sejak putusannya perkawinan dapat memperoleh kembali kewarganegaraan
Republik Indonesia dengan mengajukan permohonan kepada Menteri melalui
Pejabat atau Perwakilan R.I yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal
pemohon. Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia diatas
kertas bermeterei cukup dan sekurang-kurangnya memuat: (a) nama lengkap; (b)
alamat tempat tinggal; (c) tempat dan tanggal lahir; (d) pekerjaan; (e) jenis
kelamin; (f) status perkawinan; dan (g) alasan kehilangan Kewarganegaraan R.I
Permohonan harus dilampiri :
1. Foto copy kutipan akte kelahiran, atau surat lain yang membuktikan tentang
kelahiran pemohon yang disahkan oleh Pejabat atau Perwakilan R.I;
2. Foto copy paspor R.I atau surat yang bersifat paspor, atau surat lain yang
dapat membuktikan bahwa pemohon pernah menjadi WNI yang disahkan
oleh Pejabat atau Perwakilan R.I;
3. Foto copy kutipan akte perkawinan/buku nikah, kutipan perceraian/surat
talak/perceraian, atau kutipan akte kematian istri/suami pemohon yang
disahkan oleh Pejabat atau Perwakilan R.I bagi pemohon yang telah kawin
atau cerai;
4. Foto copy kutipan akte kelahiran anak pemohon yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun dan belum kawin yang disahkan oleh Pejabat atau
Perwakilan R.I bagi yang mempunyai anak;
5. Pernyataan teretulis bahwa pemohon setia kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia, Pancasila, UUD RI Tahun 1945 dan akan membelanya dengan
sungguh-sungguh serta akan menjalankan kewajiban yang dibebankan negara
sebagai WNI dengan tulus dan ikhlas;
6. Daftar riwayat hidup pemohon; danPasfoto pemohon terbaru berwarna
ukuran 4x6 sentimeter sebanyak 6 (enam).

Pejabat atau Perwakilan R.I yang menerima permohonan sebagaimana


dimaksud dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak
tanggal permohonan diterima, mengembalikan permohonan kepada pemohon,
dalam hal permohonan belum lengkap untuk dilengkapi, dan/atau
menyampaikan permohonan kepada Menteri dalam hal permohonan telah
lengkap. Dalam hal permohonan belum lengkap, Menteri mengembalikan
permohonan kepada Pejabat atau Perwakilan R.I dalam waktu paling lambat
14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal permohonan diterima untuk
dilengkapi. Dalam hal permohonan telah lengkap, Menteri menetapkan
keputusan memperoleh kembali Kewarganegaraan R.I dalam waktu paling
lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal permohonan diterima. Pejabat
atau Perwakilan R.I menyampaikan keputusan dimaksud kepada pemohon
dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal Keputusan
Menteri diterima.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Asas-asas kewarganegaraan umum yang terkandung dalam UU ini
adalah:
a) Ius Sanguinis (Law of the Blood)
Merupakan asas kewarganegaraan yang menentukan seseorang dari
keturunan orang yang bersangkutan, namun bukan berdasarkan dari
negara tempat kelahiran.
b) Ius Soli (Law of the Soil)
Merupakan asas kewarganegaraan yang menentukan seseorang
berdasarkan negara tempat kelahiran.
c) Asas kewarganegaraan tunggal
Asas ini memiliki definisi bahwa setiap warga negara wajib
memiliki hanya satu kewarganegaraan dan tidak diperbolehkan lebih
dari satu.
d) Asas Kewarganegaraan Ganda
Asas kewarganegaraan ganda tidak digunakan di Indonesia, namun
disebut sebagai asas kewarganaan ganda berbatas. Maksud dari
berbatas ini adalah, jika anak yang lahir dari perkawinan antara orang
tua yang memiliki kewarganegaraan yang berbeda , maka anak
tersebut bisa memiliki dua kewarganegaraan hingga mencapai usia 18
tahun. Setelah melewati usia 18 tahun, anak tersebut mulai
menentukan kewarganegaraan mana yang akan dia pilih.

Asas-asas khusus yang dijadikan dasar penyusunan UU ini


adalah sebagai berikut:

1. Asas Kepentingan Nasional


2. Asas Perlindungan Maksimum
3. Asas Persamaan dalam Hukum dan Pemerintahan
4. Asas Kebenaran Substantif
5. Asas Nondiskriminatif
6. Asas Pengakuan dan Penghormatan terhadap Hak Asasi
Manusia (HAM)
7. Asas Keterbukaan
8. Asas Publisitas

Berdasarkan Pasal 41 UU No. 12 tahun 2006 ini, anak-anak


yang termasuk dalam kategori di atas yang lahir sebelum UU ini
diundangkan (sebelum 1 Agustus 2006) dan belum berusia 18 tahun
atau belum menikah dapat memperoleh kewarganegaraan RI dengan
mendaftarkan diri kepada Menteri melalui pejabat atau Perwakilan RI
paling lambat 4 (empat) tahun setelah UU ini berlaku. Tata cara
pendaftaran sebagaimana tercantum dibawah ini. Sedangkan, anak-
anak yang termasuk dalam kategori di atas yang lahir setelah UU ini
diundangkan (setelah 1 Agustus 2006) dapat langsung mengajukan
permohonan kewarganegaraan/pembuatan paspor RI ke Perwakilan
RI.

Kehilangan kewarganegaraan dimaksud ialah hilangnya


kewarganegaraan Indonesia seseorang yang disebabkan dilanggarnya
ketentuan perundang-undangan Indonesia, karena langkah atau
perbuatan seseorang yang dengan sengaja melakukan tindakan
tertentu, padahal tindakan yang dilakukan seseorang menyebabkan ia
menjadi tidak berkewarganegaraan (apatride) atau stateless atau
menjadi warga negara asing.

Warga negara Indonesia yang kahilangan kewarganegaraan


sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006
Pasal 23 huruf I, dapat memperoleh kembali Kewarganegaraan R.I
dengan mengajukan permohonan kepada Menteri melalui Pejabat atau
Perwakilan R.I yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal
pemohon.
DAFTAR PUSTAKA

https://e-journal.stishid.ac.id/index.php/wasathiyah/article/view/75

http://mh.uma.ac.id/2020/11/mengenal-asas-asas-hukum-tata-negara-indonesia/

https://repository.unpad.ac.id/frontdoor/index/index/year/2020/docId/2138

https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/62882266/KWN_ANGGITA_SEPTIA_303190
0820200408-75666-1s4zb9a.pdf?1586409993=&response-

https://kemlu.go.id/hochiminhcity/id/read/kewarganegaraan-ganda-bagi-wni-
dibawah-18-tahun/131/information-sheet

https://halangrintang.com/pengertian-asas-kewarganegaraan-tunggal-dan-ganda/

Marthaaya Sophian. 2001. Hilangnya Kewarganegaraan Indonesia. Yogyakarta:


Kaukaba

https://www.jakarta.go.id/artikel/konten/422/tata-cara-memperoleh-kembali-
kewarganegaraan-republik- indonesia#:~:text=Warga%20negara%20yang
%20kehilangan%20Kewarganegaraan,p ermohonan%20kepada%20Presiden
%20melalui%20Menteri.

Anda mungkin juga menyukai