Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN TUGAS KELOMPOK

Jati Diriku sebagai Warga Negara yang Baik dan Antikorupsi

Disusun oleh FG 5:

Alya Faiza Saffanah (2206824155)


Azka Humam Ghaisan (2206816065)
Fadhlan Ramadhan (2206056463)
Fatimah Luthfiah Azzahra (2206827711)
Muhammad Rafi Herdiana (2206061665)
Renita Desandra Amaera (2206062005)

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
TAHUN 2023
SUB POKOK BAHASAN

BAB 4 KEWARGANEGARAAN

4.1 Pengertian dan Sejarah Kewarganegaraan

4.2 Siapakah Warga Negara Indonesia?

4.3 Menjadi Warga Negara Indonesia

4.4 Kehilangan Kewarganegaraan Indonesia

4.5 Hubungan Timbal Balik antara Warga Negara dan Negara

4.6 Hak dan Kewajiban Warga Negara

4.7 Hak dan Kewajiban Negara

4.8 Evaluasi Kritis terhadap Hubungan Timbal Balik antara Warga Negara dan Negara

BAB 5 INDONESIA DAN DUNIA INTERNASIONAL

5.1 Hubungan Antarbangsa

5.2 Peran Indonesia dalam Hubungan Antarbangsa

5.3 Berbagai Kecenderungan di Era Globalisasi

5.4 Indonesia dan Globalisasi


PENDAHULUAN

Negara adalah organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki kekuasaan tertinggi yang sah
dan ditaati oleh rakyat. Negara terbentuk dari beberapa unsur yang saling berkaitan. Unsur
terbentuknya negara terdiri dari rakyat, wilayah, pemerintah yang berdaulat, dan pengakuan
dari negara lain. Dalam proses bernegara, terdapat hubungan saling mempengaruhi antara hak
dan kewajiban serta antara negara dan warga negara.
BAB 4 KEWARGANEGARAAN

4.1 Pengertian dan Sejarah Kewarganegaraan

Kewarganegaraan adalah status hukum seseorang sebagai anggota suatu negara.


Kewarganegaraan memberikan hak dan kewajiban tertentu pada seseorang, seperti hak untuk
memilih dan dipilih dalam pemilihan umum, hak untuk memperoleh perlindungan dari
negara, serta kewajiban untuk mematuhi hukum dan tata tertib negara.

Sejarah kewarganegaraan dapat dilacak kembali ke zaman kuno di mana keanggotaan dalam
suatu komunitas politik didefinisikan oleh faktor-faktor seperti tempat kelahiran, asal-usul
keluarga, atau bahasa yang digunakan. Namun, konsep kewarganegaraan modern lebih
banyak dipengaruhi oleh gagasan-gagasan dari abad ke-18 dan ke-19, di mana hak-hak
individu dan kedaulatan rakyat menjadi ide yang semakin penting.

Di banyak negara, kewarganegaraan dapat diperoleh melalui beberapa cara, termasuk


kelahiran di negara tersebut, keturunan dari orang tua yang memiliki kewarganegaraan, atau
melalui proses alamiahasi untuk orang asing yang telah tinggal di negara tersebut untuk
jangka waktu yang cukup lama dan memenuhi syarat tertentu. Kewarganegaraan juga dapat
dicabut jika seseorang melanggar hukum atau terlibat dalam kegiatan yang dianggap
merugikan keamanan atau kepentingan negara.

Kewarganegaraan adalah konsep yang kompleks dan terus berubah seiring dengan perubahan
politik dan sosial. Namun, konsep ini tetap penting dalam membentuk identitas individu dan
hubungan antara individu dan negara.

4.2 Siapakah Warga Negara Indonesia?

Warga negara Indonesia adalah orang yang memiliki kewarganegaraan Indonesia. Menurut
Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, setiap orang yang lahir dan dibesarkan di
Indonesia atau yang lahir dari orang tua Warga Negara Indonesia di luar negeri yang telah
atau tidak pernah menjadi Warga Negara asing, dan memenuhi persyaratan lain yang diatur
oleh undang-undang, adalah Warga Negara Indonesia.

Selain itu, orang asing yang telah menetap di Indonesia selama jangka waktu tertentu dan
memenuhi persyaratan tertentu, seperti memiliki izin tinggal dan menguasai bahasa
Indonesia, juga dapat memperoleh kewarganegaraan Indonesia melalui proses naturalisasi.

Warga negara Indonesia memiliki hak dan kewajiban yang diatur oleh undang-undang dan
konstitusi, termasuk hak untuk memilih dan dipilih dalam pemilihan umum, hak untuk
memperoleh perlindungan dan layanan dari negara, dan kewajiban untuk mematuhi hukum
dan tata tertib negara.

Kewarganegaraan Indonesia juga memiliki beberapa kategori, seperti Warga Negara


Indonesia yang mempunyai hak untuk memilih dan dipilih, Warga Negara Indonesia yang
tidak mempunyai hak untuk memilih dan dipilih, dan Warga Negara Indonesia ganda yang
mempunyai kewarganegaraan di negara lain.

Secara umum, kewarganegaraan Indonesia mencakup orang-orang yang memiliki hubungan


erat dengan Indonesia, baik melalui kelahiran, keturunan, maupun naturalisasi, dan siap
mematuhi hukum dan tata tertib negara.

4.3 Menjadi Warga Negara Indonesia

Kewarganegaraan Indonesia diatur dalam undang-undang. Beberapa UU tentang


kewarganegaraan yang telah dikeluarkan sejak kemerdekaan yaitu UU RI Nomor 3 Tahun
1946, UU RI Nomor 62 Tahun 1958, UU RI Nomor 4 Tahun 1969, UU RI Nomor 3 Tahun
1976, dan UU RI Nomor 12 Tahun 2006. Terdapat juga peraturan-peraturan selain UU berupa
keputusan presiden, instruksi presiden, peraturan pemerintah, dan surat-surat keputusan
bersama menteri kehakiman dan menteri dalam negeri. Dalam UU Nomor 12 Tahun 2006,
disebutkan empat asas yang digunakan untuk menentukan kewarganegaraan, yaitu ius
sanguinis, ius solii, kewarganegaraan tunggal, serta kewarganegaraan ganda. Asas ius
sanguinis adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan,
sementara asas ius solii adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang
berdasarkan negara tempat kelahiran. Lalu, asas kewarganegaraan tunggal merupakan asas
yang menetapkan satu kewarganegaraan bagi setiap orang dan asas kewarganegaraan ganda
merupakan asas yang menentukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak yang diatur dalam
UU tentang Kewarganegaraan RI: Indonesia tidak mengakui penduduk dengan
kewarganegaraan ganda, kecuali anak-anak dan penduduk tanpa kewarganegaraan.

Kewarganegaraan Indonesia dapat diperoleh atas tujuh dasar: kelahiran, pemberian status,
pengangkatan, permohonan, naturalisasi, perkawinan, dan kehormatan. Dengan dasar
kelahiran, seseorang secara otomatis menjadi WNI karena ayah dan ibunya adalah WNI.
Walau dilahirkan di luar negeri, seorang anak tetap menjadi WNI. Tujuan dari ketentuan
tersebut adalah untuk mencegah apatride. Pemberian status: negara dapat memberikan status
warga negara bagi anak yang dilahirkan di luar negeri dengan salah satu orang tua adalah
WNI. Pengangkatan: seorang WNA yang berumur lima tahun kebawah yang diangkat oleh
WNI dapat memperoleh kewarganegaraan Indonesia. Permohonan: kewarganegaraan
Indonesia dapat diberikan kepada anak berusia 18 tahun yang orang tuanya memiliki
kewarganegaraan yang berbeda atas dasar permohonan. Naturalisasi: kewarganegaraan
Indonesia dapat diberikan kepada orang asing yang sungguh-sungguh ingin menjadi WNI.
Perkawinan: WNA yang menikahi WNI dapat menjadi WNI dengan syarat ia harus
melepaskan kewarganegaraan sebelumnya terlebih dahulu. Kehormatan: negara dapat
memberikan kewarganegaraan kehormatan kepada orang-orang asing tertentu yang telah
berjasa kepada negara, kecuali hal tersebut mengakibatkan yang bersangkutan memiliki
kewarganegaraan ganda. Pemberian kewarganegaraan kehormatan tersebut dilakukan oleh
presiden setelah memperoleh pertimbangan DPR.

4.4 Kehilangan Kewarganegaraan Indonesia

Adapun beberapa hal yang dapat membuat seorang WNI kehilangan kewarganegaraannya.

a. WNI tersebut ingin menjadi WNA atas keinginan sendiri

b. WNI tersebut melanggar asas kewarganegaraan tunggal


c. WNI tersebut masuk dinas tentara asing tanpa izin presiden

d. WNI tersebut tinggal di luar wilayah negara Indonesia tanpa dalam rangka dinas
selama 5 tahun berturut-turut tanpa menyatakan keinginannya untuk mempertahankan
kewarganegaraannya.

e. WNI tersebut menikah dengan WNA dari negara yang memiliki peraturan bahwa
orang asing yang menikah dengan warga negaranya harus menjadi warga negaranya pula.

f. Oleh negara, kewarganegaraan seseorang dapat dinyatakan hilang karena pada


prinsipnya negara tidak menginginkan warga negaranya memiliki loyalitas ganda, terhadap
Indonesia dan terhadap negara lain. WNI yang telah kehilangan kewarganegaraannya secara
otomatis membebaskan dirinya dari hak dan kewajiban sebagai WNI.

WNI yang telah kehilangan kewarganegaraannya karena mengikuti orang lain (suami/istri
WNA) dapat diberikan kesempatan untuk kembali menjadi WNI dengan syarat bahwa WNI
tersebut tidak lagi mengikuti status suami/istrinya, berlaku juga untuk anak-anak yang
sebelumnya mengikuti orang tua yang memiliki status kewarganegaraan asing.

4.5 Hubungan Timbal Balik antara Warga Negara dan Negara

Pembukaan UUD 1945 alinea keempat menyatakan tujuan negara Indonesia yaitu melindungi
segenap bangsa Indonesia dan menumpahkan darah seluruh rakyat Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta dalam sistem
pembangunan dunia. Dibangun di atas dasar kebebasan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial. Tujuan mulia ini menjadi dasar hubungan timbal balik antara negara dan warga
negaranya.

Selain tujuan mulia tersebut, hubungan timbal balik antara negara dan warga negaranya juga
didasarkan pada prinsip-prinsip fundamental. Prinsip dasar tersebut meliputi prinsip negara
kesatuan, prinsip kedaulatan rakyat, prinsip republik dan prinsip negara hukum. Keempat
prinsip dasar tersebut, apabila diterapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, akan menjadi tatanan yang baik bagi hubungan timbal balik antara negara dan warga
negaranya.

Dalam hubungan timbal balik ini, penerapannya tentu saja dapat menyimpang dalam
praktiknya. Salah satu kesenjangan tersebut adalah korupsi. Korupsi menurut UU No.
31/1999 atau UU No. 20/2001 berarti melanggar hukum, memperkaya diri sendiri dan
orang/badan lain yang merugikan keuangan/perekonomian negara (pasal 2) karena
penyalahgunaan kekuasaan oleh jabatan/jabatan yang dapat merugikan keuangan
negara/perekonomian (pasal 2 ). Korupsi ini membuktikan kesenjangan dalam hubungan
timbal balik antara negara dan warganya. Kesenjangan ini muncul karena kurangnya
implementasi prinsip dasar dan tujuan negara Indonesia. Para pelaku korupsi memiliki
banyak alasan untuk membenarkan tindakannya. Padahal, perbuatan mereka telah merugikan
negara dan menghambat terwujudnya tujuan mulia negara. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa perlu dibangun hubungan antara prinsip negara dengan hak dan
kewajiban negara dan langkah awal untuk mencapai tujuan bangsa yaitu mencapai negara
yang harmonis dan sejahtera agar tidak adanya kasus korupsi dalam negara.

4.6 Hak dan Kewajiban Warga Negara

Di Indonesia, pengaturan hak dan kewajiban warga negara diatur dalam UUD NRI 1945. Hak
dan kewajiban warga negara di Indonesia yang berdasar pada ide kedaulatan rakyat yang
bersumber pada sila IV Pancasila. Erat kaitannya dengan kedua istilah ini ada beberapa istilah
lain yang memerlukan penjelasan yaitu : tanggung jawab dan peran warga negara.

Hak Warga Negara Indonesia antara lain :

– Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : “Tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” (pasal 27 ayat 2).

– Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: “setiap orang berhak untuk hidup serta
berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”(pasal 28A).

– Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah
(pasal 28B ayat 1).

– Hak atas kelangsungan hidup. “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
Berkembang”

– Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya dan berhak
mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan
kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia. (pasal 28C ayat 1)
– Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk
membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal 28C ayat 2).

– Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di depan hukum. (pasal 28D ayat 1).

– Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak
kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk
diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.
(pasal 28I ayat 1).

Kewajiban Warga Negara Indonesia antara lain :

– Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi: segala
warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.

– Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 menyatakan:
setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”.

– Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1 mengatakan: Setiap
orang wajib menghormati hak asai manusia orang lain

– Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. Pasal 28J ayat
2 menyatakan: “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan
yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban
umum dalam suatu masyarakat demokratis.”

– Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30 ayat (1) UUD
1945. menyatakan: “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.”

4.7 Hak dan Kewajiban Negara

Hak negara antara lain adalah:


- Hak untuk ditaati hukum dan pemerintahan (pasal 27 ayat (1))
- Hak untuk dibela (pasal 27 ayat (3))
- Hak untuk dipertahankan (pasal 30 ayat (1))
- Hak untuk menguasai bumi, air, dan kekayaan alam untuk kepentingan rakyat (pasal
33 ayat (2) dan ayat (3)

Kewajiban negara antara lain adalah:


- Menjamin persamaan kedudukan warga negara dihadapan hukum dan pemerintahan
(pasal 27 ayat (1)).
- Menjamin kehidupan dan pekerjaan yang layak (pasal 27 ayat (2)).
- Menjamin kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat baik lisan
maupun tulisan (pasal 28).
- Menjamin hak hidup serta hak mempertahankan hidup (pasal 28A).
- Menjamin hak mengembangkan diri dan pendidikan (pasal 28C ayat (1)).
- Menjamin sistem hukum yang adil (pasal 28D ayat (1)).
- Menjamin hak asasi warga negara (pasal 28I ayat (4)).
- Menjamin kemerdekaan untuk memeluk agama dan menjalankan agama
masing-masing (pasal 29 ayat (2)).
- Menjamin pembiayaan pendidikan dasar (pasal 31 ayat (2)).
- Menjamin pemberian jaminan sosial (pasal 34).

4.8 Evaluasi Kritis terhadap Hubungan Timbal Balik antara Warga Negara dan Negara

Meskipun kesejahteraan sosial sangat penting bagi negara yang baru merdeka seperti
Indonesia, namun dampak implementasi liberalisme dan kapitalisme telah menyadarkan para
pemimpin bangsa bahwa hak-hak politik, seperti hak berpendapat dan berserikat, tidak
mampu meningkatkan kesejahteraan sosial atau pemerataan ekonomi. Oleh karena itu,
keadilan sosial diberi bobot tambahan ketika UUD sedang dirancang, khususnya dalam Pasal
31, 33, dan 34 UUD 1945 yang asli. UUD 1945 juga mengedepankan hak-hak politik, sosial,
ekonomi, dan budaya sebelum amandemen, bersama dengan usulan untuk memasukkan
kebebasan berserikat dan menyatakan pendapat.

Hak-hak kolektif seperti hak bangsa untuk menentukan nasib sendiri dan hak-hak ekonomi
dan sosial seperti hak atas pendidikan, hak atas penghidupan yang layak, hak atas fakir
miskin dan anak terlantar, dll semuanya termasuk di dalam UUD 1945. Deklarasi Universal
Hak Asasi Manusia (UDHR), yang diterbitkan tiga tahun kemudian, pada tahun 1948, tidak
dimasukkan sampai setelah hak-hak ini dimasukkan. Deklarasi global tentang pembelaan hak
asasi manusia, DUHAM terdiri dari 30 pasal. Semua negara didorong oleh deklarasi ini untuk
menegakkan hak asasi manusia sesuai dengan konstitusi masing-masing.

Namun, jelas dari sejarah perkembangan negara bahwa warga negara tidak dapat sepenuhnya
menggunakan hak kebebasan berekspresi, kebebasan berserikat, dan kebebasan pers sebagai
akibat dari pembatasan, seperti pembubaran partai politik, pers pelarangan, dan tindakan
sewenang-wenang, seperti operasi militer/DOM) di Aceh, kasus Tanjung Priok, dan kasus
Trisakti. Seiring berakhirnya era Reformasi, masyarakat meminta agar hak asasi mereka
diperkuat.

Pengesahan UU RI Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, UU Nomor 23 Tahun
2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, UU Nomor 12 Tahun 2006
tentang Kewarganegaraan Indonesia, dan UU Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Perdagangan Orang menandai keberhasilan usaha ini.

Namun, realisasi hak warga negara di bidang sosial, ekonomi, dan budaya tidak sejalan
dengan realisasi hak politiknya. Indonesia terus bergumul dengan isu-isu seperti tingginya
biaya kesehatan dan pendidikan, kemiskinan, dan korupsi.

Fungsi negara diperlukan untuk perwujudan hak-hak warga negara. Pemerintah juga
membutuhkan keterlibatan warga. Sebagaimana dinyatakan dalam Pembukaan UUD 1945,
negara dapat mencapai tujuan bersama melalui hubungan kerja sama atau timbal balik dengan
penduduknya.
BAB 5 INDONESIA DAN DUNIA INTERNASIONAL

5.1 Hubungan Antarbangsa

Hubungan internasional merupakan salah satu jenis tools yang diperlukan untuk
menjembatani komunikasi antar negara di dunia dengan maksud dan tujuannya masing -
masing. Tujuan dari hubungan ini sendiri dapat bermacam - macam, mulai dari membahas
segi permasalahan antar bangsa, segi pendidikan, kesepakatan kerja dan bisnis, serta adanya
kegiatan politik antara suatu negara. Hubungan internasional ini juga diperlukan agar
terciptanya kondisi perdamaian yang sehat dalam kehidupan. Namun, hubungan internasional
antar negara tidaklah dapat berada dalam suatu keadaan yang selalu serasi. Hal ini dapat
terjadi akibat adanya kepentingan - kepentingan dalam negeri yang terkadang bertolak
belakang dengan kesepakatan - kesepakatan antar bangsa yang sudah disepakati. Lebih
parahnya, perbedaan kepentingan dalam suatu hubungan internasional ini dapat meruncing
pada suatu kegiatan yang dapat merugikan kedua belah pihak, seperti timbulnya peperangan.

Konflik memang dapat terjadi antar negara yang sudah memiliki kesepakatan dan
ternyata kesepakatan tersebut bersifat bertolak belakang dengan apa yang sudah disepakati.
Dalam proses penyelesaian konflik ini, ada dua cara yang dapat dilakukan, yakni cara
kekerasan dan perdamaian. Cara kekerasan merupakan cara yang bersifat merugikan, cara ini
dilakukan dengan melakukan suatu kegiatan yang bersifat mengancam keamanan salah satu
pihak negara agar negara oposisi merasakan ancaman dan tertekan sehingga negara yang
menyerang mampu memenangi konflik yang terjadi. Cara lainnya adalah cara yang bersifat
mutualisme, artinya kedua belah pihak mampu merasakan manfaat dan menemukan jalan
keluar dari permasalahan yang terjadi antara kedua belah pihak.

Dua cara tersebut menjadi dua cara yang bersifat umum dalam menyelesaikan sebuah
konflik. Pada kenyataannya, konflik hingga dekade ini dapat terbentuk dalam suatu tahapan.
Eskalasi konflik ini dapat dimulai dari adanya perbedaan kepentingan, seperti kebijakan
perdagangan yang membuat salah satu pihak negara merasa dirugikan, maka negara tersebut
akan membalas kebijakan perdagangan tersebut, hingga akhirnya terjadilah “perang dingin”.
Apabila perang dingin ini tidak dapat ditemukan solusinya, konflik tahap selanjutnya dapat
terjadi perang panas menggunakan senjata - senjata berbahaya bahkan hingga menggunakan
bahan - bahan kimia, mikrobiologi, dan senyawa atau mikroorganisme lainnya yang
berbahaya, disebut sebagai perang nubika. Oleh karena adanya potensi perang - perang inilah,
negara - negara di dunia menyiapkan para warganya untuk ikut serta dalam memerangi
kejahatan yang mengancam integritas negaranya. Ikut sertanya warga dalam membantu
negaranya dapat disebut sebagai bela negara. Terkhusus bangsa Indonesia, hal ini sudah
diatur dalam Pasal 27 ayat (3) dan pasal 30 ayat (1), UUD 1945 yang memiliki intisari
bahwa bela negara menjadi salah satu aksi masyarakat dalam membela negaranya.

5.2 Peran Indonesia dalam Hubungan Antarbangsa

Salah satu nilai dari pembukaan UUD 1945 alinea keempat adalah adanya tujuan
Bangsa Indonesia dalam partisipasinya menjaga ketertiban dunia. Nilai ini kemudian
diterjemahkan dan dikonseptualisasikan dalam bentuk politik bebas aktif. Politik bebas aktif
ini didasarkan adanya dua blok yang terbentuk pada saat abad XX antara blok timur dengan
ide sosialis dan blok barat dengan ide liberal. Gerakan non-blok ini notabenenya memiliki
peran penting dalam meredam konflik perang dingin yang saat itu terjadi. Namun, setelahnya
gerakan ini menjadi gerakan yang kurang berdampak akibat adanya peremehan dari para
kalangan pemrakarsa gerakan non-blok untuk memberikan kesempatan pada para penerus
dan adanya gangguan - gangguan eksternal seperti kemiskinan, gangguan sosial budaya,
krisis ekonomi, dan hal lain sebagainya.

Gerakan selanjutnya adalah pemurnian pemahaman ideologi Pancasila yang kemudian


menjadi salah satu gerakan penting dalam mengarahkan arah gerak Bangsa Indonesia
kemudian dalam menciptakan suatu perdamaian internasional. Hal ini didasari pada
paradigma tata kehidupan nasional dengan menyusun doktrin-doktrin dasar. Doktrin - doktrin
dasar itu kemudian dibuat dengan suatu ketetapan yang menyatakan bahwa dalam usaha
menyusun suatu perdamaian stabilitas internasional, dibutuhkan suatu kestabilitasan dari
kawasan regional itu sendiri , yakni Negara Indonesia dan negara - negara sekitar. Hal ini
kemudian direalisasikan dengan dibentuknya ASEAN (Association of Southeast Asian
Nation) yang dibentuk pada tanggal 8 Agustus 1967.

Maka dari itu, intisari daripada usaha - usaha gerakan perdamaian internasional yang
diusahakan oleh bangsa Indonesia adalah gerakan yang dinamakan gerakan politik luar
negeri. Dimana Tujuan politik luar negeri Indonesia menurut Mohammad Hatta :

1.Mempertahankan kemerdekaan bangsa dan menjaga keselamatan negara,

2. Memperoleh barang-barang yang diperlukan dari luar untuk memperbesar kemakmuran


rakyat,
3. Meningkatkan perdamaian internasional,

4. Meningkatkan persaudaraan segala bangsa sebagai pelaksanaan cita-cita yang tersimpul di


dalam Pancasila, dasar dan filsafat negara kita.

5.3 Berbagai Kecenderungan di Era Globalisasi

Globalisasi tentunya akan membawa suatu perubahan yang dapat terjadi pada setiap
aspek dalam kehidupan kita sehari-hari, contohnya dalam aspek ekonomi, teknologi, politik,
pertahanan, dan sosial budaya. Globalisasi nantinya akan menciptakan dunia tanpa batas
dimana hal ini dapat menjadi kecenderungan yang positif maupun negatif tergantung dari
bagaimana sebuah negara atau individu menyikapinya. Negara yang tidak memiliki karakter
bangsa yang kuat akan mengalami dampak negatif dari globalisasi ini karena akan terjadi
berbagai konflik yang dapat memecah belah sebuah kesatuan karena perbedaan pendapat atau
persepsi terkait nilai-nilai yang terkandung dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara.
Oleh karena itu, pendidikan karakter dan kepribadian menjadi sangat penting untuk
mengantisipasi terjadinya hal-hal yang dapat memicu perpecahan. Perkembangan teknologi
misalnya, seiring berjalannya waktu, perkembangan teknologi juga akan terjadi semakin
cepat. Penemuan-penemuan terkini pada bidang teknologi akan terus mengalami
perkembangan karena sifatnya yang saling terkait satu sama lain. Misalnya penemuan pada
bioteknologi dan material science juga akan mempercepat perkembangan ilmu pada bidang
komputer. Sedangkan kecenderungan politik menyebabkan kebangkitan demokrasi di
beberapa negara berkembang. Kecenderungan ekonomi sendiri terjadi karena adanya
pergeseran pusat perekonomian dunia ke kawasan negara pasifik. Kecenderungan sosial
budaya diakibatkan adanya kemajuan teknologi telekomunikasi yang juga memicu
perkembangan teknik informatika. Kecenderungan dalam bidang pertahanan keamanan
dipengaruhi runtuhnya Blok Timur yang merupakan tanda adanya perubahan visi, misi, dan
konsep politik nasional.

5.4 Indonesia dan Globalisasi

Globalisasi merupakan sebuah proses baik antarindividu, antarkelompok, dan


antarnegara yang nantinya akan mengalami interaksi sehingga saling terhubung dan berkaitan
satu sama lain. Dalam perkembangannya, globalisasi tentu akan mengakibatkan banyak
dampak positif maupun negatif pada suatu negara. Contoh dampak positif yang dapat terjadi
yaitu adanya perubahan nilai, sikap, dan kepribadian nasional ke arah yang lebih baik. Selain
itu, adanya globalisasi juga dapat memicu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
sehingga penggunaannya dapat lebih mudah dijangkau dan lebih bermanfaat bagi masyarakat
global. Etos kerja dan pemikiran masyarakat luas juga diharapkan akan secara perlahan-lahan
berubah menjadi lebih baik. Jika dilihat sekarang ini, dampak positif globalisasi bagi
Indonesia dapat dilihat dari pesatnya perkembangan teknologi sehingga memudahkan banyak
pekerjaan masyarakat menjadi lebih efektif dan efisien.

Selain dampak positif, dampak negatif juga pasti akan menjadi satu hal yang harus
dihadapi sebagai akibat dari globalisasi ini. Salah satunya adanya pergeseran nilai-nilai
nasionalisme dikarenakan adanya pengaruh dari budaya asing yang kurang baik. Pengaruh
dari budaya asing ini juga dapat mengakibatkan perubahan gaya hidup seperti terciptanya
sikap individualis, konsumtif, mementingkan diri sendiri, serta pudarnya apresiasi terhadap
budaya lokal yang dikhawatirkan akan membuat kebudayaan asli Indonesia perlahan-lahan
menghilang.
REFERENSI

Pur, M., & Pur, M. (2018, January 4). Hak dan Kewajiban Negara Terhadap Warga

Negara Dalam UUD 1945 | Freedomsiana. Freedomsiana | Mencerdaskan

Kehidupan Bangsa.

https://www.freedomsiana.id/hak-dan-kewajiban-negara-terhadap-warga-negar

a-dalam-uud-1945/

Subiyanto. 2019. Jurnal TRANSFORMASI (Informasi & Pengembangan Iptek

(STMIK BINA PATRIA). Magelang

Musthafa, Bachrudin. 2002. Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 9, Nomor 4

“Kecenderungan Global dan Tuntutan Pendidikan Abad Informasi”. Bandung

BAGIAN III JATI DIRIKU SEBAGAI WARGA NEGARA INDONESIA YANG

SETIA PADA PANCASILA.

emas2.ui.ac.id/repos/P5_Jati_Diriku_Sebagai_WNI_yang_Setia_pada_Pancasila.pdf.

“HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA INDONESIA DENGAN UUD 45 |

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.”

Www.mkri.id,11Aug.2015,www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=11732.

iai.or.id. Hubungan Internasional. Diakses pada 26 Maret 2023 dari ‌Hubungan

Internasional
elearning.smknegeri1stabat.sch.id. BAB 5 : Peran Indonesia dalam Hubungan

Internasional. Diakses pada 26 Maret 2023 dari Peran Indonesia dalam Hubungan

Internasional

Anda mungkin juga menyukai