Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kewarganegaraan sangat wajib dimiliki oleh setiap warga negara yang hidup, tinggal,
dan melakukan semua aktifitasnya disuatu negara. Setiap warga negara akan memiliki
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara. Setiap orang haruslah
terjamin haknya untuk mendapatkan status kewarganegaraan, sehingga dapat menghindarkan
terjadinya ‘stateless’ atau tidak berkewarganegaraan.

Negara tidak membolehkan seseorang memiliki dua status kewarganegaraan,


termasuk negara Indonesia. Oleh karena itu diperlukan perjanjian kewarganegaraan antara
negara modern untuk menghindari status dwi kewarganegaraan.

Sebagai warga negara wajib membina hak dan kewajiban yang telah diatur dalam
UUD 1945 dengan baik. Tujuan agar generasi muda menjadi warga negara yang baik.
Indonesia telah mewajibkan untuk mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan di lima status,
pertama sebagai mata pelajaran di sekolah. Kedua, sebagai mata kuliah di Perguruan Tinggi.
Ketiga, sebagai salah satu cabang pendidikan disiplin ilmu pengetahuan sosial dalam
kerangka program pendidikan guru. Keempat, sebagai program pendidikan politik yang
dikemas dalam bentuk Penataran Pedoman Penghayatan (Penataran P4) atau sejenisnya yang
pernah dikelola oleh Pemerintah sebagai satuan crash program. Kelima, sebagai kerangka
konseptual dalam pemikiran individual dan kelompok pakar terkait.

Tujuan lainnya adalah untuk menyadarkan generasi muda bahwa semangat


perjuangan bangsa merupakan kekuatan mental spiritual telah melahirkan kekuatan yang luar
biasa dalam masa perjuangan fisik, sedangkan dalam menghadapi globalisasi merupakan
perjuangan non fisik sesuai dengan profesi masing-masing.

HAKIKAT DAN PENTINGNYA KEWARGANEGARAAN Page 1


I.2 Rumusan Masalah

A. Apa pengertian dan unsur Kewarganegaraan?


B. Bagaimana kewarganeganegaraan dalam Dunia Pendidikan?
C. Apa saja masalah yang terjadi dengan Kewarganegaraan?

1.3 Tujuan

A. Untuk mengetahui arti dan unsur Kewarganegaraan.


B. Untuk mengetahui Kewarganegaraan dalam Dunia Pendidikan.
C. Untuk mengetahui tanggapan dari masalah yang terjadi tentang Kewarganegaraan.

HAKIKAT DAN PENTINGNYA KEWARGANEGARAAN Page 2


BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Pengertian dan Unsur Kewarganegaraan

A. Pengertian Kewarganegaraan

Menurut bahasa, memiliki arti anggota, peserta atau warga dari suatu perkumpulan
organisasi. Jadi, warga negara adalah warga atau anggota dari suatu negara. Sering dijumpai
kata warga negara, warga desa, warga masyarakat, warga kota, sebagai arti anggota atau
peserta. Sacara sederhana dapat disimpulkan arti warga negara adalah anggota dari suatu
negara.

Istilah Warga Negara merupakan terjemahan kata “citizien” yang memiliki makna,
sebagai:

a. Warga Negara
b. Petunjuk dari sebuah kota
c. Orang setanah air, sesama penduduk atau sesama warga negara
d. Bawahan atau kaula.

Pada masa lalu, dipakai istilah kawula negara (misalnya zaman Hindia Belanda) yang
menunjukan hubungan yang tidak sederajat dengan negara. Istilah kawula memberi arti
bahwa warga hanya sebagai obyek atau milik negara. Sekarang Istilah warga negara sering
digunakan untuk menunjukkan hubungan yang sederajat antara warga dengan negaranya.

Pengertian Kewarganegaraan menurut UUD 1945 No.62 Tahun 1985 Tentang


Kewarganegaraan adalah segala jenis hubungan dengan suatu negara yang mengakibatkan
adanya kewajiban negara itu untuk melindungi orang yang bersangkutan.

Pengertian Kewarganegaraan dalam arti sosiologis adalah seseorang dapat dipandang


negara sebagai warga negaranya sebab penghayatan hidup, ikatan emosional dan juga tingkah
laku yang dilakukan menunjukkan bahwa orang tersebut sudah seharusnya menjadi anggota
negara itu. Namun dari sudut pandang hukum orang tersebut tidak memiliki bukti ikatan
hukum dengan negara.

HAKIKAT DAN PENTINGNYA KEWARGANEGARAAN Page 3


Pengertian Kewarganegaraan dalam arti formil menunjukkan pada tempat
Kewarganegaraannya, dalam sistematika hukum, masalah Kewarganegaraan berada pada
hukum politik.

Pengertian Kewarganegaraan dalam arti Materil menunjuk pada akibat hukum dari
status Kewarganegaraan, yaitu hak dan kewajiban sebagai bagian dari warga negara.

Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam kontrol satuan politik


tertentu (secara khusus:negara) yang dengannya membawa hak untuk berpartisipasi dalam
kegiatan politik. Seseorang dengan keanggotaannya yang demikian disebut warga negara.
Seorang warga negara berhak memiliki paspor dari negara yang dianggotainya.

Kewarganegaraan memiliki kemiripan dengan kebangsaan (bahasa


Inggris:nationality), yang membedakannya adalah hak-hak untuk aktif dalam perpolitikkan.
Ada kemugkinan untuk memiliki kebangsaan tanpa menjadi seorang warga negara (contoh,
secara hukum merupakan subyek suatu negara dan berhak atas perlindungan tanpa memiliki
hak berpartisipasi dalam politik). Juga dimungkinkan untuk memiliki hak politik tanpa
menjadi anggota bangsa dari suatu negara.

B. Unsur Kewarganegaraan

Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) adalah orang yang diakui oleh UU sebagi
warga negara Republik Indonesia. Kepada setiap penduduk akan dierikan Kartu Tanda
Penduduk (KTP) berdasarkan Kabupaten atau (kuhusus DKI Jakarta) Provinsi, tempat ia
terdaftar sebagai penduduk/warga. Kepada setiap penduduk akan diberikan nomor identitas
yang unik (Nomor Induk, NIK) apabila ia telah berusia 17 tahun dan mencatatkan diri di
kantor pemerintah. Unsur yang menentukan Kewarganegaraan adalah:

1. Unsur darah keturunan (Ius Sanguinis)


2. Unsur daerah tempat kelahiran (Ius Soli)

Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam UU no.12 tahun 2006 tentang


Kewarganegaraan Republik Indonesia.

1. setiap orang yang sebelum berlakunya UU tersebut telah menjadi WNI


2. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI
3. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu warga
negara asing (WNA), atau sebaliknya

HAKIKAT DAN PENTINGNYA KEWARGANEGARAAN Page 4


4. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan ayah yang
tidak memiliki kewarganegaraan atau hukum negara asal sang ayah tidak memberikan
kewarganegaraan kepada anak tersebut
5. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia
dari perkawinan yang sah, dan ayahnya itu seorang WNI
6. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI
7. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui oleh
seorang ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak
tersebut berusia 18 tahun atau belum kawin
8. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak
jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
9. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah megara Republik Indonesia selama
ayah dan ibunya tidak diketahui
10. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya
tidak memiliki kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya
II.2 Kewarganegaraan dalam Dunia Pendidikan
A. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi

Pendidikan Kewarganegaraan sebenarnya dilakukan dan dikembangkan diseluruh


dunia, meskipun dengan berbagai istilah atau nama. Mata kuliah tersebut sering disebut civic
education, citizenship education , dan bahkan ada yang menyebut democrary education. Mata
kuliah ini memiliki peran yang strategis dalam mempersiapkan warga negara yang cerdas,
bertanggung jawab, berkaadaban. Berdasarkan rumusan “Civic International” (1995),
disepakati bahwa pendidikan demokrasi penting untuk pertumbuhan civic culture, untuk
keberhasilan pengembangan dan pemeliharaan pemerintahan demokrasi (Mansoer, 2005)

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang


Sistem Pendidikan Nasional, serta Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional Nomor 43/DIKTI/Kep/2006 tentang Rambu-Rambu
Pelaksanaan Kelompok mata kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi atas
mata kuliah Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Bahasa Indonesia.
Berdasarkan ketentuan tersebut maka kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian
tersebut wajib diberikan disemua Fakultas dan Jurusan di seluruh Perguruan Tinggi di
Indonesia.

HAKIKAT DAN PENTINGNYA KEWARGANEGARAAN Page 5


Fakta seluruh negara di dunia, memiliki kesadaran bahwa Demokrasi serta
Implementasinya harus senantiasa dikembangkan dengan basis filsafat bangsa, identitas
nasional, kenyataan dan pengalaman sejarah bangsa tersebut, serta dasar-dasar kemanusiaan
dan keadaban. Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan intelektual Indonesia memiliki dasar
kepribadian sebagai warga negara yang demokratis, religius, berkemanusiaan, dan
berkeadaban.

Berdasarkan Keputusan DIRJEN Dikti No. 43/Dikti/Kep/2006, tujuan pendidikan


pancasila dan kewarganegaraan adalah dirumuskan dalam visi, misi, dan kompetensi sebagai
berikut:

VISI: Pendisdikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi adalah


sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program studi, guna
mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadiannya sebagai manusia seutuhnya, hal ini
berdasarkan suatu realitas yang dihadapi, bahwa mahasiswa adalah sebagai generasi bangsa
yang harus memiliki visi intelektual, religius, berkeadaban, berkemanusiaan, dan cinta tanah
air dan bangsanya.

Misi: Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi adalah untuk


membantu mahasiswa memantapkan kepribadiannya, agar secara konsisten mampu
mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam
menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan
rasa tanggung jawab dan bermoral.

Oleh karena itu kompetensi yang diharapkan mahasiswa adalah untuk menjadi
ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokrasi,
berkeadaban. Selain itu kompetensi yang diharapkan agar mahasiswa menjadi warga negara
yang memiliki daya saing, berdisiplin, dan berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan
yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila. Berdasarkan pengertian tersebut maka
kompetensi mahasiswa dalam Pendidikan Tinggi tidak dapat dipisahkan dengan filsafat
bangsa.

B. Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah

Sebagai mata pelajaran di sekolah, pendidikan Kewarganegaraan telah mengalami


perkembangan yang fluktuatif, baik dalam kemasan maupun subtansinya.

HAKIKAT DAN PENTINGNYA KEWARGANEGARAAN Page 6


Pendidikan Kewarganegaraan dijelaskan dalam Depdiknas (2006:49), Pendidikan
kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang mefokuskan pada pembentukan warganegara
yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warga
negara Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan
UUD 1945. Lebih lanjut Somantri (2001: 154) menyatakan bahwa:
“PKn merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan
dasaryang berkenan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan
pendahuluan bela negara menjadi warga negara agar dapat diandalkan oleh bangsa dan
negara”.
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat
membentuk diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural dan bahasa untuk menjadi
warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang dilandasi oleh UUD 1945 (Sudjana,
2003).
Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang secara umum bertujuan
untuk mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia, sehingga memiliki
wawasan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan
untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Sudjatmiko, 2008).
Kurikulum Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sejak awal kemerdekaan pada tahun
1946 sampai era reformasi atau masa sekarang:

1. Tahun 1957
PadatahuninimulaidiperkenalkanmatapelajaranKewarganegaraan. Isi
pokokmaterinyameliputicaramemperolehkewarganegaraansertahakdankewajibanwarganegara
. SelainmatapelajaranKewarganegaraanjugadiperkenalkanmatapelajaran Tata Negara dan
Tata Hukum.
2. Tahun 1959
Padatahuniniinimunculmatapelajaran CIVICS yang isinyameliputisejarahnasional,
sejarahproklamasi, Undang-UndangDasar 1945, Pancasila, pidato-
pidatokewarganegaraanpresiden, sertapembinaanpersatuandankesatuanbangsa.
3. Tahun 1962
Padatahuninitelahterjadipergantianmatapelajaran CIVICS menjadiKewargaan Negara.
Penggantianiniatasusulmenterikehakimanpadamasaitu, yaitu Dr. Saharjo, SH.
Menurutbeliaupenggantianinibertujuanuntukmembentukwarganegara yang baik. Materiyang

HAKIKAT DAN PENTINGNYA KEWARGANEGARAAN Page 7


diberikanmenurutkeputusanmenteri P dan K no. 31/1967 meliputiPancasila, Undang-
UndangDasar 1945, Tap MPR, danpengetahuan PBB.
4. Tahun 1968
Padatahuninikeluarkurikulum 1968 sehinggaistilahKewargaan Negara
secaratidakresmidigantimenjadiPendidikanKewarganegaraan. Materipokoknya di
SekolahDasaryaitu,
a. Pengetahuan kewarganegaraan
b. Sejarah Indonesia
c. Ilmu bumi
Sekolah Pendidikan Guru
a. Sejarah Indonesia
b. Undang-Undang Dasar 1945
c. Kemasyarakatan
d. Hak Asasi Manusia (HAM)

5. Tahun 1973
Pada tahun ini Badan Pengembangan Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
bidang PKn menetapkan 8 tujuan kurikuler, yaitu:
1. Hak dan kewajiban warga negara
2. Hubungan luar negeri dan pengetahuan internasional
3. Persatuan dan kesatuan bangsa
4. Pemerintahan demokrasi Indonesia
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
6. Pembangunan sosial ekonomi
7. Pendidikan kependudukan
8. Keamanan dan ketertiban masyarakat

6. Tahun 1975
Pada Kurikulum tahun 1975 istilah Pendidikan Kewargaan Negara diubah menjadi
Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang berisikan materi Pancasila sebagaimana diuraikan
dalam Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau P4. Perubahan ini sejalan
dengan misi pendidikan yang diamanatkan oleh Tap. MPR II/MPR/1973. Mata pelajaran
PMP ini merupakan mata pelajaran wajib untuk Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan
Tinggi. Mata pelajaran PMP ini terus dipertahankan baik istilah maupun isinya sampai

HAKIKAT DAN PENTINGNYA KEWARGANEGARAAN Page 8


dengan berlakunya Kurikulum 1984 yang pada dasarnya merupakan penyempurnaan dari
Kurikulum 1975 (Depdikbud: 1975 a, b, c dan 1976). Pendidikan Moral Pancasila (PMP)
pada masa itu berorientasi pada value inculcation dengan muatan nilai-nilai Pancasila dan
UUD 1945 (Winataputra dan Budimansyah, 2007).
7. Tahun 1994
Pada tahun ini mata pelajaran PMP diganti menjadi mata pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 2
tahun 1989 tentang Sistim Pendidikan Nasional yang menggariskan adanya muatan
kurikulum Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan, sebagai bahan kajian
wajib kurikulum semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan (Pasal 39).
Kurikulum Pendidikan Dasar tahun 1994 mengakomodasikan misi baru pendidikan
tersebut dengan memperkenalkan mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
atau PPKn. Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, Kurikulum PPKn 1994
mengorganisasikan materi pembelajarannya bukan atas dasar rumusan butir-butir nilai P4,
tetapi atas dasar konsep nilai yang disaripatikan dari P4 dan sumber resmi lainnya yang ditata
dengan menggunakan pendekatan spiral meluas atau spiral of concept development (Taba,
1967). Pendekatan ini mengartikulasikan sila-sila Pancasila dengan jabaran nilainya untuk
setiap jenjang pendidikan dan kelas serta catur wulan dalam setiap kelas.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) pada masa ini karakteristiknya
didominasi oleh proses value incucation dan knowledge dissemination. Hal tersebut dapat
lihat dari materi pembelajarannya yang dikembangkan berdasarkan butir-butir setiap sila
Pancasila. Tujuan pembelajarannya pun diarahkan untuk menanamkan sikap dan prilaku yang
beradasarkan nilai-nilai Pancasila serta untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan
untuk memahami, menghayati dan meyakini nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman dalam
berprilaku sehari-hari (Winataputra dan Budimansyah, 2007).
Sedangkan dalam kurikulum 1994 ruang lingkup Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
(PPKn) meliputi :
1. nilai moral dannormabangsa Indonesia sertaperilaku yang
diharapkanterwujuddalamkehidupanbermasyarakat, berbangsa,
danbernegarasebagaimanadimaksuddalamPedomanPenghayatandanPengamalanPancasila.
2. kehidupanideologipolitik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanandankeamanan di
negaraRepublik Indonesia yang berdasarkanPancasiladan UUD 1945. Sedangkanluasliputan,
kedalamandantingkatkesukaranmateripelajaransesuaidengantingkatperkembanganbelajarsisw
apadasatuanpendidikan.

HAKIKAT DAN PENTINGNYA KEWARGANEGARAAN Page 9


8. Tahun 2004
DengandberlakukannyaUndang-undangSistemPendidikanNasional No. 20 tahun 2003,
diberlakukankurikulum yang dikenaldengannamaKurikulumBerbasisKompetensitahun 2004
dimanaPendidikanPancasiladanKewarganegaraanberubahnamamenjadiKewarganegaraan.
9. Tahun 2006
Padatahuninikeluarkurikulumbaru yang bernamaKurikulum Tingkat SatuanPendidikan
(KTSP) munculmatapelajaranPendidikanKewarganegaraan (PKn)
menggantikanKewarganegaraandanPPKn.
BerdasarkanPemendiknas No. 22 tahun 2006,
ruanglingkupmatapelajaranPendidikanKewarganegaraanuntukPendidikanDasardanMenengah
secaraumum meliputiaspek-aspeksebagaiberikut,
1. Persatuan dan Kesatuan Bangsa
2. Norma, Hukum dan Peraturan
3. Hak Asasi Manusia
4. Kebutuhan Warga Negara
5. Konstitusi Negara
6. Kekuasaan dan Pilitik
7. Pancasila
8. Globalisasi

10. Kurikulum tahun 2013


Pada tahun 2013/2014 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan memberlakukan
Kurikulum 2013 yang menrupakan pengembangan 2006. Menurut pasal 1 ayat 19 UU sistem
peraturan Nasional No 23 Tahun 2013. Kurikulum 2013 dirancang dengan tujuan untuk
mempersiapkan iman Indonesia supaya memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan
warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif dan efektif serta mampu
berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia.
Penataan ulang PKN menjadi PPKN pada kurikulum 2013:
a. Memperkuat nilai norma dan moral pancasila, nilai UUD NKRI tahun 1945, nilai dan
semangat Bhineka Tunggal Ika, serta wawasan dan komitmen Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
b. Memantapkan pengembangan peserta didik dalam dimensi (1) pengetahuan
Kewarganegaraan (2) sikap Kewarganegaraan (3) keterampilan Kewarganegaraan (4)

HAKIKAT DAN PENTINGNYA KEWARGANEGARAAN Page 10


Keteguhan Kewarganegaraan (5) komitmen Kewarganegaraan (6) Kompetisi
Kewarganegaraan.
c. Mengembangkan dan menerapkan berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik PPKn yang berorientasi pada pengembangan karakteristik peserta didik
sebagai warga negara yang baik dan cerdas secara utuh.
d. Menembangkan dan menerapkan berbagai model penilai proses pembelajaran dan
hasil belajar PPKn.
II.3 Masalah tentang Kewarganegaraan

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly
membenarkan informasi bahwa Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar
memiliki dua paspor. Menurut dia, Arcandra memiliki paspor Amerika Serikat dan paspor
Indonesia.

Meskipun memiliki dua paspor, Yassona mengatakan status WNI Arcandra Tahar belum
dicabut. "Jadi secara legal formal, belum ada pencabutan kewarganegaraan melalui SK
Menkumham kepada Pak Arcandra Tahar. Belum ada itu," kata Yassona di Lembaga
Pemasyarakatan Narkotika Kelas II-A Cipinang, Jakarta Timur, Senin, 15 Agustus 2016.

Menurut Yassona, berdasarkan Undang-Undang Kewarganegaraan, warga Indonesia yang


memperoleh kewarganegaraan lainnya dengan kemauan sendiri memang akan kehilangan
statusnya sebagai WNI. "Itu normanya. Tetapi, kehilangan kewarganegaraan itu perlu
diformalkan melalui keputusan menteri," katanya.
Yassona mengaku setiap bulan menandatangani surat keputusan penghilangan status WNI.
Sebaliknya, dia juga menerima kewarganegaraan orang asing menjadi warga Indonesia.
Menurut Yasonna, petugas kementeriannya juga kerap menemukan WNI yang datang ke
Indonesia memiliki paspor Indonesia dan paspor negara lain. Paspor asing tersebut, kata
dia, langsung ditarik dan diajukan ke kantornya.

Menteri Arcandra yang baru dilantik Presiden Joko Widodo pada 27 Juli 2016, diterpa
kabar memiliki dua kewarganegaraan. Arcandra yang puluhan tahun tinggal di Amerika
Serikat dikabarkan telah menanggalkan status WNI-nya.

HAKIKAT DAN PENTINGNYA KEWARGANEGARAAN Page 11


INDOBERITA.COM – Gloria Natapradja Hamel Kabar menghebohkan yang
menjadi perbincangan hangat netizen dan publik Indonesia, dimana seorang gadis
bernama Gloria Natapradja Hamel yang berasal dari Kota Depok yang ditugaskan
menjadi seorang Paskibraka Nasional 2016, akan tetapi harus dicoret kaena
diduga mempunyai dua status kewarganegaraan yaitu Perancis dan Indonesia.

Padahal dari pengakuan sang ibunda kepada awak media apabila putrinya Gloria
Natapradja Hamel sangat mengharapkan menjadi anggota Paskibraka
atau Pasukan Pengibar Bendera Pusaka dalam upacara kemerdekaan
Indonesia Ke-71. Sontak saja dengan dihapusnya Gloria ini langsung
memupuskan harapan yang selama ini sangat diinginkan oleh Gloria dan keluarga.
Diketahui apabila Garnisun dan Kemenpora memutuskan jika Gloria tidak ikut
menjadi anggota pasibraka 2016.

HAKIKAT DAN PENTINGNYA KEWARGANEGARAAN Page 12


Dalam waktu yang hampir bersamaan, terdapat dua peristiwa tragis yang dialami oleh dua
"orang Indonesia". Pertama adalah apa yang dialami oleh Gloria Natapradja Hamel. Dia
gagal menjadi bagian dari Pasukan Pengibar Bendera Pusaka alias Paskibraka karena
berkewarganegaraan Perancis seperti ayahnya. Kedua, menimpa Arcandra Tahar. Dia
diberhentikan sebagai Menteri ESDM karena diketahui berkewarganegaraan Amerika
Serikat.
Konteks yang menyelimuti dua orang itu memang berbeda, tetapi memiliki titik singgung.
Gloria tumbuh dan berkembang di Indonesia dan sangat mencintai Indonesia, meskipun
ayahnya orang Perancis. Namun, karena Gloria belum berusia 18 tahun, dia belum bisa
mengajukan permohonan sebagai warga negara Indonesia sebagaimana yang
diinginkannya.
Sementara Arcandra sudah dua dekade bermukim di Amerika Serikat. Kemampuan
akademik dan teknisnya, berikut kariernya, tumbuh memekar di negara Paman Sam itu.
Berkaitan dengan karier pula, barangkali, dia akhirnya mengajukan diri menjadi warga
negara Amerika Serikat.
Namun, pada saat yang bersamaan, dia berusaha tetap mempertahankan statusnya sebagai
warga negara Indonesia sebagaimana dibuktikan oleh kepemilikan paspor. Dia juga masih
mencintai Indonesia.
Jaringan "Indonesia"
Kasus itu mengingatkan kembali pada harapan banyak warga negara Indonesia (WNI)
yang bermukim di berbagai belahan dunia. Dalam sejumlah kesempatan berbincang
dengan mereka di sejumlah negara, mereka mengusulkan agar Indonesia membuka ruang
bagi adanya kewarganegaraan ganda, sebagaimana diterapkan sejumlah negara lain.
WNI itu, yang banyak di antara mereka telah memperoleh status sebagai permanent
resident, masih gamang meningkatkan statusnya sebagai warga negara di negara tempat
mereka tinggal itu. Di antara alasannya adalah karena mereka masih mencintai Indonesia
dan masih bangga memegang paspor berlambangGaruda.
Namun, pada saat yang bersamaan, mereka juga menyadari bahwa, bagaimanapun, terdapat
perbedaan antara statuspermanent resident dan status sebagai warga negara. Perbedaannya
bukan semata-mata pada hak politik yang dimiliki oleh warga negara, seperti hak memilih
dan dipilih, melainkan juga terkait dengan karier.

Untuk posisi-posisi tertentu, hanya orang yang berstatus warga negara yang bisa
menempati. Implikasinya, permanent residenttetaplah sebagai warga kelas dua di bawah
warga negara.

HAKIKAT DAN PENTINGNYA KEWARGANEGARAAN Page 13


Usulan kewarganegaraan ganda bagi WNI itu lebih mengemuka setelah diadakan
serangkaian pertemuan perantauan Indonesia yang bermukim di sejumlah negara, baik
yang telah berstatus warga negara lain, permanent resident, maupun yang tinggal
sementara, yang difasilitasi oleh Kementerian Luar Negeri sejak beberapa tahun
belakangan.
Perlunya kewarganegaraan ganda itu tidak semata-mata didasari oleh romantisisme
kultural, yang terbalut oleh identitas politik "Indonesia". Usulan pentingnya
kewarganegaraan ganda juga didorong oleh keinginan untuk menumbuhkembangkan
jaringan "Indonesia" di berbagai belahan dunia.
Jaringan itu pada kenyataannya tidak hanya melahirkan keuntungan-keuntungan budaya,
misalnya, melainkan juga telah terbukti mampu memperkuat posisi ekonomi sejumlah
negara.
Tantangan
Tidak sedikit WNI di luar negeri yang menyayangkan masih tertutupnya kemungkinan
adanya kewarganegaraan ganda. UU No 12/2006 tentang Kewarganegaraan secara tegas
tidak mengakui kewarganegaraan ganda itu.
Pasal 23, di antaranya, menyatakan bahwa "WNI kehilangan kewarganegaraannya jika
yang bersangkutan: memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri, dan
tidak menolak atau melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang yang
bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu".
Membuka kemungkinan adanya kewarganegaraan ganda tentu saja tidak mudah.
Perbincangan panjang telah dilakukan dan Indonesia sendiri pernah memiliki pengalaman
lama, yakni terkait dengan adanya kewarganegaraan ganda warga keturunan Tionghoa.
Pemerintah Indonesia tidak mengakui adanya kewarganegaraan ganda tersebut. Akibatnya,
banyak warga keturunan Tionghoa harus meninggalkan Indonesia, meski banyak di antara
mereka itu lahir dan tumbuh di Indonesia.
Di antara masalah sensitif yang akan muncul ketika wacana kewarganegaraan ganda ini
dimunculkan adalah terkait dengan WNI keturunan Tionghoa. Hal ini tidak hanya terkait
dengan sejarah masa lalu, tetapi juga apa yang terjadi belakangan.
Seiring dengan menguatnya hubungan ekonomi politik Indonesia-Republik Rakyat
Tiongkok (RRT), banyak warga Tiongkok datang ke Indonesia. Juga banyak WNI yang ke
RRT. Ketika dibuka ruang kewarganegaraan ganda yang melibatkan WNI keturunan
Tionghoa, memiliki potensi adanya ketegangan baru mengingat jumlahnya cukup besar.

Oleh karena itu, dalam membahas perlu tidaknya kewarganegaraan ganda harus
melakukannya secara menyeluruh. Yang menjadi pertimbangan tentu saja bukan semata-
mata agar Indonesia lebih aktif lagi di dalam percaturan global, secara ekonomi maupun
budaya, melainkan juga terkait dengan isu-isu lain seperti isu pertahanan dan keamanan.

HAKIKAT DAN PENTINGNYA KEWARGANEGARAAN Page 14


Meskipun demikian, menutup rapat-rapat kemungkinan adanya kewarganegaraan ganda
juga kurang arif mengingat mobilitas lintas negara saat ini sangat kuat. Pada kenyataannya,
semakin banyak WNI yang menjadi bagian penting dari warga global.
Sangat disayangkan kalau interaksi yang semakin kuat itu menjadi sulit dikembangkan
karena Indonesia tidak memberi ruang kepada mereka untuk tetap menjadi WNI tetapi juga
memiliki keterikatan politik dengan negara lain.
Hanya saja, mengingat Indonesia juga memiliki kepentingan-kepentingan nasional yang
membedakan dengan negara-negara lain, sekiranya kewarganegaraan ganda itu
diberlakukan, tetap harus dilakukan secara hati-hati dan terbatas. Misalnya hanya
melibatkan negara-negara tertentu yang secara politik dan keamanan tidak berpotensi
bermasalah.
Kemungkinan semacam itu akan memberi kesempatan kepada banyak orang hebat
Indonesia berkarya secara maksimal di banyak negara tanpa harus tercerabut identitasnya,
baik secara politik maupun secara budaya. Dengan demikian, cerita tragis seperti Gloria
dan Arcandra bisa dihindari.
Kacung Marijan
Guru Besar FISIP Universitas Airlangga; Pernah Menjadi Dirjen Kebudayaan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Versi cetak artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 19 Agustus 2016, di halaman 7
dengan judul "Menimbang Kewarganegaraan Ganda".

HAKIKAT DAN PENTINGNYA KEWARGANEGARAAN Page 15


BAB III

PENUTUP

III. 1 Kesimpulan

Hakikat dan Pentingnya Kewarganegaraan adalah mempermudah kita melakukan


administrasi disuatu Negara termasuk Indonesia dan sebagai semangat nasionaluntuk
membela negara, membanggakan nama negarabiasanya disebut dengan rasa Patriotisme
terhadap negara. Pemerintah dan warga negara haruslah melakukan tanggung jawab masing-
masing dengan baik.

Peningkatan rasa Patriotisme kepada negara itu dilakukan dengan berbagai cara, cara
ini dilakukan dibanyak negara termasuksalah satunya adalah Indonesia dengan mengadakan
Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah-sekolah dan Perguruan Tinggi, bahkan pemerintah
mewajibkan Pendidikan Kewarganegaraan di berbagai instansi pendidikan. Alasan
Pemerintah mewajibkan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yakni ingin
menumbuhkan rasa cinta tanah air dengan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, produktif,
kreatif, inovatif, serta mampu berkontribusi pada kebutuhan masyarakat.

HAKIKAT DAN PENTINGNYA KEWARGANEGARAAN Page 16


DAFTAR PUSTAKA

Andhikafrancisco.blogspot.com

herherdiawanto,2010. Cerdas, kritis dan aktif berwaarganegara.Erlangga:Jakarta

Htttp://googlewweblight.com/?lite_url=https://id.m.wikipedia.org/wiki/kewarganegaraan

https://googleweblight.com/?lite_ur=https://m.tempo.co/read/news/2016/08/20/078797422/so
al-status-archandra-rahasia-di-balik-kengototan-pemerintah

nasional.kompas.com/read/2016/08/19/21153041/masalah.kewarganegaraan.bukan.hanya.dia
lami.archandra.tahar

Sri Rahayu Ani, 2014. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan: Jakarta

Winarno,2008. Pradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraaan. PT Bumi Aksara:Jakarta

www.pengertianpakar.com

www.indoberita.com/2016/08/63205/berita-terbaru-fakta-gloria-natapradja-hamel-paskibra-
nasional-2016-yang-dicoret/

HAKIKAT DAN PENTINGNYA KEWARGANEGARAAN Page 17

Anda mungkin juga menyukai