DOSEN PEMBIMBING
Ariza Umami,M.H.
DISUSUN OLEH :
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat,karunia,dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Warga Negara Indonesia”. Saya berterima kasih pada ibu Ariza selaku
Dosen mata kuliah pendidikan Pancasila yang telah memberikan tugas ini kepada
kami.
Semoga makalah ini dapat dipahami dan berguna bagi siapapun yang
membacanya,dan bermanfaat bagi kami yang telah menyusun makalah ini yang
pada dasarnya menambah wawasan dan dapat mengkoreksi kesalahan kami.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa yang akan datang.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahu apa itu warga negara indonesia dan
kewarganegaraan
BAB II
PEMBAHASAN
Warga negara adalah orang-orang yang menurut hukum atau secara resmi
merupakan anggota dari suatu negara tertentu. Mereka memberikan kesetiaannya
pada negara itu, menerima perlindungan darinya, serta menikmati hak untuk ikut
serta dalam proses politik.Mereka mempunyai hubungan secara hukum yang
tidak terputus dengannegaranya meskipun yang bersangkutan telah didomisili
diluar negeri,asalkan ia tidak memutuskan kewarganegaraannya.
Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) adalah orang yang diakui oleh
UU sebagai warga negara Republik Indonesia. Kepada orang ini akan diberikan
Kartu Tanda Penduduk,berdasarkan Kabupaten atau (khusus DKI Jakarta)
Provinsi, tempat ia terdaftar sebagai penduduk/warga. Kepada orang ini akan
diberikan nomor identitas yang unik (Nomor Induk
Kependudukan, NIK) apabila ia telah berusia 17 tahun dan mencatatkan diri di
kantor pemerintahan.Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam UU no.
12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Menurut UU ini,
orang yang menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) adalah
1. setiap orang yang sebelum berlakunya UU tersebut telah menjadi WNI
2. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI
3. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan
ibu warga negara asing (WNA), atau sebaliknya.
4. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan ayah
yang tidak memiliki kewarganegaraan atau hukum negara asal sang ayah
tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut.
5. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya
meninggal dunia dari perkawinan yang sah, dan ayahnya itu seorang
WNI
6. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI
7. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui
oleh seorang ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan
sebelum anak tersebut berusia 18 tahun atau belum kawin
8. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu
lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
9. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah megara Republik
Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui
10. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan
ibunya tidak memiliki kewarganegaraan atau tidak diketahui
keberadaannya
11. anak yang dilahirkan di luar wilayah Republik Indonesia dari ayah dan
ibu WNI, yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut
dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang
bersangkutan
12. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia
sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.
Istilah "warganegara” dalam konteks kosa kata Indonesia merujuk pada atau
terjemahan dari kata “citizen” dalam bahasa Inggris atau"citoyen” dalam bahasa
Perancis. Berawal dari konsep “citizen” inilah kita bisa memberi pemaknaan
yang luas mengenai warganegara. Dengan mengkaji makna “citizen" nantinya
akan dapat diketahui bahwa istilah "warganegara" sesungguhnya belum cukup
untuk mewakili konsep "citizen".
Bryan S Turner dalam Outline of the Theory of Citizenship (1990)
menyatakan sebagai berikut: "the term for citizen was derived in classical times
from civitas, giving rise in Roman times to the notion of a civitatus. This
etimological origin provided eventually the French term citoyen from cite,
namely an ensemble of citizens enjoying limited rights within a city context".
JGA Pocock dalam The Ideal of Citizenship Since Clasical Times (Beiner.
1995) menyatakan sebagai berikut; "term citizen was derived from Greek polites
or Latin civis, that defined as a member of Athenian polis or Roman res publica,
a form of human association allegedly unique to these ancient Mediterannean".
Rogers M Smith dalam Modern Citizenship (Isin & Turner, 2002)
menyatakan " the word citizen derives from the Latin civis or civitas, meaning a
member of an ancient city-state, preeminently the Roman republic, but civitas
was a Latin rendering of the Greek term polites, a member of a Greek polis...
term citizen first came to be commonly used in English according to the Oxford
English Dictionery". Sementara itu Richard Dagger dalam Republican
Citizenship ((Isin & Turner, 2002) menyatakan" Citizen, of course, derives from
the Latin civis, or member of the civitas (city-state); the Latin term parallel the
Greek polites and polis. In ancient Greece or Rome the citizen was a full member
of the community. Every other member- wheter woman, child, slave or resident
alten-was subject to the law, and might even enjoy some rights under them, but
only citizen had the right to take part in the goverment of the community"
stilah citizen secara etimologis berasal masa Romawi yang pada waktu itu
berbahasa Latin yaitu kata "civis" atau "civitas" sebagai anggota atau warga dari
suatu city-state, Selanjutnya kata ini dalam bahasa Perancis diistilahkan "citoyen"
yang bermakna warga dalam (kota) yang memiliki hak-hak terbatas. Citoyen atau
citizen dengan demikian bermakna warga atau penghuni Warga dan kota adalah
kesatuan bila ditelusuri historis bermula pada masa Yunani Kuno, dimana warga
adalah anggota suatu polis (negara Di Yunani, warga dari polis dinamakan
polites, sedang masa Romawi warga dari republic disebut civis civitae. Citizen
merujuk pada laki-laki dewasa dan yang memiliki berpartisipasi dalam
pemerintahan. Di polites atau adalah sebagai subject harus tunduk pada hukum.
Mereka wanita, anak-anak. budak pendatang yang memiliki hak berpartisipasi
sebagaimana citizen. Dengan demikian konsep polites (Yunani/Greek), civis atau
civitas (Romawi- Latin), citoyen (Perancis) citizen (Inggris) kurang bermakna
sama yaitu menunjuk pada warga atau penghuni kota pada masa merupakan
komunitas politik. Jadi konsep warga bukanlah hal baru, telah muncul sejak
Yunani Kuno yang demokrasi Namun konsep warga, masih terbatas tidak
mencakup seluruh penghuni polis.
1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa asli dan orang-
orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai
warga negara
.
2. Seseorang dapat menjadi kewarganegaraan negara Indonesia karena
faktor-faktor sebagai berikut :
Karena kelahiran.
Karena pengangkatan.
Karena dikabulkannya permohonan.
Karena pewarganegaraan.
Karena perkawinan.
Karena turut ayah dan atau ibu
Adapun kewajiban berasal dari kata wajib. Artinya beban untuk memberikan
sesuatu yang semestinya dibiarkan atau diberikan me lalui oleh pihak tertentu,
tidak dapat oleh pihak lain mana pun yang pada prinsipnya dapat dituntut secara
paksa oleh yang berkepentingan. Kewajiban pada intinya adalah sesuatu yang
harus dilakukan. Di sini kewajiban berarti suatu keharusan, maka apa pun itu jika
merupakan kewajiban kita harus melaksaakannya tanpa ada alasan apa pun. Dari
pengertian yang lain kewajiban berarti sesuatu yang harus dilakukan dengan
penuh rasa tanggung jawab atau pembatasan atau beban yang timbul karena
hubungan dengan sesama atau dengan Negara.
2.Asas Kewarganegaraan
Sebagai contoh, Jika sebuah negara menganut asas ius soli, maka
sesorang yang dilahirkan di negara tersebut, mendapatkan hak sebagai
warganegara. Begitu pula dengan asas ius sanguinis. Jika sebuah
negara sa menganut asas ius sanguinis, maka seseorang yang lahir dari
orang tua yang memiliki kewarganegaraan suatu negara, Indonesia
misalnya, maka anak tersebut berhak mendapatkan status
kewarganegaraan orang tuanya, yakni warga negara Indonesia.
2. Bipatride
Bipatride, yakni timbulnya dua kewarganegaraan. Hal ini terjadi ka
rena seorang Ibu berasal dari negara yang menganut asas ius
sanguinis melahirkan seorang anak di negara yang menganut asas
ius soli. Sehing ga kedua negara (negara asal dan negara tempat
kelahiran) sama-sama memberikan status kewarganegaraannya.
3. Multipratide
Dalam UUD 1945 Pasal 26 dinyatakan bahwa yang menjadi warga Negara
adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang bangsa lain yang disahkan
oleh undang-undang sebagai warga negara. Warga nega ra memilki peranan
yang sangat besar dalam kemajuan negaranya bah kan di sebagian besar
negara di dunia peranan warga negara memiliki pengaruh yang jauh lebih
besar dari pada pemerintahnya. Dalam hal ini tentu saja warga negara yang
dapat memajukan negaranya adalah warga negara yang bertanggung jawab.
Sebagai warga negara yang bertanggung jawab, maka tentu memi liki
karakteristik yang positif terhadap negaranya. Adapun karakter yang
dimaksud, yaitu sebagai berikut:
a) Saling menghormati dan bertanggung jawab
b) Kritis dalam berpikir dan bertindak
c) Saling diskusi dan tukar pikiran
d) Terbuka dan rasional
e) Jujur dan adil
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSAKA