Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“WARGA NEGARA INDOESIA”

DOSEN PEMBIMBING
Ariza Umami,M.H.

DISUSUN OLEH :

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO


FAKULTAS MANAJEMEN
TAHUN AJARAN 2021/2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat,karunia,dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Warga Negara Indonesia”. Saya berterima kasih pada ibu Ariza selaku
Dosen mata kuliah pendidikan Pancasila yang telah memberikan tugas ini kepada
kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka


menambah wawasan serta pengetahuan mengenai warga negara indonesia dan
kewarganegaraan .kami juga menyadari bahwa tugas makalah ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu,kami berharap adanya kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan di masa yang akan datang.

Semoga makalah ini dapat dipahami dan berguna bagi siapapun yang
membacanya,dan bermanfaat bagi kami yang telah menyusun makalah ini yang
pada dasarnya menambah wawasan dan dapat mengkoreksi kesalahan kami.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa yang akan datang.

Kotagajah, 19 Oktober 2021


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan warga negara indonesia ?

C. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahu apa itu warga negara indonesia dan
kewarganegaraan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Warga Negara dan Kewarganegaraan


1. warga negara
Warga negara berasal dari dua kata, yaitu warga dan negara.Warga diartikan
sebagai anggota atau peserta. Warga mengandung arti peserta atau anggota dari
suatu kelompok atau organisasi perkumpulan.Misalnya, warga sekolah berarti
anggota sekolah dan warga keluarga berarti anggota keluarga. Warga Negara juga
diartikan sebagai penduduksebuah negara atau bangsa berdasarkan keturunan,
tempat kelahiran, dansebagainya yang mempunyai kewajiban dan hak penuh
sebagai seorangwarga dari negara itu. Pengertian Warga Negara dalam bahasa
Inggrisdikenal dengan kata citizens. Seseorang dapat menjadi warga
negarasetelah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh suatu negara

Warga negara adalah orang-orang yang menurut hukum atau secara resmi
merupakan anggota dari suatu negara tertentu. Mereka memberikan kesetiaannya
pada negara itu, menerima perlindungan darinya, serta menikmati hak untuk ikut
serta dalam proses politik.Mereka mempunyai hubungan secara hukum yang
tidak terputus dengannegaranya meskipun yang bersangkutan telah didomisili
diluar negeri,asalkan ia tidak memutuskan kewarganegaraannya.

Di indonesia diantara sesama warga negara masih dibedakan lagianatara


warga negara asli dan wargan negara keturunan asing. Hal ini dinyatakan dalam
pasal 26 ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi: “yangmenjadi warga negara ialah
orang-orang bangsa indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan
dengan undang-undang sebagai warga negara”. Perbedaan tersebut juga
menimbulkan hak dan kewajiban,walaupun hanya terbatas pada bidang tertentu.
Para Ahli, Warga Negara adalah :
1. A.S. Hikam
Menurut A.S. Hikam, pengertian warga negara adalah anggota dari
suatukomunitas atau kelompok yang membentuk suatu negara.
2. Koerniatmanto S
Menurut Koerniatmanto S,pengertian warga negara adalah anggota suatunegara
yang mempunyai kedudukan khusus terhadap negaranya, memilikihubungan hak
dan kewajiban yang sifatnya timbal-balik terhadapnegaranya.3. Ko Swaw
SikMenurut Ko Swaw Sik (1957), warga negara adalah semua orang
yangmemiliki ikatan hukum dengan suatu negara.
4. Wolhoff
Menurut Wolhoff, pengertian warga negara adalah bentuk keanggotaandari suatu
bangsa tertentu yaitu sejumlah manusia yang memiliki ikatansatu sama lainnya
karena adanya kesatuan bahasa, kehidupan sosial, budaya, serta kesadaran
nasionalnya.
5. Undang-Undang No. 12 Tahun 2006
Menurut Undang-Undang No. 12 Pasal 1 angka 1 Tahun 2006
TentangKewarganegaraan Republik Indonesia, pengertian warga negara
adalahorang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain
yangdisahkan dengan Undang-Undang sebagai warga negara Indonesia.
6. Graham Murdock
Menurut Graham Murdock, pengertian kewarganegaraan adalah suatu hakuntuk
dapat berpartisipasi secara utuh dalam berbagai pola struktur sosial, politik dan
kehidupan kultural serta untuk dapat membantu menciptakan bentuk-bentuk yang
selanjutnya dengan begitu maka memperbesarkanide-ide.
7. Daryono
Menurut Daryono, pengertian kewarganegaraan adalah keanggotaanseseorang di
dalam satuan politik tertentu (Negara) yang dengannya akanmembawa hak untuk
dapat berpartisipasi dalam kegiatan politik.Seseorang dengan keanggotaan yang
disebut dengan warga negara. Kewarganegaraan Republik Indonesia

Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) adalah orang yang diakui oleh
UU sebagai warga negara Republik Indonesia. Kepada orang ini akan diberikan
Kartu Tanda Penduduk,berdasarkan Kabupaten atau (khusus DKI Jakarta)
Provinsi, tempat ia terdaftar sebagai penduduk/warga. Kepada orang ini akan
diberikan nomor identitas yang unik (Nomor Induk
Kependudukan, NIK) apabila ia telah berusia 17 tahun dan mencatatkan diri di
kantor pemerintahan.Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam UU no.
12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Menurut UU ini,
orang yang menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) adalah
1. setiap orang yang sebelum berlakunya UU tersebut telah menjadi WNI
2. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI
3. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan
ibu warga negara asing (WNA), atau sebaliknya.
4. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan ayah
yang tidak memiliki kewarganegaraan atau hukum negara asal sang ayah
tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut.
5. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya
meninggal dunia dari perkawinan yang sah, dan ayahnya itu seorang
WNI
6. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI
7. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui
oleh seorang ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan
sebelum anak tersebut berusia 18 tahun atau belum kawin
8. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu
lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
9. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah megara Republik
Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui
10. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan
ibunya tidak memiliki kewarganegaraan atau tidak diketahui
keberadaannya
11. anak yang dilahirkan di luar wilayah Republik Indonesia dari ayah dan
ibu WNI, yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut
dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang
bersangkutan
12. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia
sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.

Istilah "warganegara” dalam konteks kosa kata Indonesia merujuk pada atau
terjemahan dari kata “citizen” dalam bahasa Inggris atau"citoyen” dalam bahasa
Perancis. Berawal dari konsep “citizen” inilah kita bisa memberi pemaknaan
yang luas mengenai warganegara. Dengan mengkaji makna “citizen" nantinya
akan dapat diketahui bahwa istilah "warganegara" sesungguhnya belum cukup
untuk mewakili konsep "citizen".
Bryan S Turner dalam Outline of the Theory of Citizenship (1990)
menyatakan sebagai berikut: "the term for citizen was derived in classical times
from civitas, giving rise in Roman times to the notion of a civitatus. This
etimological origin provided eventually the French term citoyen from cite,
namely an ensemble of citizens enjoying limited rights within a city context".
JGA Pocock dalam The Ideal of Citizenship Since Clasical Times (Beiner.
1995) menyatakan sebagai berikut; "term citizen was derived from Greek polites
or Latin civis, that defined as a member of Athenian polis or Roman res publica,
a form of human association allegedly unique to these ancient Mediterannean".
Rogers M Smith dalam Modern Citizenship (Isin & Turner, 2002)
menyatakan " the word citizen derives from the Latin civis or civitas, meaning a
member of an ancient city-state, preeminently the Roman republic, but civitas
was a Latin rendering of the Greek term polites, a member of a Greek polis...
term citizen first came to be commonly used in English according to the Oxford
English Dictionery". Sementara itu Richard Dagger dalam Republican
Citizenship ((Isin & Turner, 2002) menyatakan" Citizen, of course, derives from
the Latin civis, or member of the civitas (city-state); the Latin term parallel the
Greek polites and polis. In ancient Greece or Rome the citizen was a full member
of the community. Every other member- wheter woman, child, slave or resident
alten-was subject to the law, and might even enjoy some rights under them, but
only citizen had the right to take part in the goverment of the community"

stilah citizen secara etimologis berasal masa Romawi yang pada waktu itu
berbahasa Latin yaitu kata "civis" atau "civitas" sebagai anggota atau warga dari
suatu city-state, Selanjutnya kata ini dalam bahasa Perancis diistilahkan "citoyen"
yang bermakna warga dalam (kota) yang memiliki hak-hak terbatas. Citoyen atau
citizen dengan demikian bermakna warga atau penghuni Warga dan kota adalah
kesatuan bila ditelusuri historis bermula pada masa Yunani Kuno, dimana warga
adalah anggota suatu polis (negara Di Yunani, warga dari polis dinamakan
polites, sedang masa Romawi warga dari republic disebut civis civitae. Citizen
merujuk pada laki-laki dewasa dan yang memiliki berpartisipasi dalam
pemerintahan. Di polites atau adalah sebagai subject harus tunduk pada hukum.
Mereka wanita, anak-anak. budak pendatang yang memiliki hak berpartisipasi
sebagaimana citizen. Dengan demikian konsep polites (Yunani/Greek), civis atau
civitas (Romawi- Latin), citoyen (Perancis) citizen (Inggris) kurang bermakna
sama yaitu menunjuk pada warga atau penghuni kota pada masa merupakan
komunitas politik. Jadi konsep warga bukanlah hal baru, telah muncul sejak
Yunani Kuno yang demokrasi Namun konsep warga, masih terbatas tidak
mencakup seluruh penghuni polis.

Dalam terminologi modern, istilah citizen berpengaruh dalam upayanya


menjelaskan konsep warganegara maupun kewarganegaraan sebagai kajian
akademik. Menurut Turner (1990), istilah citizen berkembang Inggris pada abad
tengah namun menjelang akhir abad ke-19, tersebut saling bertukar pakai kata
denizen. Kedua istilah tersebut secara umum menunjuk warga atau penduduk
sedang orang-orang yang berada di disebutnya "subject". awalnya subject adalah
warga para penduduk Hal demikian sejalan dengan pertumbuhan warga Yunani
kuno.
Dalam rasionalisme Barat, konsep citizen memiliki karakter unik. Citizen
amat dekat dengan gagasan tentang civility (kesopanan) dan civilization
(peradaban). Untuk bisa menjadi warga kota (citizen)orangluar perlu melakukan
proses civilization atau untuk menjadi urban perlu ada proses "citinize" bagi
orang tersebut. Hal ini berarti bahwa tidak semua orang adalah citizen.
Diperlukan beberapa persyaratan agar seseorang dapat dikategorikan sebagai
citizen. Perkembangan konsep polites, civis, citoyen dan citizen yang pada
mulanya bersifat ekslusi dan dengan hak-hak terbatas ini selanjutnya
berkembang. Melalui perjuangan dan proses lama, wanita dan anak-anak sudah
menjadi bagian dari civis dengan hak-hak setara. Misal wanita memiliki hak
bersuara dalam pemilu. Di Australia mulai dijalankan pada pemilu 1902, di
Kanada tahun 1918, di AS tahun 1920. Anak adalah warganegara baru
berkembang pesat dengan adanya konvensi hak anak internasional

Konsep-konsep mengenai citizen, hak, kota, peradaban, dan urban ini


tidak bisa dilepaskan dari apa yang berkembang di Yunani Kuno yang memang
menjadi cikal bakal berkembangnya konsep tersebut di dunia Barat. Oleh karena
itu perlu sekali untuk diketahui konsep warganegara berdasar tinjauan
historisnya.
2. Kewarganegaraan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kewarganegaraan adalah hal yang
berhubungan dengan warga negara dan keanggotaan sebagai warga negara.
Menurut pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia,

kewarganegaraan adalah segala hal ikhwal yang berhubungan denganwarga


negara. Dalam bahasa Inggris, kewarganegaraan dikenal dengankata
citizenship, artinya keanggotaan yang menunjukkan hubungan atauikatan
antara negara dengan warga negara.

a) Kewarganegaraan dalam arti yuridis dan Sosiologis


Kewarganegaraan dalam arti Yuridis ditandai dengan adanya
ikatanhukum antara warga negara dengan negara yang
menimbulkanakibat-akibat hukum tertentu. Tanda-tandanya
misalnya : aktakelahiran, surat pernyataan, bukti
kewarganegaraan, dll.

b) Kewarganegaraan dalam arti Sosiologis tidak ditandai dengan


ikatanhukum, tetapi ikatan emosional, seperti : ikatan perasaan,
ikatanketurunan, ikatan sejarah, ikatan tanah air, dll.

Kewarganegaraan dalam arti Formil dan Materiil

a) Kewarganegaraan dalam arti Formil menunjuk pada


tempatkewarganegaraan.
b) dalam arti Material menunjuk pada akibat hukumdari status
kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban warganegara
Kewarganegaraan ialah setiap orang yang menurut undang-undang
kewarganegaraan termasuk warga negara.Berdasarkan pada pasal berdasar UUD
pasal 26 dinyatakan sebagai warga negara adalah sebagai berikut:

1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa asli dan orang-
orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai
warga negara
.
2. Seseorang dapat menjadi kewarganegaraan negara Indonesia karena
faktor-faktor sebagai berikut :
 Karena kelahiran.
 Karena pengangkatan.
 Karena dikabulkannya permohonan.
 Karena pewarganegaraan.
 Karena perkawinan.
 Karena turut ayah dan atau ibu

3. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang undangan dan atau


berdasarkan perjanjian pemerintah RI dengan negara lain sebelum UU
ini berlaku sudah menjadi warga negara Indonesia.Adapun bukti
menjadi warga negara adalah sebagai berikut :
 Akta kelahiran
 Surat bukti kewarganegaraan (kutipan pernyataan sah buku catatan
pengangkatan anak asing)Surat bukti kewarganegaraan (petikan
keputusan Presiden) karena permohonan atau pewarganegaraan.
Surat bukti kewarganegaraan.

B. Tugas dan Kewajiban Warga Negara Serta Pemerintah


Setiap warga negara adalah sama kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan,
tidak pilih kasih. Gagasan tentang persamaan kedudukan dalam hukum dan
pemerintahan sebenarnya sudah ada sejak berabad yang lalu. Sikap WNI, WNA dan
Pemerintah dalam Menjalankan Tugas, Kewajiban dan Kewenangan.Khususnya di
Indonesia bertitik tolak dari pendapat bahwa Tiap negara hukum, sumber kedaulatan
tertinggi berada di tangan rakyat. Sementara hukum merupakan perwujudan rasa
kesadaran hukum dari rakyat yang didasarkan kepada persamaan derajat dan kedudukan
antara warga negara dengan pemerintah atau penguasa.Adapun tugas dan kewenangan
warga negera dan pemerintah adalah seba gai berikut :

1. Tugas dan Kewajiban Warga Negara


 menjunjung tinggi dan menaati perundang-undangan yang berlaku
membayar pajak, bea dan cukai yang dibebankan negara kepadanya
 membela negara dari segala bentuk ancaman, baik yang datang daridalam
maupun dari luar negeri.
 menyukseskan Pemilu baik sebagai peserta atau petugas penyelenggara
mendahulukan kepentingan negara/umum dari pada kepentingan pribadi
melaksanakan tugas dan kewajiban yang dibebankan bangsa dan negara
 kewajiban menjaga dan memelihara keamanan dan ketertiban nasional
 hak untuk mendapat perlindungan atas diri dan harta benda
 hak untuk mendapatkan dan menikmati kesejahteraan negara
 hak untuk mendapatkan dan menikmati hasil pembangunan
 hak untuk dipilih dan memilih dalam pemilu
 hak untuk mengembangkan minat dan kemampuan pribadi tanpa
mengganggu kepentingan umum dan sebagainya

2. Tugas dan Kewajiban Pemerintah


 melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia
 memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa
 mewujudkan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian
abadi dan keadilan sosial
 mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negara
 memelihara keamanan, ketertiban, ketenteraman bangsa dan negara
 menghormati dan melindungi hak asasi warga negara
 menegakkan hukum/perundang-undangan dan keadilan sesuai dengan§
ketentuan yang berlaku, dan melaksanakan program pembangunan
nasional
 membuat dan mencabut kebijakan demi pelaksanaan pemerintahan
negara Sikap Pemimpin dalam Menjalankan Tugas, Kewajiban, dan
Kewenangan melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai peraturan
yang berlaku berani membela kebenaran dan keadilan

C. Hak dan Kewajiban Warga Indonesia

1. Pengertian Hak dan Kewajiban


Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang se
mestinya diterima atau dilakukan melalui oleh pihak tertentu dan tidak
dapat dilakukan oleh pihak lain mana pun juga yang pada prinsipnya dapat
dituntut secara paksa olehnya." Menurut pengertian tersebut. individu
maupun kelompok ataupun elemen lainnya, jika menerima hak hendaknya
dilakukan sesuai dengan aturan yang berlaku dan tidak dapat diwakilkan
kepada orang lain. Jadi harus pihak yang meneriman nya lah yang
melakukan itu. Dari pengertian yang lain, hak bisa berarti sesuatu yang
mutlak menjadi milik kita dan penggunanya tergantung kepada kita sendiri
contohnya hak mendapatkan pengajaran. Dalam hak mendapatkan
pengajaran ini adalah tergantung dari diri kita sen diri. Kalau memang
menganggap bahwa pengajaran itu penting bagi kita pasti kita akan
senantiasa belajar atau sekolah atau mungkin kuli ah. Tapi kalau ada yang
menganggap itu tidak penting pasti tidak akan melakukan hal itu.

Adapun kewajiban berasal dari kata wajib. Artinya beban untuk memberikan
sesuatu yang semestinya dibiarkan atau diberikan me lalui oleh pihak tertentu,
tidak dapat oleh pihak lain mana pun yang pada prinsipnya dapat dituntut secara
paksa oleh yang berkepentingan. Kewajiban pada intinya adalah sesuatu yang
harus dilakukan. Di sini kewajiban berarti suatu keharusan, maka apa pun itu jika
merupakan kewajiban kita harus melaksaakannya tanpa ada alasan apa pun. Dari
pengertian yang lain kewajiban berarti sesuatu yang harus dilakukan dengan
penuh rasa tanggung jawab atau pembatasan atau beban yang timbul karena
hubungan dengan sesama atau dengan Negara.

Dengan demikian, warga negara merupakan anggota negara yang mempunyai


kedudukan khusus terhadap negaranya. Ia mempunyal hubungan hak dan
kewajiban yang bersifat timbal balik terhadap ne garanya. Berdasarkan pada
pengertian tersebut, maka adanya hak dan kewajiban warga negara terhadap
negaranya merupakan sesuatu yang niscaya ada.

Sebagai Negara hukum, pemerintah Indonesia telah mengatur hak warga


negara terhadap negaranya dalam Undang-undang Dasar 1945 dan berbagai
peraturan lainnya. Di antara hak-hak warga negara yang dijamin dalam UUD
adalah Hak Asasi Manusia yang rumusan lengkap nya tertuang dalam Pasal 28
UUD Perubahan Kedua. Dalam pasal ter sebut dimuat hak-hak asasi yang melekat
dalam setiap individu warga negara seperti hak kebebasan beragama dan beribadat
sesuai dengan kepercayaannya, bebas untuk berserikat dan berkumpul (Pasal
28E), hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil,
hak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak
dalam hubungan kerja, hak memperoleh kesempat an yang sama dalam
pemerintahan, hak atas status kewarganegaraan (Pasal 28F), dan hak-hak asasi
lainnya yang tertuang dalam pasal terse but. Adapun contoh kewajiban yang
melekat bagi setiap warga negara antara lain kewajiban membayar pajak sebagai
kontrak utama antara negara dengan warga, membela tanah air (Pasal 27),
membela perta hanan dan keamanan negara (Pasal 29), menghormati hak
asasiorang lain dan mematuhi pembatasan yang tertuang dalam peraturan (Pasa
28]), dan berbagai kewajiban lainnya dalam undang-undang.

2.Asas Kewarganegaraan

Sebagaimana dijelaskan di muka bahwa warga negara merupakan anggota


sebuah negara yang mempunyai tanggung jawab dan hubungan timbal balik
terhadap negaranya. Seseorang yang diakui sebagai warga negara dalam suatu
negara haruslah ditentukan berdasarkan ketentuan yang telah disepakati dalam
negara tersebut. Ketentuan itu menjadi asas atau pedoman untuk menentukan
status kewarganegaraan seseorang. Setiap negara mempunyai kebebasan dan
kewenangan untuk menentukan asas kewarganegaraan seseorang.
Dalam menerapkan asas kewarganegaraan ini, dikenal dengan 2 (dua)
pedoman, yaitu asas kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan asas
kewarganegaraan berdasarkan perkawinan. Dari sisi kelahiran, ada 2 (dua)
asas kewarganegaraan yang sering dijumpai, yaitu ius soli (tempat kelahiran)
dan ius sanguinis (keturunan). Sedangkan dari sisi perkawinan dikenal pula
asas kesatuan hukum dan asas persaman derajat.

1. Dari Sisi Kelahiran


Pada umumnya, penentuan kewarganegaraan berdasarkan pada
sisi kelahiran seseorang (sebagaimana disebut di atas) dikenal dengan
2 (dua) asas kewarganegaraan, yaitu ius soli dan ius sanguinis. Kedua
istilah tersebut berasal dari bahasa Latin. Ius berarti hukum, dalil atau
pedoman, Soli berasal dari kata solum yang berarti negeri, tanah atau
daerah dan sanguinis berasal dari kata sanguis yang berarti darah.
Dengan demikian, ius soli berarti pedoman kewarganegaraan yang
berdasarkan tempat atau daerah kelahiran, sedangkan ius sanguinis
adalah pedoman kewarganegaraan berdasarkan darah atau keturunan.

Sebagai contoh, Jika sebuah negara menganut asas ius soli, maka
sesorang yang dilahirkan di negara tersebut, mendapatkan hak sebagai
warganegara. Begitu pula dengan asas ius sanguinis. Jika sebuah
negara sa menganut asas ius sanguinis, maka seseorang yang lahir dari
orang tua yang memiliki kewarganegaraan suatu negara, Indonesia
misalnya, maka anak tersebut berhak mendapatkan status
kewarganegaraan orang tuanya, yakni warga negara Indonesia.

Pada awalnya asas kewarganegaraan berdasarkan kelahiran ini


hanya satu, yakni ius soli saja. Hal ini didasarkan pada anggapan
bahwa karena seseorang lahir di suatu wilayah negara, maka otomatis
dan logis ia menjadi warga negara tersebut. Akan tetapi dengan
semakin tingginya tingkat mobilitas manusia, diperlukan suatu asas
lain yang tidak hanya berpatokan pada tempat kelahiran saja. Selain
itu, kebutuhan terhadap asas lain ini juga berdasarkan realitas empirik
bahwa ada orang tua yang memiliki status kewarganegaraan yang
berbeda. Hal ini akan bermasalah jika kemudian orang tua tersebut
melahirkan anak di tempat salah satu orang tuanya (misalnya, di
tempat ibunya). Jika tetap menganut asas tus soli, maka si anak hanya
akan mendapatkan status kewarganegaraan ibunya saja, sementara ia
tidak berhak atas status kewarganegaraan bapaknya. Atas dasar itulah,
maka asas ius sanguinis dimunculkan. sehingga si anak dapat memiliki
status kewarganegaraan bapaknya.
2. Dari Sisi Perkawinan
Selain hukum kewarganegaraan dilihat dari sudut kelahir
kewarganegaraan seseorang juga dapat dilihat dari sisi perkawinan
yang mencakup asas kesatuan hukum dan asas persamaan derajat. Asa
Kesatuan Hukum berdasarkan pada paradigma bahwa suami-ister
ataupun ikatan keluarga merupakan inti masyarakat yang meniscayaka
suasana sejahtera, sehat dan tidak terpecah. Dalam menyelenggarake
kehidupan bermasyarakatnya, suami-isteri ataupun keluarga yang bak
perlu mencerminkan adanya suatu kesatuan yang bulat.

Untuk merealisasikan terciptanya kesatuan dalam keluarga atau


suami-isteri, maka semuanya harus tunduk pada hukum yang sama
Dengan adanya kesamaan pemahaman dan komitmen menjalankan
kebersamaan atas dasar hukum yang sama tersebut, meniscayakan
adanya kewarganegaraan yang sama, sehingga masing-masing tidak
terdapat perbedaan yang dapat mengganggu keutuhan dan
kesejahteraan keluarga

Sedangkan dalam asas persamaan derajat ditentukan bahwa suatu


perkawinan tidak menyebabkan perubahan status kewarganegaraan
masing-masing pihak Baik suami ataupun isteri tetap
berkewarganegaraan asal, atau dengan kata lain sekalipun sudah
menjadi suami isteri, mereka tetap memiliki status kewarganegaraan
sendiri, sama halnya ketika mereka belum diikatkan menjadi suami-
isteri.

Asas ini dapat menghindari terjadinya penyelundupan hukum.


Misalnya, seseorang yang berkewarganegaraan asing ingin
memperoleh status kewarganegaraan suatu negara dengan cara atau
berpura-pura melakukan pernikahan dengan perempuan di negara
tersebut. Setelah melalui perkawinan dan orang tersebut memperoleh
kewarganegaraan yang diinginkannya, maka selanjutnya ia
menceraikan isterinya. Untuk menghindari penyelundupan hukum
semacam ini, banyak negara yang menggunakan asas persamaan
derajat dalam peraturan kewarga negaraannya

C. STATUS KEWARGANEGARAAN DAN PERMASALAHANNYA

Membicarakan status kewarganegaraan seseorang dalam sebu ah negara,


maka akan dibahas beberapa persoalan yang berkenaan dengan seseorang
yang dinyatakan sebagai warga negara dan bukan warga negara dalam sebuah
negara. Jika diamati dan dianalisis, di an tara penduduk sebuah negara, ada di
antara mereka yang bukan warga negara (orang asing) di negara tersebut.
Dalam hal ini, dikenal dengan apatride, bipatride, dan multipatride,
1. Apatride
Apatride, yakni kasus di mana seorang anak tidak memiliki
kewar. ganegaraan. Keadaan ini terjadi karena seorang Ibu yang
berasal dan negara yang menganut asas ius soli melahirkan seorang
anak di negara yang menganut asas ius sanguinis. Sehingga tidak
ada negara baik itu negara asal Ibunya ataupun negara kelahirannya
yang mengakui kewar ganegaraan anak tersebut.

Apartride (tanpa Kewarganegaraan) timbul apabila menurut


per aturan Kewarganegaraan, seseorang tidak diakui sebagai
warganegara dari negara mana pun. Misalnya, Agus dan Ira adalah
suami istri yang berstatus warga negara B yang berasas ius-soli.
Mereka berdomisili di negara A yang berasas ius-sanguinis.
Kemudian lahirlah anak mereka Budi, menurut negara A, Budi
tidak diakui sebagai warganegaranya, ka rena orangtuanya bukan
warga negaranya. Begitu pula menurut negara B, Budi tidak diakui
sebagai warga negaranya, karena lahir di wilayah ne gara lain.
Dengan demikian, Budi tidak mempunyai kewarganegaraan atau
apatride.

2. Bipatride
Bipatride, yakni timbulnya dua kewarganegaraan. Hal ini terjadi ka
rena seorang Ibu berasal dari negara yang menganut asas ius
sanguinis melahirkan seorang anak di negara yang menganut asas
ius soli. Sehing ga kedua negara (negara asal dan negara tempat
kelahiran) sama-sama memberikan status kewarganegaraannya.

Bipatride (berdwikewarganegaraan) timbul apabila menurut


pera turan dari dua negara terkait seseorang dianggap sebagai
warga negara kedua negara itu. Misalnya, Adi dan Ani adalah
suami istri yang ber status warga negara A namun mereka
berdomisili di negara B. Negara A menganut asas ius-sanguinis
dan negara B menganut asas ius-soli. Kemudian lahirlah anak
mereka Dani. Menurut negara A yang menga nut asas ius-
sanguinis, Dani adalah warga negaranya karena mengikuti
Kewarganegaraan orangtuanya. Menurut negara B yang menganut
ius soli, Dani juga warga negaranya, karena tempat kelahirannya
adalah di negara B dengan demikian Dani mempunyai status dua
kewarganega raan atau bipatride.

3. Multipratide

Seseorang yang memiliki dua atau lebih kewarganegaraan


Contoh: Seorang yang bipatride juga menerima pemberian status
kewarganega raan lain ketika dia telah dewasa, di mana saat
menerima kewarganega raan yang baru ia tidak melepaskan status
bipatride-nya. Misalnya ada seorang anak yang orangtuanya
berasal dari negara yang menganut pa ham Ius Soli dan Ius
sanguinis tetapi dia dilahirkan di negara netral atau yang tidak
menganut kedua paham tersebut.

Kondisi seseorang dengan status berdwikewarganegaraan,


sering terjadi pada yang terjadi di daerah perbatasan di antara dua
negara. Dalam hal ini, diperlukan peraturan dan ketentuan-
ketentuan yang pasti tentang perbatasan serta wilayah teritorial,
sehingga pendu duk di daerah itu dapat meyakinkan dirinya
termasuk ke dalam kewar ganegaraan mana di antara dua negara
tersebut.

E. TANGGUNG JAWAB SEBAGAI WARGA NEGARA

Negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki


kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya. Keberadaan negara,
seperti organisasi secara umum, adalah untuk memudahkan anggotanya
(rakyat) mencapai tujuan bersama atau cita-citanya. Nega ra memiliki
kekuasaan yang kuat terhadap rakyatnya. Kekuasaan, dalam arti kemampuan
seseorang atau suatu kelompok untuk memengaruhi orang lain atau kelompok
lain, dalam ilmu politik biasanya dianggap bahwa memiliki tujuan demi
kepentingan seluruh warganya. Dengan demikian, kekuasaan yang dimiliki
oleh sekelompok orang yang berperan sebagai penyelenggara negara adalah
semata-mata demi kesejahteraan warganya.

Hak dan kewajiban negara adalah menggambarkan apa yang seharusnya


diterima dan dilakukan oleh negara atau pemerintah dalam melindungi dan
menjamin kelangsungan kehidupan negara serta terwujudnya cita-cita dan
tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945.
Hak negara atau pemerintah meliputi: Pertama, Menciptakan pera turan
dan UU untuk ketertiban dan keamanan. Kedua, Melakukan mo nopoli sumber
daya yang menguasai hajat hidup orang banyak. Ketiga,Memaksa warga
negara taat akan hukum yang berlaku.

Kewajiban negara berdasarkan UUD 1945 meliputi: Melindungi wilayah


dan warga negara, memajukan kesejahteraan umum, mencer daskan
kehidupan bangsa, ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
perdamaian abadi dan keadilan sosial, menjamin kemerdekaan penduduk
memeluk agama, membiayai pendidikan dasar, menyeleng garakan sistem
pendidikan nasional, memprioritaskan anggaran pen didikan minimal 20
persen dari anggaran belanja negara dan belanja daerah, memajukan
pendidikan dan kebudayaan mengembangkan sis tem jaminan sosial,
menghormati dan memelihara bahasa daerah seba gai kebudayaan nasional,
menguasai cabang-cabang produksi penting bagi negara dan menguasai hidup
orang banyak, menguasai bumi, air,dan kekayaan alam demi kemakmuran
rakyat, memelihara fakir miskin. mengembangkan sistem jaminan sosial,
menyediakan fasilitas layanan kesehatan dan publik yang layak.

Dalam UUD 1945 Pasal 26 dinyatakan bahwa yang menjadi warga Negara
adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang bangsa lain yang disahkan
oleh undang-undang sebagai warga negara. Warga nega ra memilki peranan
yang sangat besar dalam kemajuan negaranya bah kan di sebagian besar
negara di dunia peranan warga negara memiliki pengaruh yang jauh lebih
besar dari pada pemerintahnya. Dalam hal ini tentu saja warga negara yang
dapat memajukan negaranya adalah warga negara yang bertanggung jawab.
Sebagai warga negara yang bertanggung jawab, maka tentu memi liki
karakteristik yang positif terhadap negaranya. Adapun karakter yang
dimaksud, yaitu sebagai berikut:
a) Saling menghormati dan bertanggung jawab
b) Kritis dalam berpikir dan bertindak
c) Saling diskusi dan tukar pikiran
d) Terbuka dan rasional
e) Jujur dan adil

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN

DAFTAR PUSAKA

Anda mungkin juga menyukai