Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

KEWARGANEGARAAN INDONESIA

DISUSUN OLEH :

AJENG HAYUNING MAHESWARI

NIS 1819009

TEKNIK KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KEHUTANAN NEGERI


KADIPATEN

2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah menyertai kami
dan mencurahkan rahmat serta kasih-NYA, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah PKN
berjudul “KEWARGANEGARAAN INDONESIA’’ secara baik dan disela kesibukan kami sebagai
pelajar di SMK KEHUTANAN NEGERI KADIPATEN yang tengah melakukan pembelajaran
dirumah dikarenakan terjadinya wabah virus yang mengharuskan kami untuk belajar dirumah demi
keamanan bersama.

Tak lupa untuk mengucap terimakasih yang mendalam bagi orang tua kami yang telah
memberi fasilitas yang mendukung bagi pembuatan makalah ini. Kepada guru kami yang dengan
sabar dan penuh kasih telah membagikan ilmu yang berharga dalam pembuatan tugas ini. Serta
teman-teman dan semua pihak yang telah mendukung proses pembuatan makalah ini.

Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam
membuat makalah ini, adapun makalah ini dibuat dengan kesungguhan dari saya. Saya berharap
makalah ini bermanfaat bagi pembaca, dan kita semua dapat memahami tentang Kewarganegaraan
Indonesia yang mana akan menambah rasa bangga dan cinta tanah air.

Bondowoso, Mei 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Maksud dan Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Kewarganegaraan
B. Penduduk dan Warga Negara
C. Undang – Undang tentang Kewarganegaraan
D. Kasus Kewarganegaraan di Indonesia
E. Penanganan Pemerintah terhadap Kasus Kewarganegaraan

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terbentuknya negara Indonesia dilatar belakangi oleh perjuangan seluruh bangsa.
Sehingga sebagai warga negara dan masyarakat, setiap manusia indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang pokok adalah bahwa setiap orang haruslah terjamin
haknya untuk mendapatkan status kewarganegaraan, sehingga terhindar dari kemungkinan
menjadi stateless atau tidak berkewarganegaraan. Tetapi pada saat yang bersamaan, setiap
negara tidak boleh membiarkan seseorang memiliki dua statuskewarganegaraan sekaligus.
Itulah sebabnya diperlukan perjanjian kewarganegaraan antara negara-negara modern untuk
menghindari status dwi-kewarganegaraan tersebut. Indonesia sebagai negara yang pada
dasarnya menganut prinsip Ius sanguinis, mengatur kemungkinan warganya untuk
mendapatkan status kewarganegaraan melalui prinsip kelahiran.
Indonesia mendapati peringkat keempat dalam populasi penduduk di dunia. Ini
sudah menjadi bukti nyata akan jumlah populasi penduduk Indonesia yang sangat banyak.
Tersebar di 34 provinsi yang ada di Indonesia. Tentunya penduduk ini memerlukan
pengakuan dari wilayah yang ditempati saat ini, bahwa ia memanglah penduduk atau orang
asli dari daerah tersebut. Pengakuan ini diperlukan untuk pendataan penduduk dan untuk
keterangan pada Kartu Tanda Penduduk (KTP). Apabila seseorang tidak memiliki
pengakuan ini, maka ketika pemerintah mengadakan inspeksi penduduk jika ada yang tidak
memiliki dapat di keluarkan dari wilayahnya dan mendapatkan sanksi dari pemerintah. Hal
ini sama dengan status kewarganegaraan, pentingnya status kewarganegaraan adalah
pengakuan dari negara atas haknya sebagai penduduk. Tanpa status kewarganegaraan
seorang warga negara tidak akan diakui oleh sebuah Negara.
Negara kita memiliki jumlah penduduk yang banyak serta adanya warga negara
asing yang masuk ke Indonesi dengan segala kepentingannya menyebabkan timbulnya kasus
kasus tentang kewarganegaraan dan kependudukan. Jika hal ini dibiarkan terus menerus
maka dapat menghancurkan negara kita. Oleh karena itu, pentingnya memahami bagaimana
aturan tentang kewarganegaraan diperlukan sehingga dapat mengurangi masalah masalah
yang terjadi pada negara kita.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Kewarganegaraan ?
2. Apa perbedaan dari penduduk dan warga negara ?
3. Bagaimana penjelasan tentang UU tentang Kewarganegaraan ?
4. Bagaimana kasus kewarganegaraan yang terjadi di Indonesia ?
5. Bagaimana pemerintah mengatasi masalah kewarganegaraan maupun masalah
kependudukan yang terjadi ?

C. Maksud dan Tujuan Penulisan


Penulisan makalah ini dimaksudkan agar sebagai warga negara kita dapat
menyadari pentingnya status kewarganegaraan maupun status kependudukan atas diri kita.
Sehingga nantinya tidak akan meyusahkan atau merugikan kita dihari kelak nanti. Adapula
sebagai warga negara sudah sepatutnya kita memahami aturan aturan yang ditetapkan di
negara tempat kita tinggal.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang didapat dari penulisan makalah “Kewarganegaraan Indonesia”
adalah menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca makalah dan dapat menumbuhkan
rasa cinta tanah air penulis dan pembaca terhadap negaranya.

ii
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kewarganegaraan
1. Pengertian Kewarganegaraan
Kewarganegaraan dikenal dengan kata citizenship, artinya keanggotaan yang
menunjukan hubungan atau ikatan negara dengan warga negara. Dilansir dari
Encyclopaedia Britannica (2015), kewarganegaraan adalah hubungan individu dengan
negara. Kewarganegaraan menunjukan kebebasan dan warga warga negara memiliki hak,
tugas, dan tanggung jawab tertentu. Istilah kewarganegaraan dapat dibedakan dalam
pengertian secara yuridis dan sosiologis.
a. Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum antara
orang-orang dengan negara. Adanya ikatan hukum itu menimbulkan akibat-akibat
hukum tertentu, yaitu orang tersebut berada di bawah kekuasaan negara yang
bersangkutan. Tanda dari adanya ikatan hukum tersebut antara lain akta kelahiran,
surat pernyataan, dan bukti kewarganegaraan.
b. Kewarganegaraan dalam arti sosiologis tidak ditandai dengan ikatan hukum. Akan
tetapi ditandai dengan ikatan emosional, seperti ikatan perasaan, ikatan keturunan,
ikatan nasib, ikatan sejarah, dan ikatan tanah air. Dengan kata lain, ikatan ini lahir
dari penghayatan warga negara yang bersangkutan.

Kewarganegaraan adalah bentuk kebangsaan yang paling istimewa. Istilah yang


lebih luas ini menunjukan berbagai individu dan negara yang tidak serta merta
memberikan hak politik. Tapi menyiratkan hak-hak istimewa lainnya, khususnya
perlindungan di luar negeri. Ini adalah istilah yang digunakan dalam hukum internasional.

2. Sejarah Kewarganegaraan
Konsep kewarganegaraan pertama kali muncul di kota-kota Yunani Kuno. Ini
sebagai reaksi ketakutan soal berbudakan. Di Yunani mengembangkan konsep demokrasi
langsung. Setiap warga negara berperan secara aktif dalam menentukan nasibnya
maupun kehidupan masyarakatnya. Setiap warga negara di Kota Yunani berhak dalam
kehidupan demokratis dengan memilih wakil-wakil rakyat secara resmi. Selain itu dalam
kegiatan rutin sehari-hari dalam persoalaan administrasi dan hukum.

6
Bangsa Romawi pertama kali menggunakan kewarganegaraan sebagai alat untuk
membedakaan penduduk Kota Roma dari orang-orang yang wilayahnya telah ditaklukan
dan disatukan oleh Roma. Ketika kekaisaran terus tumbuh, orang-orang Romawi
memberikan kewarnegaraan kepada sekutu di seluruh Italia dan di provinsi Romawi
lainnya. Kewarganegaraan di Romawi memberikan hak hukum penting di dalam
kekaisaran.

Di Eropa konsep kewarganegaraan nasional hampir hilang selama pertengahan abad.


Itu diganti oleh sistem hak dan kewajiban feodal. Pada akhir Abad Pertengahan,
kepemilikan kewarganegaraan di berbagai kota di Italia dan Jerman berubah menjadi
jaminan kekuatan bagi pedagang dan orang-orang istimewa.

Konsep kewarganegaraan modern terjadi perubahan pada abad ke-18 selama


Revolusi Amerika dan Perancis. Konsep warga negara datang untuk menyarankan
kepemilikan kebebasan tertentu dalam menghadapi kekuatan paksaan dari raja-raja
absolut.

Di Inggris, konsep warga negara merujuk pada keanggotaan kerajaan di daerah atau
kota setempat. Ini digunakan untuk menekan posisi warga negara kepada raja atau
negara. Konsep ini didahulukan untuk warga negara yang memakai undang-undang
kebangsaan.

3. Asas Kewarganegaraan
Pengertian asas kewarganegaraan adalah dasar hukum bagi kewarganegaraan untuk
penduduk (warga) sebuah negara. Orang yang sudah memiliki kewarganegaraan tidak
jatuh pada kekuasaan atau wewenang negara lain. Negara lain tidak berhak
memperlakukan kaidah-kaidah hukum kepada orang yang bukan warga negaranya. Secara
umum ada 2 asas kewarganegaraan yang diterapkan oleh suatu negara, yaitu:
a. Asas ius sanguinis atau asas keturunan yang menetapkan kewarganegaraan
seseorang menurut keturunan atau pertalian darah. Artinya, kewarganegaraan anak
bergantung pada orang tuanya meskipun anak tersebut lahir di negara lain (bukan
kewarganegaraan orang tuanya).
Misalkan, seorang anak dilahirkan di negara B yang menganut asas ius sanguinis,
sedangkan orang tuanya warga negara A, maka anak tersebut tetap menjadi warga
negara A.

ii
Contoh negara dengan Sistem Asas Kewarganegaraan Ius Sanguinis :

1) Belanda 10) Italia


2) Belgia 11) Jepang
3) Bulgaria 12) Jerman
4) Korea Selatan 13) Polandia
5) Kroasia 14) Portugal
6) Inggris 15) Republik Ceko
7) Irlandia 16) Rusia
8) Islandia 17) Spanyol
9) India 18) Serbia

b. Asas ius soli atau asas tempat kelahiran yang menetapkan kewarganegaraan
seseorang menurut tempat kelahirannya. Artinya kewarganegaraan anak akan
diberikan jika anak tersebut lahir di negara yang menganut asas ius soli.
Misalnya, seorang anak harus menjadi warga negara B karena lahir di negara B,
meskipun orang tuanya warga negara A.
Contoh Negara dengan Sistem Asas Kewarganegaraan Ius Soli :

1) Argentina 9) Panama
2) Amerika Serikat 10) Peru
3) Brazil 11) Pakistan
4) Bangladesh 12) Paraguay
5) Kanada 13) Grenada
6) Kamboja 14) Guatemala
7) Kolombia 15) Guyana
8) Kosta Rika

Keberadaan kedua asas kewarganegaraan tersebut kerap kali menimbulkan masalah.


Hal ini karena ada negara yang menganut asas ius sanguinis dan ada pula negara yang
menganut asas ius soli. Sehingga kerap muncul masalah bipatride, multipatride bahkan
apatride.

a. Pengertian Bipatride adalah seseorang yang memiliki dua kewarganegaraan


(kewarganegaraan ganda) yang bisa terjadi karena anak lahir di negara A yang
menganut asas kewarganegaraan ius soli (tempat kelahiran) namun orang tuanya
warga negara B yang menganut asas ius sanguinis. Anak tersebut akan mendapat 2

8
kewarganegaraan dari negara A berdasarkan tempat lahir dan dari negara B karena
faktor keturunan.
b. Pengertian Apatride adalah seseorang yang tidak memiliki kewarganegaraan. Bisa
terjadi jika anak lahir di negara B yang menganut asas ius sanguinis sedangkan orang
tua berasal dari negara A. Si anak tidak mendapat kewarganegaraan negara B karena
lahir dari orang tua yang bukan warga negara B. Anak juga tidak mendapat
kewarganegaraan orang tuanya (negara A) karena tidak lahir di negara A (ius soli –
berdasarkan tempat lahir).
c. Pengertian Multipatride adalah seseorang yang memiliki 2 atau lebih
kewarganegaraan. Hal ini bisa terjadi jika bipatride menerima juga pemberian status
kewarganegaraan lain ketika dia telah dewasa, namun tidak melepaskan status
kewarganegaraan yang lama.

Macam Asas Kewarganegaraan di Indonesia

Di Indonesia ada beberapa jenis asas kewarganagaraan yang terkandung pada UU


adalah:

a. Asas ius Sanguinis, asas ini yang menentukan kewarganegaraan seseorang


berdasarkan keturunan bukan negara tempat kelahiran.
b. Asas ius Soli, ini merupakan asas yang secara terbatas menentukan kewarganegaraan
seseorang berdasarkan tempat kelahiran.Ini yang diberlakukan terbatas bagi anak-
anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UU.
c. Asas kewarganegaraan tunggal, ini adalah yang menentukan satu kewargenagaraan
bagi setiap orang.
d. Asas kewarganegaraan ganda terbatas, asas ini yang menentukan kewarganegaraan
ganda bagi anak-anak sesuai ketentuan yang diatus dalam UU.

B. Penduduk dan Warga Negara


Suatu negara memiliki komponen rakyat didalamnya. Rakyat lah yang membangun
sebuah negara itu sendiri. Tanpa adanya rakyat maka tidak bisa suatu negara dikatakan
negara. Rakyat dibedakan menjadi dua macam yakni :
1. Penduduk dan bukan penduduk.
Penduduk adalah orang yang bertempat tinggal atau menetap dalam suatu
negara, sedang yang bukan penduduk adalah orang yang berada di suatu wilayah
suatu negara dan tidak bertujuan tinggal atau menetap di wilayah negara tersebut.

ii
Istilah penduduk lebih luas cakupannya dari pada Warga Negara Indonesia.
Pasal 26 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa
penduduk ialah Warga Negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia. Dengan demikian di Indonesia semua orang yang tinggal di Indonesia
termasuk orang asing pun adalah penduduk Indonesia.
2. Warga negara dan bukan warga negara.
Warga negara ialah orang yang secara hukum merupakan anggota dari suatu
negara, sedangkan bukan warga negara disebut orang asing atau warga negara
asing.
Dalam Pasal 1 UU RI Nomor 12 tahun 2006, disebutkan:
- Warga Negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
- Kewarganegaraan adalah segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga
negara.
- Pewarganegaraan adalah tata cara bagi orang asing untuk memperoleh
kewarganegaraan Republik Indonesia.

Keberadaan rakyat yang menjadi penduduk maupun warga negara, secara


konstitusional tercantum dalam Pasal 26 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
yaitu:

1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
2. Penduduk ialah Warga Negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia.
3. Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang.

Orang-orang yang berada atau bekerja di luar negeri seperti mahasiswa yang kuliah di
luar negeri atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri masih memiliki status Warga
Negara Indonesia. Hal tersebut dapat terjadi asalkan orang orang yang berada di luar negeri
tersebut masih memiliki pengakuan resmi dari negara Indonesia.

10
C. Undang – Undang tentang Kewarganegaraan
Warga negara merupakan salah satu unsur hakiki dan unsur pokok suatu negara.
Status kewarganegaraan menimbulkan hubungan timbal balik antara warga negara dan
negaranya. Setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban terhadap negaranya.
Sebaliknya, negara mempunyai kewajiban memberikan perlindungan terhadap warga
negaranya.

Sejak Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, ihwal kewarganegaraan diatur


dalam UU No. 3 Tahun 1946 tentang Warga Negara dan Penduduk Negara. Undang-Undang
tersebut kemudian diubah dengan UU No. 6 Tahun 1947 dan diubah lagi dengan UU No. 8
Tahun 1947 tentang Memperpanjang Waktu untuk Mengajukan Pernyataan Berhubung
dengan Kewargaan Negara Indonesia dan UU No. 11 Tahun 1948 tentang Memperpanjang
Waktu Lagi untuk Mengajukan Pernyataan Berhubung dengan Kewargaan Negara Indonesia.
Selanjutnya, ihwal kewarganegaraan terakhir diatur dengan UU No. 62 Tahun 1958 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia dan telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 1976
tentang Perubahan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia.

UU No. 62 Tahun 1958 tersebut secara filosofis, yuridis, dan sosiologis sudah tidak
sesuai lagi dengan perkembangan masyarakat dan ketatanegaraan Republik Indonesia. Secara
filosofis, Undang-Undang tersebut masih mengandung ketentuan-ketentuan yang belum
sejalan dengan falsafah Pancasila, antara lain, karena bersifat diskriminatif, kurang menjamin
pemenuhan hak asasi dan persamaan antarwarga negara, serta kurang memberikan
perlindungan terhadap perempuan dan anak-anak.

Secara yuridis, landasan konstitusional pembentukan Undang- Undang tersebut


adalah Undang-Undang Dasar Sementara Tahun 1950 yang sudah tidak berlaku sejak Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 yang menyatakan kembali kepada Undang-Undang Dasar 1945. Dalam
perkembangannya, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah
mengalami perubahan yang lebih menjamin perlindungan terhadap hak asasi manusia dan hak
warga negara.

Secara sosiologis, Undang-Undang tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan


perkembangan dan tuntutan masyarakat Indonesia sebagai bagian dari masyarakat
internasional dalam pergaulan global, yang menghendaki adanya persamaan perlakuan dan
kedudukan warga negara di hadapan hukum serta adanya kesetaraan dan keadilan gender.

ii
Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, perlu dibentuk undang-undang
kewarganegaraan yang baru sebagai pelaksanaan Pasal 26 ayat (3) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengamanatkan agar hal-hal mengenai warga
negara dan penduduk diatur dengan undang-undang.

Undang-undang ini pada dasarnya tidak mengenal kewarganegaraan ganda


(bipatride) ataupun tanpa kewarganegaraan (apatride). Kewarganegaraan ganda yang
diberikan kepada anak dalam undang-undang ini merupakan suatu pengecualian. Ada
beberapa asas khusus juga menjadi dasar penyusunan undang-undang tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia.
1. Asas kepentingan nasional adalah asas yang menentukan bahwa peraturan
kewarganegaraan mengutamakan kepentingan nasional Indonesia, yang bertekad
mempertahankan kedaulatannya sebagai negara kesatuan yang memiliki cita-cita dan
tujuannya sendiri.
2. Asas perlindungan maksimum adalah asas yang menentukan bahwa pemerintah wajib
memberikan perlindungan penuh kepada setiap Warga Negara Indonesia dalam
keadaan apapun baik di dalam maupun di luar negeri.
3. Asas persamaan di dalam hukum dan pemerintahan adalah asas yang menentukan
bahwa setiap Warga Negara Indonesia mendapatkan perlakuan yang sama di dalam
hukum dan pemerintahan.
4. Asas kebenaran substantif adalah prosedur pewarganegaraan seseorang tidak hanya
bersifat administratif, tetapi juga disertai substansi dan syarat-syarat permohonan yang
dapat di pertanggungjawabkan kebenarannya.
5. Asas nondiskriminatif adalah asas yang tidak membedakan perlakuan dalam segala hal
ikhwal yang berhubungan dengan warga negara atas dasar suku, ras, agama, golongan,
jenis kelamin dan gender.
6. Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang dalam
segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus menjamin,
melindungi, dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan hak warga negara
pada khususnya.
7. Asas keterbukaan adalah asas yang menentukan bahwa dalam segala hal ihwal yang
berhubungan dengan warga negara harus dilakukan secara terbuka.
8. Asas publisitas adalah asas yang menentukan bahwa seseorang yang memperoleh atau
kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia diumumkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia agar masyarakat mengetahuinya.

12
Pada tanggal 1 Agustus 2006, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia telah diundangkan dan diberlakukan sebagai pengganti
Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958.

Pertimbangan disahkannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan


Republik Indonesia adalah :

1. Bahwa negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjamin potensi, harkat, dan martabat setiap
orang sesuai dengan hak asasi manusia.
2. Bahwa warga negara merupakan salah satu unsur hakiki dan unsur pokok dari suatu
negara yang memiliki hak dan kewajiban yang perlu dilindungi dan dijamin
pelaksanaannya.
3. Bahwa Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik
Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1976
tentang Perubahan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan
ketatanegaraan Republik Indonesia sehingga harus dicabut dan diganti dengan yang baru.

Dasar hukum dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang


Kewarganegaraan Republik Indonesia adalah Pasal 20, Pasal 21, Pasal 26, Pasal 27, Pasal
28B ayat (2), Pasal 28D ayat (1) dan ayat (4), Pasal 28E ayat (1), Pasal 28I ayat (2), dan Pasal
28J Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Berikut ini adalah kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pelaksanaannya yang terkait
dengan Kewarganegaraan :

1. Undang - Undang No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.


2. Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh, Kehilangan,
Pembatalan dan Memperoleh Kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia
3. Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia no M.01-HL.03.01 Tahun 2006
tentang tata cara pendaftaran untuk memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia
berdasarkan Pasal 41 dan memperoleh kembali kewarganegaraan Republik Indonesia
berdasarkan Pasal 42 Undang – Undang No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
Republik Indonesia

ii
4. Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia No M.02-HL.05.06 Tahun 2006
tentang tata cara menyampaikan pernyataan untuk menjadi warga negara Republik
Indonesia
5. Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia No M.08-HL.04.01 Tahun 2007
tentang tata cara pendaftaran, pencatatan, dan pemberian fasilitas keimigrasian sebagai
Warga Negara Indonesia (WNI) yang berkewarganegaraan ganda.

D. Kasus Kewarganegaraan di Indonesia


Kewarganegaraan adalah sebuah keanggotaan seseorang dalam sebuah kesatuan
politik atau negara dimana hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik diberikan pada
orang tersebut. Di Indonesia, kewarganegaraan diatur dalam UU No. 12 Tahun 2006 yang
ditetapkan pada tanggal 1 Agustus 2006. Dari undang – undang tersebut, diterangkan pula
asas kewarganegaraan. Asas kewarganegaraan adalah asas yang mendasari kepemilikan
kewarganegaraan seseorang. Dari asas kewarganegaraan tersebut, terdapat istilah asas ius soli
yang menentukan kewarganegaraan berdasar tempat lahir, asas ius sanguinis yang
menentukan kewarganegaraan berdasar keturunan, dan naturalisasi yang merupkan
kewarganegaraan karena permohonan izin atau pemberian.

Setiap warga negara diatas 18 tahun atau yang sudah menikah, hanya boleh
mempunyai satu kewarganegaraan. Akan tetapi, masih ada juga warga yang terjerat kasus
yang menyangkut kewarganegaraan ganda. Di Indonesia, hal tersebut pernah beberapa kali
terjadi pada rakyat, publik figur, bahkan pejabat negara. Berikut contoh kasus
kewarganegaraan ganda di Indonesia:

1. Kasus Kewarganegaraan Ganda Manohara Odelia Pinot

Indonesia pernah dihebohkan oleh cerita seorang gadis belia


Indonesia yang menikah dengan bangsawan negeri jiran Malaysia dan hidup
bersama dengan suaminya di Malaysia. Akan tetapi terjadi cerita penculikan
dan penganiayaan kepada Manohara. Dari kejadian tersebut, wanita yang
diketahui bernama Manohara Odelia Pinot mengkritik pemerintahan Indonesia
yang tidak memberikan perlindungan kepada Warga Negara Indonesia yang
berada di luar negeri seperti yang tercantum pada UU no. 12 tahun 2006. Akan
tetapi, setelah ditilik lebih jauh, kasus ini ternyata terkait dengan
kewarganegaraan yang dimiliki oleh Manohara. Manohara dikutahui
mempunyai kewarganegaraan ganda dari pernikahan ibunya yang merupakan

14
WNI dan ayahnya yang merupakan Warga Negara Asing. Akan tetapi, apabila
menggunakan ius soli, Manohara lahir dan dibesarkan di Indonesia. Seharusnya
ia menjadi warga negara Indonesia saat ia berusia 18 tahun atau sudah
menikah. Akan tetapi pada saat permasalahan tersebut terjadi, ia berusia 17
tahun dan masih mempunyai dua kewarganegaraan dan memohon perlindungan
dari Indonesia. Hal ini melanggar hukum Indonesia, karena Indonesia tidak
menerima sistem kewarganegaraan ganda bagi warga negara yang sudah cukup
umur atau sudah menikah. Dan perlindungan warga negara yang berada di luar
negeri hanya diberikan bagi WNI yang bekerja atau menempuh pendidikan di
luar negeri. Bukan bagi seseorang yang diperistri oleh WNA dan tinggal
menetap di luar negeri. Diketahui bahwa ayah biologis Manohara adalah warga
Perancis yang mempunyai kewarganegaraan Amerika Serikat. Sedangkan ayah
tiri Manohara yang memberikan nama Pinot sebagai nama belakang Manohara
adalah seseorang berkewarganegaraan Jerman. Dengan kondisi seperti itu,
Manohara juga bisa saja memilih salah satu contoh kasus kewarganegaraan
ganda berdasarkan keturunan dari ayahnya. Ayah Manohara juga meminta
Amerika Serikat untuk menangani kasus tersebut karena Manohara mempunyai
kewarganegaraan Amerika Serikat. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya,
kewarganegaraan seseorang yang memiliki kewarganegaraan ganda harus
diputuskan saat ia sudah mencapai usia 18 tahun atau sudah menikah.
Menganut asas ini, Manohara yang pada waktu itu berusia 17 tahun sudah bisa
memilih kewarganegaraan karena ia sudah menikah pada usia 16 tahun.
Dengan begitu, status kewarganegaraan Manohara juga bisa berubah menjadi
kewarganegaraan Malaysia karena suaminya berkewarganegaraan Malaysia.
Kasus kewarganegaraan ganda ini menghambat pihak yang berwenang untuk
mengambil langkah hukum. Lebih – lebih kasus ini adalah kasus yang
mengkaitkan hukum 2 negara, sehingga penanganannya tidak bisa dilakukan
secara sepihak.

2. Kasus Kewarganegaraan Ganda Irfan Bachdim

Indonesia memiliki seorang pemain sepakbola yang mempunyai


banyak penggemar, bukan hanya karena keterampilannya bermain sepakbola,
tapi juga karena postur dan parasnya yang menawan. Akan tetapi, di awal karir
Irfan Bachdim, ia pernah mendapat tekanan dari beberapa pihak karena kasus
kewarganegaraan ganda. Pada tahun 2009, Irfan Bachdim memulai karir
persebakbolaannya di Indonesia. Pada waktu itu ia berusia hampir 21 tahun dan
masih mempunyai dua kewarganegaraan.

ii
Ia memiliki kewarganegaraan Indonesia dari ayahnya yang WNI, dan
mempunyai kewarganegaraan Belanda dari tempat ia dilahirkan dan
dibesarkan. Menurut undang-undang di Indonesia, kewarganegaraan seseorang
yang berkewarganegaraan ganda bisa diputuskan paling lambat 3 tahun setelah
ia menginjak usia 18 tahun. Agustus 2009 adalah batas akhir ia harus memilih
kewarganegaraannya. Karena jika tidak, ia akan kehilangan kesempatan
mendapat kewarganegaraan Indonesia. Jika ia tidak menjadi WNI, ia tidak akan
bisa ikut membela Indonesia dalam laga Internasional. Pasa waktu itu Irfan
Bachdim adalah pemain yang sangat diandalkan oleh timnas Indonesia untuk
bertanding dalam piala AFF (Asian Football Federation) tahun 2010. Pada
akhirnya, putra dari Noval Bachdim ini memilih untuk menjadi WNI sebelum
usianya lebih dari 21 tahun.

3. Kasus Kewarganegaraan Ganda Cinta Laura

Cinta Laura juga diketahui pernah mempunyai masalah dengan dua


kewarganegaraan. Ibu Cinta Laura adalah WNI sedangkan ayahnya yang
bernama belakang Kiehl adalah warga negara Jerman. Pada saat usianya
menginjak 18 tahun, sebagai publik figur, Cinta banyak mendapat sorotan
mengenai masalah kewarganegaraan nya. Waktu itupun ia masih belum bisa
memutuskan kewarganegaraan yang akan ia pilih. Ia mengaku sangat mencintai
Indonesia karena ia tinggal dan besar di Indonesia. Tapi karena ambisinya
untuk berkarir di kancah internasional, ia berpikiran bahwa kewarganegaraan
Jerman akan lebih memudahkan jalan karirnya di Amerika Serikat. Banyak
yang mencibir pernyataan Cinta Laura tersebut. Tapi saat ini ia telah memilih
kewarganegaraan Jerman dan ia telah aktif berkarir di Amerika Serikat.

4. Kasus Kewarganegaraan Ganda Gloria Natapradja

Pada saat peringatan kemerdekaan Republik Indonesia ke 71 pada


tahun 2016, masyarakat dihebohkan oleh pemberitaan seorang siswi anggota
Pasukan Pengibar Bendera yang tersandung kasus kewarganegaraan ganda.
Siswi tersebut adalah Gloria Natapradja, salah seorang anggota Paskibraka
yang bertugas untuk mengibarkan bendera pada saat upacara peringatan HUT
RI di Istana Negara pada 17 Agustus 2016. Setelah menempuh seleksi dan
latihan selama berbulan-bulan, Gloria digugurkan dari formasi tepat dua hari
sebelum upacara berlangsung. Hal itu terjadi karena belakangan diketahui
Gloria memiliki passpor Perancis. Gloria memang dilahirkan dari pasangan
berbeda kewarganegaraan. Ibunya seorang WNI dan ayahnya warga negara

16
Perancis. Selama ini kita tahu bahwa anak yang lahir dari perkawinan berbeda
kewarganageraan bisa mempunyai kewarganegaraan ganda sebelum 18 tahun.
Anak tersebut bisa memilih salah satu kewarganegaraan nya saat ia telah
menginjak 18 tahun. Dalam kasus Gloria, pihak keluarga menganggap Gloria
mempunyai hak selayaknya Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia.
Dalam hal ini hak untuk menjadi pasukan Paskibraka, karena ia belum
menginjak 18 tahun maka ia otomatis mempunyai dua kewarganegaraan.

Akan tetapi, hukum berkata lain. Gloria lahir pada saat undang-
undang tentang kewarganegaraan tersebut disahkan. Sehingga, Gloria tidak bisa
otomatis mendapat kewarganegaraan ganda. Gloria seharusnya mendaftar
permohonan menjadi WNI paling lambat empat tahun setelah ia lahir. Dengan
kata lain, permohonan sebagai syarat Cara Memperoleh Kewarganegaraan
Indonesia tersebut seharusnya dilakukan paling lambat tahun 2010. Kasus
tersebut terus berlanjut hingga peradilan Mahkamah Konstitusi yang
menjalankan Tugas Dan Wewenang Lembaga Yudikatif. Keluarga Gloria terus
memperjuangkan hak nya untuk menjadi warga negara Indonesia dan menuntut
undang-undang untuk diubah. Akan tetapi, permohonan Gloria ditolak oleh
Mahkamah Konstitusi pada Agustus 2017.

5. Kasus Kewarganegaraan Ganda Archandra Tahar

Berbeda dengan kasus sebelumnya dimana warga negara yang


tersebut diatas mengalami kasus kewarganegaraan ganda pada saat usianya
belum mencapai 18 tahun dengan batas maksimal 3 tahun setelahnya, kasus ini
lebih pelik. Archandra Tahar adalah salah seorang pejabat tinggi negara yang
dilantik dengan jabatan Menteri ESDM pada Kabinet Kerja Presiden Joko
Widodo. Archandra dilantik menjadi Menteri ESDM pada 27 Juli 2016. Kurang
dari sebulan setelah itu, muncul dugaan bahwa Archandra memiliki
kewarganegaraan ganda. Hal itu terbukti dengan kepemilikan paspor Amerika
Serikat. Sebelum menjadi menteri, Archandra memang menempuh pendidikan
dan bekerja di Amerika Serikat. Akan tetapi, beliau lahir dan besar di
Indonesia. Seperti yang kita tahu, hukum Indonesia tidak mengakui
kewarganegaraan ganda untuk warga negara di atas 18 tahun dengan kondisi
apapun.

Kasus kewarganegaraan ganda tersebut membuat Archandra


diberhentikan secara terhormat dari jabatannya sebagai menteri ESDM pada 27
Juli 2016. Selain itu, ia juga terancam kehilangan kewarganegaraan Indonesia.

ii
Akan tetapi, sebelum dilantik menjadi menteri ternyata beliau telah
mengajukan permohonan kehilangan kewarganegaraan pada Kedutaan Besar
Amerika Serikat di Indonesia. Permohonan tersebut disetujui tepat setelah
jabatannya sebagai menteri dilepaskan. Meskipun begitu, beliau berhasil
mempertahankan kewarganegaraan Indonesia nya.

Dalam hal ini, sebenarnya Presiden Joko Widodo bisa saja


menggunakan Kekuasaan Eksekutif Presiden untuk memberikan
kewarganegaraan kepada Archandra melalui proses naturalisasi apabila
Archandra memang dinilai berjasa bagi Indonesia. Akan tetapi sikap Archandra
yang cenderung menutupi statusnya sebelum beliau dipilih menjadi menteri
membuat kasus ini lebih rumit. Setelah semua kasus kewarganegaraan ganda
tersebut selesai, Archandra Tahar diangkat menjadi Wakil Menteri ESDM
mendampingi Ignasius Jonan yang dilantik menjadi Menteri ESDM pada 14
Oktober 2016.

E. Penanganan Pemerintah terhadap Kasus Kewarganegaraan


Revisi UU, Solusi Atasi Dwikewarganegaraan

Silang pendapat membahas kewarganegaraan muncul skandal paspor Amerika yang


dimiliki Arcandra Tahar. Polemik berkepanjangan hingga membuat Arcandra melepaskan
jabatan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral di Kabinet Kerja jilid II.

Hampir berbarengan, calon Pasukan Pengibar Bendera Pusaka, Gloria Natapradja


Hamel, mengalami hal yang sama dengan Arcandra. Paspor Perancis yang dimiliki Gloria,
membuatnya dicoret dari daftar pembawa bendera pusaka dalam perayaan 17 Agustus 2016 di
Istana Negara.

Polemik kewarganegaraan yang dihadapi dua anak bangsa ini, memunculkan ide
revisi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan.

Menurut Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah, revisi aturan kewarganegaraan ini sebagai
solusi, sehingga negara bisa memanfaatkan kemampuan anak bangsa yang memiliki
kewarganegaraan ganda.

"Sebagai negara yang sedang berkembang kita memerlukan ahli, sementara saya
dengar banyak anak bangsa ini dibeli negara lain. Kalau industri mau bangkit, bisa panggil
mereka kembali dan keterampilannya dimanfaatkan," kata Fahri di Kompleks Parlemen
Senayan, Jakarta.

18
Menurut pakar hukum tata negara Refly Harun, usulan merevisi aturan
kewarganegaraan dapat ditempuh Presiden dengan menggunakan hak diskresi. "Bisa dengan
mengeluarkan peraturan pemerintah atau revisi terbatas pada satu dua pasal saja," kata Refly.

Meski demikian, kata Refly, wacana itu akan menemukan pertentangan, terutama bila
dikaitkan dengan masalah nasionalisme atau loyalitas terhadap negara.

Menurutnya, di negara seperti Amerika Serikat, aturan tersebut dapat berjalan dengan
baik karena didukung dengan pemberian kewenangan kepada negara untuk memaksa seluruh
warga negaranya menjalankan kewajiban, tanpa terkecuali.

Salah satu tanggapan negatif terhadap usulan itu datang dari pakar hukum tata negara
Margarito Kamis. Ia mengatakan UU Kewarganegaraan yang ada saat ini tidak memerlukan
perubahan.

Menurutnya, langkah Indonesia melarang warganya memiliki kewarganegaraan ganda


tepat. Ia berpendapat, aturan tersebut akan membuat setiap warga negara lebih loyal dalam
mengabdikan diri kepada Negara."Dalam konteks nasionalisme itu tidak tepat. Tidak mungkin
seorang membelah diri, loyal di sana dan loyal di sini," kata Margarito.

Mengembalikan Kewarganegaraan

Selain berharap ada revisi aturan kewarganegaraan, saat ini masih ada peluang
mengembalikan kewarganegaraan. Menurut UU Nomor 12 tahun 2006 tentang
kewarganegaraan, syarat yang perlu dipenuhi adalah tinggal 5 tahun berturut-turut atau
minimal 10 tahun tidak berturut-turut.

“Mereka juga telah berusia 18 tahun atau menikah dan tidak pernah terkena pidana
penjara satu tahun dan tidak memiliki kewarganegaraan ganda,” kata pakar hukum tata
Negara, Irman Putra Sidin.

Setelah seluruh syarat yang diatur dalam UU itu dipenuhi, Presiden akan memutuskan
apakah pemohon layak atau tidak mendapat kewarganegaraan. Jika Presiden memenuhi
permohonan, maka pemohon tanpa bisa diwakilkan wajib mengucapkan sumpah dan janji
setia kepada Indonesia.

ii
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Indonesia sebagai negara yang pada dasarnya menganut prinsip ‘’ius sanguinis’’
mengatur kemungkinan warganya untuk mendapatkan status kewarga negaraan melalui
prinsip kelahiran. Semua warga negara khususnya di indonesia memiliki hak dan kewajiban
sebagai warga negara yang sama. Memperoleh suatu kewarganegaraan merupakan Hak asasi
dari umat manusia yang menjadi bagian dari suatu negara untuk mempertahankan
kedudukannya dimata hukum dan ikut berpartisipasi dalam hal bernegara.
Kewarganegaraan ganda merupakan salah status bernegara yang dimiliki seseorang
akibat adanya perkawinan campuran dengan warga negara asing. Di Indonesia sendiri,
mengenal adanya asas kewarganegaraan terbatas yang diciptakan untuk melindungi anak dari
hasil perkawinan campuran untuk melindungi anak tersebut dimata hukum dan negara.
Sehingga hak-hak anak tersebut khususnya dalam pemenuhan kehidupan sehari-hari dan
pendidikannya dapat terpenuhi dengan baik. Namun, asas kewarganegaraan tersebut
hanya dapat berlaku sebelum usia anak tersebut 18 tahun. Setelah usianya 18 tahun, maka
setidaknya 3 tahun setelah sang anak berusia 18 tahun, ia harus memilih kewarganegaraan
negara mana yang dia pilih, entah mengikuti kewarganegaraan ayah atau ibunya, atau
mungkin tidak keduanya. Di Indonesia sendiri kewarganegaraan ganda belum
diperbolehkan berlaku.

B. Saran
Pemerintah harus terbuka dan membuka ruang kepada masyarakat berperan serta
dalam pembangunan nasional tanpa membeda-bedakan sara, gender budaya dan lain
sebagainya.

Hal ini juga mengingatkan kita sebagai warga negara terutama warga negara
Inodnesia yang menikah dengan warga negara asing dan memiliki anak untuk segera
mengurus status kewarganegaraan anaknya dan warga Indonesia yang betempat tinggal di luar

20
negeri setidaknya melaporkan ke inginannya untuk tetap menjadi warga negara Indonesia
kepada duta besar Indonesia di negara yang ditinggalinya minmal 1 kali dalam 5 tahun
sehingga dia tidak kehilangan status kewarganegaraan Indonesia nya seperti yang tercantum
UU no. 12 tahun 2006.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/28/080000669/kewarganegaraan-arti-sejarah-jenis-
dan-macamnya?page=all

http://wawai.id/pendidikan/makalah/makalah-kewarganegaraan-indonesia/

https://m.cnnindonesia.com/nasional/20160907144154-12-156726/kronologi-kembalinya-
kewarganegaraan-indonesia-arcandra-tahar

https://guruppkn.com/contoh-kasus-kewarganegaraan-ganda

https://peduliwni.kemlu.go.id/app/download/referensi/UU_NO_12_TH_2006.pdf.html

https://m.cnnindonesia.com/nasional/20160907144154-12-156726/kronologi-kembalinya-
kewarganegaraan-indonesia-arcandra-tahar

ii

Anda mungkin juga menyukai