Anda di halaman 1dari 24

WARGA NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN

MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi tugas Mata Kuliah
PANCASILA dan KEWARGANEGARAAN

Dosen Pengampu:
Mu’tasim Billah, M.Pd.
Disusun oleh:
1. Abdul Mughis (D93218072)
2. Nur Aini Santi Kurnia Dewi (D73218060)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini dengan tepat waktu. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak teria kasih
kepada pihak-pihak yang berkontribusi dalam penulisan makalah ini khususnya kepada dosen
pengampu kami Bapak Mu’tasim Billah, M.Pd. Harapan kami semoga dengan adanya makalah
ini dapat membantu para pembaca maupun penulis dalam menyelesaikan tugas yang diberikan
oleh dosen pembimbingdan mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
Kami menyadari banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini, maka dari itu kami
membuka kritik dan saran untuk penyempurnaan penulisan makalah selanjutnya.

Surabaya, 21 Oktober 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PEMBAHASAN

Dalam kehidupan ini, kita sebagai manusia telah dikodratkan mendapatkan beberapa hak.
Salah satunya adalah kodrat sebagai warga atau masyarakat suatu Negara, sehingga kita bisa
disebut warga Negara dan mendapatkan kewarganegaaran tersebut. Akan tetapi pada saat yang
bersamaan, setiap negara tidak boleh membiarkan seseorang memiliki
dua status kewarganegaraan sekaligus. Itulah sebabnya diperlukan perjanjian kewarganegaraan
antara negara-negara modern untuk menghindari status dwi-kewarganegaraan tersebut.
Oleh karena itu dalam mendapatka kewarganegaraan terdapat beberapa syarat dan
ketentuan yang berlaku agar tidak adanya warga Negara yang berkewarganegaraan ganda. Seperti
halnya banyaknya warga cina yang berkelahiran cina dan menetap lama di Indonesia . mereka
memiliki dwi kewarganegaraan, san anak anak mereka juga harus menganut orang tua mereka.
Lemahnya pemahaman tentang kewarganegaraan ini membuat banyak permasalahan
permasalahan tentang kewarganegaraan. Mekanisme dan penjelasan yang sederhana mengenai
konsep warga Negara dan kewarganegaraan akan sangat membantu pemahaman setiap masyarakat
khususnya masyarakat Indonesia. Mereka juga akan mengerti pentingnya pemahana konsep
tersebut. Maka dalam makalah ini kita akan membahas mengenai warga Negara dan
kewarganegaraan .

4
B. RUMUSAN PEMBAHASAN
1. Apa yang dimaksud dengan warga Negara?
2. Apa penjelasan mengenai azas kewarganegaraan?
3. Apa saja unsur unsur kewarganegaraan?
4. Apa saja problem atau masalah yang biasanya terjadi pada status kewarganegaraan?
5. Apa saja karakteristik warga Negara democrat?
6. Bagaimana cara dan bukti untuk mendapatkan kewarganegaraan Indonesia?
7. Apa saja hak dan kewajiban warga Negara?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Menjelaskan konsep dasar tentang warga Negara.
2. Menjelaskan azas kewarganegaraan.
3. Menjelaskan unsur unsur kewarganegaraan.
4. Menjelaskan problem atau masalah yang terjadi pada status kewarganegaraan.
5. Menjelaslaska karakteristik warga Negara democrat.
6. Menjelaskan cara dan bukti memperoleh kewarganegaraan Indonesia.
7. Menjelaskan hak dan kewajiban warga Negara.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Warga Negara
Secara umum Warga mengandung arti peserta atau anggota dari suatu organisasi
perkumpulan, jadi secara sederhana warga Negara diartikan sebagai anggota dari suatu
Negara. Istilah warga Negara menurut Wikipedia merupaka terjemahan kata
citizen(inggris). Kata citizen secara etimologis berasal dari bangsa romawi yang pada
waktu itu berbahasa latin, yaitu kata “civis” atau “civitas” yang berarti anggota warga
dari city-state. Selanjutnya kata ini dalam bahasa Prancis diistilahkan “citoyen” yang
bermakna warga dalam “cite” (kota yang memiliki hak-hak terbatas. Citoyen atau citien
dengan demikian bermakna warga atau penghuni kota.
Secara umum, pengertian warga negara adalah anggota suatu negara yang
mempunyai keterikatan timbal balik dengan negaranya. Jadi warga negara dapat diartikan
secara sederhana sebagai anggota dari suatu negara. Seseorang dapat menjadi warga negara
setelah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh suatu negara. Istilah Warga
Negara merupakan terjemahan kata “citizen“, mempunyai arti sebagai berikut:1
1. warga Negara
2. petunjuk dari sebuah kota
3. orang setanah air, sesama penduduk atau sesama warga Negara
4. bawahan atau kawula.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian kewarganegaraan adalah hal


yang berhubungan dengan warga negara dan keanggotaan sebagai warga negara. Menurut
pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
Republik Indonesia, pengertian kewarganegaraan adalah segala hal ikhwal yang
berhubungan dengan warga negara.. Istilah kewarganegaraan dapat dibedakan dalam arti
yuridis dan sosiologis.
1. Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum
antara orang-orang dengan negara. Adanya ikatan hukum itu menimbulkan
akibat-akibat hukum tertentu, yaitu orang tersebut berada di bawah kekuasaan
negara yang bersangkutan. Tanda dari adanya ikatan hukum tersebut antara
lain akta kelahiran, surat pernyataan, dan bukti kewarganegaraan.

1
Rokilah, implikasi kewarganegaraan ganda bagi warga Indonesia Jurnal AJUDIKASI Vol 1 No 2 Desember 2017. http://e-
jurnal.lppmunsera.org/index.php/ajudikasi/article/download/497/559 Diakses pada 22 oktober 2018

6
2. Kewarganegaraan dalam arti sosiologis tidak ditandai dengan ikatan hukum.
Akan tetapi ditandai dengan ikatan emosional, seperti ikatan perasaan, ikatan
keturunan, ikatan nasib, ikatan sejarah, dan ikatan tanah air. Dengan kata lain,
ikatan ini lahir dari penghayatan warga negara yang bersangkutan. Orang yang
sudah memiliki kewarganegaraan tidak jatuh pada kekuasaan atau wewenang
negara lain. Negara lain tidak berhak memperlakukan kaidah-kaidah hukum
kepada orang yang bukan warga negaranya.
Dari sudut padang kewarganegaraan sosiologis (sosial), seseorang dapat
dipandang negara sebagai warga negaranya sebab penghayatan hidup, ikatan emosional
dan juga tingkah laku yang dilakukan menunjukkan bahwa orang tersebut sudah
seharusnya menjadi anggota negara itu. Namun dari sudut pandang hukum orang tersebut
tidak memiliki bukti ikatan hukum dengan negara.
Kewarganegaraan dalam arti formil menunjuk pada tempat kewarganegaraannya.
Dalam sistematika hukum, masalah kewarganegaraan berada pada hukum publik.
Kewarganegaraan dalam arti Materil menunjuk pada akibat hukum dari status
kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban sebagai bagian dari warga
negara. Kewarganegaraan seseorang mengakibatkan orang tersebut memiliki pertalian
hukum serta tunduk pada hukum negara yang bersangkutan. Orang yang telah memiliki
kewarganegaraan tidak jatuh pada kewenangan atau kekuasaan negara lain. Negara lain
tidak berhak memperlakukan kaidah-kaidah hukum pada orang yang bukan warga
negaranya. Kewarganegaraan menunjuk pada seperangkat karakteristik seorang warga.
Karakteristik atau atribut kewarganegaraan itu mencakup :
1. Perasaan akan identitas
2. Pemilikkan hak-hak tertentu
3. Pemenuhan kewajiban-kewajiban yang sesuai
4. Tingkat ketertarikan dan keterlibatan dalam masalah public
5. Penerimaan terhadap nilai-nilai sosial dasar
Memiliki kewarganegaraan berarti seseorang itu memiliki identitas atau status
dalam lingkup nasional. Memiliki kewargnegaraan berarti didapatkannya sejumlah hak dan
kewajiban yang berlaku timbal balik dengan negara. Ia berhak dan berkewajiban atas
negara, sebaliknya negara memilki hak dan kewajiban atas orang tersebut. Terkait dengan
hak dan kewajiban ini sahabat, maka seseorang menjadikan ia turut terlibat atau
berpartisipasi dalam kehidupan negaranya. Kewarganegaraan seseorang juga menjadikan
orang tersebut berpartisipasi dengan warga negara lainnya sehingga tumbuh penerimaan
atas nilai-nilai sosial bersama yang ada di negara tersebut.

7
B. Azas Kewarganegaraan
Penjelasan Asas kewarganegaraan adalah sebagai dasar berpikir dalam
menentukan masuk tidaknya seseorang dalam golongan warga negara dari sebuah negara
tertentu. Sehingga dapat dibedakan dan digolongkan sebagai warga Negara suatu Negara
tesebut. Pada dasarnya terdapat tiga system atau asas yang secara umum digunakan untuk
menentukan kriteria siapa yang menjadi warga negara suatu Negara tersebut, yaitu kriteria
yang didasarkan atas kelahiran, perkawinan dan naturalisasi. Yaitu sebagi berikut
penjelasanya:
1. Asas Kewarganegaraan Berdasarkan Kelahiran
Penentuan kewarganegaraan berdasarkan kelahiran seseorang dikenal
dengan dua asas kewarganegaraan yaitu ius soli dan ius sanguinis. Kedua
istilah tersebut berasal dari bahasa Latin.
a. Ius soli ( law of the soil)
Ius berarti hukum, dalil atau pedoman. Soli berasal dari
kata solum yang berarti negeri, tanah atau daerah. Sehingga dapat
diartikan bahwa ius soli berarti pedoman kewarganegaraan yang
berdasarkan tempat atau daerah kelahiran. Contohnya adala jika
sebuah negara menganut ius soli, maka seorang yang dilahirkan di
negara tersebut mendapatkan hak sebagai warga Negara.
prinsip ius soli ini juga berlaku di Amerika, Inggris,
Perancis, dan juga Indonesia. Tetapi di Jepang, prinsip ius solis ini
tidak berlaku. Karena seseorang yang tidak dapat membuktikan
bahwa orang tuanya berkebangsaan Jepang, ia tidak dapat diakui
sebagai warga negara Jepang. Untuk sementara waktu asas ius soli
menguntungkan, yaitu dengan lahirnya anak anak dari para
imigran di negara tersebut maka putuslah hubungan dengan
Negara asal.
b. Ius sanguinis (law of the blood)
Ius berarti hukum, dalil atau pedoman. Sanguinis berasal
dari kata sanguis yang berarti darah. Sehingga dapat diartikan
bahwa ius sanguinis adalah pedoman kewarganegaraan
berdasarkan darah atau keturunan atau keibubapakan tanpa
melihat dimana mereka dilahirkan. Asas ini dianut oleh negara

8
yang tidak dibatasi oleh lautan, seperti Eropa Kontinental dan
China.
Contohnya adalah, jika seseorang yang lahir dari orang
tua yang memiliki kewarganegaraan suatu negara tertentu,
Indonesia misalnya, maka anak tersebut berhak mendapatkan
status kewarganegaraan orang tuanya, yakni warga negara
Indonesia.
Keuntungan dari asas ini adalah antara lain dapat
memperkecil jumlah orang keturunan asing sebagai warga negara;
Tidak akan memutuskan hubungan antara negara dengan warga
negara yang lahir; Semakin menumbuhkan semangat
nasionalisme; serta Bagi negara daratan seperti China dan lain-
lain, yang tidak menetap pada suatu negara tertentu tetapi
keturunan tetap sebagai warga negaranya meskipun lahir di
tempat lain (negara tetangga).
2. Asas Kewarganegaraan Berdasarkan Perkawinan
Selain hukum kewarganegaraan dilihat dari sudut kelahiran,
kewarganegaraan, seseorang juga dapat dilihat dari sistem perkawinan. Di
dalam sistem perkawinan, terdapat dua buah asas, yaitu asas kesatuan hukum
dan asas persamaan derajat.
a. Asas Kesatuan Hukum
Asas kesatuan hukum berdasarkan pada paradigma bahwa suami-
istri ataupun ikatan keluarga merupakan inti masyarakat yang tidak
berpecah. Dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat,
suami-istri ataupun ikatan keluarga yang baik perlu mencerminkan
adanya suatu kesatuan yang bulat. Untuk merealisasikan terciptanya
kesatuan dalam keluarga atau suami-istri, maka semuanya harus
tunduk pada hukum yang sama.
Dengan adanya kesamaan pemahaman dan komitment
menjalankan adanya kewarganegaraan yang sama, sehingga masing-
masing tidak terdapat perbedaan yang dapat mengganggu keutuhan
dan kesejahteraan keluarga. Menurut asas kesatuan hukum, sang istri
akan mengikuti status suami baik pada waktu perkawinan
dilangsungkan maupun kemudian setelah perkawinan berjalan.

9
Negara-negara yang masih mengikuti asas ini antara lain:
Belanda, Belgia, Perancis, Yunani, Italia, Libanon, dan lainnya.
Negara yang menganut asas ini menjamin kesejahteraan para
mempelai. Hal ini akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat,
melalui proses hemogenitas dan asimilasi bangsa. Proses ini akan
dicapai apabila kewarganegaraan istri adalah sama dengan
kewarganegaraan suami. Lebih-lebih istri memiliki tugas memelihara
anak yang dilahirkan dari perkawinan, maka akan diragukan bahwa
sang ibu akan dapat mendidik anak-anaknya menjadi warga Negara
yang baik apabila kewarganegaraannya berbeda dengan sang ayah
anak-anak.
b. Asas Persamaan Derajat
Dalam asas persamaan derajat, suatu perkawinan tidak
menyebabkan perubahan status kewarganegaraan masing-masing
pihak (suami atau istri). Baik suami ataupun istri tetap
berkewarganegaraan asal, atau dengan kata lain sekalipun sudah
menjadi suami-istri, mereka tetap memiliki status kewarganegaraan
sendiri, sama halnya ketika mereka belum diikatkan menjadi suami
istri. Negara-negara yang menggunakan asas ini antara lain: Australia,
Canada, Denmark, Inggris, Jerman, Israel, Swedia, Birma dan lainnya.
Asas ini dapat menghindari terjadinya penyelundupan hukum.
Misalnya, seseorang yang berkewarganegaraan asing ingin
memperoleh status kewarganegaraan suatu negara dengan cara atau
berpura-pura melakukan pernikahan dengan perempuan di negara
tersebut. Setelah melalui perkawinan dan orang tersebut memperoleh
kewarganegaraan yang diinginkannya, maka selanjutnya ia
menceraikan istrinya. Karena untuk menghindari penyelundupan
hukum semacam ini, banyak negara yang menggunakan asas
persamaan derajat dalam peraturan kewarganegaraannya.
3. Sistem Kewarganegaraan Berdasarkan Naturalisasi
Walaupun tidak dapat memenuhi status kewarganegaraan melalui sistem
kelahiran maupun perkawinan, seseorang masih dapat mendapatkan status
kewarganegaraan melalui proses pewarganegaraan atau naturalisasi. Menurut
(Kartasapoetra. 1993), Syarat-syarat dan prosedur pewarganegaraan ini di

10
berbagai negara sedikit-banyak dapat berlainan, menurut kebutuhan yang
dibawakan oleh kondisi dan situasi negara masing-masing. Dalam
pewarganegaraan ini ada yang aktif ada pula yang pasif.
Dalam pewarganegaraan aktif, seseorang dapat menggunakan hak opsi
untuk memilih atau mengajukan kehendak menjadi warga negara dari suatu
negara. Sedangkan dalam pewarganegaraan pasif, seseorang yang tidak mau
diwarganegarakan oleh sesuatu negara atau tidak mau diberi atau dijadikan
warga negara suatu negara, maka yang bersangkutan dapat menggunakan hak
repudiasi, yaitu hak untuk menolak pemberian kewarganegaraan tersebut.

Asas Kewarganegaraan yang dipakai Indonesia menurut penjelasan Undang-Undang RI


Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia dinyatakan bahwa
Indonesia dalam penentuan kewarganegaraan menganut asas-asas. Berikut adalah asas khusus
yang dianut Indonesia:
1. Asas ius sanguinis
Sama seperti penjelasan diatas, Asas ius sanguinis adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan, bukan bersasarkan negara tempat
dilahirkan. contoh nya serupa dengan contoh asas ius sanguinis diatas.
2. Asas ius soli
Serupa seperti penjelasan diatas, Asas ius soli adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran, di indonesia asa ini
diberlakukan terbatas bagi anak-anak seseuai dengan ketentuan yang diatur undang-
undang. contoh nya serupa dengan contoh asas ius soli diatas.
3. Asas kewarganegaraan tunggal
Asas kewarganegraan tunggal adalah asas yang menentukan satu kewarganegaraan
bagi setiap orang. asas kewarganegaraan tunggal merupakan prinsip tentang status
kewarganegaraan yang dimana setiap warga negara tidak boleh berkewarganegaraan
ganda. Contohnya adalah bila suatu anak lahir di kalangan warga negara (baik luar
maupun dalam), maka setelah dewasa si anak tersebut harus memilih apa status
kewarganegaraan yang ia kehendaki.
4. Asas kewarganegaraan ganda terbatas

Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan


kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam

11
undang-undang. Contohnya adalah bila suatu anak lahir dan mempunyai dua
kewarganegaraan (Bipatride), maka anak tersebut boleh memiliki dua
kewarganegaraan sampai ia berusia 18 tahun (atau sesuai ketentuan yang diatur dalam
undang-undang), setelah anak tersebut berusia 18 tahun ia harus melepas / memilih
salah satu kewarganegaraanya2.

Disamping asas umum, ada beberapa asas khusus yang menjadi dasar penyusunan
Undang-undang Kewarganegaraan Indonesia, yaitu :
1. Asas kepentingan nasional adalah asas yang menentukan bahwa peraturan
kewarganegaraan mengutamakan kepentingan nasional Indonesia, yang bertekad
mempertahankan kedaulatannya sebagai negara kesatuan yang memiliki cita-cita
dan tujuannya sendiri.
2. Asas perlindungan maksimum adalah asas yang menentukan bahwa pemerintah
wajib memberikan perlindungan penuh kepada setiap warga negara Indonesia
dalam keadaan apapun baik didalam ataupun diluar negri.
3. Asas persamaan didalam hukum dan pemerintahan adalah asas yang menentukan
bahwa setiap warga negara Indonesia mendapatkan perlakuan yang sama didalam
hukum dan pemerintahan.
4. Asas kebenaran substantif adalah prosedur kewarganegaraan seseorang tidak
hanya bersifat administratif, tetapi juga disertai substansi dan syarat-syarat
permohonan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
5. Asas nondiskriminatif adalah asas yang tidak membedakan perlakuan dalam
segala hal yang berhubungan dengan warga negara atas dasar suku, ras, agama,
golongan, jenis kelamin dan gender.
6. Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang
dalam segala hal yang berhubungan dengan warga negara harus menjamin,
melindungi, dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan hak warga
negara pada khususnya.
7. Asas keterbukaan adalah asas yang menentukan bahwa dalam segala hal yang
berhubungan dengan warga negara harus dilakukan secara terbuka.

2
http://www.markijar.com/2017/06/4-asas-kewarganegaraan-di-indonesia.html?m=1, Diakses pada tanggal 22
Oktober 2018.

12
8. Asas publisitas adalah asas yang menentukan bahwa seseorang yang memperoleh
atau kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia diumumkan dalam Berita
Republik Indonesia agar masyarakat mengetahuinya
C. Unsur Unsur Kewarganegaraan
Hal yang paling mendasar yang perlu diketahui dalam mempelajari
kewarganegaraan ini adalah bahwa kita perlu tahu apa saja unsur-unsur kewarganegaraan
yang menentukan seorang individu bisa disebut warga negara di suatu negara. Adapun
unsur-unsur yang bisa mendasari kewarganegaraan seseorang adalah sebagai berikut:
1. Ius sanguinis
Ius sanguinis adalah unsur kewarganegaraan yang berdasar pada darah
atau keturunan. Hal ini berarti bahwa seseorang akan memiliki kewargangeraan
yang sama seperti yang diturunkan oleh orang tua atau ayah ibu biologisnya. Jadi,
apabila ayah atau ibu dari seorang anak memiliki kewarganegaraan Indonesia,
anak tersebut akan otomatis menjadi WNI, dimanapun ia ldilahirkan. Indonesia
adalah salah satu negara yang menerapkan unsur kewarganegaraan ini.. Unsur ini
biasanya diterapkan oleh negara-negra dengan sejarah perjuangan yang panjang.
2. Ius soli
secara harfiah, ius soli berarti hak untuk wilayah. Dalam konteks
kewarganegaraan, hal ini berarti kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasar
tempat atau wilayah orang tersebut dilahirkan. Berbeda engan ius sanguinis, unsur
kewarganegaraan ini biasanya diterapkan oleh negara yang ingin mengembangkan
jumlah penduduknya. Jadi apapun warga negara orang tua seoarang anak, apabila
anak tersebut dilahirkan di negara yang menggunakan unsur ius soli, anak tersebut
akan mendapat kewarganegaraan berdasar tempat kelahiran. Akan tetapi, pada saat
ini pemberian kewarganegraan berdasar ius soli sudah diperketat. Untuk mendapat
unsur-unsur kewarganegaraan dengan ius soli, salah satu orang tua dari anak
tersebut harus mempunyai kewarganegaraan yang sah sesuai dengan tempat anak
tersebut lahir.
3. Naturalisasi
Naturalisasi atau yang disebut unsur pewarganegaraan adalah cara untuk
mendapat kewarganegaraan Indonesia dengan mengajukan permohonan. Selain
untuk warga negara asing, naturalisasi juga bisa diberlakukan untuk seseorang
yang tidak mempunyai kewarganegaraan dan mempunyai kewarganegaraan

13
ganda. Di Indonesia, kewarganegaraan Indonesia bisa diberikan kepada warga
negara asing dengan status sebagai berikut:

a. Anak WNI yang lahir diluar perkawinan yang sah, belum berusia 18 tahun atau
belum kawin diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing.
b. Anak WNI belum berusia 5 tahun meskipun secara sah diakui sebagai anak
oleh WNA berdasarkan penetapan pengadilan, tetap sebagai WNI .
c. Perkawinan WNI dan WNA baik sah maupun tidak sah dan diakui orang
tuanya yang WNI atau perkawinan yang melahirkan anak di wilayah RI
meskipun status kewarganegaraan orangtuanya tidak jelas berakibat anak
berkewarganegaraan ganda hingga usia 18 tahun atau sudah kawin.
d. Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan dibuat secara tertulis dan
disampaikan kepada pejabat dengan melampirkan dokumen sebagaimana
ditentukan dalam undang-undang.
e. Perbuatan untuk memilih kewarganegaraan disampaikan dalam waktu paling
lambat 3 tahun setelah anak berusia 18 tahun atau sudah kawin.
f. Warga asing yang telah berjasa kepada negara RI dengan permohonan untuk
menjadi WNI atau dapat diminta oleh RI, kemudian mereka mengucapkan
sumpah atau janji setia. Dalam unsur-unsur kewarganegaraan sumpah
tersebut, pemohon juga harus memenuhi kewajiban warga negara Indonesia.
Kewarganegaraan akan diberikan oleh Presiden dengan persetujuan DPR.

Demikian tentang unsur-unsur yang menentukan kewarganegaraan


seseorang dalam sebuah negara. Perlu diketahui, kewarganegaraan seseorang juga
bisa hilang dengan beberapa penyebab hilangnya kewarganegaraan Indonesia.

D. Problem Status Kewarganegaraan


Negara memiliki wewenang untuk menentukan warga negara sesuai dengan asas
yang dianut negara tersebut. Dengan adanya kedaulatan ini, pada dasarnya suatu negara
tidak terikat oleh negara lain dalam menentukan kewarganegaraan. Negara lain juga tidak
boleh menentukan siapa saja yang menjadi warga negara dari suatu negara. Oleh karena
itu, dapat dikatakan bahwa asas yang digunakan oleh suatu negara dalam menentukan
kewarganegaraannya berbedabeda. Dengan adanya perbedaan dalam menentukan
kewarganegaraan di suatu negara tersebut dapat menimbulkan dua kemungkinan

14
permasalahan status terhadap seseorang. Ada 5 macam permasalahan status
kewarganegaraan yang akan dijelaskan yaitu:
1. Apatride
Yaitu kasus dimana seorang anak tidak memiliki kewarganegaraan.
Keadaan ini terjadi karena seorang Ibu yang berasal dari negara yang menganut
asas ius soli melahirkan seorang anak di negara yang menganut asas ius sanguinis.
Sehingga tidak ada negara baik itu negara asal Ibunya ataupun negara kelahirannya
yang mengakui kewarganegaraan anak tersebut.
Apartride ( tanpa Kewarganegaraan ) timbul apabila menurut peraturan
Kewarganegaraan, seseorang tidak diakui sebagai warganegara dari negara
manapun. Misalnya, Agus dan Ira adalah suami istri yang berstatus warganegara
B yang berasas ius-soli. Mereka berdomisili di negara A yang berasas ius-
sanguinis. Kemudian lahirlah anak mereka Budi, menurut negara A, Budi tidak
diakui sebagai warganegaranya, karena orang tuanya bukan warganegaranya.
Begitu pula menurut negara B, Budi tidak diakui sebagai warganegaranya, karena
lahir di wilayah negara lain. Dengan demikian Budi tidak mempunyai
kewarganegaraan atau apatride.
2. Bipatride
Yaitu bahwa ada atau timbulnya 2 kewarganegaraan. Hal ini terjadi karena
seorang Ibu berasal dari negara yang menganut asas ius sanguinis melahirkan
seorang anak di negara yang menganut asas ius soli. Sehingga kedua negara
(negara asal dan negara tempat kelahiran) sama-sama memberikan status
kewarganegaraannya.
Bipatride ( dwi Kewarganegaraan ) timbul apabila menurut peraturan dari
dua negara terkait seseorang dianggap sebagai warganegara kedua negara itu.
Misalnya, Adi dan Ani adalah suami istri yang berstatus warga negara A namun
mereka berdomisili di negara B. Negara A menganut asas ius-sanguinis dan negara
B menganut asas ius-soli. Kemudian lahirlah anak mereka Dani. Menurut negara
A yang menganut asas ius-sanguinis, Dani adalah warga negaranya karena
mengikuti Kewarganegaraan orang tuanya. Menurut negara B yang menganut ius-
soli, Dani juga warga negaranya, karena tempat kelahirannya adalah di negara B
dengan demikian Dani mempunyai status dua kewarganegaraan atau bipatride.

15
3. Multipatride
Seseorang yang memiliki 2 atau lebih kewarganegaraan Contoh : Seorang
yang BIPATRIDE juga menerima pemberian status kewarganegaraan lain ketika
dia telah dewasa, dimana saat menerima kewarganegaraan yang baru ia tidak
melepaskan status bipatride-nya.
Misalnya ada seorang anak yang orangtuanya berasal dari negara yang
menganut paham Ius Soli dan Ius sanguinistetapi dia dilahirkan di negara netral
atau yang tidak menganut kedua paham tersebut.
4. Naturalisasi aktif
Naturalisasi Aktif Seseorang yang dikarenakan apatride dapat mengajukan
permohonan untuk menjadi warga negara dari salah satu negara yang
menyebabkan dirinya menjadi orang yang tanpa kewarganegaraan (stateless).
Kalau permohonannya dikabulkan ia dapat menggunakan hak opsi, yaitu hak
memilih untuk menggunakannya permohonan yang telah dikabulkan atau tidak
menggunakannya.
5. Naturalisasi pasif
Naturalisasi Pasif Kalau suatu negara mengadakan pemutihan terhadap
mereka yang kehilangan kewarganegaraannya, maka bagi mereka mempunyai hak
repudiasi, yaitu hak untuk menolak pemberian kewarganegaraan tersebut.
Maka dari itu permasalah diatas harus dihindarai dengan upaya-upaya sebagai berikut :3
1. Memberikan kepastian hukum yang jelas akan status kewarganegaraannya.
2. Menjamin hak-hak perlindungan hukum yang pasti bagi seseorang dalam kehidupan
bernegara.

E. Karakteristik Warga Negara Demokrat


Karakteristik merupakan ciri khas atau sesuatu yang membedakan dengan yang
lain. Karakteristik bangsa indonesia adalah ciri khas bangsa indonesia ini. Unsur-unsur
yang membedakan bangsa indonesia dengan bangsa-bangsa yang lain disebut karakteristik
bangsa indonesia. Untuk membangun suatu tatanan masyarakat yang demokratis dan
berkeadaban, maka setiap warga negara haruslah memiliki karakter atau jiwa yang

3
https://www.google.com/amp/s/ilhamsyahferraristalia.wordpress.com/2014/05/05/masalah-kewarganegaraan/amp/.
Diakses pada 22 Oktober 2018.

16
demokratis juga. Ada beberapa karakteristik bagi warga negara yang disebut sebagai warga
yang demokrat. Yakni antara lain :
1. Rasa Hormat dan Bertanggung Jawab
a. Rasa hormat terhadap sesama warga negara, terutama dalam konteks
pluralitas masyarakat Indonesia.
b. Turut bertanggung jawab menjaga keharmonisan hubungan antar etnis
serta keteraturan & ketertiban negara.
2. BersikapKritis
a. Sikap krtis terhadap kenyataan empiris (realitas sosial, budaya, dan
politik), maupun terhadap kenyataan supra empiris (agama, mitologi,
kepercayaan).
b. Sikap kritis terhadap diri sendiridan pada pendapat yang berbeda.
c. Didukung oleh tanggung jawab terhadap apa yang dikritisi.
3. Membuka Diskusi dan Dialog
Untuk meminimalisasi konflik dari pluralistik, maka membuka ruang untuk
berdiskusi dan berdialog merupakan solusi yang dapat digunakan. Sikap membuka
diri untuk dialog dan diskusi merupakan salah satu ciri sikap Warga Negara yang
demokrat.
4. BersikapTerbuka
a. Sikap terbuka merupakan bentuk penghargaan terhadap kebebasan
sesama manusia, termasuk rasa menghargai terhadap hal-hal yang tidak
biasa atau hal-hal yang mungkin asing.
b. Sikap terbuka didasarkan atas kesadaran akan pluralistik dan
keterbatasan diri akan melahirkan kemampuan untuk menahan diri dan
tidak cepat menjatuhkan penilaian dan pilihan.
5. Rasional
a. Kemampuan untuk mengambil keputusan secara bebas dan rasional
merupakan sesuatu hal yang harus dilakukan.
b. Keputusan yang diambil secara rasional akan menampilkan sikap yang
logis, sebaliknya akan membawa implikasi emosional dan cenderung
egois.
6. Adil
a. Tidak ada tujuan yang patut diwujudkan dengan cara-cara tidak adil.
b. Cara tidak adil merupakan pelanggaran HAM

17
c. Dengan semangat keadilan bertujuan untuk membuka tujuan bersama
bukan sesuatu yang didekte seseorang saja, tetapi yang diambil adalah
mayoritas suara.
d. Keadilan bukan diatur melainkan diperoleh .

7. Jujur
a. Kejujuran merupakan kunci bagi terciptanya keselarasan dan
keharmonisan hubungan antar Warga Negara
b. Sikap jujur dapat diterapkan di segala sektor, baik politik, sosial, dsb

8. Sebagai warga negara yang otonom, karakteristik lain yang perlu dimiliki adalah :
a. memiliki kemandirian
b. memiliki tanggung jawab pribadi, politik dan ekonomi
c. menghargai martabat manusia dan kehormatan pribadi
d. berpartisipasi dalam urusan kemasyarakatan dengan pikiran dan sikap
yang santun.
e. mendorong berfungsinya demokrasi konstitusional yang sehat .
f. menciptakan kultur taat hokum yang sehat dan aktif .
g. ikut mendorong proses pembuatan hokum yang aspiratif.
h. mendukung pembuatan materi hokum yang responsive.
i. Ikut menciptakan aparat penegak hokum yang jujur dan bertangung
jawab.
F. Cara Dan Bukti Memperoleh Kewarganegaraan Indonesia
Setiap orang yang mengaku warga negara indonesia alias WNI harus melihat
kembali status kewarganegaraannya apakah memang betul-betul diakui negara sebagai
WNI atau tidak.. Ada ketentuan hukum yang mengatur siapa-siapa saja yang secara
otomatis diakui sebagai WNI.
Bagi sebagian orang, indonesia adalah negara yang paling baik untuk ditinggali
karena banyak faktor, seperti kekayaan alamnya, keindahan alamnya, sifat-sifat baik
masyarakatnya, kedamaiannya, kebebasan beragamanya, iklim tropisnya, kelemahan
oknum pemerintah, potensi bisnis, dan lain sebagainya. Kita bisa melihat bahwa ada
banyak orang asing yang masuk dan tinggal di negara kita secara ilegal yang dapat
menimbulkan berbagai pemasalahan sosial apabila dibiarkan begitu saja tanpa kontrol yang

18
ketat. Berikut ini adalah cara seseorang mendapat kewarganegaraan negara republik
indonesia secara otomatis :
1. Seseorang lahir dari ayah atau ibu warga negara indonesia (WNI) di
negara mana pun ia dilahirkan ke dunia (asas ius sanguinis). Jika lahir
dari hubungan gelap ayah wni dan ibu wna maka jika ayahnya
mengakui maka anaknya bisa mendapatkan status wni sebelum
anaknya berusia 18 tahun atau belum menikah.
2. Seseorang yang lahir di wilayah negara republik indonesia yang tidak
diketahui orangtuanya atau orangtuanya tidak memiliki/tidak jelas
kewarganegaraan dari negara mana mana.
3. Seorang anak yang belum dewasa yang mempunyai ayah dan ibu yang
dikabulkan permintaannya sebagai wni namun karena suatu hal ayah
ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan janji setia sebagai
warga negara indonesia.
4. Anak di bawah 5 tahun yang secara sah diangkat anak oleh warga
negara asing (wna) melalui penetapan pengadilan. Setelah usia 18
tahun atau telah menikah jika punya lebih dari satu kewarganegaraan
(bipatride) maka harus memilih salah satu.

Ada beberapa cara lainnya untuk memperoleh kedudukan sebagai warga negara
Indonesia. Beberapa cara tersebut seperti berikut:

1. Keturunan, yaitu cara pemerolehan kewarganegaraan Indonesia karena


orang tuanya berkewarganegaraan Indonesia.
2. Kelahiran, yaitu cara pemerolehan kewarganegaraan Indonesia karena
dilahirkan di Indonesia.
3. Pewarganegaraan atau naturalisasi, yaitu cara pemerolehan
kewarganegaraan Indonesia bagi orang asing yang ingin memperoleh
kewarganegaraan Indonesia.
4. Melalui perkawinan, yaitu cara pemerolehan kewarganegaraan Indonesia
melalui perkawinan. Misalnya, seorang perempuan berkewarganegaraan
asing yang menikah dengan laki-laki warga negara Indonesia dapat
memperoleh kewarganegaraan Indonesia setelah satu tahun
melangsungkan perkawinan.

19
5. Pengangkatan, yaitu cara pemerolehan kewarganegaraan Indonesia karena
pengangkatan atau adopsi anak. Misalnya, anak orang asing berumur di
bawah lima tahun, diangkat oleh seorang warga negara Indonesia dapat
menjadi warga negara Indonesia dengan disahkan oleh pengadilan negeri
setempat.
6. Pernyataan memilih, yaitu cara pemerolehan kewarganegaraan Indonesia
karena pernyataan memilih kewarganegaraan Indonesia. Misalnya, bagi
anak yang mempunyai pengecualiaan kewarganegaraan ganda setelah
berusia 18 tahun harus memilih salah satu kewarganegaraannya.
Bukti bahwa diakuinya seseorang telah memperoleh kewarganegaraan Indonesia adalah
sebagai berikut ini :
1. Akta kelahiran
2. Surat bukti kewarganegaraan (kutipan pernyataan sah buku catatan pengangkatan anak
asing)
3. Surat bukti kewarganegaraan (petikan keputusan Presiden) karena
permohonan/pewarganegaraan
4. Surat bukti kewarganegaraan (surat edaran menteri kehakiman…) karena pernyataan4

G. Hak Dan Kewajiban Warga Negara


Seperti yang telah disampaikan di muka, bahwa warga negara merupakan anggota
negara yang mempunyai kedudukan khusus terhadap negaranya. Ia mempunyai hubungan
hak dan kewajiban yang bersifat timbal balik terhadap negaranya. Dengan demikian, warga
negara memiliki hak dan kewajiban terhadap negaranya. Dalam konteks Indonesia, hak
warga negara terhadap negaranya telah diatur dalam Undang-undang Dasar 1945 dan
berbagai peraturan lainnya yang merupakan derivasi dari hak-hak umum yang digariskan
dalam UUD 1945. Hak-hak dan kewajiban warga negara tercantum dalam Pasal 27 sampai
dengan Pasal 34 UUD 1945. Beberapa hak tersebut antara lain:
1. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak. Pasal 27 ayat (2) UUD 1945
berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan”. Pasal ini menunjukkan asas keadilan sosial dan
kerakyatan

4
https://www.google.com/amp/s/3yoo.wordpress.com/2011/12/01/cara-bukti-memperoleh-kewarganegaraan-
indonesia/amp/. Diakses pada 22 Oktober 2018.

20
2. Hak membela negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 menyatakan “Setiap warga
Negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.” Selain itu,
dalam Pasal 30 ayat (1) juga dinyatakan “Tiap-tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara”.
3. Hak berpendapat, berserikat dan berkumpul, seperti yang tercantum dalam Pasal
28 UUD 1945 yang berbunyi “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan
undangundang”.
4. Hak kebebasan beragama dan beribadat sesuai dengan kepercayaannya, sesuai
dengan Pasal 29 ayat (1) dan (2) UUD 1945, di Pasal 29 ayat (2) dinyatakan
“Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing masing dan untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.”
5. Hak untuk mendapatkan pengajaran, seperti yang tercantum dalam Pasal 31 ayat
(1) dan (2) UUD 1945. (1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan
pengajaran. (2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pengajaran nasional yang diatur dengan UUD 1945.
6. Hak untuk mengembangkan dan memajukan kebudayaan nasional Indonesia. Hal
ini dijelaskan dalam Pasal 32 UUD 1945 ayat (1), “Negara memajukan
kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia, dengan menjamin
kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai
budayanya”.
7. Hak ekonomi atau hak untuk mendapatkan kesejahteraan sosial. Pasal 33 ayat (1),
(2), (3), (4), dan (5) UUD 1945 berbunyi: (1) Perekonomian disusun sebagai usaha
bersama berdasar asas kekeluargaan (2) Cabang-cabang produksi yang penting
bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara
(3) Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat (4)
Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar asas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan
pasal ini diatur dalam undangundang.
8. Hak mendapatkan jaminan keadilan sosial. Dalam Pasal 34 UUD 1945 dijelaskan
bahwa “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.”

21
Kewajiban warga negara terhadap negara Indonesia, antara lain:
1. Kewajiban menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi:
“Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan dan
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.”
2. Kewajiban membela negara, seperti yang tercantum dalam Pasal 27 ayat (3) UUD 1945
yang telah ditulis sebelumnya.
3. Kewajiban dalam upaya pertahanan negara, seperti yang sudah dituliskan di atas pada
Pasal 30 ayat (1) UUD 1945.
Selanjutnya hak-hak warga negara yang tertuang dalam UUD 1945 sebagai konstitusi
negara dinamakan hak konstitusional. Setiap warga negara memiliki hak-hak konstitusional
sebagaimana yang ada dalam UUD 1945. Warga negara berhak menggugat bila ada pihak-pihak
lain yang berupaya membatasi atau menghilangkan hak-hak konstitusionalnya. Secara garis besar,
hak dan kewajiban warga negara yang tertuang dalam UUD 1945 mencakup berbagai bidang.
Bidang-bidang ini antara lain adalah bidang politik dan pemerintahan, sosial, keagamaan,
pendidikan, ekonomi, dan pertahanan. Selain adanya hak dan kewajiban warga negara di dalam
UUD 1945, pada perubahan pertama telah dicantumkan pula hak asasi manusia. Hak asasi manusia
perlu dibedakan dengan hak warga negara. Hak warga negara merupakan hak yang ditentukan
dalam suatu konstitusi negara. Munculnya hak ini adalah karena adanya ketentuan undang-undang
dan berlaku bagi orang yang berstatus sebagai warga negara. Bisa terjadi hak dan kewajiban warga
negara Indonesia berbeda dengan hak warga negara Malaysia oleh karena ketentuan undang-
undang yang berbeda.

22
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Warga negara dapat diartikan secara sederhana sebagai anggota dari suatu
negara. Seseorang dapat menjadi warga negara setelah memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan oleh suatu Negara.
Kewarganegaraan adalah dasar berpikir dalam menentukan masuk tidaknya seseorang
dalam golongan warga negara dari sebuah negara tertentu. Dalam berbagai literatur hukum dan
dalam praktik, masing-masing adalah ius sanguinis, ius soli dan asas asas lain. Dari
kesemuanya asas itu, yang dianggap sebagai asas yang utama ialah asas ius sanguinis dan asas
ius soli.
Kita perlu tahu apa saja unsur-unsur kewarganegaraan yang menentukan seorang individu
bisa disebut warga negara di suatu negara. Adapun unsur-unsur yang bisa mendasari
kewarganegaraan seseorang adalah ius sanguinus, ius soli, dan naturalisasi.
Suatu negara dalam menentukan kewarganegaraannya berbedabeda. Dengan adanya
perbedaan dalam menentukan kewarganegaraan di suatu negara tersebut dapat menimbulkan
dua kemungkinan permasalahan status terhadap seseorang. Ada 5 permasalahan yaitu apatride,
bipatride, multipatride, naturalisasi aktif, dan naturalisasi pasif.
Untuk membangun suatu tatanan masyarakat yang demokratis dan berkeadaban, maka
setiap warga negara haruslah memiliki karakter atau jiwa yang demokratis juga. Ada beberapa
karakteristik bagi warga negara yang disebut sebagai warga yang democrat, antara lain rasa
hormat dan tanggung jawab, bersikap kritis dll.
Setiap orang yang mengaku warga negara indonesia alias WNI harus melihat kembali
status kewarganegaraannya apakah memang betul-betul diakui negara sebagai WNI atau tidak.
Jika sudah punya Akte Kelahiran WNI, KTP WNI atau pun Paspor Indonesia maka itu berarti
sudah diakui secara sah sebagai Warga Negara Indonesia. Ada ketentuan hukum yang mengatur
siapa-siapa saja yang secara otomatis diakui sebagai WNI.
Warga negara merupakan anggota negara yang mempunyai kedudukan khusus
terhadap negaranya. Ia mempunyai hubungan hak dan kewajiban yang bersifat timbal balik
terhadap negaranya. Dengan demikian, warga negara memiliki hak dan kewajiban terhadap
negaranya. Hak warga negara terhadap negaranya telah diatur dalam Undang-undang Dasar
1945 dan berbagai peraturan lainnya yang merupakan derivasi dari hak-hak umum yang
digariskan dalam UUD 1945

23
DAFTAR PUSTAKA

Winarno, 2005 “Pemikiran Aristoteles Tentang Kewarganegaraan dan Konstitusi”. Jurnal HUMANIKA
Vol. 21 No. 1, ISSN 1412-9418.

https://www.eduspensa.id/hak-dan-kewajiban-warga-negara/. Diakses pada 22 Oktober 2018.

https://www.google.com/amp/s/3yoo.wordpress.com/2011/12/01/cara-bukti-memperoleh-
kewarganegaraan-indonesia/amp/. Diakses pada 22 Oktober 2018

https://www.google.com/amp/s/guruppkn.com/unsur-unsur-kewarganegaraan/amp. Diakses pada 22


Oktober 2018.

https://www.google.com/amp/s/ilhamsyahferraristalia.wordpress.com/2014/05/05/masalah-
kewarganegaraan/amp/. Diakses pada 22 Oktober 2018.

http://www.markijar.com/2017/06/4-asas-kewarganegaraan-di-indonesia.html?m=1, Diakses pada tanggal


22 Oktober 2018.

http://zolopox.blogspot.com/2009/12/karakteristik-warga-negara-yang.html. Diakses pada 22 Oktober


2018.

Rokilah, implikasi kewarganegaraan ganda bagi warga Indonesia Jurnal AJUDIKASI Vol 1 No 2 Desember
2017. http://e-jurnal.lppmunsera.org/index.php/ajudikasi/article/download/497/559 Diakses pada
22 oktober 2018

http://staffnew.uny.ac.id/upload/131568313/pendidikan/BAHAN+AJAR+3.pdf Diakses pada 22 oktober


2018

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195202151983011-
M._UMAR_DJANI_MARTASUTA/A%20Dikwar/1%20Pendidikan%20Kewarganegaraan/PEN
GANTAR/WARGA%20NEGARA%2C%20PENDUDUK%2C%20DAN%20RAKYAT%2C.pdf
Diakses pada 22 oktober 2018

24

Anda mungkin juga menyukai