Anda di halaman 1dari 16

TUGAS

“KEWARGANEGARAAN”

DI SUSUN OLEH :

EKO ARIADI SAPUTRA


NPM : 16040140

UNIVERSITAS DEHASEN
BENGKULU
TAHUN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, Juli 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................
A. Latar Belakang Masalah.................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................
C. Tujuan Makalah..............................................................................
D. Manfaat Makalah.............................................................................
BAB II PEMBAHASAN........................................................................
A. Faktor Penyebab WNI Memilih Pindah Kewarganegaraan ........
B. Tantangan Nasional di Era Globalisasi..........................................
BAB III PENUTUP.................................................................................
3.1 Simpulan............................................................................................
3.2 Saran..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kewarganegaraan adalah hak bagi setiap orang. Menurut pasal 26


UUD 1945, yang menjadi warga negara Indonesia ialah orang-orang bangsa
Indonesia asli, dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-
undang sebagai warganegara. Semenjak diproklamasikan Republik
Indonesia soal kewarganegaraan merupakan suatu masalah yang tetap
aktual. Perhatian terhadap persoalan ini tak kunjung padam. Terutama dari
pihak mereka yang dipandang sebagai “warga negara baru”. Masalah ini
merupakan buah tuturan yang tak ada habis habisnya dalam percakapan
sehari-hari. Memiliki status kewarganegaraan adalah tuntutan mutlak
kehidupan modern. Setiap orang modern tentu sadar akan kepentingannya.
Banyak persoalan dan kesulitan akan dialami oleh mereka yang tidak jelas
status kewarganegaraanya. Kesulitan yang paling mengancam adalah bahwa
sulit sekali mendapat perlindungan hukum dari pemerintah apa pun untuk
mereka yang tidak memiliki status tersebut apabila pada suatu ketika mereka
membutuhkan jaminan dan perlindungan hukum.

Salah satu unsur negara adalah adanya penduduk. Orang yang berada
dalam wilayah negara Republik Indonesia dapat dibagi menjadi dua yaitu
penduduk dan bukan penduduk. Mereka yang digolongkan sebagai
penduduk Indonesia adalah mereka yang berada di wilayah NKRI dalam
jangka waktu tertentu dan telah memenuhi syarat-syarat yang telah
ditentukan dalam peraturan Republik Indonesia sehingga diperbolehkan
berdomisili di wilayah Republik Indonesia. Di negara dimana saja seseorang
menetap, maka ia disebut sebagai penduduk. Penduduk terdiri atas warga
negara dan bukan warga negara. Seorang warga negara dapat sekaligus
menjadi penduduk, tetapi juga dapat menjadi penduduk negara lain.
Pembedaan status sebagai penduduk berkaitan erat dengan hak dan
kewajiban dalam hubungannya dengan negara. Pendapat lain menyatakan
kewarganegaraan adalah bentuk identitas yang memungkinkan individu-
individu merasakan makna kepemilikan, hak dan kewajiban sosial dalam
komunitas politik (negara).

Setiap warga negara dan masyarakat, setiap manusia mempunyai


kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama, yang pokok adalah bahwa setiap
orang haruslah terjamin haknya dan mendapatkan status kewarganegaraanya
sehingga terhindar dari kemungkinan menjadi “statless” atau tidak
berkewarganegaraan. Tetapi pada saat yang bersamaan, setiap warga negara
tidak boleh membiarkan seseorang memiliki dua status kewarganegaraan
sekaligus. Itulah sebabnya pengaturan kewarganegaraan berdasarkan
kelahiran melalui proses pewarganegaraan (naturalisasi) tersebut, juga
diperlukan mekanisme lain yang lebih sederhana, yaitu melalui registrasi
biasa.

Timbulnya hukum kewarganegaraan yang mana hukum di setiap


negara dan di setiap yuriksi dalam masing-masing negara yang
mendefenisikan hak dan kewajiban warga negara dalam yuriksi dan cara
dimana kewarganegaraan diperoleh serta bagaimana kewarganegaraan
mungkin akan hilang. Kewarganegaraan seseorang mengakibatkan orang
tersebut memiliki pertalian hukum serta tunduk pada hukum negara yang
bersangkutan. Orang yang telah memiliki kewarganegaraan tidak pada
kewenangan atau kekuasaan negara lain. Negara lain tidak berhak
memperlakukan kaidah-kaidah hukum pada orang yang bukan warga
negaranya.

Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam satuan


politik tertentu (secara khusus negara) yang dengannya membawa hak untuk
berpartisipasi dalam kegiatan politik. Seseorang dengan keanggotaan yang
demikian disebut warga negara. Seorang warga negara berhak memiliki
paspor dari negara yang dianggotainya. Kewarganegaraan merupakan bagian
dari konsep kewargaan. Di dalam pengertian ini warga suatu kota atau
kabupaten, karena keduanya merupakan satuan politik. Dalam otonomi
daerah, kewarganegaraan ini menjadi penting, karena masing masing satuan
politik akan memberikan hak (biasanya sosial) yang berbeda-beda bagi
warganya. Kewarganegaraan menunjuk pada seperangkat karakteristik
seorang warga. Karakterisktik atau atribut kewarganegaraan itu mencakup :
a. Perasaan akan identitas
b. Pemilikkan hak-hak tertentu
c. Pemenuhan kewajiban yang sesuai
d. Tingkat ketertarikan dan keterlibatan dalam masalah publik
e. Penerimanaan terhadap nilai-nilai sosial dasar

Memiliki kewarganegaraan berarti seseorang itu memiliki identitas atau


status dalam lingkup nasional. Memiliki kewarganegaraan berarti
didapatkannya sejumlah hak dan kewajiban yang berlaku timbal balik
dengan negara. Ia berhak dan berkewajiban atas negara, sebaliknya negara
memiliki hak dan kewajiban atas orang tersebut. Maka dari itu seseorang
menjadikan ia turut terlibat dalam berpatrisipasi dalam kehidupan
negaranya.

Masalah kewarganegaraan merupakan suatu hal yang penting karena


menyangkut kepentingan dan status orang tersebut. Dalam kehidupan sehari-
hari banyak terjadi persoalan- persoalan kewarganegaraan yang diakibatkan
karena ketidaktahuan yang bersangkutan akan undang-undang dan peraturan
yang berlaku juga ke mana yang bersangkutan harus berurusan. Dalam UU
No.12 tahun 2006 kewarganegaraan diartikan sebagai hal mengenai warga
negara yang mencakup persoalan-persoalan tata cara menjadi warga negara,
kehilangan kewarganegaraan, ketiadaan kewarganegaraan, hak dan
kewajiban warga negara, hubungan warga negara dengan negara
(pemerintah) kewajiban negara terhadap warga negara dan lain lain hal baik
mengenai atau yang berhubungan dengan warga negara. Undang-Undang
No.12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik Indonesia juga
bersifat transisional. Karena sifatnya yang transisional sehingga belum dapat
menjawab secara keseluruhan permasalahan kewarganegaraan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Permasalahan kewarganegaraan dan tantangan yang harus di


hadapi bangsa Indonesia di era globalisasi

2. WNI yang memilih kewarganegaraan asing


C. Tujuan makalah

2. WNI yang memilih pindah kewarganegaraan


3. Tantangan nasional di era globalisai

D. Manfaat Makalah

Adapun manfaat yag dapat diambil dari penulisan makalah ini


antara lain:
1. Untuk penulis sendiri, makalah ini bermanfaat untuk memenuhi
tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan serta dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan.
2. Untuk orang lain, makalah ini menjadi sumber referensi untuk
bahan peulisan lebih lanjut.
BAB II

PEMBAHASAN

A. WNI Yang Memilih Pindah Kewarganegaraan


banyak cerita anak bangsa yang memilih menjadi warga negara asing.
Banyak pesohor, mulai dari atlet, publik figur, akademisi hingga ilmuwan
hebat yang akhirnya memutuskan berpindah status kewarganegaraan.

Alasan ini memang lebih realistis, sehingga para anak negeri meninggalkan
tanah airnya tercinta. Mulai dari buruknya pelayanan publik, korupsi, dan
situasi politik yang tidak kondusif. Inilah alasan utama yang memicu banyak
anak negeri rela menetap di negara asing.

1. Karir
Alasan karir memang paling utama, membuat negara Indonesia harus
ditinggalkan warganya. Keharusan menetap di luar negeri hingga
mimpi bakal sukses di kancah internasional mendorong banyak putra-
putri berbakat tanah air meninggalkan status WNI mereka.
Tak sedikit pula dari WNI yang karirnya menanjak hingga dikenal
dunia usai berpindah kewarganegaraan.

2. Ingin Hidup Layak


Negara lain memiliki ekonomi yang lebih stabil ketimbang Indonesia.
Sehingga, WNI yang berpendidikan dan berbakat punya jaminan
untuk hidup lebih layak.

Hidup di negara lain sangat aman dan nyaman. Fasilitas untuk


menunjang karir, pendidikan, transportasi, hiburan dan lainnya sangat
lengkap di luar negeri. Kemudian pelayanan publik begitu baik dan
minim pungutan liar (Pungli) dari pemerintahnya.
3. Situasi Politik
Alasan ini juga menjadi alasan kuat warga negara Indonesia (WNI)
pindah ke negara lain. Sistem demokrasi yang kebablasan membuat
orang tidak nyaman, karena terlalu banyak demo, tindakan anarkis,
dan kegaduhan pemerintah yang haus kekuasaan.

Semua aspek kehidupan dipolitisir. Banyak anak negeri yang


memiliki kualitas baik malah disingkirkan dan mengangkat orang
yang bodoh menjadi pemimpin. Hal ini dilakukan agar bebas
melakukan tindakan penyimpangan.

4. Pelayanan Publik Buruk


Sebagian besar pemerintah yang sedang melayani kepentingan publik
melakukan intervensi, malas, cuek, dan pungli. Banyak hak-hak warga
negara tidak terpenuhi, dengan layanan publik yang buruk.

Para pegawai negeri sipil (PNS) sebagai pelayanan masyarakat


bersifat arogan. Sehingga masyarakat merasa tidak dilayani
sebaliknya merasa dijadikan budak dan dijadikan lahan penghasilan
tambahan bagi mereka.

5. Pejabat Korup
Biaya politik yang mahal dan menjalankan kepentingan partai, sudah
menjadi rahasia umum banyak pejabat yang melakukan korupsi
sehingga harus berurusan dengan lembaga hukum. Akibat tindakan
korupsi pejabat ini sangat masif, selain pelayanan publik memburuk
banyak rakyat kecil ditindas, pembangunan lamban, dan tingkat
pendapatan masyarakat sangat rendah.

Hal ini membuat angka kemiskinan tinggi dan tingkat kriminal juga
meningkat. Keuangan negara mengalir ke kantong pribadi atau
kelompok dan pembangunan menjadi tidak tepat sasaran.
6. Penegakan Hukum
Penegakan hukum di Indonesia dapat dikendalikan orang-orang
berkuasa dan menindas orang yang lemah. Negara-negara maju
memiliki supremasi hukum yang lebih tinggi dibanding Indonesia.
Hal ini membuat tingkat diskriminasi di mata hukum pun minim.

7. Ilmuwan Tidak Dihargai


Sebagian besar ilmuwan memilih hijrah ke luar negeri karena bebas
mengembangkan diri untuk melakukan penelitian dan mendapat
penghargaan dari negaranya.

Sangat kontradiktif dengan bangsa sendiri yang lebih mengunggulkan


ilmuwan luar dan menggunakan produk luar negeri. Karena ilmu yang
dipelajari WNI di luar negeri tidak memiliki ruang dan wadah di
Indonesia sehingga mencari pekerjaan di negara lain.

8. Konflik
Para pemegang kekuasaan tertinggi sengaja menciptakan banyak
konflik demi kepentingan politik. Banyak warga yang diadu domba
soal agama, suku, ras, dan sebagainya.

9. Aparat Hukum Sewenang-wenang


Penegak hukum seperti Polisi, Jaksa, dan TNI tidak melindungi
masyarakat bahkan terus meneror rakyat kecil. Kekuasaan tak terbatas
penegak hukum membuat anak negeri merasa tertekan dan ingin
pindah ke negara lain yang lebih memiliki penghargaan terhadap hak-
hak azasi manusia.

10. Pembangunan Tidak Merata


Arus urbanisasi ke kota-kota besar disebabkan pembangunan tidak
merata karena hanya terpusat di Jakarta. Kondisi ini membuat
ekonomi di daerah lainnya sangat berbeda jauh dan sulit berkembang.
Akibatnya banyak yang memilih negara Malaysia dan Singapura yang
seluruh kotanya menjamin kehidupan layak bagi warganya.

B. Tantangan Nasional di Era Globalisasi

Indonesia sebagai bagian masyarakat internasional tidak bisa


mengasingkan diri dari pergaulan internasional, karena kita membutuhkan
negara lain untuk mememnuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Sebagai
contoh ketika Indonesia menghadapi bencana tsunami pada tahun 2006 tentu
membutuhkan uluran tangan dari negara lain. Era globalisasi
mempercepat negara-negara lain memberikan berbagai bantuan untuk
mengatasi masalah tersebut. Dengan demikian globalisasi mempunyai arti
yang sangat penting bagi Indonesia, antara lain :
a) Kemajuan teknologi, komunikasi, informasi, dan transformasi dapat
menekan biaya
transportasi barang dan manusia.
b) Mendorong semangat bekerja keras, mengembangkan potensi diri
dalam menghadapi persaingan karena globalisasi menuntut persaingan
baik antara warga negara Indonesia sendiri maupun bangsa lain.
c) Globalisasi akan memperlancar pelaksanaan pembangunan nasional
sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat.
d) Memperluas cakrawala dan wawasan masyarakat Indonesia untuk
mengikuti kemajuan teknologi dan peradaban bangsa.
e) Tekanan globalisasi mendorong terciptanya pemerintah yang
demokratis dan menekan pemerintah yang otoriter.

Tantangan nyata pada era globalisasi semakin kompleksnya berbagai


bidang kehidupan karena adanya teknologi informasi, telekomunikasi, dan
transportasi yang membawa pengaruh terhadap berbagai nilai dan wawasan
masyarakat internasional. Tantangan globalisasi yang mendasar dan akan
dihadapi, antara lain sebagai berikut:
1. sikap individualisme, yaitu munculnya kecenderungan
mengutamakan kepentingan diri sendiri di atas kepentingan bersama,
memudarkan solidaritas dankesetiakawanan sosial, musyawarah
mufakat, gotong royong, dan sebagainya.
2. Apresiasi generasi muda, yaitu banyaknya generasi muda yang sudah
melupakan para pejuang dan jati diri bangsanya dengan fenomena
baru, yaitu lebih mengenal dan mengidolakan artis, bintang film, dan
pemain sepak bola asing yang ditiru dengan segala macam
aksesorisnya.
3. Pandangan kritis terhadap ideologi negaranya, yaitu banyaknya
masyarakat yang sudah acuh tak acuh terhadap ideologi atau falsafah
negaranya. Mereka sudah tidak tertarik lagi untuk membahasnya
bahkan lebih cenderung bersifat kritis dalam operasionalnya dengan
cara membanding-bandingkan dengan ideologi lain yang dianggap
lebih baik.
4. Diversifikasi atau keanekaragaman masyarakat, yaitu munculnya
kelompok-kelompok masyarakat dengan profesi tertentu yang terus
berkompetisi dalam berbagai bidang kehidupan guna mencapai
tingkat kesejahteraan yang bertaraf internasional.
5. Keterbukaan yang lebih tinggi, yaitu tuntutan masyarakat terhadap
penyelenggaraan, pemerintah yang lebih mengendapkan pendekataan
dialogis, demokratisasi, supremasi hukum, akuntabilitas, efektivitas,
dan efisiensi.
Tantangan Nasional di era globalisasi pada kenyataannya dapat
melemahkan jati diri suatu bangsa. Namun, dapat pula mempertegas jika
bangsa tersebut mampu melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan
membuat lembaga kemasyarakatan yang mampu mengimbangi proses
perubahan sosial yang mendunia tersebut. Berikut ini adalah tantangan
global yang dihadapi bangsa Indonesia sehubungan dengan upaya
mempertahankan jati diri bangsa.

a. Melemahnya Pengayatan Terhadap Pancasila Sebagai Pandangan


Hidup Bangsa
Pancasila merupakan gagasan bangsa Indonesia yang merupakan
kesatuan yang bulat dan utuh. Pancasila merupakan gagasan atau ide yang
ada dalam pikiran para pemilik budaya tersebut. Jika bangsaya Indonesia
meyakini pancasila sebagai kebenaran dalam hidup berbangsa dan
bernegara, maka sudah sewajarnya mereka bertingkah laku sesuai dengan
apa yang terkandung dalam pancasila.Bagi bangsa Indonesia, pengaruh
terhadap pandangan hidup yang positif, artinya yang sesuai atau mendukung
nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila sebagai pandangan hidup, akan
tetap diterima sebagai upaya memperkaya jati diri bangsa. Akan tetapi,
pengaruh asing yang bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila harus diwaspadai, misalnya kekerasan dan atheism.

b. Berkurangnya Pemakaian Bahasa Indonesia


Bahasa dipandang sebagai karya budaya yang penting dalam
kehidupan manusia. Modernisasi dan globalisasi juga ikut memengaruhi,
atau mungkin mengubah, sebagai unsur bahasa yang kita miliki. Misalnya,
perbendaharaan kata, gaya berbahasa, dan struktur pembahasaan yang
digunakan.

c. Berkurangnya Legitimasi agama


Diseluruh dunia berkembang berbagai macam agama. Banyak sarjana
sosiologi menganggap bahwa ketika agama berhadapan dengan modernisasi,
peranannya sebagai pakar legitimasi utama dalam masyarakat akan
tersisihkan dan digantikan oleh lembaga-lembaga kemasyarakatan yang
dibentuk oleh masyarakat itu sendiri atas dasar kemajuan ilmu pengetahuan.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang religious dan sangat
mengagungkan nilai dan norma social yang berasal dari ajaran agama.
Gencarnya modernisasi dan globalisasi, sedikit banyak telah memperngaruhi
pola beragama dan penghayatan terhadap kepercayaan dalam masyarakat
Indonesia. Namun, bukan berarti kita mengubah ajaran mendasar dari agama
dan keyakinan yang kita anut selama ini.

d. Dekadensi Moral dan Kekacauan Kemanusiaan


Dekadensi moral adalah melemahnya atau terkikisnya nilai-nilai
kemanusiaan, kasih sayang, dan kebersamaan di dalam diri manusia. Ada
kelompok masyarakat yang hanya memupuk kekayaan peribadi dan
menghabiskan uang jutaan dolar untuk membangun sistem persenjataan dan
kekuatan militer demi dapat menanamkan dominasi terhadap Negara-negara
lain. Inilah yang disebut sebagai paradoks, sebab terdapat dua kenyataan
yang saling bertentangan dan memperlihatkan kelemahan serta kekacauan
tataan kemanusiaan yang berlaku sejak modernisasi melanda dinia hingga
saat ini.

e. Perubahan Pola Pirilaku Dalam Pergaulan


Modernisasi dan globalisasi melahirkan corak kehidupan yang sangat
kompleks, cirri khas bangsa Indonesia adalah kekeluargaan, musyawarah
untuk mencapai mufakat, dan gotong royong. Bangsa Indonesia
membutuhkan unsur-unsur kepribadian untuk menghadapi tantangan di era
globalisasi sebagai berikut.
1. Kemampuan dan kebiasaan berpikir secara rasional dan relistis
serta objektif dalam menghadapi masalah-masalah yang
dijumpai. Kemampuan ini menjadi sarana untuk berkerja secara
sistematis, efisien, dan efektif.
2. Kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga masyarakat
dan warga Negara untuk berprilaku yang tidak melanggar nilai-
nilai sosial dan kaidah-kaidah hukum.
3. Memiliki rasa harga diri dan kepercayaan pada diri sendiri untuk
ikut serta dalam tata masyarakat yang diwarnai dengan sistem
bersaing.
4. Memiliki pengetahuan yang luas dan suatu keahlian yang
ditekuni secara professional.
5. Mempunyai cita-cita hidup yang ingin dicapai melalui segala
jalan yang sah dan etis serta yang dapat dibenarkan.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Globalisasi tidak bisa dihentikan. Karena semakin
merambahnya budaya serta kecanggihan ilmu pengetahuan teknologi tidak
bisa mmebuat suatu bangsa untuk menghindari proses ini. Indonesia sebagai
negara berkembang untuk mempertahankan jati diri bangsa di era globalisasi
ini dengan berbagai cara antara lain; Meningkatkan kesadaran akan hak dan
kewajiban sebagai warga masyarakat dan warga negara untuk berprilaku
yang tidak melanggar nilai-nilai sosial dan kaidah-kaidah hukum. Memiliki
rasa harga diri dan kepercayaan pada diri sendiri untuk ikut serta dalam tata
masyarakat yang diwarnai dengan sistem bersaing. Memiliki pengetahuan
yang luas dan suatu keahlian yang ditekuni secara professional. Mempunyai
cita-cita hidup yang ingin dicapai melalui segala jalan yang sah dan etis serta
yang dapat dibenarkan.

B. Saran
Kemerosotan moral memang menjadi ujung tombak bagi Indonesia.
Sebagai salah satu tantangan nasional yang akan menurunkan jati diri
bangsa, dengan menanamkan kepribadian kepada setiap individu. Kita harus
memahami sekaligus mengaplikasikan hak dan kewajiban sebagai warga
negara demi keutuhan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA

https://literaturechastynurani.blogspot.com/2018/03/makalah-tantangan-
nasional-di-era.html
https://www.google.com/search?
q=makalah+permasalahan+kewarganegaraan+dan+tantangan+yang+harus+d
ihadapi+bangsaindonesia+di+era+globalisasi&oq=makalah+permasalahan+
kewarganegaraan+dan+tantangan+yang+harus+dihadapi+bangsaindonesia+
di+era+globalisasi&aqs=chrome..69i57.38790j0j7&sourceid=chrome&ie=U
TF-8.

Anda mungkin juga menyukai