Anda di halaman 1dari 18

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA DILIHAT

DARI SUDUT PANDANG PENYANDANG


DISABILITAS DAN PEMERINTAH

Paper ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

Nama : Maria Vita Nirmala Christy


NIM : F0317063
Jurusan : S1 Akuntansi

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
serta berkatNya sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah ini dalam rangka pemenuhan
nilai mata kuliah Pendidikan Kewarnegaraan tepat pada waktunya yang berjudul “Hak dan
Kewajiban Warga Negara Dilihat dari Sudut Pandang Penyandang Disabilitas dan Pemerintah”.
Makalah ini berisikan tentang informasi tentang pengenalan hak - hak yang diberikan kepada
Warga Negara Indonesia, berbagai macam kewajiban yang harus dilakukan sebagai Warga
Negara Indonesia, serta pokok pembahasan makalah ini yaitu dilihat dari sudut pandang
masyarakat disabilitas di Indonesia tentang bagaimana hak - hak disabilitas yang sudah terjamin
sampai pokok pembahasan kewajiban - kewajiban yang belum terlaksana oleh pemerintah bagi
para penyandang disabilitas.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.

Surakarta, 18 Maret 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................. 2
D. Batasan masalah............................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Warga Negara........................................................................................ 3
B. Pengertian Hak dan Kewajiban Warga Negara................................................................ 4
C. Pengertian Penyandang Disabilitas.................................................................................. 6
D. Hak - hak yang telah diterima oleh Penyandang Disabilitas............................................ 6
E. Macam - macam Kewajiban yang Belum Terlaksana oleh Pemerintah........................... 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................................... 10
B. Saran ............................................................................................................................... 11
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Warga negara diartikan sebagai orang - orang yang menjadi bagian dari suatu penduduk
yang menjadi unsur negara. Istilah warga negara lebih sesuai dengan kedudukannya sebagai
orang merdeka dibandingkan dengan istilah kawula atau hamba Negara. Yang menjadi warga
negara menurut UUD 1945 pasal 26 ayat 1 ialah orang - orang Bangsa Indonesia asli dan orang -
orang bangsa lain yang disahkan dengan Undang - Undang sebagai warga negara. Ketentuan
tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam pasal 4 dan 5 UU no. 12 Th. 2006.
Menjadi seorang warga negara tidaklah lepas dari hak dan kewajiban yang menyangkut tentang
warga negara itu sendiri. Membicarakan hak dan kewajiban warga negara adalah hal yang saling
berkaitan satu dengan yang lainnya, sebenarnya saat membicarakan tentang hak maka kewajiban
telah dilakukan, begitu juga sebaliknya jika kewajiban dimiliki oleh setiap warga negara maka
dibalik itu setiap warga negara mendapatkan hak yang sesuai. (Umi Chotimah dkk, 2008)
Di samping membahas tentang warga negara, di Indonesia terdapat berbagai macam keadaan
masyarakat yang perlu dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Terlebih masyarakat yang
memerlukan perhatian khusus dari lingkungan sekitar maupun dari pemerintah. Masyarakat
tersebut adalah salah satunya masyarakat penyandang disabilitas. Dewasa ini, hak - hak terhadap
para penyandang disabilitas telah terlihat namun ada kewajiban dari masyarakat Indonesia
sendiri serta pemerintah yang belum terlaksana bagi mereka. Hal - hal diskriminatif masih
nampak terlihat bagi para penyandang disabilitas namun di sisi lain tentang pengangkatan
martabat para penyandang disabilitas juga telah ada di sebagian masyarakat Indonesia. Seperti
contohnya di daerah Jawa Tengah tepatnya di Mojosongo, Surakarta terdapat sekolah luar biasa
bagi anak - anak penyandang disabilitas. Menurut penulis sebagian hak mereka sudah
diwujudkan di dalam masyarakat. Para penyandang disabilitas justru ada yang berprofesi sebagai
dosen, guru, dokter, teknisi bahkan pengrajin gerabah. Hal tersebut menunjukkan bahwa
sebenarnya sebagian besar hak - hak yang dimiliki oleh para penyandang disabilitas telah
terjamin. Namun sebagian hak mereka belum terpenuhi karena adanya kewajiban yang belum
terlaksana dari pihak masyarakat Indonesia sendiri maupun pihak pemerintah Indonesia.
Kewajiban pemerintah bagi para penyandang disabilitas dinilai masih kurang. Terutama
dalam bidang infrastrukutur dan pelayanan publik bagi para penyandang disabilitas. Seperti
contoh di gedung - gedung seperti bangunan kampus, sekolah serta gedung penting lain yang
belum menyediakan fasilitas publik bagi penyandang disabilitas.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Warga Negara?
2. Apa yang dimaksud dengan hak dan kewajiban Warga Negara?
3. Apa yang dimaksud dengan penyandang disabilitas?
4. Hak - hak apa saja yang telah diterima oleh para penyandang disabilitas?
5. Kewajiban apa sajakah yang perlu dilaksanakan bagi pemenuhan hak para penyandang
disabilitas?

C. Tujuan Penulisan
1. Memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
2. Memberi pemahaman kepada pembaca tentang hak - hak dan kewajiban yang dilakukan
sebagai Warga Negara Indonesia sehingga menjadi acuan penerapan kehidupan sehari -
hari.
3. Memberi pemahaman bahwa di masyarakat sekitar terdapat masyarakat yang
membutuhkan perhatian khusus namun tanggapan yang diberikan kepada mereka tetap
sama; tidak diskriminatif
4. Sebagai sarana untuk menghormati dan menghargai kehidupan para penyandang
disabilitas.
5. Untuk menyumbangkan pikiran yang berkaitan kewajiban pemerintah maupun
masyarakat di luar penyandang disabilitas untuk lebih memperhatikan fasilitas publik
khususnya di bidang infrastruktur.

D. Batasan Masalah
Dalam makalah ini, pokok bahasan yang dibahas mengenai pengertian hak dan
kewajiban warga negara, pengertian penyandang disabilitas, hak - hak yang telah terjamin
bagi para penyandang disabilitas dan kewajiban - kewajiban yang belum terlaksana bagi para
penyandang disabilitas oleh pemerintah maupun masyarakat Indonesia di luar para
penyandang disabilitas tersebut.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Warga Negara


Pengertian warga negara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penduduk
sebuah negara atau bangsa berdasarkan keturunan, tempat kelahiran, dan sebagainya yang
mempunyai hak dan kewajiban penuh sebagai warga negara itu sendiri.
Sementara itu, menurut AS Hilkam dan Ghazzali (2004) mendefinisikan bahwa warga
negara yang merupakan terjemahan dari citizenship adalah anggota dari sebuah komunitas
yang membentuk negara itu sendiri.
Dalam konteks Indonesia, istilah warga negara tertulis dalam UUD 1945 pasal 26 ayat
1, yang menjadi warga negara ialah orang - orang Bangsa Indonesia asli dan orang - orang
bangsa lain yang disahkan dalam Undang - Undang sebagai warga negara. Sehingga warga
negara yang dimaksudkan yaitu orang yang berdasarakan hukum tertentu merupakan
anggota suatu negara. Ketentuan lebih rinci mengenai warga negara Indonesia diatur dalam
pasal 4 dan 5 UU no. 12 Th. 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Ketentuan
- ketentuan tersebut sebagai berikut :
1) Setiap orang berdasarkan peraturan perundang - undangan dan atau berdasarkan
perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain sebelum Undang - Undang
ini berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia.
2) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga Negara
Indonesia.
3) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara Indonesia
dan seorang ibu warga negara asing.
4) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara asing dan
seorang ibu Warga Negara Indonesia.
5) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia;
tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya
tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut
6) Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia dari
perkawinan yang sah dan ayahnya Warga Negara Indonesia.
7) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia
8) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing yang
diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia. Sebagai anaknya dan pengakuan itu
dilakuka sebelum anak tersebut berusia 18 tahun dan atau belum kawin.
9) Anak yang lahir di wilayah Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas status
kewarganegaraan ayah dan ibunya.
10) Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia selama ayah
dan ibunya tidak diketahui
11) Anak yang lahir di wilayah Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak
mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya

3
12) Anak yang dilahirkan di luar wilayah Republik Indonesia dari seorang ayah dan ibu
Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut
dilahirkan memberikan status kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.
13) Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggalkan dunia sebelum
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.
14) Anak Warga Negara Indonesia yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18
tahun atau belum kawin diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing
tetap diakui sebagai Warga Negara Indonesia
15) Anak Warga Negara Indonesia yang belum berusia 5 tahun diangkat secara sah sebagai
anak oleh warga negara asing berdasarkan penetapan pengadilan tetap diakui sebagai
Warga Negara Indonesia.
Dari sudut hubungan antara negara dengan warga negara, Koerniatmanto S.
mendefinisikan warga negara sebagai konsep anggota negara. Sebagai anggota negara,
warga negara memiliki kedudukan khusus terhadap negaranya. Ia mempunyai hubungan hak
dan kewajiban yang bersifat timbal balik terhadap negaranya.

B. Pengertian Hak dan Kewajiban Warga Negara


Menurut Prof. Dr. Notonagoro hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu
yang semestinya diterima atau dilakukan oleh pihak tertentu dan tidak dapat diambil oleh
pihak lain manapun juga yang prinsipnya dapat dipaksa.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hak dapat juga diartikan sebagai kewenangan,
kekuasaan untuk berbuat sesuatu yang telah ditentukan oleh undang - undang dan atau
aturan. Sedangkan hak warga negara yaitu segala sesuatu yang diterima oleh setiap warga
negara sebagai akibat dari adanya kewajiban.
Sedangkan kewajiban adalah segala sesuatu yang wajib dilakukan oleh setiap warga negara
untuk menerima haknya sebagai timbal balik dari kewajiban tersebut.
Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang tak dapat dipisahkan, akan tetapi akan
terjadi pertentantangan jika adanya pengingkaran kewajiban atau pengingkaran hak tersebut.
Hal tersebut akan berakibat pada timpangnya keberadaan hak dan kewajiban. Jika adanya
ketimpangan antara hak dan kewajiban maka semakin memicu kesenjangan sosial yng
terjadi di masyarakat. Namun, jika di Negara Indonesia ini ada gerakan untuk merubah
ketimpangan tersebut, maka rakyat Indonesia secara bertahap dapat menjadi lebih sejahtera.
Macam - macam hak warga negara di Indonesia :
1) UUD 1945 pasal 26 : hak sebagai warga negara
2) UUD 1945 pasal 27 ayat 1 : hak persamaan kedudukan dalam hukum dan
pemerintahan
3) UUD 1945 pasal 27 ayat 2 : hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
4) UUD 1945 pasal 27 ayat 3 : hak pembelaan negara
5) UUD 1945 pasal 28A : hak untuk hidup dan mempertahankan
kehidupannya

4
6) UUD 1945 pasal 28B : 1) hak membentuk keluarga dan berketurunan
2) hak anak atas kelangsungan hidupnya.
7) UUD 1945 pasal 28C : 1) hak untuk mengembangkan diri, memperoleh
pendidikan, manfaat IPTEK serta seni dan
budaya
2) hak untuk memajukan diri dan
memperjuangkannya
8) UUD 1945 pasal 28D : 1) hak perlakuan sama di hadapan hukum
2) hak mendapat upah bekerja dan perlakuan adil
dalam hubungan kerja
3) hak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan
9) UUD 1945 pasal 28E : 1) hak memeluk agama dan beribadat, memilih
pendidikan, pekerjaan dan tempat tinggal
2) hak kebebasan meyakini kepercayaan serta
menyatakan sikap dan pikiran
3) hak kebebasan berserikat, berkumpul dan
mengeluarkan pendapat
10) UUD 1945 pasal 28F : hak untuk berkomunikasi dan memperoleh
informasi
11) UUD 1945 pasal 28G : 1) hak atas perlindungan diri, keluarga dan harta
serta hak atas rasa aman dari ancaman
2) hak bebas dari penyiksaan dan perlakuan yang
merendahkan martabat kemanusiaan serta
mendapat suaka dari politik negara lain
12) UUD 1945 pasal 28H : 1) hak hidup sejahtera lahir maupun batin
2) hak mencapai persamaan dan keadilan
3) hak atas jaminan sosial
4) hak mempunyai hak milik pribadi
13) UUD 1945 pasal 28I : 1) hak tidak diperbudak dan dituntutoleh hukum
yang berlaku surut
2) hak bebas dari perlakuan diskriminatif
3) hak identitas budaya
4) hak penegakan dan pemenuhan HAM
14) UUD 1945 pasal 29 : hak untuk memeluk agama dan beribadat menurut
agama dan kepercayaannya itu
15) UUD 1945 pasal 30 ayat 1 : hak untuk ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara
16) UUD 1945 pasal 31 ayat 1 : hak mendapatkan pendidikan
17) UUD 1945 pasal 34 ayat 3 : hak atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan
dan fasilitas pelayanan umum yang layak

5
Macam - macam kewajiban warga negara :
1) UUD 1945 pasal 27 ayat 3 : kewajiban ikut serta pembelaan negara
2) UUD 1945 pasal 28J : 1) kewajiban menghormati HAM orang lain
2) kewajiban tunduk pada pembatasan yang
diatur dalam undang - undang
3) UUD 1945 pasal 30 ayat 1 : kewajiban ikut serta dalam usaha pertahanan
dan keamanan negara
4) UUD 1945 pasal 31 ayat 2 : kewajiban mengikuti pendidikan dasar
5) UUD 1945 pasal 34 ayat 3 : negara wajib menyediakan fasilitas pelayanan
umum yang layak

C. Pengertian Penyandang Disabilitas


Penyandang disabilitas adalah yang biasa sehari - hari disebut sebagai orang cacat,
sering dianggap sebagai warga masyarakat yang tidak produktif, tidak mampu menjalankan
tugas dan tanggung jawabnya sehingga hak - haknya pun sering diabaikan. Setiap
penyandang disabilitas memiliki hak dan kesempatan yang sama dalam segala aspek
kehidupan dan penghidupan. Seperti pendidikan, kesehatan, perlakuan yang sama, bantuan
sosial, pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial dan hak yang sama untuk menumbuh
kembangkan bakat, kemampuan dan kehidupan sosial dalam lingkungan keluarga dan
masyarakat.
Penyandang disabilitas bukanlah warga negara kelas dua. Mereka mempunyai hak dan
kesempatan yang sama dengan warga negara yang lain. Perlakuan diskriminasi terhadap
mereka dewasa ini mulai berkurang. Masyarakat lain mulai menyadari adanya hak dan
kesempatan yang sama terhadap mereka. Namun di samping hal - hal tersebut masih terdapat
banyak kewajiban yang harus dilakukan untuk mereka supaya terciptanya kehidupan yang
dilandasi dengan kemanusiaan yang adil dan beradab.
Pemerintah Republik Indonesia telah menjalani langkah progresif bagi para penyandang
disabilitas tersebut. Salah satunya yaitu melakukan ratifikasi terhadap Konvensional
International tentang Hak - Hak Penyandang Disabilitas dalam Undang - Undang no. 19
tahun 2011. Namun, implementasi dari ratifikasi tersebut belum terlihat kemajuan yang
sangat berarti. Dalam arti, pemikiran para pengambil kebijakan masih sebatas dalam
pendekatan konsep charity belum pada pendekatan yang berbasis kewajiban untuk
memperjuangkan hak asasi manusia.

D. Hak - hak yang telah diterima Para Penyandang Disabilitas


Meskipun sebagian masyarakat masih memandang rendah para disabilitas, namun
penulis dalam hal ini memiliki pandangan lain terhadap status harkat dan martabat para
penyandang disabilitas. Zaman sekarang, telah banyak profesi yang jika dilihat profesi
tersebut digeluti oleh berbagai masyarakat para penyandang disabilitas, seperti guru, dosen,

6
dokter, teknisi bahkan pengrajin. Para penyandang disabilitas dapat dikatakan sudah
mendapatkan haknya sebagai warga negara.
Justru di era abad 21 ini, pendidikan yang mengampu para disabilitas menjadi sarana
yang telah merebak di berbagai daerah di Indonesia. Dengan adanya sarana pendidikan ini
membuktikan bahwa hak - hak para disabilitas telah terjamin, seperti di dalam pasal 31
UUD 1945, setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Fakta menunjukkan bahwa
para penyandang disabilitas juga memiliki hak yang sama dengan warga negara yang lain
seperti mendapatkan pendidikan yang layak bagi mereka, maka hak warga negara yang lain
juga telah terjamin meskipun masih ada sekitar 40% yang masih memperlakukan mereka
sebagai masyarakat yang dikesampingkan. Di dalam pasal 28I ayat 2 UUD 1945 disebutkan
bahwa setiap orang bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan
berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
Di samping hal tersebut, adanya ratifikasi oleh pemerintah mengenai undang - undang
merupakan salah satu hak yang telah terjamin bagi para peyandang disabilitas. Undang -
undang nomor 19 Tahun 2011 tentang pengesahan Convention n The Rights of Persons with
Disabilities. Hal tersebut menunjukkan adanya pengangkatan hak dan martabat bagi para
disabilitas yang ditunjukkan melalui pasal 28H ayat 2 UUD 1945 disebutkan bahwa setiap
orang berhak mendapatkan kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan dan pasal 28D
ayat 3 UUD 1945 yang disebutkan bahwa setiap warga negara berhak memperoleh
kesempatan yang sama dalam pemerintahan.

E. Macam - macam Kewajiban yang Belum Terlaksana oleh Pemerintah


Sebagian besar hak para penyandang disabilitas telah terpenuhi namun beberapa hak
para disabilitas belum sepenuhnya mereka terima. Hal ini disebabkan karena adanya
kewajiban yang belum terlaksana dari pemerintah maupun masyarakat pada umumnya.
Kewajiban pemerintah yang belum terlaksana termasuk kewajiban warga negarayang hrus
dipenuhi secara totalitas. Hal ini diwujudkan dalam bentuk menghindari adanya kesenjangan
yang semakin meningkat yaitu kesenjangan tingkat pelayanan publik kepada para
penyandang disabilias terhadap tingkat pelayanan publik bagi para penyandang disabilitas.
Pemeintah kurang menyadari bahwa di bidang infrastruktur juga perlu ditambahi dengan
fasilitas publik bagi para penyandang disabilitas.
Penyediaan fasilitas yang aksesibel untuk penyandang disabilitas adalah sebuah
keharusan bagi semua penyelenggara kepentingan publik. Kelengkapan prasarana dan sarana
pada bangunan gedung dan lingkunganna agar dapat diakses dan dimanfaatkan oleh semua
orang termasuk penyandang disabilitas, agar mempunyai kesempatan yang sama dalam
penghidupan. Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas dalam gedung banunan dan lingkungan
harus dilengkapi dengan penyediaan fasilitas dan aksesibilitas. Setiap orang atau instansi
pemerintahan harus memenuhi persyaratan teknis fasilitas dan aksesibilitas. Terkait dengan
hal ini, ada beberapa unsur yang harus diperhatikan :
1) Keselamatan, yaitu setiap orang dapat mencapai semua tempat atau bangunan yang

7
bersifat umum dalam suatu lingkungan.
2) Kegunaan, setiap orang harus dapat mempergunakan semua tempat atau bangunan
yang bersifat umum dalam suatu lingkungan
3) Kemandirian, setiap orang harus bisa mencapai, masuk dan mempergunakan semua
tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan tanpa bantuan
orang lain.

Adapun fasilitas publik aksesibilitas difabel pada bangunan gedung dan lingkungan
meliputi : ukuran dasar ruang, jalur pedestrian, jalur pemandu, area parkir, pintu, tangga, lift,
toilet, pancuran, wastafel, telepon, perlengkapan dan peralatan kontrol, perabot, rambu dan
marka. Prinsip layanan fasilitas publik aksesibilitas difabel ini berarti bahwa semua orang
termasuk penyandang disabilitas, tanpa bantuan siapapun, dapat mencapai dan memasuki
suatu lingkungan kawasan bangunan kemudian dapat menggunakan fasilitas yang ada tanpa
harus segan atau menjadikannya sebagai objek belas kasihan orang lain.
Tidak ada orang yang menjamin bahwa kehidupan orang yang normal akan selalu
normal. Difabel dapat menimpa siapa saja tidak melihat umur, status sosial, jenis kelamin,
ataupun status ekonomi. Untuk itu, untuk mencapai sebuah masyarakat yang mencapai
keseimbangan dan kesamaan kesempatan maka seyogyanya layanan fasilitas publik tidak
hanya demi kepentingan diri sendiri namun juga untuk penyandang disabilitas. Terdapat
banyak peraturan atau undang - undang yang mengatur tentang keberadaan para penyandang
disabilitas, antara lain :
1) Resolusi PBB No. 48/96 Th. 1993 pada peraturan no.5 tentang Aksesibilitas
2) UUD RI 1945 pasal 27 ayat 2, bahwa setiap warga negara berhakatas pekerjaan dan
penghidupan yang lak bagi kemanusiaan
3) Peraturan Pemerintah Nomor 72 th 1991 tentang Pendidikan Luar Biasa
4) UU RI no. 4/1997 tentang Penyandang Cacat
5) UU RI No. 39/1999 tentang HAM
6) UU RI No. 28/2002 tentang Bangunan Gedung
7) Peraturan Pemerintah No.43/1998 tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial
Penyandang Cacat
8) Kepmen. PU. No 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan
9) Kepmen PU No. 468/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Aksesibilitas pada
Bangunan Umum dan Lingkungan
10) Kepmen. Perhubungan No. KM. 71 Th. 1999 Tentang Aksesibilitas bagi
Penyandang cacat dan Orang Sakit pada Sarana dan Prasarana Perhubungan.
Beberapa regulasi di atas saat ini belum juga direalisasikan secara memadahi.
Aksesibilitas fisik bisa dikatakan seharusnya dapat dicapai oleh semua orang tanpa
terkecuali. Dalam artian, konsep tersebut pada perencanaan dan pembangunannya seharusnya
dapat diakses oleh semua orang, yang biasa disebut Universal Design. Menurut Konvensi
Disabilitas yang sudah diratifikasi dalam UU No.19 th 2011 ditulis bahwa “desain universal”
berarti desain produk, lingkungan, program, dan pelayanan yang dapat digunakan oleh semua

8
orang semaksimal mungkin tanpa memerlukan adaptasi atau desain khusus. Konsep ini
menegaskan bahwa kebutuhan manusia meskipun berbeda namun bisa diatasi.

Bentuk dan jenis universal design ini dapat dikelompokkan menjadi 4 kategori umum yaitu :
1) Bangunan gedung dan lingkungan contohnya bangunan kantor pemerintah, gdung erusahaan
swasta, sekolah atau universitas, supermarket atau mall, gedung balai atau theater, restoran,
hotel, tempat pariwisata, tempat parkir, pedestrian, dll.
2) Transportasi misalnya pengadaan bus dan taxi aksesibel termasuk pembangunan halte bis,
stasiun kereta, bandara yang aksesibel dan pembuatan signage di jalan untuk penyeberangan
3) Layanan Publik contohnya pelayanan perbankan, pelayanan kantor pos, pelayanan PLN,
pelayanan air bersih pelayanan telepon, dan pelayanan publik lain yang diakses oleh
Penyandang Disabilitas
4) Komunikasi dan informasi contohnya tayangan TV yang memakai bahasa isyarat, media
komunikasi yang aksesibel misalnya talking computer, talking handphone.

Namun, penggambaran hal - hal tersebut belum sepenuhnya terdapat di gedung fakultas FEB
UNS. Dalam hal ini UUD 1945 pasal 34 ayat 3 belum terlaksana secara penuh, pasal ini
berbunyi bahwa negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak.
Menurut data dari salah seorang narasumber yang merupakan masyarakat Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Sebelas Maret, Ibu Anni Aryani berpendapat bahwa di lingkup Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UNS, fasilitas untuk para disabilitas sudah ada, namun belum layak. Layak
yang dimaksudkan adalah belum ada sifat mandiri untuk para disabilitas, sehingga para
penyandang disabilitas sewaktu - waktu membutuhkan bantuan untuk dapat mengakses fasilitas
tersebut. Ibu Anni Aryani memberi contoh salah satunya adalah ramp (jalur khusus kursi roda
sebagai pengganti tangga) yang terdapat di gedung UMKM, gedung 1 lantai 1 juga masih terlalu
curam. Menurut Undang - Undang Nomor 8 tahun 2016 pasal 18 ayat 2 tentang hak
aksesibilitas Penyandang Disabilitas disebutkan bahwa adanya hak untuk mendapatkan
akomodasi yang layak sebagai bentuk aksesibilitas bagi individu. Seharusnya, tinggi ramp atau
tingkat kecuraman ramp harus sesuai dengan standard yang telah diterapkan dalam UU, yaitu
maksimal 70. Selain dari unsur kecuraman ramp, bahan lantai ramp adalah bahan yang licin,
sehingga membahayakan para penyandang disabilitas. Di malam hari, sebaiknya pegangan ramp
juga diberi penerangan agar memudahkan para penyandang disabilitas untuk mengakses fasilitas
tersebut. Penulis melihat sendiri bahwa di depan ramp yang terdapat di Gedung 5 lantai 1 FEB
UNS masih digunakan untuk parkir sepeda motor, sehingga akses jalan ramp tersebut tertutup
oleh sepeda motor (lampiran). Ibu Anni Aryani juga berpendapat bahwa kamar mandi FEB UNS
sulit diakses untuk para penyandang disabilitas. Inilah yang dimaksud kewajiban warga negara
belum terlaksana. Karena masih banyak masyarakat yang belum paham tentang pentingnya
aksesibilitas fasilitas publik bagi para penyandang disabilitas.

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setiap orang yang hidup di suatu negara pada umumnya memiliki status
kewarganegaraan. Dengan adanya status kewarganegaraan menunjukkan adanya suatu hak
dan kewajiban bagi setiap warga negara tersebut. Hak dan kewajiban yang dimiliki oleh
setiap warga negara satu dengan warga negara lain berbeda, tergantung dengan peraturan
yang mengatur tentang hak serta kewajiban di setiap negara. Di Indonesia hal tersebut diatur
dalam UUD 1945 pasal 28A-28J, pasal 30-34.
Terdapat banyak masyarakat yang merupakan warga negara. Salah satunya adalah
masyarakat yang membutuhkan perhatian khusus dari masyarakat lainnya. Masyarakat
disabel atau para penyandang disabilitas salah atu contohnya. Namun bukan berarti mereka
harus dimanja. Pelayanan publik yang dilakukan pemerintah harus memadahi supaya mereka
dapat menjangkau semua ruang dalam satu lingkup lingkungan. Sebagian besar hak - hak
para penyandang disabilitas tersebut telah terjamin, seperti adanya kesamaan dan
kesempatan dalam berprofesi. Contoh konkrit dari hal tersebut yaitu di masyarakat era
sekarang banyak penyandang disabilitas yang menjadi dosen, guru, dokter, teknisi sampai
pengrajin gerabah. Selain itu, kedudukan harkat dan martabat kepada penyandang disabilitas
semakin terangkat karena penyandang disabilitas dapat menjadi pribadi yang produktif
karena adanya perolehan kesempatan pendidikan yang sama seperti masyarakat pada
umumnya.
Namun, di sisi lain, ada kewajiban dari sudut pandang masyarakat di penyandang
disabilitas dan pemerintah yaitu belum terlaksananya beberapa kewajiban yang dapat
menjadi sebuah pelayanan yang layak bagi mereka, penyandang disabilitas. Salah satunya
adalah bidang infrastruktur. Belum memadainya fasilitas publik yang bersifat aksesibel bagi
saudara/ saudari yang disabilitas. Konsep yang digunakan dalam pembangunan pelayanan
publik sebaiknya menggunakan konsep universal design. Sehingga meskipun untuk para
disabilitas, namun semua orang dapat menggunakannya juga. Dengan dibangunnya
infrastruktur yang memadai dan aksesibel maka kesenjangan antara pelayanan kepada
masyarakat umumnya dengan masyarakat yang disabilitas tidak akan mengalami
kesenjangan.

10
B. SARAN
1) Bagi penyandang disabilitas, tetap pada prinsip menjadi pribadi yang terus berkembang
dan menunjukkan bahwa disabilitas bukanlah hambatan namun sebagai pemicu motivasi
bagi orang lain serta sabar jika langkah dari pemerintah atau masyarakat umumnya
sedang dalam proses progresif ke arah yang lebih baik.
2) Bagi pemerintah daerah khususnya, untuk lebih memperhatikan tempat tempat publik
yang masih belum memenuhi standard bangunan dan belum memiliki fasilitas layanan
publik dengan konsep universal design agar segera direvitalisasi atau ditambahkan
infrastrukturnya supaya lebih memadai.
3) Bagi masyarakat pada umumnya (masyarakat di luar penyandang disabilitas) sebaiknya
tetap menghormati dan menghargai martabat penyandang disabilitas. Justru dengan
keadaan yang normal seharusnya membantu mereka mewujudkan impian mereka, atau
minimal upaya yang dilakukan sebagai sarana untuk mempermudah usaha - usaha yang
dilakukan oleh penyandang disabilitas. Contoh seperti membuka umkm di daerah
masing - masing selain menjadi sarana untuk menampung usaha mereka, juga dapat
menambah penghasilan daerah.

11
DAFTAR PUSTAKA

Suryono, Hasan, dkk. 2016. Kewarganegaraan Mata Kuliah Wajib Umum di Perguruan Tinggi.
Surakarta : LPPMP UNS
Triyono, Ignas. 2013. Konkritisasi Universal Design bagi Akses Penyandang Disabilitas. Jurnal
Hak Asasi Manusia Vol.4 No.2, Desember 2013.
http://www.academia.edu/21931711/makalah_hak_dan_kewajiban_warga_negara_berdasarkan_
UUD_1945 (diakses pada 19 Maret 2018 pukul 08.00)
https://www.scribd.com/document/363157429/1-Implementasi-Hak-dan-Kewajiban-Warga-Neg
ara-Makalah# (diakses pada 19 Maret 2018 pukul 08.10)
http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/ (diakses pada 19 Maret pukul 08.30)
http://www.berpendidikan.com/macam-macam-contoh-hak-dan-kewajiban-warga-negara
(diakses pada 19 Maret pukul 08.20)
LAMPIRAN

Ramp yang terdapat di gedung 1 FEB UNS dengan bahan lantai yang licin
Ramp yang terdapat di depan Gedung 4 dan Gedung UMKM Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNS

Ramp di depan gedung 5 FEB UNS ditutupi sepeda motor


Tingkat kecuraman ramp yang masih terlalu tinggi, jika hujan maka berbahaya untuk para
disabilitas

Anda mungkin juga menyukai