Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PROMOSI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

“KEMITRAAN DAN PEMBERDAYAAN PEKERJA DALAM PROMOSI


KESEHATAN”

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 10:

WAHYUNI (K011191016)

RISWANDI (K011191090)

SRI WAHYUNI (K011191148)

AULIYA NURAZIZAH (K011191233)

WAODE SITTI NURUL AULYAH (K011191052)

VIOLENIALOLA FERNANDES TANGDIESAK (K011191116)

DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji hanyalah milik Allah swt., atas segala limpahan rahmat, kuasa
dan inayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan sesuai dengan tenggang
waktu yang telah ditentukan. Semoga segala ikhtiar bermuara pada keridhaanNya.
Salam dan shalawat senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad saw.,
makhluk terbaik dan termulia ciptaan Allah swt., beliau diutus untuk menjadi
rahmat dan uswatun hasanah.

Makalah ini berjudul: “Kemitraan dan Pemberdayaan Pekerja dalam


Promosi Kesehatan” merupakan realisasi kerja panjang, usaha yang sungguh-
sungguh dan motivasi yang tiada henti dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
sebagai bentuk penghormatan melalui momentum terbaik dan mulia ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa karya ini masih sederhana dan akan terdapat
kekurangan didalamnya, oleh karena itu dengan segala hormat memohon kepada
pihak yang telah membaca ini agar memberikan saran dan kritikan yang
konstruktif demi membekali penulis agar lebih baik lagi pada penulisan
selanjutnya. Akhir kata, penulis mempersembahkan makalah ini kepada pembaca
yang budiman, semoga bermanfaat.

Makassar, 2 November 2021

Kelompok 10
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN...................................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................................3

BAB II : PEMBAHASAN ....................................................................................4

2.1 Pengertian Kemitraan dalam Promosi Kesehatan..............................4


2.2 Tujuan Kemitraan...............................................................................5
2.3 Prinsip-Prinsip Kemitraan..................................................................5
2.4 Langkah-Langkah Kemitraan.............................................................6
2.5 Syarat-Syarat Kemitraan.....................................................................7
2.6 Pilar-Pilar Kemitraan..........................................................................9
2.7 Tipe Kemitraan...................................................................................10
2.8 Sistem Kemitraan...............................................................................10
2.9 Definisi Pemberdayaan Pekerja..........................................................11
2.10 Manfaat Pemberdayaan Pekerja.........................................................13
2.11 Dimensi Pemberdayaan Pekerja.........................................................13
2.12 Indikator Hasil Pemberdayaan Pekerja...............................................16

BAB III : PENUTUP ............................................................................................17

3.1 Kesimpulan.........................................................................................17
3.2 Saran ..................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tempat Kerja adalah tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka
bergerak atau tetap di mana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki
tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan terdapat sumber atau
sumbersumber bahaya sebagaimana diperinci dalam Pasal 2 Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1970 (PER.15/MEN/VIII/2008). Tempat kerja
yang sehat adalah tempat di mana semua orang bekerja sama untuk
mencapai visi yang disepakati kesehatan dan kesejahteraan pekerja dan
masyarakat sekitar. Ini menyediakan semua anggota tenaga kerja dengan
kondisi fisik, psikologis, sosial dan organisasi yang melindungi dan
mempromosikan kesehatan dan keselamatan. Ini memungkinkan para
manajer dan pekerja untuk meningkatkan kendali atas kesehatan mereka
sendiri dan untuk memperbaikinya, dan menjadi lebih energik, positif dan
puas. Sebagai imbalannya, tenaga kerja lebih banyak stabil, berkomitmen
dan produktif (ILO, 2013) dalam (Purwanti, A dkk, 2019).

Program-program kesehatan, terutama yang terkait dengan pekerja


perlu selalu disosialisasikan secara terus menerus, hal ini dikarena
perubahan tingkah laku kadang hanya dapat terjadi dalam kurun waktu yang
relatif lama. Dari pengalaman bertahun-tahun pelaksanaan promosi atau
penyuluhan kesehatan masyarakat mengalami berbagai hambatan dalam
rangka mencapai tujuannya, yaitu mewujudkan perilaku hidup sehat bagi
pekerja, terutama bagi para pekerja di perkantoran (WHO, 1999) dalam
(Purwanti, A dkk, 2019). Upaya promosi kesehatan yang dilaksanakan di
tempat kerja, selain bisa mengatasi,memelihara, meningkatkan serta
melindungi kesehatannya sendiri. Dengan menerapkan promosi kesehatan di
tempat kerja hal ini akan bisa meningkatkan produktivitas kerja dan
menciptakan lingkungan kerja yang sehat. Menerapkan promosi kesehatan
di tempat kerja bisa memberikan dampak positif terhadap lingkungan kerja
dan masyarakat. Secara garis besar, promosi kesehatan di tempat kerja
adalah harus bisa memberikan perlindungan individu,baik didalam ataupun
diluar lingkungan tempat kerja untuk menciptakan proses kesehatan yang
berkelanjutan

Dalam upaya promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat


merupakan bagian yang sangat penting dan bahkan dapat dikatakan sebagai
ujung tombak. Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi kepada
individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus-menerus dan
berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu
klien, agar klien tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar
(aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude) dan dari mau
menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek
practice).

Pemberdayaan akan lebih berhasil jika dilaksanakan melalui


kemitraan serta menggunakan metode dan teknik yang tepat. Pada saat ini
banyak dijumpai lembaga-lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang
bergerak di bidang kesehatan atau peduli terhadap kesehatan. LSM ini harus
digalang kerjasamanya, baik di antara mereka maupun antara mereka
dengan pemerintah, agar upaya pemberdayaan masyarakat dapat
berdayaguna dan berhasilguna. Setelah itu, sesuai ciri-ciri sasaran, situasi
dan kondisi, lalu ditetapkan, diadakan dan digunakan metode dan media
komunikasi yang tepat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kemitraan dalam promosi kesehatan?


2. Apa tujuan dari kemitraan?
3. Apa saja prinsip-prinsip kemitraan?
4. Bagaimana langkah-langkah untuk menjalin kemitraan?
5. Apa saja syarat-syarat kemitraan?
6. Apa saja pilar-pilar kemitraan?
7. Apa saja bentuk atau tipe kemitraan?
8. Bagaimana sistem kemitraan?
9. Apa yang dimaksud dengan pemberdayaan pekerja?
10. Apa saja manfaat pemberdayaan pekerja?
11. Bagaimana dimensi pemberdayaan pekerja?
12. Apa saja indikator hasil pemberdayaan pekerja?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian kemitraan dalam promosi kesehatan.


2. Mengetahui tujuan kemitraan.
3. Mengetahui prinsip-prinsip kemitraan.
4. Mengetahui langkah-langkah kemitraan.
5. Mengetahui syarat-syarat kemitraan.
6. Mengetahui pilar-pilar kemitraan.
7. Mengetahui bentuk atau tipe kemitraan.
8. Mengetahui sistem kemitraan.
9. Mengetahui definisi pemberdayaan pekerja.
10. Mengetahui manfaat pemberdayaan pekerja.
11. Mengetahui dimensi pemberdayaan pekerja.
12. Mengetahui indikator hasil pemberdayaan pekerja.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kemitraan dalam Promosi Kesehatan


Kemitraan merupakan suatu hubungan kerjasama yang dilakukan baik
oleh individu maupun kelompok. Kemitraan adalah suatu kerja sama formal
Antara individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi
untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu (Notoatmodjo, 2003).
Berikut ini merupakan beberapa pengertian kemitraan secara umum
(Promkes Depkes RI) dalam (Notoatmodjo, 2003) meliputi:
a. Kemitraan mengandung pengertian adanya interaksi dan interelasi
minimal antara dua pihak atau lebih di mana masing-masing pihak
merupakan ”mitra” atau ”partner”.
b. Kemitraan adalah proses pencarian/perwujudan bentuk-bentuk
kebersamaan yang saling menguntungkan dan saling mendidik secara
sukarela untuk mencapai kepentingan bersama.
c. Kemitraan juga dapat diartikan sebagai upaya yang melibatkan
berbagai komponen baik sektor, kelompok masyarakat, lembaga
pemerintah atau non-pemerintah untuk bekerja sama mencapai tujuan
bersama berdasarkan atas kesepakatan, prinsip, dan peran masing-
masing.
d. Kemitraan adalah suatu kesepakatan di mana seseorang, kelompok
atau organisasi untuk bekerjasama mencapai tujuan, mengambil dan
melaksanakan serta membagi tugas, menanggung bersama baik yang
berupa risiko maupun keuntungan, meninjau ulang hubungan masing-
masing secara teratur dan memperbaiki kembali kesepakatan bila
diperlukan. (Ditjen P2L & PM, 2004) dalam (Notoatmodjo, 2003).
e. Kemitraan adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk
mencapai tujuan bersama, di mana masing- masing pihak memiliki
hak dan tanggung jawab sesuai dengan kesepakatan. (Direktorat
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, 2019).

2.2 Tujuan Kemitraan


a. Tujuan Umum:
Meningkatkan status kesehatan dan keselamatan kerja dan daya
tanggap pemangku kepentingan terhadap lingkungan dan pekerja.
b. Tujuan Khusus:
- Terbinanya kepedulian dan motivasi para pemangku
kepentingan terhadap tercapainya sasaran strategis
pembangunan kesehatan.
- Terciptanya kesamaan pemahaman dalam bermitra di antara
pemangku kepentingan.
- Meningkatnya sumberdaya dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan dan keselamatan kerja.
- Terselenggaranya upaya kesehatan dan keselamatan kerja di
lingkungan kerja dan pekerja.

2.3 Prinsip-Prinsip Kemitraan


Menurut (Notoatmodjo, 2012) Prinsip merupakan suatu pernyataan
fundamental atau kebenaran umum maupun individual yang dijadikan oleh
seseorang/kelompok sebagai sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak.
Dalam membangun sebuah kemitraan terdapat tiga prinsip kunci yang perlu
dipahami dalam oleh masing-masing anggota kemitraan sehingga mampu
mencapai tujuan bersama, yaitu:
a. Kesetaraan/persamaan (Equity)
Suatu individu, organisasi atau institusi yang telah bersedia
menjalin kemitraan harus merasa sama atau sejajar kedudukannya
dengan yang lain dalam mencapai tujuan yang disepakati, sehingga
adanya kesetaraan “duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi”. Oleh
sebab itu dalam menjalin kemitraan asas demokrasi harus dijunjung
tinggi, tidak boleh satu anggota memaksakan kehendaknya kepada
anggota yang lainnya.
b. Keterbukaan (transparancy)
Keterbukaan dimaksudkan adanya saling mengetahui terhadap
kekurangan atau kelemahan masing-masing anggota serta berbagai
sumber daya yang dimiliki. Keterbukaan ada sejak awal dijalinnya
kemitraan sampai berakhirnya kegiatan. Dengan saling keterbukaan
ini akan menimbulkan saling melengkapi dan saling membantu
diantara golongan (mitra).
c. Saling Menguntungkan (mutual benefit)
Menguntungkan di sini bukan selalu diartikan dengan materi
atau uang, tetapi lebih kepada non materi. Saling menguntungkan
antar individu, organisasi atau institusi dapat dilihat dari kebersamaan
atau sinergi dalam mencapai tujuan. Kegiatan upaya promosi
kesehatan dan keselamatan kerja akan menjadi efisien dan efektif bila
dilakukan bersama. Dalam kemitraan tidak boleh ada pihak yang
merasa dirugikan karena adanya kemitraan tersebut.

2.4 Langkah-Langkah Kemitraan


Beberapa langkah untuk menjalin kemitraan (Widyasari, 2018), yaitu:
a. Penjajakan
Penjajakan perlu dilakukan dengan calon mitra kerja. Tahapan
sebelum melakukan penjajakan adalah identifikasi calon mitra kerja.
Tujuan penjajakan ini yaitu untuk mencari pihak-pihak yang memiliki
potensi untuk mendukung program yang akan dilaksanakan.
b. Penyamaan Persepsi
Penyamaan persepsi perlu dilakukan pertemuan awal guna
menyamakan persepsi terhadap masalah kesehatan yang dihadapi agar
keberhasilan mencapai tujuan bisa dilaksanakan dengan lebih efektif
dan efisien. Tujuan lain juga agar masing-masing mitra memahami
kedudukan serta tugas pokok masing-masing secara terbuka.
c. Pembagian Peran
Dalam mencapai tujuan kemitraan bersama, peran masing-
masing mitra beragam namun sama pentingnya. Oleh karena itu perlu
dibicarakan secara terbuka dan bersama sebelum menuangkan dalam
kesepakatan tertulis.
d. Komunikasi Intensif
Komunikasi intensif sangat diperlukan guna mengetahui
perkembangan program kemitraan yang sudah terjalin. Komunikasi
antar mitra dapat dilakukan secara teratur dan terjadwal. Permasalahan
yang muncul dapat segera dipecahkan dengan cara ini.
e. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan haruslah dikerjakan sesuai dengan rencana
yang telah disepakati bersama. Pelaksanaan kegiatan ini juga harus
dikomunikasikan secara intensif pada waktu yang telah disepakati
sehingga masalah yang dihadapi bisa segera dicari solusinya.
f. Monitoring dan Evaluasi
Agar asas keterbukaan bisa dijaga, maka kegiatan ini juga
disepakati sejak awal. Hal ini mencakup cara monitoring dan juga
evaluasi terhadap jalannya kemitraan maupun dalam upayanya
mencapai tujuan bersama. Bila dipandang perlu, hasil monev dapat
dipergunakan sebagai penyempurnaan kemitraan.

2.5 Syarat-Syarat Kemitraan


Dalam menjalin kemitraan ada beberapa syarat (Widyasari, 2018) di
antaranya yaitu:
a. Kesamaan perhatian (Common interest)
Dalam membangun kemitraan, masing-masing anggota harus
merasa mempunyai perhatian dan kepentingan bersama. Tanpa adanya
perhatian dan kepentingan yang sama terhadap suatu masalah niscaya
kemitraan tidak akan terjadi. Sektor kesehatan harus mampu
menimbulkan perhatian terhadap masalah kesehatan bagi sektor-sektor
lain non kesehatan, dengan upaya-upaya informasi dan advokasi
secara intensif.
b. Saling Percaya dan Saling Menghormati
Kepercayaan (trust) modal dasar setiap relasi/hubungan antar
manusia, kesehatan harus mampu menimbulkan trust bagi partnernya.
c. Harus saling menyadari arti kemitraan
Saling menyadari pentingnya arti kemitraan, arti penting dari
kemitraan adalah mewujudkan kebersamaan antar anggota untuk
menghasilkan sesuatu yang menuju kearah perbaikan kesehatan
masyarakat pada khususnya, dan kesejahteraan masyarakat pada
umumnya. Penting dilakukan advokasi dan informasi.
d. Harus ada Kesepakatan Visi, Misi, Tujuan dan Nilai yang Sama
Kesepakatan visi, misi, tujuan dan nilai tentang kesehatan perlu
disepakati bersama, dan akan sangat memudahkan untuk timbulnya
komitmen bersama untuk menanggulangi masalah kesehatan bersama,
hal ini harus meliputi semua tingkatan organisasi sampai petugas
lapangan.
e. Harus Berpijak pada Landasan yang Sama
Prinsip lain yang harus dibangun dalam kemitraan adalah bahwa
kesehatan merupakan aspek yang paling utama dalam kehidupan
manusia. Sektor kesehatan harus mampu meyakinkan kepada sektor
lain bahwa “healtth is not everything, but without health everything is
nothing” disini Informasi dan Advokasi sangat penting.
f. Kesediaannya untuk Berkorban
Dalam kemitraan sangat memerlukan sumber daya, baik berupa
tenaga, sarana dan dana yang dapat berasal dari masing-masing mitra,
tetapi dapat juga diupayakan bersama. Disinilah dibutuhkan
pengorbanan dalam bentuk tenaga, pikiran, dana, materi, waktu dan
lain-lainnya.

2.6 Pilar-Pilar Kemitraan


Dalam mengembangkan kemitraan di bidang kesehatan ada tiga
institusi kunci organisasi atau unsur pokok yang terlibat di dalamnya.
(Widyasari, 2018), ketiga institusi tersebut yaitu:
a. Unsur Pemerintah
Unsur pemerintah terdiri dari berbagai pemerintah yang terkait
dengan dengan masalah kesehatan dan keselamatan kerja, antara lain
kesehatan sebagai kuncinya, lingkungan hidup, industri,
ketenagakerjaan, kelautan, dsb.
b. Dunia Usaha
Dunia usaha atau unsur swasta (private sector) atau kalangan
bisnis, contonya seperti: dari kalangan pengusaha, industriawan, dan
para pemimpin berbagai perusahaan. Salah satu kemitraan dengan
dunia usaha dapat berbentuk bantuan uang yang berasal dari dana
Corporate Social Responsibility (CSR). CSR merupakan suatu
komitmen perusahaan untuk membangun kualitas hidup yang lebih
baik, yang bekerjasama masyarakat dan lingkungan sosial di mana
perusahaan itu berdiri.
c. Unsur Organisasi Non Pemerintah
Unsur oraganisasi non pemerintah meliputi dua unsur pokok
yakni:
- Unsur Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Organisasi
Masa (Ormas) termasuk yayasan bidang kesehatan dan
keselamatan kerja.
- Organisasi profesi seperti IAKKI, PAKKI, LSPK3 dan lain
sebagainya.
Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi suatu program
perlu adanya menjalin kemitraan baik dengan sektor pemerintah,
usaha/swasta , organisasi non pemerintah/LSM maupun pekerja itu
sendiri. Selain itu, dalam membangun Good Governance ketiga sektor
tersebut memiliki peran yang sangat penting. Sektor pemerintahan
lebih banyak memainkan peranan sebagai pembuat kebijakan,
pengendalian dan pengawasan. Sektor swasta lebih banyak
berkecimpung dan menjadi penggerak aktivitas di bidang ekonomi.
Sedangkan sektor pekerja merupakan objek sekaligus subjek dari
sektor pemerintahan maupun swasta, karena di dalam pekerjalah
terjadi interaksi di bidang kesehatan, keselamatan, soisal budaya,
ekonomi.

2.7 Tipe Kemitraan


Bentuk-bentuk/tipe kemitraan menurut Pusat Promosi Kesehatan
Departemen Kesehatan RI yaitu terdiri dari aliansi, koalisi, jejaring,
konsorsium, kooperasi. Menurut Kuswidanti (2008) bentuk-bentuk
kemitraan tersebut dapat tertuang dalam:
- SK bersama
- MOU
- Pokja
- Forum Komunikasi
- Kontrak Kerja/perjanjian kerja

2.8 Sistem Kemitraan


Menjalin kemitraan bukanlah suatu sebagai output atau tujuan, dan
bukan sebuah proses, namun adalah sebuah sistem. Sistem adalah
sekumpulan unsur atau elemen yang saling berkaitan dan saling
memengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai suatu
tujuan. Dalam menjalin kemitraan dapat menggunakan pendekatan sistem
yaitu (Widyasari, 2018):
a. Input
Input sebuah kemitraan adalah jenis dan jumlah sumber daya
yang dimiliki oleh masing-masing unsur yang menjalin kemitraan
meliputi sumber daya manusia, dan sumber daya lainnya seperti dana,
sistem informasi, teknologi dan lain sebagainya.
b. Proses
Proses dalam kemitraan pada hakikatnya merupakan kegiatan-
kegiatan untuk membangun hubungan kemitraan. Kegiatan
membangun kemitraan dapat dilakukan melalui sebuah pertemuan
dengan tahapan di antaranya:Penjajakanb. Sosialisasi/advokasic.
Dibangunnya kesepakatand. Pertemuan mendalam dan penyusunan
rencana kerja.
c. Output
Output yang dimaksud pada kemitraan yaitu terbentuknya
jangringan kerja atau networking, aliansi atau forum. Disamping itu
pada output kemitraan juga terdapat penguraian tugas, fungsi dan
tanggungjawab masing-masing anggota mitra.
d. Outcome
Outcome adalah dampak dari kemitraan terhadap peningkatan
kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, outcome kemitraan dapat
dilihat dari indikatorindikator derajat kesehatan pekerja, angka
kecelakaan kerja, yang merupakan akumulasi dampak dari upaya-
upaya lain disamping kemitraan.

2.9 Definisi Pemberdayaan Pekerja


Dalam upaya promosi K3, pemberdayaan pekerja merupakan bagian
yang sangat penting dan bahkan dapat dikatakan sebagai ujung tombak.
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi kepada pekerja secara
terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan pekerja,
serta proses membantu pekerja, agar pekerja tersebut berubah dari tidak tahu
menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek
attitude) dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang
diperkenalkan (aspek practice). WHO dalam Depkes RI (2006)
mendefinisikan promosi kesehatan sebagai proses pemberdayaan individu
dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka mengendalikan
determinan-determinan kesehatan, sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatan mereka. Dalam aspek K3, artinya promosi K3 itu merupakan
proses pemberdayaan pekerja untuk meningkatkan kemampuan pekerja
mengedalikan determinan-determinan keselaman dan kesehatan kerja,
sehingga dapat meminimalkan angka kecelakaan kerja dan meningkatkan
derajat kesehatan mereka.
Pada hakekatnya konsep pemberdayaan merupakan pengembangan
dari teori manajemen partisipatif (Participative Management). Partisipasi
merupakan proses yang dilakukan organisasi untuk memberikan kesempatan
bagi karyawan untuk berperan serta dalam mengambil keputusan-keputusan
tentang pekerjaan mereka. Pemberdayaan mengandung pengertian yang
lebih luas dari partisipasi, dan pengertian tersebut berkembang terus sejalan
dengan perkembangan teori-teori manajemen dan perilaku organisasi
(Leovani, 2017).
Menurut Mulyadi, (2000:103), pemberdayaan berarti memampukan
(to able), memberi kesempatan (to allow), dan mengijinkan (to permit) yang
dapat diartikan baik melalui inisiatif sendiri maupun dipicu orang lain.
Pemberdayaan pegawai berarti memampukan dan memberi kesempatan
kepada pegawai untuk melakukan fungsi-fungsi manajemen dalam skala
yang menjadi tanggungjawabnya, baik secara individu maupun kelompok.
Gibson et al (2006) bahwa pemberdayaan karyawan (individual
empowerment) adalah pemberian kesempatan dan dorongan kepada para
karyawan untuk mendayagunakan bakat, ketrampilan-ketrampilan,
sumberdaya-sumberdaya, dan pengalaman-pengalaman mereka untuk
menyelesaikan pekerjaan secara tepat waktu. Hasil-hasil yang dicapai dalam
menerapkan konsep pemberdayaan di berbagai perusahaan adalah
peningkatan efisiensi dan kualitas dalam produksi dan pelayanan.
Memberdayakan pekerja didasarkan pada mengadaptasi lingkungan
pabrik atau tempat kerja dengan keterampilan, kemampuan dan kebutuhan
pekerja dan mendukung pekerja untuk memahami dan mengembangkan
kompetensinya. Pada pemberdayaan pekerja tentu ada keterlibatan
komunitas kerja didasarkan pada alat, yang dengannya pekerja dapat
berpartisipasi dalam merancang pekerjaan dan pelatihan mereka, dan
berbagi pengetahuan satu sama lain (Kaasinen et al., 2020).

2.10 Manfaat Pemberdayaan Pekerja


Adapun manfaat pemberdayaan pekerja yang diungkapkan oleh
(Sedarmayanti,2007:289):
a. Sebagai alat manajemen dalam rangka memberdayakan berbagai
sumber untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
b. Sebagai pembaharu manajemen dalam rangka meningkatkan kinerja
organisasi.
c. Sebagai inisiator terhadap organisasi dalam rangka memanfaatkan
peluang guna meningkatkan dan mengembangkan organisasi.
d. Sebagai mediator terhadap pihak lain dalam rangka meningkatkan
kinerja organisasi.
e. Sebagai pemikir dalam rangka pengembangan organisasi.

2.11 Dimensi Pemberdayaan Pekerja


Menurut Khan (1997), adapun model pemberdayaan pekerja antara
lain:
1. Desire
Tahap pertama dalam model empowerment adalah adanya
keinginan dari manajemen untuk mendelegasikan dan melibatkan
pekerjaan yang termaksud hal ini antara lain:
a. Pekerja diberi kesempatan untuk mengidentifikasi permasalahan
yang sedang berkembang.
b. Memperkecil directive personality dan memperluas keterlibatan
pekerja.
c. Mendorong terciptanya perspektif dan memikirkan strategi
kerja.
d. Menggambarkan keahlian team dan melatih karyawan untuk
mengawasi sendiri (self control)
2. Trust
Setelah adanya keinginan dari manajemen untuk melakukan
pemberdayaan, langkah selanjutnya adalah membangun kepercayaan
antara manajemen dan karyawan. Adanya saling percaya diantara
anggota organisasi akan tercipta kondisi yang baik unyuk pertukaran
informasi dan saran adanya rasa takut. Hal-hal yang termasuk dalam
trust antara lain:
a. Memberi kesempatan pada karyawan untuk berpartisipasi dalam
pembuatan kebijakan.
b. Menyediakan waktu dan sumber daya yang mencukupi bagi
karyawan dalam menyelesaikan kerja.
c. Menyediakan pelatihan yang mencukupi bagi kebutuhan kerja.
d. Menghargai perbedaan pandangan dan menghargai kesuksesan
yang diraih oleh karyawan.
e. Menyediakan akses informasi yang cukup.
3. Confident
Langkah selanjutnya setelah adanya saling percaya adalah
menimbulkan rasa percaya diri karyawan dengan menghargai terhadap
kemampuan yang dimiliki oleh karyawan. Hal yang termaksud
tindakan yang dapat menimbulkan confident antara lain:
a. Mendelegasikan tugas yang penting kepada karyawan.
b. Menggali ide dan saran dari karyawan.
c. Memperluas tugas dan membangun jaringan antara departemen.
d. Menyediakan jadwal job instruction dan mendorong
penyelesaian yang baik.
4. Credibility
Langkah keempat menjaga kredibilitas dengan penghargaan dan
mengembangkan lingkungan kerja yang mendorong kompetisi yang
sehat sehingga terciptanya organisasi yang memiliki performance
yang tinggi. Hal ini termaksud credibility antara lain:
a. Memandang karyawan sebagai partner strategis.
b. Peningkatan target di semua bagian pekerjaan.
c. Memperkenalkan inisiatif untuk melakukan perubahan melalui
partisipasi.
d. Membantu menyelesaikan perbedaan-perbedaan dalam
penentuan tujuan dan prioritas.
5. Accountability
Tahap dalam proses pemberdayaan selanjutnya adalah
pertanggung jawaban karyawan pada wewenang yang diberikan.
Dengan menetapkan secara konsisten dan jelas tentang peran, standard
dan tujuan tentang penilaian terhadap kinerja karyawan, tahap ini
sebagai sarana evaluasi terhadap kinerja karyawan dalam penyelesaian
dan tanggung jawab terhadap wewenang yang diberikan. Hal ini yang
termasuk accountability antara lain:
a. Menggunakan jalur training dalam mengevaluasi kinerja
karyawan.
b. Memberikan tugas yang jelas dan ukuran yang jelas.
c. Melibatkan karyawan dalam penentuan standard dan ukuran.
d. Memberikan bantuan kepada karyawan dalam penyelesaian
beban kerja.
e. Menyediakan periode dan waktu pemberian feedback.
6. Communication
Langkah terakhir adalah adanya komunikasi yang terbuka untuk
menciptakan saling memahami antara karyawan dan manajemen.
Keterbukaan ini dapat diwujudkan dengan adanya kritik dan saran
terhadap hasil dan prestasi yang dilakukan pekerja. Hal yang
termaksud dalam communication antara lain:
a. Menetapkan kebijakan open door communication.
b. Menyediakan waktu untuk mendapatkan informasi dan
mendiskusiakan permasalahan secara terbuka.
c. Menciptakan kesempatan untuk cross training.

2.12 Indikator Hasil Pemberdayaan Pekerja


a. Input, meliputi SDM, dana, bahan-bahan, dan alat-alat yang
mendukung kegiatan pemberdayaan pekerja
b. Proses, meliputi jumlah penyuluhan yang dilaksanakan, frekuensi
pelatihan yang dilaksanakan, dan pertemuan-pertemuan yang
dilaksanakan.
c. Output, meliputi jumlah dan jenis usaha kesehatan dan keselamatan
yang bersumber daya pekerja, jumlah pekerja yang telah
meningkatkan pengetahuan dan perilakunya tentang kesehatan dan
keselamatan kerja, dan meningkatnya fasilitas keselamatan di tempat
kerja.
d. Outcome dari pemberdayaan pekerja mempunyai kontribusi dalam
menurunkan angka kesakitan, angka kematian, dan angka
kesecalakaan akibat kerja.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
a. Kemitraan dalam promosi kesehatan adalah suatu hubungan
kerjasama yang dilakukan oleh individu maupun kelompok dalam
rangka mencapai tujuan bersama dengan memperhatikan prinsip
kesetaraan, keterbukaan, dan saling menguntungkan satu sama lain.
Dalam menjalin kemitraan juga perlu dipenuhi beberapa syarat agar
dapat berjalan dengan baik, diantaranya kesamaan perhatian, saling
percaya dan saling menghormati, harus saling menyadari arti
kemitraan, harus ada kesepakatan visi, misi, tujuan dan nilai yang
sama, harus berpijak pada landasan yang sama, serta kesediaan untuk
berkorban. Bukan hanya itu, dalam melakukan kemitraan juga perlu
mengikuti langkah-langkah yang ada yaitu: (1) penjajakan, (2)
penyamaan persepsi, (3) pembagian peran, (4) komunikasi intensif,
(5) pelaksanaan, serta (6) monitoring dan evaluasi. Sedangkan,
b. Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi kepada pekerja
secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti
perkembangan pekerja, serta proses membantu pekerja, agar pekerja
tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek
knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude) dan dari mau
menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek
practice). Dalam pelaksanaan pemberdayaan pekerja perlu
memperhatikan setiap dimensi atau langkah-langkah yang ada,
diantaranya: (1) desire (keinginan manajemen), (2) trust (membangun
kepercayaan), (3) confident (saling percaya), (4) credibility
(kemampuan, kekuatan, dan kualitas), (5) accountability
(pertanggungjawaban), dan (6) Communication (saling terbuka).
3.2 Saran

Diharapkan dengan adanya makalah ini, menjadi salah satu pedoman


bagi pembaca khususnya bagi pihak industri atau perusahaan dalam
melakukan kemitraan dan pemberdayaan pekerja di tempat kerja dengan
efektif. Selain itu, makalah ini juga dapat dijadikan sebagai tolak ukur bagi
suatu industri atau perusahaan dalam menganalisis dan meninjau kembali
terhadap kegiatan kemitraan dan pemberdayaan pekerja yang telah
dilakukan agar dapat meminimalisir segala bentuk kesalah yang dilakukan
sebelumnya. Bukan hanya bermanfaat bagi industri atau perusahaan yang
melakukan kemitraan dan pemberdayaan pekerja, tetapi makalah ini juga
dibuat dengan harapan bagi pembaca dapat memberikan masukan ataupun
saran agar penulis dapat menjadikannya sebagai bahan evaluasi untuk
memperbaiki penulisan kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Hulu, V. T. et al. (2020) Promosi Kesehatan Masyarakat, Yayasan Kita Menulis.

Kaasinen, E. et al. (2020) ‘Empowering and engaging industrial workers with


Operator 4.0 solutions’, Computers and Industrial Engineering. Elsevier,
139(January 2019), p. 105678. doi: 10.1016/j.cie.2019.01.052.

Kemenkes RI. 2016. Promosi Kesehatan. https://promkes.kemkes.go.id/promosi-


kesehatan

Kemenkes RI. Promosi Kesehatan di Daerah Bermasalah Kesehatan.


https://dinkes.jatimprov.go.id/

Leovani, E. (2017) ‘Implementasi Model Pemberdayaan Karyawan (Employee


Empowerment) Di Pt Fifgroup Tbk Cabang Palembang’, Jurnal Manajemen,
20(2), p. 245. doi: 10.24912/jm.v20i2.46.

Purwanti, A., dkk. (2019). Analisis Pelaksanaan Promosi Kesehatan Tempat Kerja
di PT Suri Tani Pemuka Banyuwangi. Majalah Kesehatan Masyarakat Aceh
(MaKMA). 2(1): 1-15.XQolbi, A. N. and Muliawan, P. (2020) ‘Hubungan
Persepsi Iklim Keselamatan Dengan Kepatuhan Pekerja Konstruksi Pada
Program K3 Di Proyek X’, Archive of Community Health, 7(1), p. 1. doi:
10.24843/ach.2020.v07.i01.p01.

Utiarahman, W., Zubaidi, M. and Anu, Z. (2021) ‘Model Pemberdayaan Pekerja


Melalui Wirausaha Somel Di Kelurahan Dulomo Utara’, Student Journal of
Community Empowerment (SJCE), 1(1), pp. 36–46.

Yusuf, M., Oesman, T. I. and Wicaksono, N. A. (2020) ‘Pemberdayaan Karyawan


Dalam Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Berbasis Fault Tree
Analysis’, Jurnal Ergonomi Indonesia (The Indonesian Journal of
Ergonomic), 6(1), p. 52. doi: 10.24843/jei.2020.v06.i01.p07.

Anda mungkin juga menyukai