Anda di halaman 1dari 8

Pengertian Penyelidikan Dan Penyidikan

Penyelidikan Penyidikan

Pasal 1 angka 5 KUHAP Pasal 1 angka 2 KUHAP


yaitu serangkaian tindakan yaitu serangkaian tindakan penyidik
penyelidik untuk mencari dan dalam hal dan menurut cara yang
menemukan suatu peristiwa yang diatur dalam Undang-Undang ini
diduga sebagai tindak pidana guna untuk mencari serta mengumpulkan
menentukan dapat atau tidaknya bukti yang dengan bukti itu
dilakukan penyidikan menurut cara membuat terang tentang tindak
yang diatur dalam undang-undang pidana yang terjadi dan guna
ini. menemukan tersangkanya.
Perbedaan Penyelidik Penyidik

Yang berwenang Setiap pejabat polisi negara 1. pejabat polisi negara


Republik Indonesia Republik Indonesia.
(Pasal 4 KUHAP) 2. pejabat pegawai negeri
sipil tertentu yang diberi
wewenang khusus oleh
undang-undang.
(Pasal 6 KUHAP)
1. menerima laporan atau 1. menerima laporan atau
Wewenangnya pengaduan dari seorang tentang
pengaduan dari seorang tentang
adanya tindak pidana; adanya tindak pidana;
2. mencari keterangan dan barang 2. melakukan tindakan pertama
bukti; pada saat di tempat kejadian;
3. menyuruh berhenti seorang 3. menyuruh berhenti seorang
yang dicurigai dan menanyakan tersangka dan memeriksa tanda
serta memeriksa tanda pengenal pengenal diri tersangka;
diri; 4. melakukan penangkapan,
4. mengadakan tindakan lain penahanan, penggeledahan dan
menurut hukum yang bertanggung penyitaan;
jawab. 5. melakukan pemeriksaan dan
penyitaan surat;
Selain itu, atas perintah penyidik, 6. mengambil sidik jari dan
penyelidik dapat melakukan memotret seorang;
tindakan berupa: 7. memanggil orang untuk
1. penangkapan, larangan didengar dan diperiksa sebagai
meninggalkan tempat, tersangka atau saksi;
penggeledahan dan penahanan; 8. mendatangkan orang ahli yang
2. pemeriksaan dan penyitaan diperlukan dalam hubungannya
surat; dengan pemeriksaan perkara;
3. mengambil sidik jari dan 9. mengadakan penghentian
memotret seorang; penyidikan;
4. membawa dan menghadapkan 10.mengadakan tindakan lain
seorang pada penyidik. menurut hukum yang bertanggung
jawab.
(Pasal 5 KUHAP)
(Pasal 7 ayat [1] KUHAP)
Dokter Sebagai Pembuat Visum Et
Repertum
Visum et repertum (VeR) adalah keterangan tertulis
yang dibuat dokter atas permintaan penyidik yang
berwenang mengenai hasil pemeriksaan medis
terhadap manusia, hidup ataupun mati, ataupun
bagian/diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan
keilmuannya dan di bawah sumpah, untuk kepentingan
peradilan.
Visum et repertum berperan sebagai salah satu alat
bukti yang sah dalam proses pembuktian perkara
pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia.
Dalam hal ini, hasil pemeriksaan dan laporan tertulis ini
akan digunakan sebagai petunjuk sebagaimana yang
dimaksud pada Pasal 184 KUHAP bahwa alat bukti yang
sah yaitu: keterangan saksi, keterangan ahli, surat,
petunjuk, dan keterangan terdakwa.
Dokter Sebagai Pembuat Visum Et
Repertum
Visum et repertum dibuat berdasarkan undang-
undang yaitu pasal 120, 179, dan 133 ayat 1
KUHAP, maka dokter tidak dapat dituntut karena
membuka rahasia pekerjaan sebagaimana diatur
dalam pasal 322 KUHP, meskipun dokter
membuatnya tanpa seizin pasien.
Pasal 50 KUHP mengatakan bahwa barangsiapa
melakukan perbuatan untuk melaksanakan
ketentuan undang-undang, tidak dipidana,
sepanjang visum et repertum tersebut hanya
diberikan kepada instansi penyidik yang
memintanya, untuk selanjutnya dipergunakan
dalam proses pengadilan.
Dokter Sebagai Saksi Ahli

Pasal 1 butir (28) Keterangan ahli adalah keterangan yang


diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus
tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu
perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan
Pasal 120 ayat (1) Dalam hal penyidik menganggap perlu,
ia dapat minta pendapat orang ahli atau orang yang
memiliki keahlian khusus.
Pasal 133 ayat (1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan
peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan
ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang
merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan
permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
Pasal 179 ayat (1) Setiap orang yang diminta pendapatnya
sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli
lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
Dokter Sebagai Saksi Ahli

Pasal 179 ayat (1) KUHAP menyatakan: "Setiap orang


yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran
kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib
memberikan keterangan ahli demi keadilan".
Pasal 133 ayat (2) menyatakan: Keterangan ahli yang
diberikan oleh ahli kedokteran kehakiman disebut
keterangan ahli, sedangkan keterangan yang diberikan
dokter bukan ahli kedokteran kehakiman disebut
keterangan
Pasal 187 huruf c menyatakan bahwa salah satu alat
bukti surat adalah: surat keterangan dari seorang ahli
yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya
mengenai suatu hal atau suatu keadaan yang diminta
secara resmi kepadanya.
DAFTAR PUSTAKA
Andi Hamzah, 2002, Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika
Bambang Poernomo, 1982, Seri Hukum Acara Pidana Pandangan Terhadap Azaz-azaz Umum
Hukum Acara Pidana, Liberty, Yogyakarta,
Erni Widhayanti, 1988, Hak-hak Tersangka/Terdakwa di Dalam KUHAP, Liberty, Yogyakarta
Hartanto dan Murofiqudin, 2001, Undang-Undang Hukum Acara Pidana Indonesia dengan
Undang-Undang Pelengkapnya, Surakarta, Muhamadiyah University Press
Hari Sasangka dan Lily Rosita, 2003, Hukum Pembuktian Dalam Perkara Pidana,Mandar Maju,
Bandung
Tolib Setiady, 2009, Pokok-pokok Ilmu Kedokteran Kehakiman, Alfabeta, Bandung
Waluyadi, 2007, Ilmu Kedokteran Kehakiman Dalam Perspektif Peradilan dan Aspek Hukum
Praktik Kedokteran, Djambatan, Jakarta
Yahya Harahap, 1993, Pembahasan dan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Pustaka Kartini,
Jakarta
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana; Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1981 Tentang KUHAP;
---------------------------, Undang-Undang Nomor 39 Tahun2009 Tentang Kesehatan;
----------------------------, Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran;
---------------------------, Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 2010;

Anda mungkin juga menyukai