Anda di halaman 1dari 17

UNIVERSITAS PAMULANG Program Studi S1 Hukum

PERTEMUAN 5

PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN

A. TUJUAN BELAJAR

1.1 Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pengertian penyelidikan;

1.2 Mahasiswa dapat mengemukakan pihak yang melakukan


penyelidikan, serta memahami wewenang penyelidik;

1.3 Mahasiswa dapat menjelaskan tata cara penyelidikan yang sesuai


dengan ketentuan Hukum Acara Pidana serta menganalisa proses
penyelidikan pada perkara konkrit yang terjadi di masyarakat;

1.4 Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pengertian penyidikan;

1.5 Mahasiswa dapat mengemukakan pihak yang melakukan


penyidikan, serta memahami wewenang penyidik;

1.6 Mahasiswa dapat menjelaskan tata cara penyidikan, serta


menganalisa proses penyelidikan pada perkara konkrit yang terjadi
di masyarakat.

B. URAIAN MATERI

Tujuan Pembelajaran 1.1

PENGERTIAN PENYELIDIKAN

KUHAP telah dengan tegas mendefinisikan apa yang dimaksud


“penyelidikan”. Dalam Pasal 1 Butir 4, disebutkan bahwa penyelidikan adalah

HUKUM ACARA PIDANA 70


UNIVERSITAS PAMULANG Program Studi S1 Hukum

“serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa


yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya
dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini”.1

Dari pengertian di atas, maka akan tampak bahwa penyelidikan


merupakan tindakan awal dari suatu penyidikan. Namun, penyelidikan bukalah
tindakan yang terpisah dengan penyidikan. Akan tetapi merupakan satu kesatuan
yang utuh, rangakaian yang tidak terpisahkan dengan penyidikan. Namun
demikian, tidak semua penyidikan dilakukan dengan didahuli penyelidikan.

Penyidikan tidak didahului dengan penyelidikan manakala suatu peristiwa


yang terjadi sudah nyata sebagai perbuatan pidana yang didukung dengan bukti
permulaan. Sebagai contoh, seorang polisi melakukan penangkapan terhadap
seseorang atau sekelompok orang yang sedang menggunakan narkotika. Atau
KPK yang melakukan penangkapan seorang pejabat negara yang sedang
menerima sejumlah uang suap dari seorang perngusaha.

Tujuan Pembelajaran 1.2

PIHAK YANG MELAKUKAN PENYELIDIKAN

Orang yang melakukan penyelidikan adalah penyelidik. Menurut Pasal 1


Butir 4 KUHAP, “penyelidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia
yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penyelidikan”.

Selain dari unsur kepolisian, ada juga penyelidik dari institusi lain: BNN
untuk kasus yang berkaitan dengan narkotika, Komnas HAM untuk kasus HAM
Berat, KPK untuk kasus korupsi, pencucian uang, Ditjen HAKI untuk kasus

1
Pengertian ini juga diadopsi dalam Pasal 1 Angka 9 Undag-Undang No.2 Tahun 2002 Tentang
Kepolisan Negara Republik Indonesia

HUKUM ACARA PIDANA 71


UNIVERSITAS PAMULANG Program Studi S1 Hukum

HAKI, Ditjen Imigrasi untuk kasus terkait keimigrasioan , Bea Cukai untuk
kasus penyelundupan dan lain-lain.

WEWENANG PENYELIDIK

Kewenangan penyidik, diatur dengan tegas dalam Pasal 5 KUHAP yang


berbunyi:

(1) “Penyelidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4:


a. karena kewajibannya mempunyai wewenang:
1. menerima laporan atau pengaduan dari seorang
tentang adanya tindak pidana;
2. mencari keterangan dan barang bukti;
3. menyuruh berhenti seorang yang dicurigai dan
menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri;
4. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang
bertanggung jawab.
b. atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan
berupa:
1. penangkapan, larangan meninggalkan tempat,
penggeledahan dan penahanan;
2. pemeriksaan dan penyitaan surat;
3. mengambil sidik jari dan memotret seorang;
4. membawa dan menghadapkan seorang pada
penyidik.
(2) Penyelidik membuat dan menyampaikan laporan hasil
pelaksanaan tindakan sebagaimana tersebut pada ayat (1)
huruf a dan huruf b kepada penyidik”.

Dari ketetuan Pasal tersebut, kewenangan penyelidik dapat dirinci sebagai


berikut:

1. Menerima laporan;

HUKUM ACARA PIDANA 72


UNIVERSITAS PAMULANG Program Studi S1 Hukum

2. Mencari keterangan dan barang bukti;

3. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai;

4. Tindakan lain menurut hukum.

Ketentuan Pasal 5 Ayat (1) huruf a butir 4 ini, menurut Yahya Harahap
sangat kabur rumusannya. Dalam penjelasannya juga demikian.

Penjelasan Pasal 5 Ayat (1) huruf a butir 4:

“Yang dimaksud dengan "tindakan lain" adalah tindakan dari


penyelidik untuk kepentingan penyelidikan dengan syarat:
a) tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum;
b) selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan
dilakukannya tindakan jabatan;
c) tindakan itu harus patut dan masuk akal dan termasuk
dalam lingkungan jabatannya
d) atas pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan
memaksa;
e) menghormati hak asasi manusia”.

Yahya Harahap berpendapat, penjelasan Pasal tersebut seolah


memberikan keleluasaan pada penyelidik untuk bertindak sesuasi kehendaknya
dengan dalih bahwa apa yang dilakukannya merupakan tindakan yang harus
dilakukan dan masih selaras dengan kewajiban sebagaimana dalam penjelasan
huruf b dan c 2.

1. “Melakukan penangkapan, larangan meninggalkan tempat,


melakukan penggeladahan, dan penyitaan.
2. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat.
3. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang.
4. Membawa dan menghadapkan seseoramg peada penyidik”

2
M Yahya Harahap, 2006, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP; Penyidikan dan
Penuntutan, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 106

HUKUM ACARA PIDANA 73


UNIVERSITAS PAMULANG Program Studi S1 Hukum

Tujuan Pembelajaran 1.3

TATA CARA PENYELIDIKAN

Berbekal informasi awal, seorang penyelidik melakukan penyelidikan.


Adapun informasi diperoleh penyelidik dari laporan, pengaduan dari masyarakat,
atau tertangkap tangan.

Laporan adalah yaitu pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang


karena hak atau kewajiban berdasarkan undang-undang kepada pejabat yang
berwenang tentang telah atau sedang atau diduga akan terjadinya peristiwa
pidana (Pasal 1 butir 24 KUHAP). Sedangkan pengaduan adalah pemberitahuan
disertai permintaan oleh pihak yang berkepentingan kepada pejabat yang
berwenang untuk menindak menurut hukum seseorang yang telah melakukan
tindak pidana aduan yang merugikan (Pasal 1 butir 25 KUHAP).

Tertangkap tangan adalah tertangkapnya seseorang pada waktu sedang


melakukan tindak pidana, atau dengan segera sesudah beberapa saat tindak
pidana itu dilakukan, atau sesaat kemudian diserukan oleh khalayak ramai
sebagai orang yang melakukannya atau apabila sesaat kemudian padanya
ditemukan benda yang diduga keras telah dipergunakan untuk melakukan tindak
pidana itu yang menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya atau turut melakukan
atau membantu melakukan tindak pidana itu (Pasal 1 butir 19).

Dalam melakukan penyelidikan, seorang penyelidik berkoordinasi dengan


penyidik. Koordinasi dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh saran-saran
yang diperlukan.

Dalam melakukan penyelidikan, seorang penyelidik harus memperhatikan


hal-hal yang berkaitan dengan administrasi penyelidikan, yaitu sebagai berikut:3

1. “Surat Perintah Tugas

3
Pasal 9 Peraturan Kapolri No. 14 Tahuan 2012 tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana

HUKUM ACARA PIDANA 74


UNIVERSITAS PAMULANG Program Studi S1 Hukum

2. Surat Perintah Penyelidikan

3. LHP (Laporan Hasil Penyelidikan)”

Surat Perintah

Seorang penyelidik dalam melaksanakan tugas penyelidikan, wajib


dilengkapi dengan surat perintah penyelidikan yang ditandatangani oleh atasan
penyelidik selaku Penyidik (Pasal 13 poin 1 Peraturan Kapolri No. 14 Tahuan
2012 tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana).

Rencana Penyelidikan

Sebelum melakukan penyelidikan, penyelidik wajib membuat rencana


penyelidikan yang setidaknya memuat surat perintah penyelidikan, jumlah dan
identitas penyidik/penyelidik yang akan melaksanakan penyelidikan, objek
sasaran, target hasil penyelidikan, kegiatan yang akan dilakukan dalam
penyelidikan dengan metode sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan,
peralatan, perlengkapan yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan
penyelidikan, waktu yang diperlukan dalam pe laksanaan kegiatan penyelidikan;
dan kebutuhan anggaran penyelidikan (Pasal 16 Peraturan Kapolri No. 14 Tahuan
2012 tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana).

Penyelidikan dilakukan baik sebelum maupun setelah ada laporan atau


pengaduan. Dalam hal penyelidikan dilakukan sebelum adanya laporan atau
pengaduan, maka penyelidikan tersebut bertujuan untuk mencari dan menemukan
tindak pidana. Sedangkan jika penyelidikan dilakukan setelah ada laporan atau
pengaduan, maka merupakan bagian atau salah satu cara dalam melakukan
penyidikan untuk: “(a) menentukan suatu peristiwa yang terjadi merupakan
tindak pidana atau bukan; (b) membuat terang suatu perkara sampai dengan

HUKUM ACARA PIDANA 75


UNIVERSITAS PAMULANG Program Studi S1 Hukum

menentukan pelakunya, dan (c) dijadikan sebagai dasar melakukan upaya paksa”.
(Pasal 11 Peraturan Kapolri No. 14 Tahuan 2012 tentang Manajemen Penyidikan
Tindak Pidana).

Dalam melakukan penyelidikan, seorang penyelidik dapat melakukan


kegiatan sebagai berikut:4

a. Pengolahan TKP;

b. Pengamatan (observasi);

c. wawancara(interview);

d. pembuntutan (surveillance);

e. penyamaran (undercover);

f. pelacakan (tracking); dan

g. penelitian dan analisis dokumen;

dengan sasaran penyelidikan sebagai berikut:

a. orang;

b. benda atau barang;

c. tempat;

d. peristiwa/kejadian; dan

e. kegiatan.

Tahapan berikutnya yang dilakukan penyelidik adalah melakukan


pemeriksaan klarifikasi terhadap Pelapor atau Korban, atau melakukan
pemeriksaan klarifikasi terhadap orang yang relevan dengan dugaan tindak
pidana yang terjadi. Selanjutnya selama proses penyelidikan, Penyelidik dapat
dilakukan gelar perkara sesuai kebutuhan.

4
Pasal 12 Peraturan Kapolri No. 14 Tahuan 2012 tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana

HUKUM ACARA PIDANA 76


UNIVERSITAS PAMULANG Program Studi S1 Hukum

Laporan Hasil Penyelidikan

Jika penyelidikan selesai, kemudian penyelidik membuat laporan hasil


penyelidikan kepada pejabat pemberi perintah (Pasal 13 Peraturan Kapolri No.
14 Tahuan 2012 tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana)

Tujuan Pembelajaran 1.4

PENGERTIAN PENYIDIKAN

Penyidikan merupakan tahapan penyelesaian suatu perkara setelah


penyelidikan yang merupakan tahapan permulaan mencari ada atau tidaknya
tindak pidana dalam suatu peristiwa. Jika setelah dilakukan penyelidikan dan
kemudian diketahui bahwa dalam perkara yang diselidiki dikualifikasi sebagai
tindak pidana, maka saat itulah penyidikan dapat dilakukan berdasarkan hasil
penyelidikan. Pada tindakan penyelidikan, penekanannya diletakkan pada
tindakan untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang dianggap atau
diduga sebagai tindakan pidana. Sedangkan pada penyidikan titik berat
penekanannya diletakkan pada tindakan dalam rangka mencari serta
mengumpulkan bukti. Penyidikan bertujuan membuat terang tindak pidana
yang ditemukan dan juga menentukan pelakunya.

Kata “penyidikan” merupakan padanan dari kata “pengusutan” yang


merupakan terjemahan dari istilah Belanda “Usporing” atau dalam bahasa
Inggrinya “Investigation”. Istilah penyidikan ini pertama-tama digunakan
sebagai istilah yuridis dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1961 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Kepolisian Negara5. KUHAP kemudian

5
Didik Endro Purwoleksono at all, 2010, Naskah Akademik tentang Hukum Acara Pidana, Badan
Pembinaan Hukum Nasional, Jakarta, hlm. 10

HUKUM ACARA PIDANA 77


UNIVERSITAS PAMULANG Program Studi S1 Hukum

menggunakan istilah itu sebagai “istilah baru”, sebagaimana dalam Pasal 1 butir
2, bahwa:

“penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidikan dalam hal dan menurut


cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan
bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi
dan guna menemukan tersangkanya”.

Sementara itu, De Pinto memberikan pengertian bahwa yang dimaksud


penyidikan adalah “Pemeriksaan permulaan oleh pejabat – pejabat yang untuk itu
ditunjuk oleh undang-undang segera setelah mereka dengan jalan
apapunmendengar kabar yang sekedar beralasan bahwa ada terjadi suatu
pelanggaran hukum”6.

Berpijak pada rumusan Pasal 1 butir 2 tersebut diperoleh pengertian,


bahwa penyidikan merupakan aktivitas yuridis yang dilakukan oleh penyidik
untuk menemukan kebenaran material (terjemahan dari kalimat “membuat terang
tentang tindak pidana yang terjadi). Dalam melakukan penyidikan ini, rumusan
perundang-undangan harus dijadikan rujukan dalam melaksanakan tugas
penyidikan.7

Penyidikan dinyatakan mulai dengan ditandai secara formal prosedural


yakni dikeluarkannya surat perintah penyidikan oleh pejabat yang berwenang di
instansi penyidik. Dengan demikian penyidikan sebagaimana yang dimaksud
dalam KUHAP dimulai, bila penyidik melakukan wewenangnya selaku penyidik
berdasarkan Surat Perintah penyidikan yang sah yang diberikan pejabat yang
berwenang. Surat Perintah penyidikan adalah alat pengaman yang sangat efektif

6
MR. R Tresna, 1957, Peradilan di Indonesia Dari Abad ke Abad, Amsterdam, Jakarta, hlm. 72
7
Op Cit. Didik Endro Purwoleksono at all, hlm. 10

HUKUM ACARA PIDANA 78


UNIVERSITAS PAMULANG Program Studi S1 Hukum

untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan wewenang dan dipihak tersangka


berarti jaminan dan perlindungan terhadap hak-hak dan martabat tersangka.8

Rusli Muhammad mengutarakan, bahwa tujuan dalam melakukan


penyidikan terhadap tindak pidana diharapkan dapat diperoleh
keterangan-keterangan berupa:9

a. “Jenis dan kualifikasi tindak pidana yang terjadi Jenis-jenis


tindak pidana banyak sekali dan dalam satu jenis tindak
pidana terdapat beberapa kualifikasi, antara lain pembunuhan
berencana, pembunuhan biasa, dan sebagainya. Penyidikan
yang dilakukan adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk
tindak pidana apa yang sesungguhnya telah terjadi sehingga
dapat menentukan pasal-pasal yang dilanggarnya.
b. Waktu tindak pidana dilakukan Penyidikan yang dilakukan
harus dapat mengungkap waktu dilakukannya suatu kejahatan.
Waktu tersebut berkaitan dengan tanggal/hari, bulan dan tahun
dilakukannya suatu tindak pidana. Mengungkapkan waktu
dilakukannya tindak pidana untuk memberikan keyakinan
tentang terjadinya suatu tindak pidana dan untuk dapat
dijadikan ukuran jika adanya alibi atau dalih pengingkaran
dari pelaku.
c. Tempat terjadinya tindak pidana Tempat terjadinya tindak
pidana dimaksudkan adalah tempat si pelaku melakukan
kejahatannya. Tempat dapat terjadi pada suatu lokasi tertentu
atau di beberapa lokasi. Penyidikan dilakukan maksudnya
adalah untuk mengetahui di mana tindak pidana itu dilakukan.
Kegunaannya adalah selain memudahkan penyidik mencari
keterangan dan menemukan saksi dan barang bukti yang
digunakan oleh pelaku, juga dapat dijadikan ukuran jika ada
alibi atau dalih pengingkaran dari pelaku bahwa terjadinya
kejahatan tidak berada di tempat tersebut.
d. Dengan apa tindak pidana dilakukan Dalam penyidikan hal
yang penting diungkapkan adalah alat-alat yang digunakan
pelaku di dalam melakukan kejahatannya. Alat ini dapat
8
H. Hamrat Hamid dan Harun M.Husein, 1997, Pembahasan Permasalahan KUHAP dibidang
Penyidikan, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 36
9
Rusli Muhammad, 2007, Hukum Acara Pidana Kontemporer, Citra Aditya Bakti, Bandung . hlm.
58-59.

HUKUM ACARA PIDANA 79


UNIVERSITAS PAMULANG Program Studi S1 Hukum

dijadikan sebagai barang bukti oleh penyidik dan di depang


sidang pengadilan dapat berguna untuk mendukung alat-alat
bukti yang ada sehingga menambah keyakinan hakim di
dalam menjatuhkan putusannya.
e. Alasan dilakukannya tindak pidana Keterangan yang perlu
diungkap penyidik di dalam melakukan penyidikan adalah
alasan yang mendorong dilakukannya tindak pidana.
Maksudnya adalah untuk mengetahui apa sesungguhnya yang
menyebabkan pelaku melakukan kejahatannya, apa tujuan
yang hendak dicapainya sehingga melakukan kejahatan.
Adapun alasan-alasan dilakukannya tindak pidana akan dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan hakim dalam
menjatuhkan berat ringannya pidana.
f. Pelaku tindak pidana Keterangan terpenting yang harus
diungkapkan dalam penyidikan adalah pelaku dari tindak
pidana itu. Keterangan ini untuk menyimpulkan siapa
sebenarnya tersangka yang melakukan tindak pidana dengan
melihat antara keterangan-keterangan yang telah diperoleh
melalui alat-alat bukti lainnya”.

Tujuan Pembelajaran 1.5

PIHAK YANG MELAKUKAN PENYIDIKAN, WEWENANG


PENYIDIK

Pihak yang melakukan pernyidikan menurut Pasal 6 KUHAPPP No. 58


Tahun 2010 dan Pasal 24 adalahPejabat Polisi Negara Republik Indonesia yang
sekurang-kurangnya berpangkat Inspektur II polisi dan pejabat Pegawai Negeri
Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang yang
sekurang-kurangnya berpangkat Pengatur Muda Gol. IIIa atau sederajat.

Penyidik (Polri) memiliki kewenangan sebagai berikut (Pasal 7 Ayat (1)


KUHAP:

a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang terjadinya tindak


pidana;

HUKUM ACARA PIDANA 80


UNIVERSITAS PAMULANG Program Studi S1 Hukum

b. melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;

c. menyuruh berhenti seseorang dan memeriksa surat atau tanda pengenal diri
yang bersangkutan;

d. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan,


pemeriksaan surat, dan penyadapan;

e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang;

f. memanggil orang untuk diperiksa sebagai tersangka atau diminta


keterangan sebagai saksi;

g. mendengarkan keterangan ahli yang diperlukan dalam hubungannya


dengan pemeriksaan perkara;

h. melakukan penghentian penyidikan;

i. melakukan pengamatan secara diam-diam terhadap suatu tindak pidana;


dan

j. melakukan tindakan lain sesuai dengan ketentuan peraturan.

Sementara itu, Penyidik PPNS wewenangnya diatur sebagaimana tertera


pada undang-undangnya masing-masing.

Tujuan Pembelajaran 1.6

TATA CARA PENYIDIKAN

Setelah laporan atau pengaduan tentang adanya tindak pidana, maka


penyidikan akan segera dilakukan. Penyidik yang mengetahui, menerima laporan
atau pengaduan tentang terjadinya suatu peristiwa yang patut diduga merupakan

HUKUM ACARA PIDANA 81


UNIVERSITAS PAMULANG Program Studi S1 Hukum

tindak pidana wajib segera melakukan tindakan penyidikan yang diperlukan


(Pasal 106 KUHAP).

Penyidikan yang dilakukan penyidik pegawai negeri sipil akan


disupervisi oleh penyidik Polri. Hal ini sangatlah wajar, mengingat saat hasil
penyidikan akan diserahkan ke penuntut umum melalui penyidik Polri.

Dalam hal suatu peristiwa yang patut diduga merupakan tindak pidana,
sedang dalam penyidikan oleh penyidik pegawai negeri sipil tertentu dan
kemudian ditemukan bukti yang kuat untuk diajukan kepada penuntut umum,
penyidik pegawai negeri sipil tertentu tersebut melaporkan hal itu kepada
penyidik Polri. Dalam hal tindak pidana telah selesai disidik oleh penyidik
pegawai negeri sipil tertentu tersebut bisa segera menyerahkan hasil
penyidikannya kepada penuntut umum melalui penyidik Polri (Pasal 107 ayat (1)
s.d. Ayat (3) KUHAP). 10

Saat penyidik memulai penyidikannya, maka penyidik wajib


memberitahukan kepada penuntut umum selambat-lambatanya 7 hari.11 Surat
pemberitahuan ini biasa dikenal dengan sebutan “SPDP” atau Surat
Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan”.

Dalam hal penyidikan dihentikan, maka penyidik memberitahukan


penuntut umum. Dan jika pemberhentian penyidikan dilakukan oleh penyidik
PPPNS, maka penyidik PPNS menyerahkan hasil penyidikannya kepada
penyidik Polri (Pasal 107 ayat (1) s.d. (3) KUHAP).

10
Mohammad Taufik Makarao dan Suhasril, 2010, Hukum Acara Pidana dalam Teori dan
Praktek, Ghalia Indonesia, Bogor, hlm. 24

11
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 130/PUU-XIII/2015

HUKUM ACARA PIDANA 82


UNIVERSITAS PAMULANG Program Studi S1 Hukum

Jika penyidikan dianggap lengkap, maka selanjutnya penyidik


menyerahkan hasil penyidikannya kepada penuntut umum beserta tersangkanya.
Praktek pelimpahan ini biasa dikenal dengan sebutan “P-19”.

Kesimpulan

Penyelidikan adalah “serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan


menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan
dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam
undang-undang ini”.

Penyelidikan merupakan tindakan yang utuh, berakitan erat dengan


penyidikan. Namun demikian, tidak semua penyidikan selalui diawalai dengan
penyelidikan.

Penyelidik adalah “penyelidik adalah pejabat polisi negara Republik


Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan
penyelidikan”.

Kewenangan Penyelidik:

1. Menerima laporan.

a. Mencari keterangan dan barang bukti.

b. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai.

c. Tindakan lain menurut hukum.

2. Tahapan Penyelidikan:

a. Surat Perintah.

b. Ada rencana penyelidikan.

HUKUM ACARA PIDANA 83


UNIVERSITAS PAMULANG Program Studi S1 Hukum

c. Laporan hasil Penyelidikan.

Penyidikan merupakan tahapan penyelesaian suatu perkara setelah


penyelidikan yang merupakan tahapan permulaan mencari ada atau tidaknya
tindak pidana dalam suatu peristiwa.

Pihak yang melakukan Penyidikan

Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia yang sekurang-kurangnya


berpangkat Inspektur II polisi dan pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang
diberi wewenang khusus oleh undang-undang yang sekurang-kurangnya
berpangkat Pengatur Muda Gol. IIIa atau sederajat.

Penyidik (Polri) memiliki kewenangan sebagai berikut (Pasal 7 Ayat (1)


KUHAP:

a. “menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang


terjadinya tindak pidana;
b. melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;
c. menyuruh berhenti seseorang dan memeriksa surat atau tanda
pengenal diri yang bersangkutan;
d. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan,
penyitaan, pemeriksaan surat, dan penyadapan;
e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
f. memanggil orang untuk diperiksa sebagai tersangka atau
diminta keterangan sebagai saksi;
g. mendengarkan keterangan ahli yang diperlukan dalam
hubungannya dengan pemeriksaan perkara;
h. melakukan penghentian penyidikan;
i. melakukan pengamatan secara diam-diam terhadap suatu
tindak pidana; dan
j. melakukan tindakan lain sesuai dengan ketentuan peraturan”.

HUKUM ACARA PIDANA 84


UNIVERSITAS PAMULANG Program Studi S1 Hukum

C. LATIHAN SOAL / TUGAS

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan penyelidikan!

2. Kemukakan pihak yang dapat melakukan penyelidikan menurut Kitab


Undang-Undang Hukum Acara Pidana, dan kemukakan pula lingkup
kewenangannya dalam upaya penyelidikan!

3. Jelaskan tata cara penyelidikan yang baik menurut Kitab


Undang-Undang Hukum Acara Pidana! Dari serangkaian tata cara
penyelidikan yang ditentukan KUHAP, adakah hal yang seringkali
diabaikan penyelidik dalam melakukan upaya penyelidikan?

4. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan penyidikan!

5. Kemukakan pihak yang dapat melakukan penyidikan menurut Kitab


Undang-Undang Hukum Acara Pidana, dan kemukakan pula lingkup
kewenangannya dalam upaya penyidikan!

6. Jelaskan tata cara penyidikan yang baik menurut Kitab Undang-Undang


Hukum Acara Pidana! Dari serangkaian tata cara penyidikan yang
ditentukan KUHAP, adakah hal yang seringkali diabaikan penyidik
dalam melakukan upaya penyidikan?

D. DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Purwoleksono, Didik Endro at all. 2010, Naskah Akademik tentang Hukum


Acara Pidana, Badan Pembinaan Hukum Nasional, Jakarta

Hamid, H. Hamrat dan Harun M.Husein. 1997, Pembahasan Permasalahan


KUHAP dibidang Penyidikan, Sinar Grafika, Jakarta

HUKUM ACARA PIDANA 85


UNIVERSITAS PAMULANG Program Studi S1 Hukum

Harahap, M Yahya. 2006, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP;


Penyidikan dan Penuntutan, Sinar Grafika, Jakarta

Makarao, Mohammad Taufik dan Suhasril. 2010, Hukum Acara Pidana dalam
Teori dan Praktek, Ghalia Indonesia, Bogor

Tresna, MR. R. 1957, Peradilan di Indonesia Dari Abad ke Abad, Amsterdam,


Jakarta

Muhammad, Rusli. 2007, Hukum Acara Pidana Kontemporer, Citra Aditya


Bakti, Bandung

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

______Peraturan Kapolri No. 14 Tahuan 2012 tentang Manajemen Penyidikan


Tindak Pidana

______Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 130/PUU-XIII/2015

______Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisan Negara Republik


Indonesia

HUKUM ACARA PIDANA 86

Anda mungkin juga menyukai