6/Ags/2017
155
Lex Crimen Vol. VI/No. 6/Ags/2017
4 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Op-Cit, hal. 14. 5 Tim Viva Justicia, Op-Cit, hal. 58.
156
Lex Crimen Vol. VI/No. 6/Ags/2017
d. melakukan penangkapan,
penahanan, penggeledahan dan Pemeriksaan yang dilakukan oleh penyidik
penyitaan; difokuskan sepanjang hal yang menyangkut
e. melakukan pemeriksaan dan persoalan hukum. Titik pangkal pemeriksaan
penyitaan surat; dihadapan penyidik ialah tersangka. Dari dialah
f. mengambil sidik jari dan memotret diperoleh keterangan mengenai peristiwa
seorang; pidana yang sedang diperiksa. Akan tetapi,
g. memanggil orang untuk didengar sekalipun tersangka yang menjadi titik tolak
dan diperiksa sebagai tersangka pemeriksaan, terhadapnya harus diberlakukan
atau saksi; asas akusatur. Tersangka harus ditempatkan
h. mendatangkan orang ahli yang pada kedudukan manusia yang memiliki harkat
diperlukan dalam hubungannya martabat. Dia harus dinilai sebagai subjek,
dengan pemeriksaan perkara; bukan sebagai objek. Yang diperiksa bukan
i. mengadakan penghentian manusia tersangka. Perbuatan tindak pidana
penyidikan; yang dilakukannyalah yang menjadi objek
j. mengadakan tindakan lain menurut pemeriksaan. Pemeriksaan tersebut ditujukan
hukum yang bertanggung jawab. ke arah kesalahan tindak pidana yang dilakukan
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam oleh tersangka. Tersangka harus dianggap tak
Pasal 6 ayat (1) huruf b mempunyai bersalah, sesuai dengan prinsip hukum
wewenang sesuai dengan “praduga tak bersalah” (presumption of
UndangUndang yang menjadi dasar innocent ) sampai diperoleh putusan
hukumnya masing-masing dan dalam pengadilan yang telah berkekuatan hukum
pelaksanaan tugasnya berada dibawah tetap. Pada pemeriksaan tindak pidana, tidak
koordinasi dan pengawasan penyidik selamanya hanya tersangka saja yang harus
tersebut dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a. diperiksa. Adakalanya diperlukan pemeriksaan
(3) Dalam melakukan tugasnya saksi atau ahli. Demi untuk terang dan jelasnya
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) peristiwa pidana yang disangkakan. Namun,
dan ayat (2), penyidik wajib kepada tersangka harus ditegakkan
menjunjung tinggi hukum yang perlindungan harkat martabat dan hak-hak
berlaku.6 asasi, kepada saksi dan ahli, harus juga
Dalam melaksanakan tugasnya tersebut diperlakukan dengan cara yang
Penyidik wajib menjunjung tinggi hukum yang berperikemanusiaan dan beradab.
berlaku. Untuk itu Penyidik membuat berita
acara pelaksanaan tindakan (Pasal 75 KUHAP) A. Akibat Hukum Penolakan Penandatanganan
tentang: Berita Acara Pemeriksaan Perkara Oleh
1. Pemeriksaan tersangka; Tersangka Pada Tingkat Penyidikan
2. Penangkapan; BAP adalah pencatatan dari hasil
3. Penahanan; pemeriksaan verbalisan atas suatu perkara
4. Penggeledahan; pidana, baik berisi keterangan saksi maupun
5. Pemasukan rumah; 6. Penyitaan benda; keterangan tersangka. Merujuk pada Kitab
7. Pemeriksaan surat; Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP),
8. Pemeriksaan saksi; Pasal 1 angka 27, keterangan saksi adalah salah
9. Pemeriksaan tempat kejadian; satu alat bukti dalam perkara pidana yang
10. Pelaksanaan Penetapan dan Putusan berupa keterangan dari saksi mengenai suatu
Pengadilan peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat
157
Lex Crimen Vol. VI/No. 6/Ags/2017
sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut Selanjutnya di sebutkan dalam hal tersangka
alasan dari pengetahuannya itu. Sedangkan tidak mau menandatangani berita acara
pada angka 14 Pasal yang sama menjelaskan, pemeriksaan ia harus memberikan alasan yang
tersangka adalah seorang yang karena kuat. Dalam hubungan ini alasan-alasan yang
perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan diajukan tersebut haruslah alasan yang masuk
bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku akal dan alasan-alasan tersebut harus dicatat
tindak pidana. Secara hukum, hanya Tersangka dalam berita acara pemeriksaan tersangka.
yang boleh meminta turunan/salinan BAP yang Dalam prakteknya tersangka atau saksi telah
telah ditandatanganinya, yaitu hanya untuk diperiksa keterangannya dan berita acara
disimpan Tersangka/ Penasihat Hukumnya pemeriksaan itu sudah selesai diketik lalu
sendiri untuk kepentingan pembelaannya. dibacakan kembali oleh pejabat pemeriksa
Adapun dasar hukumnya telah diatur dan kepada orang yang didengar keterangannya.
ditegaskan dalam Pasal 72 KUHAP, yang Jikalau ia setuju maka lalu dipersilahkan
berbunyi sebagai berikut: “Atas permintaan menandatanganinya, kalau ia tidak mau
Tersangka atau Penasihat Hukumnya pejabat menandatanganinya, ditanyakan apa alasannya,
yang bersangkutan memberikan turunan berita biasanya menganggap tidak perlu, hal mana
acara pemeriksaan untuk kepentingan semua harus disebutkan dalam berita acara.
pembelaannya” Akibat dari seorang tersangka yang menolak
Hal ini dimaksudkan untuk menghormati menandatangani berita acara pemeriksaan
oleh Asas Praduga Tak Bersalah (Presumption akan terlihat pada saat tersangka diperiksa
of Innocence) sebagai asas Hukum Acara Pidana dimuka persidangan, dimana hakim akan
yang bersifat universal (Butir 3 c Penjelasan menanyakan apakah alasan tersangka menolak
KUHAP). Artinya, jangan sampai BAP saksi menandatanganinya, apabila tersangka
tersebut jatuh ke tangan orang yang tidak menolak menandatanginya karena isi dari
bertanggung jawab dan menjadi konsumsi berita acara pemeriksaan tidak sesuai dengan
publik, sementara dugaan tindak pidana apa yang dilakukan tersangka maka hakim akan
tersebut belum terbukti dengan adanya memanggil penyidik ke muka pengadilan untuk
Putusan Pengadilan yang menyatakan diperiksa dan mempertimbangkan mana yang
kesalahannya, dan telah berkekuatan hukum benar. Apabila alasan yang dikemukakan oleh
tetap (Inkracht Van Gewijsde). Selain itu, secara tersangka tidak jelas dan berbelit-belit maka
hukum, keterangan saksi sebagai alat bukti tersangka dapat dikenakan sanksi yang
(yang sah) adalah apa yang saksi nyatakan di memberatkan. Kemudian apabila alasan
sidang pengadilan (vide Pasal 185 ayat (1) tersangka menolak menandatanganinya kuat
KUHAP). atau sesuai dengan fakta maka dapat
Penyebab penolakan penandatanganan memperingan atau bahkan dapat
Berita Acara Pemeriksaan penyidikan dalam mengakibatkan batal demi hukum sesuai
perkara pidana sering disebabkan karena dengan ketentuan yang ada.
tersangka tidak mau dilakukan pemeriksaan Apabila dalam proses persidangan ada
sebagai Tersangka. seorang terdakwa mengakui didepan hakim
Dalam beberapa kasus Tersangka menolak bahwa penandatanganan berita acara
untuk menandatangani berita acara pemeriksaan itu tidak sah karena pada saat
pemeriksaan dengan alasan: akan menandatanganinya tersangka atau
1. Isi pemeriksaan dalam berita acara tidak terdakwa dalam keadaan dipaksa dan ancaman
sesuai dengan keterangan yang dari pihak lain, maka hakim akan kembali
diberikannya. memeriksa dan memanggil pihak penyidik
2. Tersangka tidak mau mengakui segala untuk dicari kebenarannya dan saksi-saksi yang
bentuk perbuatan yang dilakukannya. terkait. Apabila yang dilakukan atau dikatakan
3. Adanya pemerasan, ancaman, atau tersangka tidak benar maka tersangka atau
paksaan dari orang lain. terdakwa dapat dikenakan sanksi yang
memberatkan, tetapi sebaliknya semua yang
158
Lex Crimen Vol. VI/No. 6/Ags/2017
159
Lex Crimen Vol. VI/No. 6/Ags/2017
berpendapat bahwa hasil penyidikan tersebut Setiap aparat Kepolisian harus dapat
kurang lengkap, penuntut umum segera mencerminkan kewibawaan Negara dan
mengembalikan berkas perkara tersebut menunjukan disiplin yang tinggi dikarenakan
kepada penyidik disertai petunjuk untuk polisi pada hakekatnya adalah sebagai
dilengkapi. pengaturan di dalam penegakan hukum di
Apabila pada saat penyidik menyerahkan Indonesia. Hal ini sesuai dengan UU No. 2
hasil penyidik, dalam waktu 14 hari penuntut Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
umum tidak mengembalikan berkas tersebut, Indonesia, khususnya dalam Pasal 5 disebutkan
maka penyidikan dianggap selesai. bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia
Dengan tidak ditandatanganinya Berita merupakan alat Negara yang berperan dalam
Acara Pemeriksaan oleh tersangka, maka akibat memelihara keamanan dan ketertiban
hukum yang muncul adalah dapat berubahnya masyarakat, menegakkan hukum, serta
putusan Pengadilan. Artinya bahwa apabila BAP memberikan perlindungan, pengayoman, dan
tersebut isinya hanya dibuat-buat oleh penyidik pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
baik dengan cara kekerasan/intimidasi atau terpeliharanya keamanan dalam negeri.
dengan cara lain, dan ketika sampai pada tahap Kemudian, di dalam Pasal 13 disebutkan bahwa
pembuktian di Pengadilan BAP tersebut isinya tugas pokok Kepolisian Negara Republik
tidak sesuai dengan fakta yang terjadi di Indonesia adalah:
persidangan maka terdakwa dapat diputus 1. Memelihara keamanan dan ketertiban
bebas. masyarakat;
Namun sebaliknya jika isi BAP tersebut 2. Menegakkan hukum dan;
benar kenyataannya dan jaksa mampu 3. Memberikan perlindungan, pengayoman
membuktikan berdasarkan Undang-Undang dan pelayanan kepada masyarakat.11
sedangkan terdakwa tidak mau Dari serangkaian tugas kepolisian, salah satu
menandatanganinya maka hakim dapat tugas yang mendapatkan perhatian adalah
menjatuhkan sanksi lebih berat karena suatu tugas dalam rangka penegakan hukum. Sebagai
hal yang memberatkan tersebut. penegak hukum, polisi masuk dalam jajaran
Sistem peradilan pidana di dalamnya sistem peradilan pidana, sebagai subsistem.
terkandung gerak sistemik dari subsistem Dalam sistem peradilan pidana, polisi
pendukungnya, yakni Kepolisian, Kejaksaan, merupakan “pintu gerbang” bagi para pencari
Pengadilan, Lembaga Pemasyarakatan, yang keadilan. Dari sinilah segala sesuatunya dimulai.
secara keseluruhan dan merupakan suatu Posisi awal ini menempatkan polisi pada posisi
kesatuan (totalitas) berusaha yang tidak menguntungkan. Sebagai penyidik
mentransformasikan masukan menjadi polisi harus melakukan penangkapan dan (bila
keluaran yang menjadi tujuan sistem peradilan perlu) penahanan, yang berarti polisi harus
pidana yaitu, menanggulangi kejahatan atau memiliki dugaan yang kuat bahwa orang
mengendalikan terjadinya kejahatan agar tersebut adalah pelaku kejahatan. Satjipto
berada dalam batas-batas toleransi yang dapat Rahardjo menyebut tugas kepolisian sebagai
diterima masyarakat. Dalam Penerapannya “multi fungsi”, yaitu tidak sebagai polisi saja
penerapan sistem peradilan pidana di Indonesia tetapi juga sebagai jaksa dan hakim sekaligus. 13
berdasarkan peraturan perUndang-Undangan
yang ada baik terdapat di dalam ataupun di luar PENUTUP A. Kesimpulan
kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana 1. Prosedur pemeriksaan tersangka dalam
(KUHAP) dapat diterangkan bahwa sistem prosesnya sesuai dengan prosedur di
peradilan pidana di Indonesia mempunyai mulai dari awal penanganan perkara
perangkat struktur atau sub-sistem kepolisian, pidana dimulai dari tahap penyelidikan.
kejaksaan, pengadilan, lembaga Dengan perkataan lain Penyelidikan
pemasyarakatan dan Advokat atau Penasehat
Hukum sebagai quasi sistem.10 11 Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia, Pasal 5 dan
10 Rusli Mohhamad, Op-Cit, hal. 14. Pasal 13. 13 Ibid, hal. 15.
160
Lex Crimen Vol. VI/No. 6/Ags/2017
dilakukan sebelum penyidikan. Perlu Penerapan asas ini tidak lain adalah
digaris bawahi, “mencari dan untuk melindungi kepentingan hukum
menemukan” berarti penyelidik dan hak-hak tersangka dari
berupaya atas inisiatif sendiri untuk kesewenangwenangan kekuasaan para
menemukan peristiwa yang diduga aparat penegak hukum.
sebagai tindak pidana.
2. Dengan tidak ditandatanganinya Berita DAFTAR PUSTAKA
Acara Pemeriksaan oleh tersangka, maka Amirudin, dan Asikin, Zainal, Metode Penelitian
akibat hukum yang muncul adalah dapat Hukum Normatif, Rajawali, Jakarta,
berubahnya putusan Pengadilan. Artinya 1985.
bahwa apabila BAP tersebut isinya hanya Adji Seno, Oemar, Etika Professional Dalam
dibuat-buat oleh penyidik baik dengan Hukum, Profesi Advokat,
cara kekerasan/intimidasi atau dengan Erlangga, Jakarta. 1991.
cara lain, dan ketika sampai pada tahap Chazawi, Adami, Pelajaran Hukum Pidana I,
pembuktian di Pengadilan BAP tersebut Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011.
isinya tidak sesuai dengan fakta yang _________, Hukum Pidana Materiil dan Formil
terjadi di persidangan maka terdakwa Korupsi di Indonesia,
dapat diputus bebas. Bayumedia
Publishing, Malang, 2005.
B. Saran Effendy, Marwan, Kejaksaan RI Posisi dan
1. Memberikan arahan kepada penyidik Fungsinya, Gramedia Pustaka Utama,
atau penyidik pembantu oleh Kepala Jakarta, 2005.
Kepolisian pada setiap tingkatan Hamzah, Andi, KUHP & KUHAP, Rineka Cipta,
Kesatuan Polri untuk meningkatkan Jakarta, 2014.
kemampuan dan pengetahuan tentang Harahap M, Yahya, Pembahasan Permasalahan
penyidikan. Penyidik hendaknya bersikap dan Penerapan KUHAP, Penyidikan dan
objektif dalam menangani setiap perkara Penuntutan, cetakan VII, Sinar Grafika,
dengan Meningkatkan kerjasama antara Jakarta, 2009.
subsistem, yaitu Kepolisian, Kejaksaan, Hatta, Moh, Beberapa Masalah Penegakan
Pengadilan, dalam membahas soal Hukum Pidana Umum dan Hukum
penyidikan tindak pidana ataupun proses Pidana Khusus, cetakan pertama,
penegakan hukum meskipun ada Liberty, Yogyakarta, 2009.
perbedaan tujuan dari masing-masing Mahendra, Yusril Ihza, Kedudukan Kejaksaan
subsistem, dan Posisi Jaksa Agung Dalam Sistem
2. Penyidik selalu berpedoman pada aturan Presidensial dibawah UUD
yang berlaku dengan memperhatikan 1945,
petunjuk pelaksanaan dan petunjuk Liberty, yogyakarta, 2002.
teknis dalam setiap pelaksanaan proses Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana,
penegakan dengan tidak Liberty, Yogyakarta, 1981.
mengesampingkan hak asasi manusia _________, Asas-asas Hukum Pidana, Edisi
dengan tidak melakukan Revisi, Rineka Cipta, Jakarta, 2008.
kekerasan/intimidasi atau dengan cara Muhammad, Rusli, System Peradilan Pidana
lain kepada tersangka maupun saksi Indonesia, UII Press, Yogyakarta, 2011.
dalam proses penyidikan dalam Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat, Alumni,
pembuatan Berita Acara Pemeriksaan. Bandung, 2008.
Penyelidikan yang dilakukan penyelidik Sambas, Nandang, Peradilan Pidana Anak di
dalam hal ini tetap harus menghormati Indonesia dan Instrumen
asas praduga tak bersalah (presumption Internasional Perlindungan Anak serta
of Innocence) sebagaimana disebutkan Penerapannya, Graha Ilmu, Yogyakarta,
dalam penjelasan umum butir 3c KUHAP. 2013.
161
Lex Crimen Vol. VI/No. 6/Ags/2017
162