Anda di halaman 1dari 12

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN SALAH TANGKAP DALAM

TINDAK PIDANA MENURUT KUHAP

Oleh
Prasetyo Margono
Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Lamongan

ABSTRAK

Hukum pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, di mulai
dari sejak kita dalam kandungan sampai kita mati semuanya sudah diatur oleh hukum.
Proses Pidana yang dibahas dalam tulisan ini adalah tentang penangkapan yang eror in
persona (kesalahan mengenai orangnya) dalam hal ini tidak lepas dari tahapan-tahapan
penangkapan, pemeriksaan tersangka pada tingkat penyidikan. Dalam Pasal 1 butir 5
KUHAP menyebutkan penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk
mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna
menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur Undang-
Undang ini.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, dapatlah dirumuskan beberapa
permasalahan yaitu bagaimanakah prosedur penangkapan dalam tindak pidana dan
bagaimana perlindungan hukum terhadap korban salah tangkap menurut KUHAP. Tipe
penelitian hukum yang dilakukan adalah Yuridis Normatif. Penelitian hukum ini
difokuskan untuk mengkaji penelitian hukum tentang kaidah-kaidah atau norma-norma
dalam hukum positif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Perundang-Undang
(statute approach) pendekatan tersebut melakukan pengkajian terhadap Undang-Undang yang
berhubungan dengan pokok permasalahan.

Kata kunci : Perlindungan Hukum Korban Salah Tangkap.

PENDAHULUAN
Hukum pada dasarnya tidak mengatur warga Negaranya dan juga
dapat dipisahkan dari kehidupan tatanan di dalam Pemerintahan.
manusia, di mulai dari sejak kita dalam Ketentuan-ketentuan di dalam
kandungan sampai kita mati semuanya Undang-Undang nomor 8 tahun 1981
sudah diatur oleh hukum. Manusia tentang Hukum Acara Pidana yang
merasa terlindungi, hidup lazim di sebut dengan KUHAP adalah
berdampingan secara damai dan merupakan realisasi dari asas negara
menjaga eksistensinya di dunia menjadi hukum yang mengatur ketentuan
peran sentral hukum dalam sepanjang tentang cara proses pidana mulai dari
sejarah peradaban manusia. Pasal 1 ayat tingkat Penyidikan, Penuntutan, dan
(3) Undang-Undang Dasar Negara Pengadilan dalam lingkungan peradilan
Republik Indonesia Tahun 1945 telah umum yang di dalamnya mengatur hak-
jelas menegaskan bahwa Negara kita hak dan kewajiban-kewajiban seseorang
adalah Negara hukum. Hal ini berarti dalam proses Pidana. Proses Pidana
bahwa Indonesia harus menjunjung yang dibahas dalam tulisan ini adalah
tinggi hukum serta dalam tindakannya tentang penangkapan yang eror in
harus didasarkan pada hukum atau persona (kesalahan mengenai
peraturan yang diciptakan untuk orangnya) dalam hal ini tidak lepas dari

36
tahapan-tahapan penangkapan, tentang Kepolisian Negara Republik
pemeriksaan tersangka pada tingkat Indonesia, yang menyebutkan bahwa
penyidikan. Dalam Pasal 1 butir 5 wewenang penyidik karena
KUHAP menyebutkan penyelidikan kewajibannya adalah sebagai berikut:1
adalah serangkaian tindakan penyelidik 1. Menerima laporan atau pengaduan
untuk mencari dan menemukan suatu dari seseorang tentang tindak pidana.
peristiwa yang diduga sebagai tindak 2. Melakukan tindakan pertama di
pidana guna menentukan dapat atau tempat terjadinya perkara.
tidaknya dilakukan penyidikan menurut 3. Menyuruh berhenti seseorang
cara yang diatur Undang-Undang ini. tersangka dan memeriksa tanda
Dari uraian tersebut dapat di ketahui pengenal diri tersangka.
bahwa fungsi penyelidikan
4. Melakukan penangkapan,
dilaksanakan sebelum dilakukan
penahanan, penggeledahan, dan
penyidikan untuk mengetahui dan
penyitaan.
menentukan peristiwa apa yang telah
terjadi serta dituangkan dalm bentuk 5. Melakukan pemeriksaan dan
laporan yang nantinya merupakan dasar penyitaan surat.
permulaan penyidikan. 6. Mengambil sidik jari dan memotret
Sedangkan dalam Pasal 1 butir seseorang.
2 KUHAP penyidikan adalah 7. Memanggil seseorang untuk
serangkaian tindakan penyidik dalam didengar dan diperiksa sebagai
hal dan menurut cara yang diatur dalam tersangka atau saksi.
Undang-Undang ini untuk mencari serta 8. Mendatangkan ahli yang diperlukan
mengumpulkan bukti yang dengan dalam hubunganya dengan
bukti itu membuat terang tentang tindak pemeriksaan perkara.
pidana yang terjadi dan guna 9. Mengadakan penghentian
menemukan tersangkanya. penyidikan.
Berdasarkan pada rumusan
10. Melakukan tindakan lain menurut
tersebut secara kongkrit dapat di
Hukum yang bertanggung jawab.
katakan bahwa penyidikan dimulai
Penyidik dalam melakukan
sesudah terjadi suatu tindak pidana
penangkapan harus benar-benar
untuk mendapatkan keterangan-
memperhatikan ketentuan atau aturan
keterangan tentang kebenaran
hukum yang berlaku. Di dalam Pasal 17
terjadinya suatu tindak pidana, kapan
KUHAP syarat-syarat yang harus
tindak pidana itu dilakukan, dimana
dipenuhi penyidik dalam melakukan
tindak pidana itu dilakukan, dengan apa
penagkapan yaitu seorang tersangka
tindakan pidana itu dilakukan,
yang diduga keras melakukan tindak
bagaimana tindak pidana itu dilakukan,
Pidana dan dugaan yang kuat itu harus
mengapa tindak pidana itu dilakukan
didasarkan pada permulaan bukti yang
dan siapa pelakunya.
cukup.
Tujuan utama penyidikan
Pengertian dari bukti
dalam KUHAP adalah untuk mencari
permulaan yang cukup adalah bukti
dan mengumpulakn bukti telah terjadi
permulaan untuk menduga adanya
suatu tindak pidana. Dalam Pasal 7 ayat
(1) KUHAP dan Pasal 16 ayat (1) 1
M Karjadi dan R Soesilo, Kitab Undang-undang
Undang-Undang nomor 2 tahun 2002 Hukum Acara Pidana, Politeia, Bogor, 1998, hlm
17

37
tindak pidana antara lain berupa laporan dijatuhi pidana 3 tahun penjara
pengaduan, keterangan, dan barang namun beberapa tahun kemudian
bukti yang ditemukan ditempat kejadian setelah mereka selesai menjalani
perkara sebagaimana dimaksudkan pidana, putri kandung mereka
dalam Pasal 17 jo Pasal 1 butir 14 tersebut kembali kerumah dalam
KUHAP. Selanjutnya dalam penjelasan keadaan sehat walaffiat.3
Pasal 17 KUHAP juga menunjukan 3) Ada juga kasus salah tangkap yang
bahwa penangkapan tidak boleh
menimpa salah satu mahasiswa
dilakukan secara sewenang-wenang
perguruan tinggi swasta di daerah
melainkan hanya ditujukan kepada
Yogyakarta yang bernama Halis
mereka yang betul-betul melakukan
suatu tindak pidana dan hanya boleh Sabri. Ia ditangkap oleh Polisi hari
dilakukan untuk satu kali 24 jam setelah jum’at tanggal 4 Juni 2010 dengan
itu harus sudah dilepas jika tidak cukup tuduhan sebagai pelaku
4
bukti. pemerkosaan.
Berdasarkan uraian tersebut 4) Kejadian salah tangkap pernah
diatas dapat terlihat bahwa penyidik terjadi pada tahun 1974 yaitu kasus
diberi wewenang untuk menangkap yang menimpa Sengkon dan Karta
seseorang, tetapi dalam realitasnya yang terpaksa harus menjalani
kadang kala terjadi kasus – kasus salah pidana penjara bertahun-tahun atas
tangkap yang antara lain sebagai suatu kejahatanpembunuhan yang
berikut: tidak pernah sama sekali mereka
1) Yudistira Akhmad, seorang pelajar lakukan.5
kelas 1 SMA di Pandegelang Banten, Mengacu pada peristiwa-peristiwa
warga Kenanga, Kampung Baru, tersebut diatas maka seorang penyidik
terbaring lemah mendapat perawatan didalam melakukan kewenanganya
medis di Rumah Sakit Bedah pada proses penyidikan tidak
Benggala, Kota Serang, Senin, 28 diperbolehkan melakukan penangkapan
Maret 2016, dia menjadi korban secara sewenang-wenang karena suatu
penangkapan harus berdasarkan bukti
salah tangkap Polsek Carita, saat
awal yang cukup untuk menentukan
mengejar pelaku pencurian sepeda apakah benar-benar seseorang telah
motor di Menes Pandegelang. melakukan suatu tidak pidana.
Korban di tembak Polisi dari jarak Seseorang berdasarkan bukti awal yang
dekat pada bagian lengan kanan tidak cukup untuk dikatakan telah
hingga tembus pada bagian belakang malakukan suatu tindak pidana
lengan kanan.2 seyogyanya penyidik tidak
diperkenankan melakukan suatu
2) Peristiwa Gorontalo pada tahun 2002
dimana sepasang suami istri yakni
3
Risman Lakoro dan Rostin Mahaji http://www.antaranews.com/print/69586/pln-
plans-to-allocate-rp62-tln-for-capex-next-
disangka dan didakwa melakukan year,tanggal11september 2011
pembunuhan terhadap putri kandung 4
http://www.zonaindo.com/2010/06/salah-tangkap-
mereka Alta Lakoro dan akhirnya mahasiswa-polda-
diy.html,tanggal15September2010
5
http://dekade80.blogspot.com/2009/04/sengkon-
2
https://m.tempo.co/read/video/2016/03/28/4259/pe dan-karta-sebuah -ironi-keadilan.html, senin 12
lajar-korban-salah-tangkap-ini-ditembak-dan- september 2010
dianiaya-polisi

38
penangkapan terhadap seseorang undangan, catatan resmi, atau risalah
tersebut, bilamana penyidik melakukan dalam pembuatan Perundang-Undangan
hal tersebut berarti dia telah melakukan dan putusan Hakim. Adapun bahan
pelanggaran terhadap ketentuan yang hukum primer antara lain: Undang-
diatur didalam KUHAP dan juga akan Undang Dasar Negara Indonesia Tahun
menimbulkan penderitaan bagi orang 1945, Kitab Undang-Undang Hukum
yang menjadi korban salah tangkap
Pidana, Kitab Undang-Undang Hukum
tersebut.
Acara Pidana, Undang-Undang nomor 2
METODE PENELITIAN Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Sesuai dengan judul dan materi Republik Indonesia, Peraturan
yang di bahas maka penelitian ini Pemerintah (PP) Nomor 92 tahun 2015
adalah penelitian yuridis normatif. tentang Pelaksanaan KUHAP
Metode penelitian Hukum normatif Bahan Hukum sekunder
adalah suatu prosedur penelitian ilmiah Berupa semua publikasi tentang hukum
untuk menemukan kebenaran yang bukan merupakan dokumen-
berdasarkan logika keilmuan hukum dokumen resmi, yaitu berupa buku teks,
dari sisi normatif.6 Oleh karena itu kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal
penelitian hukum ini difokuskan untuk hukum dasar, komentar-komentar atas
mengkaji penelitian Hukum tentang putusan Pengadilan.
perlindungan hukum terhadap korban Bahan Hukum tersier adalah
salah tangkap dalam tindak Pidana bahan hukum yang memberikan
menurut KUHAP. petunjuk atau penjelasan bermakna
Di dalam penelitian hukum terhadap bahan hukum primer dan
terdapat beberapa pendekatan. Dengan sekunder, seperti kamus hukum,
pendekatan tersebut penelitian yang di ensiklopedia dan lain-lain.8
gunakan adalah Yuridis normatif, maka Baik bahan primer maupun
pendekatan yang digunakan adalah bahan sekunder di kumpulkan
pendekatan Perundang-Undang (statute berdasarkan topik permasalahan yang
approach) pendekatan tersebut telah dirumuskan dan diklasifikasi
melakukan pengkajian terhadap Undang- menurut sumber dan hirarkinya untuk
Undang yang berhubungan dengan pokok dikaji secara komprehensif.
permasalahan.7 Selain itu juga
Langkah-langkah yang
pendekatan analisis (Analitical
berkaitan dengan pengolahan terhadap
apptoach), pendekatan ini maksudnya
bahan hukum yang telah di kumpulkan
menganalisa perlindungan hukum
untuk menjawab isu hukum yang telah
terhadap korban salah tangkap dalam
di rumuskan dalam rumusan masalah.
tindak pidana menurut KUHAP.
Tentu juga menyangkut kegiatan
Bahan hukum primer
penalaran ilmiah terhadap bahan hukum
merupakan bahan hukum yang bersifat
yang di analisis, baik menggunakan
autoratif artinya mempunyai otoritas
induksi, deduksi, maupun abduksi.
bahan hukum terdiri dari perundang-
PEMBAHASAN
6
Johnny Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Prosedur penangkapan
Hukum Normatif, cetakan ke enam, Bayumedia terhadap tersangka atau pelaku tindak
Publishing, Malang 2012. Hal 57
7
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum,
8
Universitas Air Langga, Surabaya. 2005. Hlm. 96 Ibid

39
pidana dalam KUHAP memiliki SOP permulaan “untuk menduga” adanya
(standard operating procedure) tertentu tindak pidana sesuai dengan bunyi Pasal
agar tindakan hukum bisa berjalan 1 butir 14. Selanjutnya penjelasan Pasal
sesuai aturan. Jika pelaku hukum dalam 17 menyatakan: “Pasal ini
hal ini adalah penegak hukum tidak menunjukkan bahwa perintah
mengindahkan prosedur hukum acara penangkapan tidak dapat dilakukan
yang telah ada, maka banyak dengan sewenang-wenang, tetapi
kemungkinan akan muncul perspektif ditujukan kepada mereka yang betul-
bermacam-macam dari masyarakat. betul melakukan tindak pidana”.
Dalam tahapan melakukan Membicarakan cara
penangkapan terhadap sesorang yang pelaksanaan penangkapan, meliputi
diduga sebagai pelaku pidana, ada aspek pembahasan mengenai siapa
aturan-aturan atau unsur yang harus petugas yang berwenang melakukan
diperhatikan oleh penegak hukum. penangkapan serta syarat-syarat yang
Sebab semua warga mendapatkan harus dipenuhi dalam melakukan
perlakuan yang sama dimata hukum. penangkapan. Cara pelaksanaan
Contoh kecil unsur yang sangat penting penangkapan diatur dalam Pasal 18,
adalah mengenai hak tersangka untuk menentukan:
memperoleh perlakuan manusiawi. 1. Pelaksanaan tugas penangkapan
Dasar untuk prosedur dilakukan oleh petugas kepolisian
penangkapan mengacu pada Kitab Negara Republik Indonesia. Dari
Undang-Undang Hukum Acara Pidana ketentuan ini, sudah jelas petugas
Bab V bagian kesatu Pasal 16 sampai mana yang boleh melakukan
Pasal 19 sebagai berikut:9 penangkapan. Jaksa penuntut umum
Di dalam Pasal 16 Kitab tidak berwenang melakukan
Undang-Undang Hukum Acara Pidana
penangkapan kecuali dalam
adalah prosedur pertama dalam
kedudukanya sebagai penyidik
melakukan penangkapan yakni:
berdasar Pasal 248 ayat (2). Satpam
1. Untuk kepentingan penyelidikan,
atau Hansip tidak berwenang
penyelidik atas perintah penyidik
melakukan penangkapan, kecuali di
berwenang melakukan penangkapan.
dalam hal tertangkap tangan. Dalam
2. Untuk kepentingan penyidikan,
penyidik dan penyidik pembantu hal tertangkap tangan “setiap orang
berhak” melakukan penangkapan dan
berwenang melakukan penangkapan.
bagi orang yang mempunyai
Mengenai alasan penangkapan
atau syarat penangkapan tersirat dalam wewenanag dalam tugas ketertiban,
Pasal 17 yakni seorang tersangka ketentraman dan keamanan “wajib”
diduga keras melakukan tindak pidana, menanagkap tersangka dalam hal
dan dugaan yang kuat itu, didasarkan tertangkap tangan.
pada permulaan bukti yang cukup. 2. Petugas yang diperintahkan
Yang dimaksud dengan “bukti melakukan penangkapan harus
permulaan yang cukup” menurut membawa “surat tugas
penjelasan Pasal 17 ialah bukti penangkapan”. Jika surat tugas
penangkapan tidak ada, maka
9
M Karjadi dan R Soesilo, Op Cit, hlm 25-27 tersangka berhak menolak untuk
mematuhi perintah penangkapan,

40
karena surat tugas itu merupakan Kasus salah tangkap adalah
syarat formal yang bersifat kasus pelanggaran HAM yang
“imperatif”. Juga agar jangan terjadi sistematis dan termasuk jenis kejahatan
penangkapan yang dilakukan oleh amat serius. Karena itu penanganannya
oknum yang tidak bertanggung harus bersifat extra ordinary. Para
jawab. Karena itu, demi untuk korban dapat pula menuntut para
tegaknya kepastian serta untuk penegak hukum yang salah menghukum
menghindari penyalahgunaan jabatan secara pidana dan perdata, misalnya
ataupun untuk menjaga ketertiban karena penganiayaan sesuai dengan
masyarakat dari pihak-pihak yang Pasal 351 KUHP dan Pasal 1365
beritikad buruk. KUHPerdata tentang perbuatan
3. Petugas memperlihatkan surat melawan hukum. Bagaimanapun dalam
perintah penangkapan yang memberi Negara demokrasi, keadilan dan
penjelasan dan penegasan tentang: kebenaran haruslah terbuka untuk setiap
a. Identitas tersangka, nama, umur, warga. Negara tanpa harus malu, tanpa
dan tempat tinggal, Jika ternyata mesti ditekan publik, wajib
identitas yang diterangkan dalam melaksanakan asas legalitas, yaitu
surat perintah penangkapan tidak memberi ganti rugi dan merehabilitasi
sesuai, nama baik warga yang menjadi korban
bisa dianggap surat perintah itu salah tangkap. Adapun arti ganti rugi
“tidak berlaku” terhadap orang dan rehabilitasi dapat diuraikan sebagai
yang didatangi petugas. berikut:
b. Menjelaskan atau menyebut secara
singkat alasan penangkapan. 1. Ganti Kerugian
c. Menjelaskan uraian singkat Ganti kerugian merupakan
perkara kejahatan yang suatu upaya untuk mengembalikan
disangkakan terhadap tersangka. hak-hak korban, yang karena
d. Selanjutnya menyebut dengan kelalaian aparat penegak Hukum
terang di tempat mana telah salah dalam menentukan
pemeriksaan dilakukan. seseorang untuk dijadikan sebagai
Berdasarkan ketentuan Pasal tersangka atau terdakwa dalam suatu
19 ayat (1) telah ditentukan batas waktu tindak Pidana (error in persona).
lamanya penangkapan, tidak boleh lebih Menurut Pasal 1 butir 22 KUHAP,
dari “satu hari”. Lewat dari satu hari yaitu:10
berarti telah terjadi pelanggaran “Ganti kerugian adalah hak
hukum, dan dengan sendirinya seseorang untuk mendapatkan
penangkapan dianggap “tidak sah”. pemenuhan atas tuntutannya
Konsekwensinya tersangka harus yang berupa imbalan sejumlah
“dibebaskan demi hukum”. Atau jika uang karena ditangkap, ditahan,
batas waktu itu dilanggar, tersangka, dituntut ataupun diadili tanpa
alasan yang berdasarkan
penasihat hukumnya, atau keluarganya
undang-undang atau karena
dapat meminta pemeriksaan kepada
kekeliruan mengenai orangnya
Pra-peradilan tentang sah tidaknya
penangkapandan sekaligus dapat 10
Ibid, hlm 05
menuntut ganti rugi.

41
atau hukum yang diterapkan atau akibat sahnya penghentian
menurut cara yang diatur dalam penyidikan atau penuntutan.
undang-undang ini.”
c. Ganti rugi menurut Pasal 83 ayat
Sedangkan dalam Pasal 99 (1) tentang adanya benda yang
KUHAP disebutkan bahwa kerugian itu disita yang tidak termasuk dalam
berarti “biaya yang telah dikeluarkan”. alat pembuktian.
Pengertian ini termasuk atau meliputi d. Ganti rugi karena tindakan lain
diantaranya biaya pengobatan atau yaitu kerugian yang ditimbulkan
pemulihan cacat, dalam contoh konkrit oleh pemasukan rumah,
membuat gigi palsu, pengecatan, dan penggeledahan dan penyitaan
lain sebagainya yang langsung diderita yang tidak sah menurut hukum.
oleh orang lain yang dirugikan. e. Ganti rugi menurut Pasal 98 ayat
Kerusakan-kerusakan lain atau 1 tentang ganti rugi oleh saksi
derita orang lain yang karena keadaan korban atau orang lain dalam
memaksa atau keadaan penyidik dapat penggabungan atau orang lain
pula diajukan permintaan ganti rugi yang tidak menjadi saksinya
yang digabungkan dengan permintaan tetapi kerugianya timbul langsung
orang lain tersebut ( Pasal 98 KUHAP). oleh tindak pidana itu atau
Namun demikian kebenaran materiil tindakan penyidik dalam
suatu kasus perkara harus diteliti dan melakukan upaya paksa.
dianalisa secara sungguh-sungguh, f. Ganti rugi dengan acara pra
sehingga seseorang yang seharusnya peradilan.
menjadi saksi korban tidak akan g. Ganti rugi karena selisih lamanya
dijadikan tersangka hanya karena penahanan melebihi lamanya
tersangka yang sebenarnya telah pidana yang dijatuhkan karena
melarikan diri. Hal ini wajib ditegakkan mengenai perampasan
pula oleh penuntut umum dalam tahap kemerdekaan badan yang
pra penuntutan. diperiksa dalam acara pra-
Pasal 101 KUHAP membuka peradilan.
kemungkinan Pengadilan Negeri h. Ganti rugi yang didasarkan pada
memeriksa dan mengadili gugatan Pasal 95 ayat (5) tentang
perdata atau ganti rugi sepanjang dalam pemeriksaan dan diadili
KUHAP tidak diatur dengan kata lain mengikuti acara pra peradilan,
yang dimaksud Pasal 101 KUHAP mengikuti pula jika diputus bebas
menyebutkan bahwa Pengadilan Negeri atau lepas dari segala tuntutan
dapat memutus dan mengadili gugatan hukum yang telah memperoleh
ganti rugi dalam ruang lingkup pidana, kekuatan hukum tetap, baik dari
meliputi: proses hukum atau dari proses
a. Ganti rugi menurut Pasal 77 jo Pasal peninjauan kembali.
95 ayat (2). Dengan demikian kita harus
b. Ganti rugi menurut Pasal 81 tentang dapat memisahkan dan memahami
akibat tidak sahnya penangkapan untuk dapat menarik garis hukum
mengenai apa yang dinamakan
‘kerugian” menurut Kitab Undang-

42
Undang Hukum Acara Pidana dan juta (sebelumnya Rp 5 ribu-Rp 1
gugatan ganti rugi yang seharusnya juta).
diajukan ke Pengadilan Negeri yang b. Besarnya ganti kerugian
menjadi perkara perdata. berdasarkan alasan sebagaimana
Sedangkan Kementerian dimaksud dalam Pasal 95
Hukum dan HAM melansir Peraturan KUHAP yang mengakibatkan
Pemerintah (PP) Nomor 92 tahun 2015 luka berat atau cacat sehingga
tentang Pelaksanaan KUHAP. Dalam tidak bisa melakukan pekerjaan,
aturan baru ini, korban ganti rugi salah besarnya ganti kerugian paling
tangkap maksimal mendapat ganti rugi sedikit Rp 25 juta dan paling
Rp 600 juta, sebelumnya hanya Rp 3 banyak Rp 300 juta (sebelumnya
juta. PP Nomor 92 tahun 2015 ini
Rp 0-Rp 3 juta).
dilansir di website Kemenkum HAM
c. Besarnya ganti kerugian
atau peraturan.go.id, Jumat (11
berdasarkan alasan sebagaimana
Desember 2015). "Peraturan
Pemerintah ini mulai berlaku pada dimaksud dalam Pasal 95
tanggal diundangkan (8 Desember KUHAP yang mengakibatkan
2015)," demikian bunyi II PP Nomor 92 mati, besarnya ganti kerugian
tahun 2015 tersebut. Aturan ganti rugi paling sedikit Rp 50 juta dan
korban salah tangkap atau korban paling banyak Rp 600 juta
peradilan sesat tertuang dalam PP (sebelumnya Rp 0-Rp 3 juta).
Nomor 27 tahun 1982 tentang Adapun untuk proses eksekusi,
Pelaksanaan KUHAP dan diundangkan pemerintah wajib memberikan
oleh Presiden Soeharto pada 31 ganti rugi tersebut maksimal 14
Desember 1983. Setelah itu, tidak ada hari sejak surat dari Ketua
satu pun rezim yang merevisi aturan Pengadilan Negeri yang
tersebut. Pasca Soeharto tumbang, nilai memberitahukan adanya ganti
ganti rugi ini tak pernah disentuh oleh
rugi tersebut, diterima
pemerintah. Melihat hal ini, pada awal
pemerintah. Sebelumnya, tidak
November 2015 Jokowi memerintahkan
dibatasi waktunya hingga korban
revisi aturan itu terkait ganti rugi
korban salah tangkap. Dalam tempo menerima gemerincing uang bisa
satu bulan, revisi ini diundangkan. bertahun-tahun lamanya.
Tepat dengan Hari HAM Internasional
tanggal 10 Desember 2015 lahir PP 2. Rehabilitasi
Nomor 92 tahun 2015 tentang Revisi Pengertian rehabilitasi
PP 27 tentang Pelaksanaan KUHAP. menurut Kitab Undang-Undang
Salah satu poin penting PP Nomor 92 Hukum Acara Pidana terdapat dalam
tahun 2015 adalah merevisi ganti rugi Pasal 97 KUHAP, sebelum Pasal itu
salah tangkap, yaitu menjadi: pada Pasal 1 butir 23 terdapat
a. Ganti kerugian berdasarkan pengertian tentang rehabilitasi
alasan sebagaimana dimaksud yaitu:11

dalam Pasal 77 huruf b dan Pasal “Rehabilitasi adalah hak seseorang


95 KUHAP paling sedikit Rp 500 untuk mendapat pemulihan haknya
ribu dan paling banyak Rp 100 dalam kemampuan, kedudukan dan

11
Ibid, hlm 06

43
harkat serta martabatnya yang mendapatkan rehabilitasi jika ia oleh
diberikan pada tingkat penyidikan, pengadilan diputus bebas atau
penuntutan atau peradilan karena
ditangkap, ditahan, dituntut atau pun
diputus lepas dari segala tuntutan
diadili tanpa alasan yang hukum yang putusannya telah
berdasarkan Undang-Undang atau mempunyai kekuatan hukum tetap.
karena alasan kekeliruan mengenai Sedangkan permintaan rehabilitasi
orangnya atau hukum yang ini harus diajukan jika perkaranya
diterapkan menurut cara yang diatur
diperiksa di pengadilan negeri, maka
dalam Undang-Undang ini”.
rehabilitasi diajukan kepada ketua
Dari pengertian diatas, senada dengan Hakim pengadilan negeri diperiksa
bunyi Pasal 97 KUHAP akan tetapi oleh majelis pengadilan itu dan
tidak dijelaskan secara mendetail dalam apabila rehabilitasi diberikan, maka
KUHAP adalah apakah rehabilitasi hal itu dicantumkan sekaligus dalam
akibat putusan bebas atau lepas dari putusan pengadilan. Akan tetapi jika
segala tuntutan hukum tersebut bersifat perkara yang diperiksa itu tidak
fakulatif (dituntut oleh terdakwa) atau diajukan ke pengadilan negeri, hanya
bersifat imperatif (setiap kali Hakim disampaikan ke tingkat penyidikan
memutus dan memperoleh kekuatan ataupun tingkat penuntutan saja,
hukum tetap maka secara otomatis maka permintaan rehabilitasi harus
harus diberikan rehabilitasi). Hal ini diajukan kepada dan diputus oleh
semestinya diatur dalam aturan lembaga pra-peradilan.
pelaksana KUHAP, kemudian sama Sebagaimana yang tidak
halnya dengan tuntutan ganti rugi, pada diputus oleh Hakim pra-peradilan
proses rehabilitasi pun dibedakan antara telah ditentukan dalam Pasal 77
perkara yang diajukan ke pengadilan huruf b KUHAP, sebagaimana
negeri atau tidak. Dalam hal ini untuk bunyinya di bawah ini:
“Ganti kerugian dan atau
perkara yang diajukan ke pengadilan rehabilitasi bagi seorang yang
negeri berlaku ketentuan Pasal 97 ayat perkara pidananya dihentikan
1 dan 2 KUHAP sebagai berikut:12 pada tingkat penyidikan atau
“Ayat 1 Seorang berhak memperoleh penuntutan”
rehabilitasi apabila oleh pengadilan
diputuskan bebas atau diputus lepas 3. Pelaksanaan Ganti Rugi Dan
dan segala tuntutan hukum yang Rehabilitasi Diatur Dalam PP
putusanya telah mempunyai kekuatan
hukum tetap.
Nomor 27 Tahun 1983
Ayat 2 Rehabilitasi tersebut a. Ganti Rugi
diberikan dan dicantumkan sekaligus Cara pelaksanaan ganti
dalam putusan pengadilan rugi di atur dalam Bab IV Pasal 7
sebagaimana dimaksud dalam ayat sampai dengan Pasal 11. Di dalam
(1)” Pasal 7 yang berbunyi tuntutan
ganti kerugian sebagaimana
Dengan kata lain maksud dimaksud dalam Pasal 95
Pasal ini adalah memberikan hak KUHAP hanya dapat diajukan
kepada seseorang untuk dalam tenggang waktu 3 (tiga)
bulan sejak putusan pengadilan
12
Ibid, hlm 89 mempunyai kekuatan hukum

44
tetap dan dalam hal tuntutan ganti Dan yang terakhir Pasal
kerugian tersebut diajukan 11 yaitu Pembayaran ganti
terhadap perkara yang dihentikan kerugian dilakukan oleh Menteri
pada tingkat penyidikan atau Keuangan berdasarkan penetapan
tingkat penuntutan sebagaimana pengadilan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 77 huruf b dimaksud dalam Pasal 10. Tata
KUHAP, maka jangka waktu 3 cara pembayaran ganti kerugian
(tiga) bulan dihitung dari saat diatur lebih lanjut oleh Menteri
pemebritahuan penetapan pra- Keuangan.
peradilan. b. Rehabilitasi
Pasal 8 Ganti kerugian
dapat diberikan atas dasar Sedangkan cara
pertimbangan hakim Dan dalam pelaksanaan Rehabilitasi di atur
hal hakim mengabulkan atau dalam Bab V Pasal 12 sampai
menolak tuntutan ganti kerugian, dengan Pasal 15. Pasal 12
maka alasan pemebrianatau Permintaan rehabilitasi
penolakan tuntutan ganti kerugian sebagaimana dimaksud
dicantumkan dalam penetapan. dalamPasal 97 ayat (3) KUHAP
Pasal 9 Ganti kerugian diajukan oleh tersangka, keluarga
berdasarkan alasan sebagaimana
atau kuasanya kepada pengadilan
dimaksud dalam Pasal 77 huruf b
dan Pasal 95 KUHAP adalah yang berwenang, selambat-
berupa imbalan serendah- lambatnya dalam waktu 14
rendahnya berjumlah Rp. 5000,- (empat belas) hari setelah putusan
(lima ribu rupiah) dan setinggi- mengenai sah tidaknya
tingginya Rp.100.000,- (seratus penangkapan atau penahanan
ribu rupiah). Apabila penagkapan, diberitahukan kepada pemohon.
penahanan dan tindakan lain Pasal 13 Petikan
sebagaimana dimaksud dalam penetapan pra-peradilan mengenai
Pasal 95 KUHAP mengakibatkan rehabilitasi disampaikan oleh
yang bersangkutan sakit atau panitera kepada pemohon. Salinan
cacat sehingga tidak dapat penetapan sebagaimana dimaksud
melakukan pekerjaanatau mati,
dalam ayat (1) diberikan kepada
besarnya ganti kerugian
penyidik dan penuntut umum
berjumlah setinggi-tingginya
Rp.3.000.000,- (tiga juta rupiah). yang menangani perkara tersebut.
Dan Pasal 10 yang Salinan penetapan sebagaimana
berbunyi Petikan Penetapan dimaksud dalam ayat (1)
mengenai ganti kerugian disampaikan pula kepada instansi
sebagaimana dimaksud dalam tempat bekerja yang bersangkutan
Pasal 8 diberikan kepada dan kepada Ketua Rukun Warga
pemohon dalam waktu 3 (tiga) di tempat tinggal yang
hari setelah penetapan diucapkan. bersangkutan.
Salinan Penetapan ganti kerugian Pasal 14 Amar putusan
sebagaimana diamksud dalam dari pengadilan mengenai
ayat (1) diberikan kepada rehabilitasi berbunyi sebagai
penuntut umum, penyidik dan
berikut :"Memulihkan hak
Direktorat Jenderal Anggaran
dalam hal ini Kantor terdakwa dalam kemampuan,
Perbendaharaan Negara setempat. kedudukan dan harkat serta

45
martabatnya". Dan Amar memberikan ganti rugi dalam bentuk
penetapan dari pra-peradilan materi’il dan immateri’il. Materi’il
mengenai rehabilitasi berbunyi yang berupa pemberian uang
sebagai berikut :"Memulihkan sedangkan immateri’il berupa
hak terdakwa dalam kemampuan, pemulihan kedudukan, nama baik,
kedudukan dan harkat serta harkat serta martabatnya.
martabatnya".
Dan yang terakhir Pasal
SARAN
15 Isi putusan atau penetapan
rehabilitasi diumumkan oleh 1. Sebelum melakukan penangkapan
panitera dengan menempatkannya terhadap seseorang, penyidik harus
pada papan pengumuman menyelidiki lebih dalam lagi tentang
pengadilan. kasus yang sedang ditanganinya,
agar tidak melakukan salah tangkap
KESIMPULAN kepada seseorang dan dalam proses
1. Prosedur penangkapan yang
pemeriksaan terhadap seseorang
dilakukan oleh penyidik telah sesuai
yang diduga telah melakukan
dengan Kitab Undang-Undang
kejahatan, penyidik harus
Hukum Acara Pidana yaitu dengan
menggunakan metode-metode yang
mengacu pada Pasal 16 sampai
tepat untuk mencari keterangan dari
dengan Pasal 19. Dalam Pasal 16
seseorang tersebut, dan dalam
yang berbunyi penyelidik atas
metode-metode yang digunakan oleh
perintah penyidik berwenang
penyidik supaya penyidik tidak
melakukan penangkapan, Pasal 17
melanggar Hak Asasi Manusia dan
mengenai alasan dan syarat
tetap mengedepankan prosedur
penangkapan, Pasal 18 mengenai
penyidikan yang berlaku.
cara pelaksanaan penangkapan,
2. Jika terbukti penyidik melakukan
sedangkan Pasal 19 mengenai batas
salah tangkap, ganti kerugian yang
waktu lamanya penangkapan. Dalam
diberikan oleh penyidik kepada
Pasal-Pasal tersebut prosedur
korban salah tangkap harus sesuai
penangkapan yang penyidik lakukan
dengan aturan yang ada yaitu ganti
melalui tahapan sebagai berikut:
kerugian berbentuk materi dan
pembuatan surat perintah
immaterial dan rehabilitasi yang
penangkapan, penangkapan
diberikan oleh penyidik harus
tersangka, dan penyidikan tersangka
dilakukan secara total menyeluruh.
di kantor polisi.
2. Perlindungan hukum bagi korban
DAFTAR PUSTAKA
salah tangkap yakni dengan adanya
Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum
pemberian ganti kerugian dan
Pidana, Jakarta: PT. Rineka
rehabilitasi sesuai dengan Pasal 95 Cipta, Tahun 2004.
dan 97 KUHAP. Penyidik yang Johnny Ibrahim, Teori dan Metode
melakukan kesalahan dalam Penelitian Hukum Normatif,
penangkapan mendasari pemahaman cetakan ke enam, Bayumedia
tersebut sesuai dengan ketentuan Publishing, Malang Tahun
KUHAP. Maka penyidik 2012.

46
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, capex-next-year,tanggal11september
Jakarta: Bina Aksara, Tahun 2011
1987. http://www.zonaindo.com/2010/06/sala
M Yahya Harahap, Pembahasan h-tangkap-mahasiswa-polda-
Permasalahan Dan Penerapan diy.html,tanggal15September2010
KUHAP Penyidikan dan http://dekade80.blogspot.com/2009/04/s
Penuntutan, Sinar Grafika, engkon-dan-karta-sebuah-ironi-
Jakarta tahun 2009. keadilan. html, senin 12 september
Peter Mahmud Marzuki. Penelitian 2010
Hukum. Universitas Air http://www.damang.web.id/2011/07/put
Langga, Surabaya, Tahun usan-praperadilan-terhadap.html?m=1
2005. http://www.pikiran-
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetai
Bandung: PT. Citra Aditya l&id=41587
Bakti, Tahun 2000. http://www.wikimu.com/News/Print.as
Sulchan Yasyin, Kamus Pintar Bahasa px?id=10783
Indonesia.

PERATURAN PERUNDANG
UNDANGAN
Undang-Undang Dasar Negar Republik
Indonesia Tahun 1945
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP)
Undang-Undang nomor 8 Tahun 1981
tentang Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana
(KUHAP)
Undang-Undang nomor 2 Tahun 2002
tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 92
tahun 2015 tentang
Pelaksanaan KUHAP

JURNAL DAN ARTIKEL


Sugeng, ”Perlindungan Hukum Korban
Salah Tangkap”, Makalah,
Fakultas Hukum Universitas
Pawyatan Daha
https://m.tempo.co/read/video/2016/03/
28/4259/pelajar-korban-salah-tangkap-
ini-ditembak-dan-dianiaya-polisi
http://www.antaranews.com/print/6958
6/pln-plans-to-allocate-rp62-tln-for-

47

Anda mungkin juga menyukai