KASUS :
Pada tanggal 17 September 2020 Warga Thehok, Kecamatan Jambi Selatan Kota
Jambi di hebohkan dengan aksi penikaman yang menyebabkan hilangnya nyawa seorang pria
dengan inisial AB pria paruh baya yang merupakan warga Thehok, Kecamatan Jambi Selatan
Kota Jambi. Kasus Pembunuhan tersebut dilaporkan warga kepada Kepolisian Resort Kota
Jambi untuk memproses kasus tersebut. Setelah menerima laporan dari warga Kepolisian
Resort Kota Jambi segera melakukan tindakan penyelidikan dan penyidikan untuk memproses
kasus tersebut. berdasarkan informasi dan bukti permulaan yang berhasil dikumpulkan oleh
penyelidik diduga Pembunuhan tersebut dilakukan oleh AT dan EB yang merupakan teman
korban sendiri. Dalam rangka mempermudah proses penyidikan, maka penyidik Kepolisian
Resort Kota Jambi melakukan penangkapan kepada yang bersangkutan untuk dilakukan
pemeriksaan sebagai tersangka pelaku tindak pidana Pembunuhan tersebut.
SOAL:
1. Dalam kasus tersebut apakah penangkapan yang dilakukan oleh kepolisian
Resort Kota Jambi tidak melanggar asas praduga tidak bersalah? Jelaskan
jawaban saudara dengan memberikan dasar hukumnya.
Jawab:
Penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa pengekangan sementara
waktu kebebasan tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna
kepentingan penyidikan atau penuntutan atau dan peradilan dalam hal serta menurut
cara yang diatur dalam undang-undang ini (pasal 1 butir 20 Kitab Undang-undang
Hukum Acara Pidana). Dalam melakukan penangkapan wajib didasarkan pada bukti
permulaan yang cukup.
Dalam kasus tersebut, penangkapan yang dilakukan oleh kepolisian Resort
Kota Jambi tidak melanggar asas praduga tidak bersalah. Kepolisian Resort Kota
Jambi melakukan penangkapan untuk mempermudah proses penyidikan berdasarkan
Halaman 1
Ujian Tengah Semester
informasi dari warga dan bukti permulaan. Hal ini diatur dalam KUHAP Pasal 16 poin
1 yang berbunyi: “untuk kepentingan penyelidikan, penyelidik atas perintah penyidik
berwenang melakukan penangkapan”. Lebih lanjut, dalam pasal 17 KUHAP
disebutkan bahwa: “perintah penangkapan dilakukan terhadap seorang yang diduga
keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup”.
Asas praduga tak bersalah, merupakan asas yang menyatakan bahwa setiap
orang yang ditangkap, ditahan, dituntut dan dihadapkan kemuka pengadilan karena
disangka telah melakukan tindak pidana wajib dianggap tidak bersalah hingga
pengadilan menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap.
Mengenai asas praduga tak bersalah, diatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana (“KUHAP”) dan Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman (“UU Kekuasaan Kehakiman”).
Dalam KUHAP, asas praduga tak bersalah dijelaskan dalam Penjelasan Umum
KUHAP butir ke 3 huruf c yaitu:
“Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan atau dihadapkan di
muka sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan
pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap.”
Sedangkan dalam UU Kehakiman, asas praduga tak bersalah diatur
dalam Pasal 8 ayat (1), yang berbunyi:
“Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, atau dihadapkan di depan
pengadilan wajib dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan pengadilan yang
menyatakan kesalahannya dan telah memperoleh kekuatan hukum tetap.”
Jawab:
a. Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika hendak melakukan penangkapan:
1) Wajib didasarkan pada bukti permulaan yang cukup
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 21/PUU-XII/2014 memutus bahwa
frasa “bukti permulaan yang cukup” bertentangan dengan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan
hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai sebagai minimal dua alat bukti
yang termuat dalam Pasal 184 KUHAP (hal. 109).
Halaman 2
Ujian Tengah Semester
2) Tidak sewenang-wenang
Perintah penangkapan tidak dapat dilakukan dengan sewenang-wenang, tetapi
ditujukan kepada mereka yang betul-betul melakukan tindak
pidana. Menjawab pertanyaan Anda, kewajiban Polri dalam melakukan
penangkapan adalah untuk tidak berlaku sewenang-wenang terhadap
“terduga”/tersangka tindak pidana.
3) Berpijak pada landasan hukum
Dalam penangkapan, wewenang yang diberikan kepada penyidik sedemikian
rupa luasnya. Bersumber atas wewenang tersebut, penyidik berhak mengurangi
kebebasan dan hak asasi seseorang asal masih berpijak pada landasan hukum.
Salah satu wewenang ini adalah melakukan penangkapan. Akan tetapi harus
diingat bahwa semua tindakan penyidik mengenai penangkapan itu adalah
tindakan yang benar-benar diletakkan pada proporsi demi untuk kepentingan
pemeriksaan dan benar-benar sangat diperlukan sekali.
4) Tidak menggunakan kekerasan
Setiap petugas/anggota Polri dilarang melakukan penyiksaan tahanan atau
terhadap orang yang disangka terlibat dalam kejahatan. Hal ini juga berkaitan
dengan salah satu hak tahanan, yaitu bebas dari tekanan, seperti diintimidasi,
ditakut-takuti dan disiksa secara fisik. Penyidik juga tidak boleh menggunakan
kekerasan, kecuali dibutuhkan untuk mencegah kejahatan atau membantu
melakukan penangkapan terhadap pelanggar hukum atau tersangka sesuai
dengan peraturan penggunaan kekerasan.
5) Menunjukkan surat perintah
Pelaksanaan tugas penangkapan dilakukan oleh petugas Polri dengan
memperlihatkan surat tugas serta memberikan kepada tersangka surat perintah
penangkapan yang mencantumkan identitas tersangka dan menyebutkan alasan
penangkapan serta uraian singkat perkara kejahatan yang dipersangkakan serta
tempat ia diperiksa. Dalam hal tertangkap tangan, penangkapan dilakukan
tanpa surat perintah, dengan ketentuan bahwa penangkap harus segera
menyerahkan tertangkap beserta barang bukti yang ada kepada penyidik atau
penyidik pembantu yang terdekat.
6) Dalam melaksanakan penangkapan wajib dipertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
1) keseimbangan antara tindakan yang dilakukan dengan bobot ancaman;
Halaman 3
Ujian Tengah Semester
b. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penahanan diatur dalam pasal Pasal 24
KUHAP, yaitu sebagai berikut:
(1) Perintah penahanan yang diberikan oleh penyidik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20, hanya berlaku paling lama dua puluh hari.
(2) Jangka waktu sebagaimana tersebut pada ayat (1) apabila diperIukan guna
kepentingan pemeriksaan yang belum selesai, dapat diperpanjang oleh
penuntut umum yang berwenang untuk paling lama empat puluh hari.
(3) Ketentuan sebagamana tersebut pada ayat (1) dan ayat (2) tidak menutup
kemungkinan dikeluarkannya tersangka dan tahanan sebelum berakhir waktu
penahanan tersebut, jika kepentingan pemeriksaan sudah terpenuhi. (4) Setelah
waktu enam puluh hari tersebut, penyidik harus sudah mengeluarkan tersangka
dan tahanan demi hukum.
Halaman 4
Ujian Tengah Semester
3. Menurut KUHAP agar dalam kasus tersebut dapat dilanjutkan dalam proses
penyidikan dan juga proses penuntutan, maka minimal harus dipenuhi dua alat
bukti. Jelaskan jawaban saudara alat-alat bukti apa sajakah yang terdapat
dalam KUHAP dan berikan dasar hukumnya.
Jawab:
Di dalam pasal 17 KUHAP disebutkan bahwa: “perintah penangkapan
dilakukan terhadap seorang yang diduga keras melakukan tindak pidana
berdasarkan bukti permulaan yang cukup”. Dalam penjelasan Pasal 17
KUHAP disebutkan bahwa yang dimaksud dengan “bukti permulaan yang cukup”
Halaman 5
Ujian Tengah Semester
ialah bukti permulaan untuk menduga adanya tindak pidana sesuai dengan bunyi Pasal
1 angka 14 KUHAP. Adapun Pasal 1 angka 14 KUHAP menjelaskan mengenai
definisi tersangka sebagai seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya,
berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana.
Pasal 184 KUHAP mengatur mengenai alat bukti yang sah. Sebelumnya, di
dalam Pasal 183 KUHAP dinyatakan bahwa hakim tidak boleh menjatuhkan pidana
kepada seorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia
memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa
terdakwalah yang bersalah melakukannya. Oleh karena itu, berdasarkan Pasal 184
KUHAP yang seringkali dikenal sebagai alat bukti yang sah dalam penjatuhan putusan
oleh hakim, antara lain: keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan
keterangan terdakwa.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dua alat bukti yang dibutukan dalam proses
penyidikan dan penuntutan yaitu:
1) minimal satu laporan polisi
2) satu alat bukti yang sah sebagaimana diatur dalam Pasal 184 KUHAP antara lain:
keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa.
Jawab:
Pra peradilan merupakan salah satu lembaga dalam hukum pidana Indonesia,
secara formil diatur dalam Pasal 77 sampai dengan Pasal 83 KUHAP. Dalam praktik
Halaman 6
Ujian Tengah Semester
(2) ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi seseorang yang perkara pidananya
dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan.
Selain dari pihak-pihak dan perihal yang menjadi dasar praperadilan diatas dapat
pula diajukan ganti kerugian dan rehabilitasi akibat tidak sahnya penangkapan atau
penahanan atau akibat sahnya penghentian penyidikan atau penuntutan hal dimaksud
dapat diajukan oleh tersangka atau pihak ketiga yang berkepentingan kepada ketua
pengadilan negeri dengan menyebutkan alasanya. Ketentuan mengenai ganti kerugian
dan rehabilitasi lebih lanjut diatur dalam Pasal 95 sampai dengan Pasal 101 KUHAP.
Atas putusan praperadilan dalam hal sebagaimana dimaksud Pasal 79, dan Pasal
81 KUHAP tidak dapat dimintakan banding, terkecuali putusan praperadilan yang
menetapkan tidak sahnya penghentian penyidikan atau tidak sahnya penghentian
penuntutan. Putusan banding terhadap pemeriksaan keberatan atas putusan
praperadilan pada tingkat pertama yang diajukan penyidik atau penuntut umum atau
tersangka, keluarga termasuk kuasanya merupakan putusan akhir (pihak-pihak
dimaksud dalam uraian di atas yang dapat mengajukan banding tidak secara eksplisit
disebutkan dalam ketentuan KUHAP. Namun demikian, dapat disimpulkan melalui
Halaman 7
Ujian Tengah Semester
suatu analisa bahwasanya kepentingan siapa yang terganggu atas putusan praperadilan
tersebut atau dapat pula diserap suatu ketentuan dari pasal-pasal sebelumnya dalam
undang-undang).
5. Output dari proses penyidikan adalah berupa Berita Acara Pemeriksaan (BAP)
yang kemudian ditindaklanjuti untuk diserahkan kepada Kepala Kejaksaan
Negeri sesuai lokus delikti untuk dijadikan dasar dalam pembuatan Surat
Dakwaan. Surat dakwaan harus memuat dua syarat yaitu syarat formil dan
materiel. Jelaskan kedua syarat tersebut dan berikan dasar hukumnya.
Jawab:
Halaman 8
Ujian Tengah Semester
- Jelas, artinya Jaksa Penuntut Umum harus mampu merumuskan unsur-unsur dari
tindak pidana yang didakwakan sekaligus memadukan dengan uraian perbuatan
material (fakta) yang dilakukan oleh terdakwa dalam surat dakwaan. Harus
dihindari adanya pencampur adukan unsur satu pasal tertentu dengan pasal yang
lain dalam suatu surat dakwaan.
- Lengkap, artinya uraian surat dakwaan harus mencakupi semua unsur-unsur
yang ditentukan secara lengkap. Jangan sampai terjadi ada unsur delik yang tidak
dirumuskan secara lengkap atau tidak diuraikan perbuatan materialnya secara
tegas dalam dakwaan, sehingga berakibat pada perbuatan itu bukan merupakan
tindak pidana menurut undang-undang. Dalam syarat material disebutkan bahwa
surat dakwaan harus menyebutkan tempat (locus Delidti) dan waktu (Tempus
Delicti) dilakukannya tindak pidana.
Halaman 9