Anda di halaman 1dari 10

Ujian Tengah Semester

Nama : Rosyani Ada


NIM : 0711520076
Mata Kuliah : Sosiologi Hukum
Dosen Pengampu : Dr. Suherman, SH.,LLM.

Kasus 1
Sejarah kembali mencatat keputusan pemerintah bersama parlemen menuai perbincangan
hebat di ranah publik. Kali ini, Undang-Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) menjadi
penyebabnya. Pada saat pemerintah menyatakan UU ini akan memberikan perbaikan
kehidupan bagi para pekerja, serikat buruh justru menimbang sebaliknya. Banyak hal yang
menjadi perdebatan selain masalah ketenagakerjaan juga masalah lainnya seperti pengaturan
tentang pertanahan, investasi, pertambangan dan lainnya. Akan tetapi, Pemerintah dan DPR
seolah bersifat defensive dari pada mendengarkan aspirasi masyarakat.

Berdasarkan kasus diatas, jawablah pertanyaan dibawah ini :


1. Jelaskan analisa anda terkait dengan pembentukan undang-undang cipta kerja
dengan sociology of law menurut Aguste Comte ?

Jawab:
Dalam pemikiran Auguste Comte, perubahan sosial selalu berubah dari hal
yang sederhana ke arah yang lebih kompleks, selalu berubah dari kehidupan biasa
menuju kemajuan. Perkembangan perubahan sosial suatu masyarakat akan mengikuti
pola linear yang terdapat pada hukum tiga tahap. Hukum ini merupakan generalisasi
dari tiap tahapan intelegensia manusia yang berkembang semakin maju melalui tiga
tahapan (law of three stages/states) : tahap teologis (the theological stage), tahap
metafisik (the metaphysical stage) dan tahap positif atau ilmu pengetahuan (the positive
stage).
Pertama, Tahap Teologis dan Militer (Teologis). Tahap ini merupakan periode
paling lama dalam sejarah manusia dan disebut sebagai masa kekanakan intelegensia
manusia. Pada tahap ini manusia mempercayai adanya kekuatan-kekuatan supranatural
yang muncul dari kekuatan zat adikodrati atau jimat atau kekuatan yang berasal dari
luar diri manusia atau muncul dari kekuatan tokoh-tokoh agamis yang diteladani oleh
manusia. Dalam kehidupan sosial, masyarakat di sini hidup berdasarakan pada

halaman 1
Ujian Tengah Semester

penaklukan, yaitu hubungan sosial bersifat militer yang senantiasa menaklukkan dan
menundukkan masyarakat lain.
Kedua, Tahap Metafisik (Revolutionary crisis). Tahapan ini merupakan fase
transisi antara tahap teologis menuju ke tahap positfistik sehingga disebut dengan masa
remaja intelegensia manusia. Tahap ini ditandai dengan adanya satu kepercayaan
manusia akan hukum-hukum alam secara abstrak yang diilustrasikan dengan bentuk
pemikiran yang bersifat filosofis, abstrak dan universal. Jadi, kepercayaannya bukan
lagi kepada kekuatan dewa-dewa yang spesifik akan tetapi pemikiran manusia
terbelenggu oleh konsep filosofis dan metafisis yang ditanamkan oleh filosof maupun
orang agamawan secara abstrak dan universal (agen-agen ghaib digantikan dengan
kekuatan abstrak), seperti “Akal Sehat”nya Abad Pencerahan.
Ketiga, Tahap Positif dan Ilmu Pengetahuan (scientific stage). Tahap ini
merupakan tahap terakhir dalam pemikiran evolusionisme sosial Auguste Comte dan
dianggap sebagai masa dewasa intelegensia manusia. Pada tahap ini pikiran manusia
tidak lagi mencari ide-ide absolut yang asli, yang menakdirkan alam semesta dan
menjadi penyebab fenomena. akan tetapi pikiran manusia mulai mencari hukum-hukum
yang menentukan fenomena, atau menemukan rangkaian hubungan yang tidak berubah
dan memiliki kesamaan (tahap berfikir secara ilmiah). Tahap ini manusia mulai
mempercayai data empiris sebagai sumber pengetahuan terakhir namun bersifat
sementara dan tidak mutlak. Namun, melalui analisis sosial tersebut memungkinkan
manusia dapat merumuskan hukum-hukum yang seragam, sehingga manusia mulai
maju dan berkembang di depan ilmu pengetahuan.
Undang-undang cipta kerja disebut juga omnibus law. Menurut Kamus Hukum
Merriam-Webster, istilah omnibus law berasal dari omnibus bill, yakni UU yang
mencakup berbagai isu atau topik. Kata "omnibus" berasal dari bahasa Latin yang
berarti "segalanya“. Omnibus law juga dikenal dengan omnibus bill. Konsep ini sering
digunakan di Negara yang menganut sistem common law seperti Amerika Serikat
dalam membuat regulasi. Regulasi dalam konsep ini adalah membuat satu UU baru
untuk mengamandemen beberapa UU sekaligus. Omnibus law atau omnibus bill
diajukan pemerintah kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk mengamendemen
beberapa UU sekaligus. Secara proses pembuatan, pakar hukum menyebut bahwa tidak
ada perbedaan dengan proses pembuatan UU pada umumnya. Hanya saja, isinya tegas
mencabut atau mengubah beberapa UU yang terkait.

halaman 2
Ujian Tengah Semester

Kaitan sociology of law menurut Auguste Comte tersebut dengan pembentukan


undang-undang cipta kerja menurut analisa saya:
Undang-undang cipta kerja dibentuk untuk sebuah pembaharuan hukum.
Undang-undang cipta kerja adalah sebuah regulasi dengan membuat membuat satu
undang-undang baru untuk mengamanden beberapa undang-undang sekaligus. Hal ini
menyebabkan perubahan sosial di masyarakat. Pemerintah melakukan pembaharuan di
bidang hukum yakni menciptakan payung hukum untuk beberapa undang-undang,
seiring dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahun. Namun sejak disahkan
DPR pada 5 Oktober 2020 lalu, undang-undang cipta kerja terus mendapat protes dan
penolakan dari berbagai elemen masyarakat, termasuk kaum buruh. Aksi protes dan
penolakan yang sangat keras dari berbagai elemen masyarakat dan meluas dari berbagai
daerah menunjukkan bahwa undang-undang cipta kerja memiliki daya legitimasi sosial
yang rendah.

2. Dalam pengesahan Undang-undang Cipta kerja banyak sekali perbedaan


terhadap undang-undang cipta kerja tersebut, Maka seharusnya dilakukan
asimilasi dalam interaksi sosial tersebut untuk mengurangi perbedaan tersebut,
jelaskan faktor-faktor yang mempermudah asimilasi dalam menyikapi perbedaan
undang-undang cipta kerja tersebut ?

Jawab:
Asimilasi adalah pembauran satu kebudayaan yang disertai dengan hilangnya
ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru. Asimilisi muncul
apabila ada golongan masyarakat dengan latar belakang budaya yang berbeda begaul
langsung secara intensif dengan waktu yang lama. Suatu asimilasi ditandai oleh usaha-
usaha mengurangi perbedaan antara orang atau kelompok. Untuk mengurangi
perbedaan itu, asimilasi meliputi usaha-usaha mempererat kesatuan tindakan, sikap,
dan perasaan dengan memperhatikan kepentingan serta tujuan bersama.
Dalam pengertian yang berbeda, khususnya berkaitan dengan interaksi antar
kebudayaan, asimilasi diartikan sebagai proses sosial yang timbul bila ada: (1)
kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya, (2) individu-individu
sebagai anggota kelompok itu saling bergaul secara langsung dan intensif dalam waktu
yang relatif lama, (3) kebudayaan-kebudayaan dari kelompok manusia tersebut masing-

halaman 3
Ujian Tengah Semester

masing berubah dan saling menyesuaikan diri. Biasanya golongan-golongan yang


dimaksud dalam suatu proses asimilasi adalah suatu golongan mayoritas dan beberapa
golongan minoritas.
Faktor-faktor umum yang mempermudah asimilasi:
a. Toleransi Antar Kelompok
Faktor utama yang mendorong terjadinya asimilasi adalah adanya sikap toleransi
antar 2 kelompok yang berbeda atau lebih. Dengan sikap saling menghargai antar
kelompok yang berbeda kebudayaan, maka proses asimilasi lebih mungkin terjadi
pada kelompok-kelompok tersebut.
b. Kesempatan yang Sama di Bidang Ekonomi
Adanya kesempatan yang sama di bidang ekonomi juga bisa jadi faktor pendorong
terjadinya asimilasi. Artinya tiap masyarakat memiliki persamaan kesempatan
dalam bidang ekonomi, sehingga masyarakat lebih terbuka terhadap budaya-
budaya baru yang masuk satu sama lain.
c. Persamaan Unsur Kebudayaan Universal
Adanya persamaan unsur kebudayaan universal juga turut mendorong asimilasi
bisa terjadi. Unsur kebudayaan universal ini merupakan suatu unsur yang hampir
dimiliki oleh tiap kebudayaan, sehingga mudah untuk menerima masuknya budaya
baru dengan persamaan ini.
d. Terjadi Perkawinan Antar Kelompok yang Berbeda
Salah satu faktor utama pendorong asimilasi yang sering ditemui adalah jika terjadi
perkawinan antar kelompok yang berbeda kebudayaan. Pernikahan antar 2 insan
yang berbeda kebudayaan secara tak langsung akan menyatukan 2 kebudayaan.
e. Sikap Saling Menghormati dan Menghargai
Adanya sikap saling menghormati dan menghargai terhadap orang atau kelompok
asing dengan latar kebudayaan yang berbeda menjadi faktor pendorong asimilasi
berikutnya. Masyarakat lebih berpikiran terbuka sehingga menghargai kebudayaan
asing yang masuk.
f. Sikap Terbuka Terhadap Kelompok yang Berkuasa
Faktor pendorong asimilasi selanjutnya adalah adanya sifat yang terbuka terhadap
golongan yang sedang berkuasa di dalam masyarakat. Sikap ini membuat
masyarakat lebih terbuka dan lebih toleran terhadap budaya-budaya asing yang
masuk ke dalam kelompok masyarakat tersebut.

halaman 4
Ujian Tengah Semester

g. Memiliki Musuh Bersama


Terkadang, kesamaan juga bisa ditemui jika memiliki musuh bersama. Asimilasi
juga bisa terjadi jika 2 kelompok memiliki musuh yang sama dan juga meyakini
masing-masing supaya menghadapi musuh tersebut. Hal ini sangat mungkin untuk
mendorong terjadinya asimilasi budaya.

3. Jelaskan analisa saudara terkait pendapat Eugen Ehrlich yang menyatakan


bahwa hukum positif hanya akan efektif apabila selaras dengan hukum yang
hidup dalam masyarakat, atau apa yang disebut oleh para antropolog sebagai
pola-pola kebudayaan (culture patterns) apabila di hubungkan dengan undang-
undang Cipta Kerja ?

Jawab:
Pendapat Eugen Ehrlich (1862-1922) seorang ahli hukum dan sosiolog dari
Austria, yang menyatakan bahwa hukum positif baru akan berlaku secara efektif
apabila berisikan atau selaras dengan hukum yang hidup dalam masyarakat. Persoalan-
persoalan tentang hukum, pada saat ini, tidak lagi merupakan persoalan tentang
legalitas formal, tentang penafsiran pasal-pasal peraturan perundang-undangan secara
semestinya, melainkan bergerak ke arah penggunaan hukum sebagai sarana untuk turut
membentuk tata kehidupan yang baru tersebut atau sesuai dengan kondisi saat itu.
Konsep hukum yang hidup (Living Law), sebuah konsep yang menjadi
kewajiban aparat penegak hukum. Hukum yang dibuat, harus sesuai dengan hukum
yang hidup didalam masyarakat. Itulah sebuah pernyataan yang dikatakan Eugen
Ehrlich. Kalimat singkat yang mempunyai makna dalam. Hakim sebagai salah satu dari
aparat penegak hukum, dalam membuat keputusan harus mempertimbangkan dengan
hukum yang hidup dalam masyarakat, seperti tercantum dalam pasal 5 Undang-Undang
nonor 48 tahun 2009 perubahan atas Undang-Undang nomor 4 tahun 2004 tentang
Kekuasaan Kehakiman, yaitu: Hakim dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti,
dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.
Menurut Ehrlich dalam bukunya yang berjudul “grendlegung der sociological
rechts (1913)”, mengatakan bahwa masyarakat adalah ide umum yang dapat digunakan
untuk menandakan semua hubungan sosial, yakni keluarga, desa, lembaga-lembaga
sosial, negara, bangsa, sistem ekonomi maupun sistem hukum dan sebagainya. Ehrlich

halaman 5
Ujian Tengah Semester

memandang semua hukum sebagai hukum sosial, tetapi dalam arti bahwa semua
hubungan hukum ditandai oleh faktor-faktor sosial ekonomis. Sistem ekonomis yang
digunakan dalam produksi, distribusi, dan konsumsi bersifat menentukan bagi
keperluan hukum.
Teori Ehrlich yang mengambil masyarakat sebagai ide dasar pembentukan
hukum mengatakan bahwa semua hukum positif berakar dalam suatu hukum
fundamental masyarakat. Hukum fundamental adalah apa yang menguasai seluruh
hidup bersama. Hidup bersama pada masyarakat modern dikuasai oleh solidaritas
sosial. Solidaritas sosial merupakan hukum fundamental masyarakat sekarang.

Lalu jika pendapat Eugen Ehrlich tersebut dikaitkan dengan pengesahan undang-
undang cipta kerja, berikut pendapat saya:
Sebelum disahkan rancangan undang-undang cipta kerja banyak mendapat
protes dari berbagai kalangan masyarakat. Tidak sedikit masyarakat yang melakukan
aksi demo. Jika melihat realita penolakan dari masyarakat tersebut, apakah undang-
undang cipta kerja tersebut dapat dikatakan telah sejalan dengan hukum yang hidup di
masyarakat? Lalu apa sebenarnya yang dimaksud dengan hukum yang hidup itu?
Hukum yang hidup dalam masyarakat pada dasarnya adalah hukum yang diakui
oleh masyarakat atau kelompok masyarakat, yang mana hukum ini lahir dari kebiasaan-
kebiasaan yang tidak bersifat sengketa, melainkan sebuah pandangan rasional
masyarakat tentang apa yang adil, ideal, serta dicita-citakan oleh setiap anggota
masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena hukum ini lahir dari pandangan rasional
masyarakat dan dicita-citakan oleh seluruh anggota masyarakat, maka hukum ini tidak
memerlukan institusionalisasi atau pelembagaan serta pengesahan dari badan atau
pejabat mana pun. Institusionalisasi tersebut tidak dibutuhkan karena hukum yang
hidup tersebut bukan merupakan hukum imperatif yang dipaksakan dari atas,
melainkan lahir dan tumbuh dari bawah sebagai hasil dari interaksi diantara anggota
masyarakat dan senantiasa hidup dalam komunitas masyarakat tersebut. Hukum itu
benar-benar inheren dengan tatanan kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Itulah
mengapa ia disebut sebagai hukum yang hidup.
Berdasarkan uraian tersebut, maka saya menyimpulkan bahwa undang-
undang cipta kerja tersebut belum sejalan dengan hukum yang hidup di masyarakat.
Undang-undang cipta kerja dirancang dan disahkan oleh para aparat hukum tanpa

halaman 6
Ujian Tengah Semester

mempertimbangkan apa yang menjadi problematika di masyarakat atas penolakan


undang-undang cipta kerja tersebut.

Kasus 2
KOMPAS.com - Usai mengumumkan bahwa mereka telah melakukan pernikahan siri,
Lesti Kejora dan Rizky Billar dibully netizen karena dianggap telah melakukan
pembohongan publik. Untuk diketahui, Lesti dan Billar yang akrab disapa Leslar
mengumumkan telah menikah secara siri sejak bulan Januari 2021 lalu. Namun, rangkaian
acara akad disiarkan secara langsung di televisi pada 19 Agustus 2021. Reaksi kemarahan
netizen terhadap Leslar menimbulkan kebingungan dan pro kontra. Pasalnya, pernikahan
merupakan hak individu dan masalah pribadi seseorang. Lantas, mengapa netizen marah
pada Lesti dan Billar karena menikah siri terlebih dahulu?
(https://www.kompas.com/sains/read/2021/09/30/203508523/kenapa-netizen-marah-soal-
leslar-menikah-siri-ahli-media-lipi-jelaskan.)

4. Berdasarkan kasus diatas, maka interaksi 7ocial yang manakah yang terjadi
apakah interaksi social assosiatif atau disassosiatif ?

Jawab:
Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antara individu dengan
individu, individu dengan kelompok ataupun suatu kelompok dengan kelompok lain
yang dimana dalam hubungan tersebut dapat mengubah, mempengaruhi, memperbaiki
antara satu individu dengan individu lainnya.
a. Interaksi Sosial Asosiatif
Bentuk interkasi sosial aosiatif adalah bentuk interaksi sosial yang mengarah pada
kesatuan. Interaksi sosial asosiatif sendiri dapat dibagi kedalam 3 bentuk khusus
interaksi yaitu:
1) Kerjasama
Kerjasama dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antar individu
atau kelompok demi tercapainya tujuan bersama. Kerjasama timbul karena ada
orientasi dari individu terhadap kelompoknya (yaitu in-grupnya) dan
kelompok lainnya (yang merupakan out-groupnya). Menurut Charles H.

halaman 7
Ujian Tengah Semester

Cooley kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai


kepentingan-kepentingan yang sama, dan pada saat yang sama memiliki cukup
pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi
kepentingan-kepentingan tersebut melalui kerjasama. Sehingga disini dapat
dikatakan bahwa faktor pendorong terjadinya kerjasama adalah adanya
kepentingan bersama.
Suatu kerja sama dapat berupa kerjasama spontan, kerjasama langsung,
dan kerjasama kontrak, serta kerjasama tradisional. Kerjasama spontan yaitu
kerjasama yang terjadi secara serta merta, sedangkan kerjasama langsung yaitu
hasil dari perintah atasan atau penguasa, dan kerjasama kontrak yaitu
kerjasama yang terjadi atas dasar tertentu, serta kerjasama tradisional
merupakan kerjasama sebagai bagian dari unsur sistem social.
2) Akomodasi
Akomodasi merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk
menyelesaikan suatu pertikaian atau konflik dari pihak-pihak yang bertikai
yang mengarah pada kondisi atau keadaan selesainya suatu konflik pertikaian
tersebut. Tujuan akomodasi yaitu sebagai berikut:
- Akomodasi bertujuan untuk mengurangi perbedaan paham, pertentangan
politik atau permusuhan antar kelompok.
- Mencegah terjadinya ledakan konflik yang berupa benturan antar
kelompok seperti perang.
- Menyatukan dua kelompok atau lebih yang terpisah-pisah untuk mencapai
persatuan dan kesatuan.
- Mengupayakan terjadinya proses antar suku, etnis, atau ras, antar agama,
atau golongan dan lain sebagainya yang mengarah pada proses terjadinya
asimilasi.
3) Asimilasi
Asimilasi merupakan proses sosial yang ditandai oleh adanya upaya-
upaya mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang
perorangan atau antara kelompok sosial yang diikuti dengan usaha-usaha
untuk mencapai kesatuan tindakan, sikap, dan prosesproses mental dengan
memperhatikan kepentingan bersama.

halaman 8
Ujian Tengah Semester

b. Interaksi Sosial Disosiatif


Interaksi sosial disosiatif dapat diartikan sebagai suatu perjuangan melawan
seseorang atau sekelompok orang. Interaksi yang disosiatif dibagi dalam tiga bentuk
yaitu sebagai berikut:
1) Persaingan
Persaingan dapat diartikan sebagai suatu proses sosial dimana individu atau
kelompok-kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-
bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum
(baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian
publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa menggunakan
ancaman atau kekerasan. Persaingan dapat bersifat pribadi dan dapat juga bersifat
antar kelompok. Beberapa bentuk persaingan yaitu berupa persaingan ekonomi,
persaingan kebudayaan, persaingan kedudukan dan peranan, serta persaingan ras.
2) Kontravensi
Kontravensi pada hakekatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada
antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Kontravensi ini ditandai
dengan adanya gejala-gejala ketidak pastian mengenai diri seseorang atau suatu
rencana dan perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebencian atau keragu-
raguan terhadap keperibadian seseorang. Perasaan seperti ini akan berkembang
menjadi sebuah kemungkinan, kegunaan, keharusan, atau penilaian terhadap suatu
usul, buah pikiran, kepercayaan, atau rencana yang rencana yang dikemukakan
orang-perorangan atau kelompok manusia lain. Menurut Leopold von Weise dan
howard Becker, ada lima hal dalam kontravensi yang mencakup:
- Proses umum kontravensi meliputi perbuatan seperti penolakan dan lain
sebagainya.
- Bentuk-bentuk kontravensi yang sederhana seperti memaki-maki orang lain.
- Bentuk-bentuk kontravensi yang intensif seperti penghasutan
- Kontravensi yang bersifat rahasia seperti perbuatan khianat
- Kontravensi yang bersifat taktis seperti mengganggu atau membingungkan
pihak lain.

halaman 9
Ujian Tengah Semester

3) Pertentangan atau pertikaian


Pertentangan atau pertikaian merupakan suatu proses sosial dimana individu atau
kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak
lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan. Faktor-faktor yang melatar
belakangi terjadinya pertentangan atau pertikaian yaitu:
- Perbedaan antara individu-individu
- Perbedaan kebudayaan
- Perbedaan kepentingan
- Perubahan sosial
Berdasarkan uraian tersebut, maka saya berkesimpulan bahwa pada kasus Lesti
dan Billar yang melakukan pembohongan publik mengenai pernikahan siri mereka
termasuk dalam bentuk interaksi sosial disosiatif kontravensi. Pernikahan mereka yang
digelar dan disiarkan di televisi menimbulkan kebingungan di kalangan masyarakat.
Mereka menggelar akad pernikahan dan disiarkan di televisi pada 19 Agustus 2021.
Namun kenyataannya mereka telah melaksanakan nikah siri pada Januari 2021. Enam
bulan setelah melaksanakan pernikahan siri, barulah mereka menggelar akad yang
disaksikan oleh masyarakat melalui media. Meskipun pernikahan merupakan hak
individu dan masalah pribadi, namun hal tersebut mengarah pada konflik dan
perpecahan bagi netizen.

halaman 10

Anda mungkin juga menyukai