Anda di halaman 1dari 17

UNIVERSITAS PAMULANG Program Studi S1 Hukum

PERTEMUAN 6

UPAYA PAKSA DALAM PENYIDIKAN

A. TUJUAN BELAJAR

1.1 Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pengertian dan berbagai jenis


upaya paksa.
1.2 Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian penangkapan.
1.3 Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian, alasan, syarat, prosedur, jenis,
penghitungan masa, penangguhan, pengalihan, dan batas waktu
penahanan.
1.4 Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian, dan prosedur penggeledahan.
1.5 Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian penyitaan.

B. URAIAN MATERI

Tujuan Pembelajaran 1.1


PENGERTIAN DAN BERBAGAI JENIS UPAYA PAKSA
Dalam melakukan penyidikan, penyidik oleh hukum telah diberikan
kewenangan untuk melakukan sejumlah upaya paksa yang dibutuhkan. Hal ini
dilakukan agar proses penyidikan berjalan lancar hingga pelimpahan berkas perkara
dan tersangka kepada penuntut umum. Upaya paksa yang bisa dilakukan adalah
penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan.
Upaya paksa adalah serangkaian tindakan penyidik untuk melaksanakan
penyidikan, yaitu dalam hal melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan,
penyitaan, dan pemeriksaan surat. Dalam keadaan normal, bilamana tindakan itu
dilakukan tanpa dasar ketentuan undang-undang, maka hal tersebut dapat

HUKUM ACARA PIDANA 87


UNIVERSITAS PAMULANG Program Studi S1 Hukum

dikualifikasikan sebagai pelanggaran hak asasi manusia, khususnya tentang hak


dan kebebasan pribadi dari orang yang ditindak.1
Rusli Muhammad mengutarakan, bahwa yang dimaksud dengan istilah
“upaya paksa” adalah tindakan yang dilakukan oleh penyidik secara paksa atas
kebebasan bergerak seseorang atau untuk memiliki dan menguasai suatu barang, atau
terhadap kemerdekaan pribadinya untuk tidak mendapat gangguan terhadap siapa pun
dengan tujuan agar penyidikan berjalan dengan lancar.2

Tujuan Pembelajaran 1.2


PENANGKAPAN
Penangkapan adalah “suatu tindakan penyidik berupa pengekangan sementara
waktu kebebasan tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna
kepentingan penyidikan atau penuntutan dan atau peradilan dalam hal serta menurut
cara yang diatur dalam undang-undang ini” (Pasal 1 Angka 20 KUHAP).

Menurut M. Yahya Harahap, penyidik memiliki kewenangan yang luas.


Karena kewenangannya, hak asasi seseorang dapat dibatasi oleh penyidik selagi
dibenarkan menurut hukum. Salah satu pembatasan hak asasi oleh penyidik adalah
penangkapan. Namun demikian, tindakan yang berkaitan dengan penangkapan yang
dilakukan oleh penyidik harus proporsional dan hanya bertujuan penyidikan. 3
Penangkapan, secara lengkap diatur dalam Pasal 16 sampai dengan Pasal 19
KUHAP.

Pasal 16

1
Nikolas Simanjuntak, 2009, Acara Pidana Indonesia Dalam Sirkus Hukum, Ghalia Indonesia,
Jakarta, hlm. 77.
2
Rusli Muhammad, 2007, Hukum Acara Pidana Kontemporer, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 6.
3
M Yahya Harahap, 2010. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Jakarta, Sinar
Grafika, hlm. 157

HUKUM ACARA PIDANA 88


UNIVERSITAS PAMULANG Program Studi S1 Hukum

(1).“Untuk kepentingan penyelidikan, penyelidik atas perintah penyidik


berwenang melakukan penangkapan.
(2).Untuk kepentingan penyidikan, penyidik dan penyidik pembantu berwenang
melakukan penangkapan”.
Pasal 17
“Perintah penangkapan dilakukan terhadap seorang yang diduga keras
melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup”.
Pasal 18
(1) “Pelaksanaan tugas penangkapan dilakukan oleh petugas kepolisian negara
Republik Indonesia dengan memperlihatkan surat tugas serta memberikan
kepada tersangka surat perintah penangkapan yang mencantumkan identitas
tersangka dan menyebutkan alasan penangkapan serta uraian singkat perkara
kejahatan yang dipersangkakan serta tempat ia diperiksa.
(2) Dalam hal tertangkap tangan penangkapan dulakukan tanpa surat perintah,
dengan ketentuan bahwa penangkap harus segera menyerahkan tertangkap
beserta barang bukti yang ada kepada penyidik atau penyidik peinbantu yang
terdekat.
(3) Tembusan surat perintah penangkapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
harus diberikan kepada keluarganya segera setelah penangkapan dilakukan”.
Pasal 19
(1) “Penangkapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, dapat dilakukan
untuk paling lama satu hari.
(2) Terhadap tersangka pelaku pelanggaran tidak diadakan penangkapan kecuali
dalam hal ia telah dipanggil secara sah dua kali berturut-turut tidak
memenuhi panggilan itu tanpa alasan yang sah”.
Jika merujuk pada Pasal 1 butir 20, Pasal 1 butir 31, Pasal 16, Pasal 17, Pasal
18, Pasal 19 KUHAP, maka secara lengkap, penangkapan dapat didefinisikan sebagai
tindakan penyelidik atau penyidik melakukan pengekangan seseorang yang telah
cukup bukti melakukan tindak pidana dalam jangka waktu 1 x 24 jam dengan
prosedur menunjukan surat tugas, menyerahkan surat perintah dan tembusannya
keada keluarga orang yang ditangkap.

HUKUM ACARA PIDANA 89


UNIVERSITAS PAMULANG Program Studi S1 Hukum

Perihal maksud “permulaan yang cukup”, KUHAP tidak menjelaskannya.


Oleh karena itu, dalam praktik sangat bergantung pada objektifitas penilaian
penyelidik maupun penyidik. Darwin Prints, dengan merujuk pada hasil Rapat Kerja
Mahkamah Agung, Kehakiman, Kejaksaan dan Polisi tanggal 21 Maret 1984
menyebutkan bahwa “bukti permulaan yang cukup” seyogyannya minimal laporan
polisi ditambah satu alat bukti lainnya”. 4

4
Darwin Prints, 1989, Hukum acara Pidana; Suatu Pengantar, Djambatan, Jakarta, hlm, 43

HUKUM ACARA PIDANA 90


UNIVERSITAS PAMULANG Program Studi S1 Hukum

Tujuan Pembelajaran 1.3


PENAHANAN
Penahanan menurut Pasal 1 butir 21 adalah “penempatan tersangka atau
terdakwa di tempat tertentu oleh penyidik, atau penuntut umum atau hakim dengan
penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini”.

Alasan Penahanan
Pasal 21 Ayat (1) KUHAP dengan tegas menyebutkan, bahwa penahanan atau
penahanan lanjutan terhadap tersangka atau terdakwa dapat dilakukan dengan alasan:
1. Tersangka atau terdakwa dikhawatirkan melarikan diri;
2. Tersangka atau terdakwa merusak atau menghilangkan barang bukti;
3. Tersangka atau terdakwa akan mengulangi tindak pidana.

Syarat Penahanan
1. Syarat Objektif
Syarat ini diatur dengan tegas dalam Pasal 21 Ayat (4) huruf a dan huruf b
KUHAP, yaitu tindak pidana diancam dengan pidana penjara lima tahun atau
lebih dan tindak pidana lain sebagaimana ditentukan dalam Pasal Pasal 21 Ayat
(4) huruf b.
2. Syarat Subjektif
Syarat subjektif merupakan syarat yang merujuk pada alasa dilakukannya
penahanan sebagaimana dalam Pasal 21 Ayat (1) KUHAP, yakni adanya
kehawatiran bahwa tersangka atau terdakwa melarikan diri, tersangka atau
terdakwa merusak atau menghilangkan barang bukti, atau tersangka atau
terdakwa mengulangi perbuatannya.

Prosedur Penahanan

HUKUM ACARA PIDANA 91


UNIVERSITAS PAMULANG Program Studi S1 Hukum

Prosedur penahanan diatur dalam ketentuan Pasal 21 Ayat (2) KUHAP. Jika
dalam proses penyidikan ataupun persidangan, diperlukan melakukan penahanan
terhadap seseorang, maka penyidik atau hakim yang melakukan penahanan wajib
memberikan Surat Penahanan atau Penetapan Hakim.
Surat perintah penahanan atau penetapan hakim, setidak-tidaknya memuat identitas
tersangka atau terdakwa, alasan dilakukannya penahanan dan uraian tindak pidana
yang disangkakan atau didakwakan.
Selain menyerahkan Surat Penahanan atau Penetapan kepada seseorang yang
akan ditahan, penyidik atau hakim juga wajib memberikan tembusannya kepada
keluarga.

Jenis Penahanan
Ketentuan yang mengatur tentang berbagai jenis penahanan terdapat dalam
Pasal 22 KUHAP, yaitu:
1. Penahanan Rumah Tahanan Negara;
Rumah Tahanan Negara atau yang biasa disebut Rutan merupakan tempat
penahan seseorang yang masih menjalani proses hukum, baik penyidikan
maupun penuntutan atau persidangan. Selain Rutan, Lapas (Lembaga
Pemasyarakatan) juga dapat difungsikan sebagai Rutan. Hal ini mengingat
keterbatasan jumlah Rutan. Selain itu, tempat tahanan di kepolisian, kejaksaan
juga menjadi Cabang Rutan.5
2. Penahanan Rumah;
Penahanan dilakukan di rumah tempat tinggal atau kediaman tersangka atau
terdakwa yang telah di tentukan dalam surat perintah penahanan atau surat
penetapan penahanan tersangka atau terdakwa yang menjalani penahananan
rumah.6

5
Adnan Paslyadja, 2003, Hukum Acara Pidana, Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Jakarta,
Jakarta, hlm.45
6
Ibid

HUKUM ACARA PIDANA 92


UNIVERSITAS PAMULANG Program Studi S1 Hukum

Seseorang yang menjalani penahanan rumah, menurut Pasal 22 Ayat (2) dan
Ayat (3) KUHAP, dapat keluar dari rumah yang menjadi tempat penahanan
jika memperoleh izin dari penyidik, penuntut umum atau hakim yang telah
memerintahkan penahanan.
3. Penahanan Kota.
Penahanan dilakukan di dalam kota atau desa yang disebutkan telah di
tentukan dalam surat perintah penahanan atau surat penetapan penahanan
tersangka atau terdakwa yang menjalani penahananan kota.7
Pengawasan seseorang yang menjalani penahanan kota dilaksanakan secara
tidak langsung dengan cara orang yang menjalani penahanan tersebut melapor
kepada penyidik atau hakim yang memerintahkan penahanan. Hal ini sesuai
dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 22 Ayat (3) KUHAP:
“Penahanan kota dilaksanakan di kota tempat tinggal atau tempat kediaman
tersangka atau terdakwa, dengan kewajiban bagi tersangka atau terdakwa
melapor diri pada waktu yang ditentukan”

Penghitungan Masa Penahanan


Masa penahanan seseorang (yang dijatuhkan pidana), dikurangkan seluruhnya
dari pidana yang dijatuhkan. Penghitungan untuk masing-masing jenis penahanan
adalah sebagai berikut:
1. Penahanan Rumah Tahanan Negara;
Jenis penahanan ini penghitungannya sama dengan jumlah lamanya waktu
penahanan dijalani (Pasal 22 Ayat (3) KUHAP). Jika seseorang sudah
menjalani 30 hari penahanan di Rutan, maka penghitungan pengurangan masa
penahanan adalah 30 hari. Sebagai contoh, seseorang telah dijatuhkan
hukuman 3 bulan penjara, dan selama proses hukum sudah menjalani
penahanan Rutan selama 30 hari. Maka orang tersebut hanya akan menjalani
hukuman penjara selama 2 bulan.

7
Ibid

HUKUM ACARA PIDANA 93


UNIVERSITAS PAMULANG Program Studi S1 Hukum

2. Penahanan Rumah
Jenis penahanan ini penghitungannya adalah sepertiga jumlah lamanya waktu
penahanan dijalani (Pasal 22 Ayat (3) dan Ayat (4)). Jika seseorang sudah
menjalani 30 hari penahanan rumah, maka penghitungan pengurangan masa
penahanan adalah 10 hari. Sebagai contoh, seseorang telah dijatuhkan
hukuman 3 bulan penjara, dan selama proses hukum sudah menjalani
penahanan rumah selama 10 hari. Maka orang tersebut akan menjalani
hukuman penjara selama 2 bulan dan 20 hari.

3. Penahanan Kota
Jenis penahanan ini penghitungannya adalah seperlima jumlah lamanya waktu
penahanan dijalani (Pasal 22 Ayat (3) dan Ayat (4)). Jika seseorang sudah
menjalani 30 hari penahanan kota, maka penghitungan pengurangan masa
penahanan adalah 6 hari. Sebagai contoh, seseorang telah dijatuhkan hukuman
3 bulan penjara, dan selama proses hukum sudah menjalani penahanan kota
selama 30 hari. Maka orang tersebut akan menjalani hukuman penjara selama
2 bulan dan 24 hari.

Penangguhan Penahanan dan Pengalihan Jenis Penahanan


Penangguhan penahanan dapat diajukan oleh tersangka atau terdakwa baik
secara langsung maupun melalui penasehat hukumnya. Permohonan penangguhan
diajukan kepada penyidik atau hakim yang melakukan penahanan.
Pengajuan penangguhan penahanan diberikan baik dengan jaminan uang
maupun dengan tanpa jaminan uang. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 31 Ayat
(1) KUHAP: “Atas permintaan tersangka atau terdakwa, penyidik atau penuntut
umum atau hakim sesuai dengan kewenangan masing-masing, dapat mengadakan
penangguhan penahanan dengan atau tanpa jaminan uang atau jaminan orang,
berdasarkan syarat yang ditentukan”.
Uang jaminan penangguhan penahan yang besarnya ditentukan pejabat
disimpan di kepaniteraan pengadilan negeri. Dan jika tersangka atau terdakwa

HUKUM ACARA PIDANA 94


UNIVERSITAS PAMULANG Program Studi S1 Hukum

melarikan diri, maka dalam jangka waktu tiga bulan tersangka atau terdakwa yang
melarikan diri tidak ditemukan, maka uang jaminan tersebut diserahkan kepada
negara dengan menyetor kepada kas negara.

Pasal 35 PP No. 27 Tahun 1983;


(1) Uang jaminan penangguhan penahanan yang ditetapkan pejabat yang berwenang
sesuai dengan tingkat pemeriksaan disimpan di kepaniteraan Pengadilan Negeri;
(2) Apabila tersangka atau terdakwa melarikan diri dan setelah lewat waktu tiga
bulan tidak diketemukan, uang jaminan tersebut menjadi milik negara dan disetor
ke kas Negara.

Selain dengan atau tanpa jaminan uang, penanggguhan penahanan juga dapat
diberikan dengan atau tanpa jaminan orang sebagaimana ketentuan dalam Pasal 31
Ayat (1) KUHAP tersebut di atas. Secara lengkap, perihal jaminan orang diatur dalam
Pasal 36 PP No. 27 Tahun 1983.

Pasal 36 PP No. 27 Tahun 1983


(1) Dalam hal jaminan itu adalah orang, dan tersangka atau
terdakwa melarikan diri, maka setelah lewat waktu tiga bulan
tidak ditemukan, penjamin diwajibkan membayar uang yang
jumlahnya telah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai
dengan tingkat pemeriksaan;
(2) Uang yang dimaksud dalam ayat (1) harus disetor ke kas Negara
melalui panitera pengadilan negeri;
(3) Apabila penjamin tidak dapat membayar sejumlah uang yang
dimaksudkan pada ayat (1), juru sita menyita barang miliknya
untuk dijual lelang dan hasilnya disetor ke kas Negara dengan
melalui panitera pengadilan negeri.

Seseorang yang menjalani penahanan dapat dialihkan jenis penahanannya


sesuai dengan kebutuhan, baik karena kewenangan pejabat yang melakukan
penahanan amaupun atas permohonan orang yang ditahan.

Pasal 23 KUHAP

HUKUM ACARA PIDANA 95


UNIVERSITAS PAMULANG Program Studi S1 Hukum

(1) Penyidik atau penuntut umum atau hakim berwenang untuk


mengalihkan jenis penahanan yang satu kepada jenis penahanan
yang lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22;
(2) Pengalihan jenis penahanan dinyatakan secara tersendiri dengan
surat perintah dari penyidik atau penuntut umum atau penetapan
hakim yang tembusannya diberikan kepada tersangka atau
terdakwa serta keluarganya dan kepada instansi yang
berkepentingan.

Batas Waktu Penahanan


1. Batas Waktu Penahanan oleh Penyidik
Penyidik untuk kepentingan penyidikan diberikan kewenangan melakukan
penahanan selama 20 (dua puluh) hari.
Jika dibutuhkan, karena penyidikan belum selesai, maka dapat dilakukan
perpanjangan penahanan selama 40 (empat puluh) hari oleh penuntut umum atas
permintaan penyidik.
Dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari, demi hukum penyidik wajib
mengeluarkan tersangka dari penahanan.
Dalam hal tertentu, yakni tersangka mengalami gangguan fisik atau mental
(disertai keterangan dokter), atau ancaman pidananya 9 tahun atau lebih, maka
penahanan dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari
dan dapat diperpanjangan untuk jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh). Hal ini
sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 29 Ayat (2) KUHAP.

Pasal 24
(1) Perintah penahanan yang diberikan oleh penyidik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20, hanya berlaku paling lama dua puluh
hari;
(2) Jangka waktu sebagaimana tersebut pada ayat (1) apabila
diperlukan guna kepentingan pemeriksaan yang belum selesai,
dapat diperpanjang oleh penuntut umum yang berwenang untuk
paling lama empat puluh hari;
(3) Ketentuan sebagaimana tersebut pada ayat (1) dan ayat (2) tidak
menutup kemungkinan dikeluarkannya tersangka dari tahanan
sebelum berakhir waktu penahanan tersebut, jika kepentingan
pemeriksaan sudah terpenuhi;

HUKUM ACARA PIDANA 96


UNIVERSITAS PAMULANG Program Studi S1 Hukum

(4) Setelah waktu enam puluh hari tersebut, penyidik harus sudah
mengeluarkan tersangka dari tahanan demi hukum.

2. Batas Waktu Penahanan oleh Penuntut Umum


Penuntut Umum untuk kepentingan penyidikan diberikan kewenangan
melakukan penahanan selama 20 (dua puluh) hari.
Jika dibutuhkan, maka dapat dilakukan perpanjangan penahanan selama 30
(tiga puluh) hari. Namun demikian, yang memperpanjang adalah Ketua Pengadilan
Negeri atas permintaan penuntut umum.
Dalam jangka waktu 50 (lima puluh) hari, demi hukum Penuntut Umum wajib
mengeluarkan dari penahanan apabila perkaranya belum dilimpahkan ke pengadilan.
Dalam hal tertentu, yakni tersangka mengalami gangguan fisik atau mental
(disertai keterangan dokter), atau ancaman pidananya 9 tahun atau lebih, maka
penahanan dapat diperpanjang ketua pengadilan atas permintaan penuntut umum
untuk jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari dan dapat diperpanjangan untuk
jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh). Hal ini sebagaimana diatur dalam
ketentuan Pasal 29 Ayat (2) KUHAP.

Batas Waktu Penahanan oleh Hakim Pengadilan Negeri


Hakim yang mengadili untuk kepentingan pemeriksaan diberikan kewenangan
melakukan penahanan selama 30 (tiga puluh) hari.
Jika dibutuhkan, karena pemeriksaan belum selesai dan perkara belum
diputus, maka dapat dilakukan perpanjangan penahanan selama 60 (enam puluh) hari.
Dalam jangka waktu 90 (Sembilan puluh) hari, demi hukum hakim wajib
mengeluarkan tersangka dari penahanan apabila perkara belum diputus. Hakim juga
diberikan kewenangan setiap saat sepanjang masa pemeriksaan untuk mengeluarkan
terdakwa dari tahanan.
Dalam hal tertentu, yakni tersangka mengalami gangguan fisik atau mental
(disertai keterangan dokter), atau ancaman pidananya 9 tahun atau lebih, maka
penahanan dapat diperpanjang oleh Ketua Pengadilan Tinggi atas permintaan hakim

HUKUM ACARA PIDANA 97


UNIVERSITAS PAMULANG Program Studi S1 Hukum

yang mengadili untuk jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari dan dapat
diperpanjangan untuk jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh). Hal ini sebagaimana
diatur dalam ketentuan Pasal 29 Ayat (2) KUHAP.

Batas Waktu Penahanan oleh Hakim Pengadilan Tinggi


Hakim yang memeriksa pada pengadilan tinggi untuk kepentingan diberikan
kewenangan melakukan penahanan selama 30 (tiga puluh) hari.
Jika dibutuhkan, maka hakim yang memeriksa pada pengadilan tinggi dapat
melakukan perpanjangan penahanan selama 60 (enam puluh) hari.
Dalam jangka waktu 90 (sembila puluh) hari, demi hukum hakim yang
mengadili pada pengadilan tinggi wajib mengeluarkan dari penahanan.
Dalam hal tertentu, yakni tersangka mengalami gangguan fisik atau mental
(disertai keterangan dokter), atau ancaman pidananya 9 tahun atau lebih, maka
penahanan dapat diperpanjang Mahkamah Agung atas permintaan hakim yang
mengadili pada pengadilan tinggi untuk jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari
dan dapat diperpanjangan untuk jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh). Hal ini
sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 29 Ayat (2) KUHAP.

Batas Waktu Penahanan oleh Hakim Mahkamah Agung


Hakim Agung yang memeriksa untuk kepentingan diberikan kewenangan
melakukan penahanan selama 50 (lima puluh) hari.
Jika dibutuhkan, maka hakim agung yang memeriksa dapat melakukan
perpanjangan penahanan hingga 60 (enam puluh) hari.
Dalam jangka waktu 110 (seratus sepuluh) hari, demi hukum hakim agung
wajib mengeluarkan dari penahanan.
Dalam hal tertentu, yakni tersangka mengalami gangguan fisik atau mental
(disertai keterangan dokter), atau ancaman pidananya 9 tahun atau lebih, maka
penahanan dapat diperpanjang Ketua Mahkamah Agung hingga 30 (tiga puluh) hari
dan dapat diperpanjangan selama-lamanya 30 (tiga puluh). Hal ini sebagaimana diatur
dalam ketentuan Pasal 29 Ayat (2) KUHAP.

HUKUM ACARA PIDANA 98


UNIVERSITAS PAMULANG Program Studi S1 Hukum

Lama Lamanya Perpanjangan Jumlah Perpanjangan Total


sesuai Pasal 29 Lamanya
Yang Ayat (2) Penahanan
berwenang

Penyidik 20 40 60 30 + 30 120

Penuntut 20 30 50 30 + 30 110
Umum

Hakim PN 30 60 90 30 + 30 150

Hakim PT 30 60 90 30 + 30 150

Hakim MA 50 60 110 30 + 30 170

Total Lamanya Penahanan 400 300 700

Tujuan Pembelajaran 1.4


PENGGELADAHAN
Merujuk pada ketentuan Pasal 1 butir 17 dan Pasal 1 butir 18, maka
penggeladahan terdiri atas (1) penggeladahan rumah, dan (2) penggeladahan badan.

Pasal 1 butir 17 KUHAP


“Penggeledahan rumah adalah tindakan penyidik untuk memasuki rumah tempat
tinggal dan tempat tertutup lainnya untuk melakukan tindakan pemeriksaan dan atau
penyitaan dan atau penangkapan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam
undang-undang ini”

HUKUM ACARA PIDANA 99


UNIVERSITAS PAMULANG Program Studi S1 Hukum

Pasal 1 butir 18 KUHAP


“Penggeledahan badan adalah tindakan penyidik untuk mengadakan pemeriksaan
badan dan atau pakaian tersangka untuk mencari benda yang didup keras ada pada
badannya atau dibawanya serta, untuk disita”

Prosedur Penggeladahan
Prosedur penggeladahan rumah diatur dalam ketentuan Pasal 33 KUHAP.
Penggeladahan dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
1. Membawa surat tugas;
2. Mendapatkan izin ketua pengadilan negeri. Dalam hal keadaan yang
mendesak, maka tidak memerlukan izin ketua pengadila. Namun demikian
diperlukan persetujuan ketua pengadilan. Untuk mendapatkan persetujuan
tersebut, penyidik segera melaporkan kepada ketua pengadilan setelah
penggeladahan selesai dilakukan;
3. Disaksikan dua orang saksi atau dua orang saksi dan disaksikan kepala desa
atau lingkungan;
4. Membuat berita acara dengan ditanda tangani penyidik, pemilik rumah atau
tersangka selambat-lambatnya dua hari setelah penggeladahan dilakukan, dan
beritas acara tersebut disampaikan kepada pemilik rumah.

Penggeladahan badan dilakukan apabila seorang tersangka ditangkap atau


tertangkap tangan dan tidak memerlukan izin ketua pengadilan. Namun demikian,
harus mendapatkan persetujuan jika dari penggeladahan tersebut terdapat barang yang
disita.

Tujuan Pembelajaran 1.5


PENYITAAN
Menurut Pasal 1 butir 16 KUHAP, “penyitaan adalah serangkaian tindakan
penyidik untuk mengambil alih dan atau menyimpan di bawah penguasaannya benda
bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan
pembuktian dalam penyidikan, penuntutan dan peradilan”.

HUKUM ACARA PIDANA 100


UNIVERSITAS PAMULANG Program Studi S1 Hukum

Dari pengertian di atas, maka dapat diuraikan sebagai berikut:


1. Penyitaan hanya dapat dilakukan oleh penyidik;
2. Jenis benda yang dapat disita, semua jenis (benda bergerak: kendaraan, benda
tidak bergerak: rumah, kapal, benda berwujud: kendaraan, rumah, kapal, uang,
benda tidak berwujud: piutang);
3. Penguasaan benda beralih kepada penyidik (secara fisik atau dititipkan
kembali kepada pemilik benda/ berada di bawah pengawasan penyidik);
4. Penyitaan dilakukan untuk kepentingan pembuktian.

C. Kesimpulan

HUKUM ACARA PIDANA 101


UNIVERSITAS PAMULANG Program Studi S1 Hukum

Upaya paksa adalah serangkaian tindakan penyidik untuk melaksanakan


penyidikan, yaitu dalam hal melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan,
penyitaan, dan pemeriksaan surat.

Penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa pengekangan sementara


waktu kebebasan seseorang yang menjadi tersangka atau terdakwa guna kepentingan
penyidikan atau penuntutan dan atau peradilan.

Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh


penyidik, atau penuntut umum atau hakim dengan penetapannya.

Penggeledahan adalah tindakan penyidik untuk memasuki rumah tempat


tinggal dan tempat tertutup lainnya atau pemeriksaan badan/ pakaian untuk
melakukan tindakan pemeriksaan dan atau penyitaan dan atau penangkapan.
Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih dan
atau menyimpan di bawah penguasaannya suatu benda untuk kepentingan
pembuktian dalam penyidikan, penuntutan dan peradilan.

D. LATIHAN SOAL / TUGAS

1. Jelaskan apa yang dimaksud upaya paksa dalam proses penyidikan!


2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan penangkapan dan bagaimana KUHAP
mengatur proses penangkapan!
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan penahanan dan bagaimana KUHAP
mengatur proses penahanan!
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan penggeledahan dan bagaimana KUHAP
mengatur proses penggeledahan!
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan penyitaan dan bagaimana KUHAP
mengatur proses penyitaan!

E. DAFTAR PUSTAKA

HUKUM ACARA PIDANA 102


UNIVERSITAS PAMULANG Program Studi S1 Hukum

BUKU

Harahap, M. Yahya, 2010. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP,


Jakarta, Sinar Grafika.

Muhammad, Rusli, 2007, Hukum Acara Pidana Kontemporer, Citra Aditya Bakti,
Bandung.

Paslyadja, Adnan, 2003, Hukum Acara Pidana, Fakultas Hukum Universitas


Muhammadiyah Jakarta, Jakarta.

Prints, Darwin, 1989, Hukum acara Pidana; Suatu Pengantar, Djambatan, Jakarta.

Simanjuntak, Nikolas, 2009, Acara Pidana Indonesia Dalam Sirkus Hukum, Ghalia
Indonesia, Jakarta.

HUKUM ACARA PIDANA 103

Anda mungkin juga menyukai