KEWARGANEGARAAN
PENAHANAN TANPA PROSES HUKUM YANG ADIL
DISUSUN OLEH:
ANGIE APRILIA CAROLIN
2330308030025
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
berkatnya kepada kita.Sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini
tepat waktu. Adapun judul yang saya ambil kali ini adalah “Penahanan Tanpa
Proses Hukum Yang Adil”.
Laporan penelitian tentang Penahanan Tanpa Proses Hukum Yang Adil dapat
dikemukan melalui Pendidikan Kewarganegaraan menurut pendapat saya dan
juga di bantu dari berbagai sumber lainnya. Alasan saya mengangkat tema
makalah ini adalah karena dengan adanya makalah ini saya dapat mengetahui
apa saja masalah masalah bangsa yang bisa diantisipasi ataupun diselesaikan
melalui Pendidikan kewarganegaraan.
Saya sebagai penulis menyadari bahwa makalah yang disusun ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, dengan rendah hati saya memohon kritik
dan saran yang membangun dari Dosen pengajar serta teman-teman lainnya
untuk dapat menyempurnakan penulisan makalah ini agar berguna bagi saya
khususnya dan yang berkepentingan.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………i
DAFTAR ISI……………………….………………………………………………...………..ii
BAB I PENDAHULUAN………………………..………………………………………….1
1.1 Latar belakang…………………….……………………………………...…1
1.2 Rumusan masalah………………………………………………………….2
1.3 Tujuan…………………………………………..……………………………….2
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………………….3
2.1 Pengertian Pertahanan…………………………………………..………3
2.2 System Peradilan Pidana……………………………………..…………4
2.3 System Lembaga Penahanan………………………………………….4
2.4 Solusi……………………………………………………………………..………6
BAB III PENUTUP………………………………………………………………….………..7
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….7
3.2 Saran…………………………………………………………………..…………7
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….……8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
Apa yang dimaksud dengan penahanan?
Bagaimana system kerja peradilan pidana?
Bagaimana system Lembaga penahanan
Apa solusi yang dapat diberikan dalam masalah ini?
1.3 TUJUAN
Tujuan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui penyebab ataupun penjeasan dari
penahanan dari hokum tanpa proses yang adil, dan mengetahui bagaimana system system
yang berlaku bekerja.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
KUHP selain mengatur alasan penahanan yang bersifat subjektif, juga mengatur alasan
penahanan yang bersifat objektif dalam Pasal 21 Ayat (4). Alasan penahanan objektif yaitu
alasan penahanan yang didasarkan pada jenis tindak pidana apa yang dapat dikenakan
penahanan. Dari alasan objektif ini jelas bahwa tidak semua tindak pidana dapat dikenakan
penahanan terhadap tersangka atau terdakwa. Adapun tindak pidana yang dapat dikenakan
penahanan yaitu tindak pidana yang ancaman pidananya maksimal 5 ke atas serta tindak
pidana sebagaimana disebutkan secara limitatis dalam Pasal 21 Ayat (4) sub d.
4
Waktu penahanan sebanyak 400 hari untuk seluruh proses peradilan pidana, sangat
mungkin “diperdagangkan” baik oleh Polisi sebagai penyidik, Jaksa sebagai Penuntut Umum
maupun Hakim serta Penasehat Hukum ataupun oleh pelapor sendiri.
Kewenangan yang diberikan Undang-Undang ini didukung dengan adanya penangguhan
penahanan sebagaimana diatur oleh pasal 61 KUHAP, yang menyatakan atas permint- aan
tersangka atau terdakwa atau penasehat hu- kumnya dapat dilakukan penangguhan
penahanan atas diri tersangka/terdakwa dengan atau tanpa jaminan uang atau jaminan
orang.
Kewenangan yang diberikan oleh Undang- Undang ditambah dengan kecemasan tersangka/
terdakwa atau keluarganya dapat menjadikan proses peradilan pidana tidak
menggambarkan proses hukum yang adil. Kecemasan atau ketakutan tadi dapat menjadi
pendorong utama Tersangka/Terdakwa atau penasehat Hukumnya untuk berani melakukan
tindakan yang bertentangan dengan hukum. “Kehilangan Kemerdekaan” yang
mengakibatkan tersangka/Terdakwa tidak dapat berkomunikasi dan berhubungan dengan
lingkun- gan sosial masyarakat, terhambatnya usaha bisnis, maupun ketakutan akan
perlakuan sesama tahanan memperbesar kemungkinan untuk mengusahakan dengan jalan
“menyuap” aparat penegak hukum agar ditangguhkan penahanannya. Aparat penegak
hukumpun pasti terlindung dibalik asal 31 Undang-Undang No. 8 Tahun 1981. Dalam hal ini
yang mengalami kerugian selalu tersangka/ terdakwa dan tidak sedikit biaya yang harus
dikeluarkan, disamping itu saksi korban mau- pun keluarganya tidak dapat bertindak.
Adanya wewenang yang diberikan oleh Undang-Undang pada Polisi, Jaksa serta Hakim sulit
bisa kita menerima proses peradilan itu berjalan dengan ajar begitu juga terhadap
putusannya-pun sering menderitakan pencari keadilan an kewibawaan hukum itu sendiri.
Memang disadari bahwa pada akhirnya keten- tuan-ketentuan tentang Lembaga Penahanan
yang diatur didalam KUHAP, dapat tidaknya berjalan sungguh-sungguh, terpulang kepada
karakter oknum Penegak Hukum. Sebab pengertian tentang “adanya bukti permulaan yang
cukup, kepentin- gan penyelidikan/penyidikan atau tidak melari- kan diri, tidak
menghilangkan bukti dan tidak mengulangi tindak pidana” yang dipakai sebagai dasar
penahanan, penangguhan penahanan atau pencabutan penangguhan penahanan lebih
banyak dipengaruhi faktor subjektif dari pelaksanaan oknum Penegak Hukum tersebut.
Didalam praktek ada kalanya seseorang yang belum memiliki bukti permulaan yang cukup
untuk disangka melakukan tindak pidana telah dilakukan penahanan dan ada kalanya
oknum Penegak Hukum dengan menyatakan demi ke- pentingan penyidikan, penuntutan,
pemeriksaan ataupun agar si tersangka/terdakwa tidak melari- kan diri, tidak
menghilangkan barang bukti atau tidak mengulangi tindak pidana dilakukan pena- hanan.
Akan tetapi dilain pihak tidak jarang pula seseorang tersangka/terdakwa yang telah ditahan
berdasarkan bukti permulaan yang cukup, sede- mikian mudahnya ditangguhkan penahanan
atas dirinya, atau balikan dalam banyak kasus pidana, seseorang yang menurut bukti-bukti
sudah cukup untuk ditahan, tidak ditahan.
5
Mengenai hal itu, Kapolri dalam Surat Keputusannya No. Pol. SKEEP/04/1/1982, tanggal 18
Pebruari 1982 menentukan, bahwa bukti permu- laan yang cukup itu, adalah bukti yang
merupakan keterangan dan data yang terkandung didalam dua di antara :
• Laporan Polisi;
• Berita Acara Pemeriksaan di TKP;
• Laporan Hasil Penyelidikan;
• Keterangan Saksi/Saksi Ahli; dan
• Barang Bukti;
• Yang setelah disimpulkan menunjukkan telah terjadi tindak pidana kejahatan.
2.4 SOLUSI
Dari penjelasan dan masalah diatas, adapun solusi solusi yang dapat diberikan:
6
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Kesimpulan dari masalah ini adalah Hukum dapat ditegakkan secara adil jika petugas
penegak hukum bekerja secara profesional dan tidak memandang bulu ketika melakukan
penegakkan bagi pelaku pelanggar hukum, misalnya memberikan hukuman yang sedikit
kepada seseorang pelanggar hukum yang memilki jabatan tinggi hal seperti inilah yang
membuat hukum berjalan tidak adil oleh karena itu semua pelanggar hukum harus diadili
sesuai dengan peraturan dan pasal yang ada tanpa dikurangi dan dilebihkan.
4.2 SARAN
Dalam masalah ini, adapun saran yang diberikan agar apart hokum dapat bertindak lebih
tegas dan adil agar tidak terjadinya penahanan-penahanan yang tidak adil terhadap pelaku
ataupun korban.
7
DAFTAR PUSTAKA