Anda di halaman 1dari 8

STUDI DESKRIPTIF

KONSEP PENDIDIKAN PADA MASA REMAJA MENURUT


KH. MUHAMMAD IDRIS JAUHARI

PAPER

(LOGO)

Disusun oleh:
Nama
NIM

FAKULTAS
UNIVERSITAS
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Pembahasan............................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A. Hak Mengajukan Praperadilan...............................................................................2
B. Hak untuk Tidak Disiksa........................................................................................3
BAB III PENUTUP................................................................................................5
A. Kesimpulan............................................................................................................5
B. Saran......................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................6

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak Mengajukan Praperadilan dan Hak untuk Tidak Disiksa memiliki peran yang
sangat penting dalam menjaga hak asasi manusia di Indonesia. Hak-hak ini melindungi hak
asasi manusia, mencegah penyalahgunaan kekuasaan oleh aparat penegak hukum,
memberikan perlindungan hukum, dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
aparat penegak hukum. Hak Mengajukan Praperadilan memungkinkan pengawasan terhadap
tindakan aparat penegak hukum yang melanggar hak asasi manusia, sementara Hak untuk
Tidak Disiksa melindungi individu dari tindakan penyiksaan (Prasetyo & Herawati, 2022).
Dengan adanya hak-hak ini, tersangka dapat mencari keadilan atas pelanggaran hak-haknya
yang dilakukan oleh penyidik. Dengan demikian, Hak Mengajukan Praperadilan dan Hak
untuk Tidak Disiksa adalah instrumen penting dalam memastikan penghormatan terhadap
hak asasi manusia di Indonesia.
B. Rumusan Pembahasan
Dalam pembahasan ini, maka dirumuskanlah beberapa rumusan masalah yang akan
dibahas secara mendetai yakni:
1. Apa yang dimaksud hak mengajukan praperadilan?
2. Apa yang dimaksud hak untuk tidak disiksa?
C. Tujuan Pembahasan
Setelah menentukan rumusan masalah, maka tujuan pembahasan dapat ditentukan
sebagai berikut:
1. Ingin mengetahui hak mengajukan praperadilan
2. Ingin mengetahui hak untuk tidak disiksa

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hak Mengajukan Praperadilan
1) Pengertian Praperadilan
Praperadilan adalah proses hukum yang memberikan wewenang kepada
Pengadilan Negeri untuk memeriksa dan memutuskan apakah suatu penangkapan
atau penahanan, permintaan ganti rugi atau rehabilitasi yang diajukan oleh tersangka,
keluarganya, pihak lain, atau kuasanya adalah sah atau tidak. Selain itu, praperadilan
juga melibatkan penilaian sah atau tidaknya penyitaan barang bukti. Praperadilan
pada dasarnya merupakan mekanisme hukum yang memungkinkan Pengadilan
Negeri untuk melakukan fungsi pengawasan, terutama ketika terdapat dugaan bahwa
penyidik atau penuntut umum telah menggunakan upaya paksa terhadap
tersangka.Tujuan utama dari praperadilan adalah untuk menegakkan hukum,
keadilan, dan kebenaran dalam sistem peradilan pidana. Proses ini memberikan
kesempatan bagi pihak-pihak yang merasa dirugikan atau meragukan tindakan
penegakan hukum yang telah dilakukan terhadap mereka untuk mengajukan
permohonan ke Pengadilan Negeri guna mendapatkan penilaian independen terhadap
sah atau tidaknya tindakan tersebut (Wulandari, 2015).
2) Dasar Hukum Praperadilan
Dasar hukum Praperadilan adalah Pasal 77 sampai dengan Pasal 87 KUHAP,
yang memberikan landasan hukum untuk pengajuan permohonan praperadilan dalam
sistem peradilan di Indonesia. Selain itu, perlu dicatat bahwa Putusan Mahkamah
Konstitusi (MK) Nomor 21/PUU-XII/2014 juga memiliki peran penting dalam
mengembangkan kewenangan praperadilan. Putusan tersebut secara signifikan
memperluas cakupan praperadilan dengan memungkinkan pemeriksaan terhadap sah
atau tidaknya penetapan tersangka, penggeledahan, dan penyitaan oleh aparat
penegak hokum (Afandi, 2016). Dengan demikian, praperadilan telah menjadi alat
yang lebih kuat untuk melindungi hak individu dan menjaga proses hukum yang adil
di negara ini.
3) Proses Pengajuan Praperadilan
Proses pengajuan Praperadilan dimulai dengan langkah awal mengajukan
permohonan ke Pengadilan Negeri. Dalam tahap ini, pemohon harus memastikan
bahwa permohonan yang diajukan memenuhi syarat-syarat yang telah diatur dalam
Pasal 80 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Setelah

2
permohonan telah diterima oleh Pengadilan Negeri, proses berlanjut dengan tahap
pemeriksaan. Pengadilan Negeri akan melakukan pemeriksaan untuk menentukan
apakah permohonan yang diajukan dapat diterima atau tidak (Kurniawan et al.,
2023).
Apabila Pengadilan Negeri menilai bahwa permohonan tersebut memenuhi
syarat dan dapat diterima, selanjutnya Pengadilan Negeri akan melanjutkan proses
dengan memeriksa validitas dari penangkapan atau penahanan yang menjadi inti dari
permohonan Praperadilan. Selain itu, Pengadilan Negeri juga akan memeriksa
permintaan ganti rugi atau rehabilitasi, serta penyitaan barang bukti yang mungkin
terkait dengan kasus tersebut. Penting untuk dicatat bahwa jika suatu perkara telah
dimulai diperiksa oleh Pengadilan Negeri, dan proses pemeriksaan terkait
permohonan kepada praperadilan belum selesai, maka permohonan praperadilan
tersebut akan gugur (Kurniawan et al., 2023). Hal ini menunjukkan bahwa proses
Praperadilan merupakan sebuah tahapan penting dalam sistem peradilan pidana yang
memungkinkan pihak yang merasa hak-haknya terlanggar untuk menguji legalitas
penangkapan atau penahanan sebelum masuk ke proses persidangan yang lebih
lanjut.
4) Manfaat dan Tujuan Praperadilan
Manfaat dan tujuan Praperadilan adalah sebagai berikut (Rusman Sumadi, 2021):
a) Melindungi hak asasi manusia: Praperadilan merupakan wewenang Pengadilan
Negeri untuk melakukan fungsi pengawasan terutama dalam hal dilakukan
upaya paksa terhadap tersangka oleh penyidik atau penuntut umum. Pengawasan
tersebut ditujukan agar aparat penegak hukum tidak sewenang-wenang dalam
melaksanakan tugasnya
b) Mencegah penyalahgunaan kekuasaan: Praperadilan dapat mencegah
penyalahgunaan kekuasaan oleh aparat penegak hukum dalam melaksanakan
tugasnya
c) Memberikan perlindungan hukum: Praperadilan memberikan perlindungan
hukum bagi seseorang yang merasa hak-haknya telah dilanggar oleh aparat
penegak hokum
d) Menegakkan hukum, keadilan, dan kebenaran: Praperadilan bertujuan untuk
menegakkan hukum, keadilan, dan kebenaran melalui sarana pengawasan.
B. Hak untuk Tidak Disiksa
1) Pengertian Hak untuk Tidak Disiksa

3
Hak untuk Tidak Disiksa adalah salah satu hak asasi manusia yang dijamin oleh
undang-undang di Indonesia. Hak ini memiliki peran penting dalam melindungi
individu dari tindakan penyiksaan yang dapat dilakukan oleh petugas atau anggota
Polri. Pelanggaran terhadap hak ini bisa terjadi pada tahap penyidikan, ketika
penyidik melakukan tindakan-tindakan yang melanggar prinsip-prinsip hak asasi
manusia, seperti pemaksaan atau tindakan kekerasan fisik terhadap tersangka.
Perlindungan hak untuk tidak disiksa adalah langkah penting dalam memastikan
bahwa proses hukum di Indonesia berlangsung dengan adil dan menjunjung tinggi
prinsip-prinsip hak asasi manusia (Darwis, 2020, p. 19).
2) Dasar Hukum Hak untuk Tidak Disiksa
Dasar hukum Hak untuk Tidak Disiksa merujuk pada Pasal 28I ayat (1) UUD 1945
yang secara tegas menyatakan bahwa "Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa
adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun." Hal
ini menegaskan bahwa hak untuk tidak disiksa adalah hak asasi manusia yang mutlak
dan tak terpisahkan, yang harus dihormati dan dilindungi oleh negara dalam segala
kondisi. (Laia, 2021). Selain itu, Pasal 9 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia juga menekankan pentingnya hak ini dengan menggarisbawahi bahwa
setiap individu memiliki hak untuk dilindungi dari tindakan penyiksaan, sehingga
memberikan landasan hukum yang kuat untuk melindungi individu dari perlakuan
yang merendahkan martabat dan integritas manusia (Jufri, 2017).
3) Proses Hukum Hak untuk Tidak Disiksa
Proses hukum untuk melindungi Hak untuk Tidak Disiksa dimulai dengan langkah
pertama, yaitu pengajuan laporan atau pengaduan oleh korban atau pihak terkait
kepada pihak berwenang yang berwenang, seperti Polri atau Komnas HAM. Setelah
laporan atau pengaduan diterima, pihak berwenang akan segera memulai proses
penyelidikan mendalam terhadap kasus tersebut, dengan tujuan untuk
mengumpulkan bukti dan informasi yang diperlukan. Jika dalam proses penyelidikan
ditemukan bukti yang cukup untuk mendukung tuduhan pelanggaran Hak untuk
Tidak Disiksa, maka pelaku atau pelaku-pelaku tersebut akan diadili dalam sistem
peradilan yang berlaku. Dalam pengadilan, mereka akan diberikan kesempatan untuk
membela diri, dan apabila terbukti bersalah, mereka akan dikenakan sanksi sesuai
dengan hukum yang berlaku sebagai upaya untuk menghindari dan menghukum
tindakan penyiksaan serta memastikan perlindungan hak asasi manusia yang lebih
luas (Lady et al., 2021).

4
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Hak
Mengajukan Praperadilan dan Hak untuk Tidak Disiksa adalah instrumen penting
dalam menjaga dan melindungi hak asasi manusia di Indonesia. Keduanya berperan
dalam mencegah penyalahgunaan kekuasaan oleh aparat penegak hukum dan
memberikan perlindungan hukum bagi individu. Hak Mengajukan Praperadilan
memungkinkan pengawasan terhadap tindakan aparat penegak hukum yang melanggar
hak asasi manusia, sementara Hak untuk Tidak Disiksa melindungi individu dari
tindakan penyiksaan. Kedua hak ini memiliki dasar hukum yang kuat dan proses
hukum yang memastikan perlindungan hak-hak individu. Dengan memahami dan
menjalankan hak-hak ini dengan baik, diharapkan masyarakat dan aparat penegak
hukum dapat bersama-sama memastikan penghormatan dan perlindungan yang lebih
baik terhadap hak asasi manusia di Indonesia.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini, mungkin terdapat beragam pendapat yang dapat
dikritisi karena ilmu memiliki cakupan yang luas dan bisa berasal dari berbagai
sumber. Selain itu, penting untuk memberikan saran yang konstruktif guna perbaikan
makalah ini. Mohon maaf atas segala kekurangan yang mungkin ada, dan terima kasih
banyak atas perhatiannya

5
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, F. (2016). PERBANDINGAN PRAKTIK PRAPERADILAN DAN


PEMBENTUKAN HAKIM PEMERIKSA PENDAHULUAN DALAM
PERADILAN PIDANA INDONESIA. Mimbar Hukum - Fakultas Hukum
Universitas Gadjah Mada, 28(1), 93. https://doi.org/10.22146/jmh.15868

Darwis, N. (2020). PERLINDUNGAN DAN PENGHORMATAN HAK NARAPIDANA


DI MASA PANDEMI COVID 19. Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara, 11(1).
https://doi.org/10.35968/jh.v11i1.649

Jufri, M. (2017). NUANSA MAQHASID AL-SYARIAH DALAM UNDANG-UNDANG


NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA. Istinbath :
Jurnal Hukum, 14(1), 1. https://doi.org/10.32332/istinbath.v14i1.735

Kurniawan, E., Shophan, A., & Suprapto. (2023). Jangka Waktu Pengajuan Pra Peradilan
terhadap Objek Penghentian Penyidikan. JIMPS, 8(3).
https://doi.org/10.24815/jimps.v8i3.26299

Lady, M. A., Anugrah, R., Monalisa, & Wahyu, A. J. (2021). KEDUDUKAN KOMISI
NASIONAL HAM DALAM KONSTITUSI DAN KETATANEGARAAN.
Siyasah: Jurnal Hukum Tatanegara, 1(1).
https://e-journal.metrouniv.ac.id/index.php/siyasah/article/view/3752

Laia, L. D. (2021). PERLINDUNGAN HUKUM DALAM PENERAPAN HUKUMAN


MATI PADA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA. Jurnal Panah
Keadilan, 1(1).

Prasetyo, D., & Herawati, R. (2022). Tinjauan Sistem Peradilan Pidana Dalam Konteks
Penegakan Hukum dan Perlindungan Hak Asasi Manusia Terhadap Tersangka di
Indonesia. Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia, 4(3), 402–417.
https://doi.org/10.14710/jphi.v4i3.402-417

Rusman Sumadi. (2021). Praperadilan Sebagai Sarana Kontrol Dalam Melindungi Hak
Asasi Manusia (HAM) Tersangka. Jurnal Hukum Sasana, 7(1), 149–162.
https://doi.org/10.31599/sasana.v7i1.597

Wulandari, S. (2015). KAJIAN TENTANG PRAPERADILAN DALAM HUKUM


PIDANA. Jurnal Ilmiah Serat Acitya, 4(3). http://dx.doi.org/10.56444/sa.v4i3.160

Anda mungkin juga menyukai