Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL SKRIPSI

STUDI PUTUSAN PRAPERADILAN ULTRA PETITA AKIBAT


PERINTAH HAKIM KEPADA PENYIDIK UNTUK MENETAPKAN
TERSANGKA

NAMA : ANDIKA EKA SETYAWAN


NIM : 163112330050190
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Praperadilan adalah wewenang yang diberikan kepada hakim pengadilan negri
dalam memeriksa dan memutus menurut cara yang diatur dalam undang-undang.
Praperadilan lahir untuk melakukan pengawasan terhadap aparat penegak hukum dalam
melaksanakan kewenangannya agar tidak menyalahi wewenangnya, oleh sebab itu
dalam pelaksanaannya diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP).
Praperadilan adalah proses persidangan sebelum sidang masalah pokok
perkaranya disidangkan. Pengertian perkara pokoknya adala perkara materinya,
sedangkan dalam praperadilan, proses persidangannya hanya menguji proses tatacara
penyidikan dan penuntutan, bukan terhadap materi pokoknya. Adapun yang dimaksud
dengan materi pokoknya adalah materi perkara itu, misalnya perkara pencurian, maka
materi pokoknya adalah perkara pencurian. Dalam praperadilan, yang disidangkan
adalah masalah tata cara penyidikannya, misalkan ketika menangkap tersangka
pencurian, apakah yang ditangkap itu benar-benar pelaku pencurian sebagaimana yang
dimaksud dalam laporan polisinya. Selanjutnya, dalam penahanan apakah sudah
dilengkapi dengan surat perintah penahanan, atau apakah penahanan itu tidak melanggar
hukum karena telah lewat waktu penahanannya, apakah keluarga tersangka juga sudah
dikirimi pemberitahuan tentang tindakan penangkapan dan tindakan penahanan.1
Pelaksanaan persidangan Praperadilan diatur dalam Pasal 77 Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1981 Tentang KUHAP, yang memberikan pengertian praperadilan
sebagai berikut :
1. Sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan atau
penghentian penuntutan
2. Ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi seseorang yang perkara
pidananya dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan.

1
Hartono, Penyidikan dan Penegakkan Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta : 2010, hlm. 80.
Yang berhak mengajukan upaya Praperadilan untuk memeriksa sh atau tidaknya
upaya paksa, tuntutan ganti kerugian, dan permintaan rahabilitasi adalah :
1. Tersangka
2. Keluarga tersangka
3. Ahli waris tersangka
4. Kuasa hukum tersangka
5. Pihak ketiga yang berkepentingan
Yang dimaksud dengan pihak ketiga yang berkepentingan adalah saksi korban
tindak pidana atau pelapor atau organisasi non pemerintah.2
Salah satu kasusnya adalah permohonan Praperadilan oleh Masyarakat Anti
Korupsi Indonesia (MAKI) terhadap termohon Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Lembaga tersebut menilai bahwa KPK tidak melanjutkan proses penyidikan kasus
Korupsi Bank Century yang dilakukan Boediono, Muliaman D Hadad, Raden Pardede
dkk. Hingga akhirnya Pengadilan Negeri Jakarta Selatan mengeluarkan Putusan Nomor
24/Pid/Pra/2018/PN.Jkt.Sel yang dikeluarkan melalui tangan hakim tunggal Praperadilan
Effendi Muchtar, yang mana hasil putusan tersebut adalah ;
1. Mengabulkan permohonan Praperadilan Pemohon Untuk sebagian;
2. Memerintahkan Termohon untuk melakukan proses hukum selanjutnya
sesuai dengan ketentuan hukum dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku atas dugaan tindak pidana korupsi Bank Century dalam bentuk
Penyidikan dan menetapkan tersangka terhadap Boediono, Muliaman D
Hadad, Raden Pardede dkk, (sebagaimana tertuang dalam surat dakwaan
atas nama Terdakwa BUDI MULYA) atau melimpahkannya kepada
kepolisian dan atau kejaksaan untuk dilanjutkan dengan penyelidikan,
penyidikan dan penuntutan dalam proses persidangan di Pengadilan
Tipikor Jakarta Pusat;
3. Menolak Permohonan Pemohon Praperadilan untuk selain dan selebihnya
4. Membebankan biaya peprkara kepada Termohon, sebesar NIHIL.

Bahwasannya berdasarkan penjelasan diatas, ada beberapa alasan penulis untuk


membahas topik ini, antara lain sebagai berikut :
2
Satjipto Raharjo Dan Anton Tabah, Polisi Pelaku Dan Pemikir, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993, hlm. 58.
Pertama, Praperadilan adalah wewenang pengadilan negeri untuk memeriksa dan
memutus menurut cara yang diatur dalam undang-undang. Sehingga pada dasarnya
Praperadilan diperuntukkan untuk memeriksa berjalannya suatu tindak pidana apakah
benar atau tidaknya dalam melakukan pemeriksaan tersangka, penangkapan tersangka
dan ganti rugi atau reahbilitasi oleh tersangka, sehingga fungsi control dalam suatu
perkara agar berjalan dan memberikan kepastian hukum dalam perkara a quo.

Kedua, Permasalahan yang terjadi antara Masyarakat Anti Korupsi Indonesia


(MAKI) dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), MAKI mengajukan permohonan
Praperadilan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan sidang Praperadilan tersebut yang
mana dilakukan oleh hakim tunggal Effendi Muchtar mengeluarkan putusan dan putusan
tersebut banyak mendapatkan berbagai macam pandangan terhadap putusan tersebut.

Berdasarkan alasan diatas, penulis akan membuat proposal skripsi yang berjudul :
STUDI PUTUSAN PRAPERADILAN ULTRA PETITA AKIBAT PERINTAH
HAKIM KEPADA PENYIDIK UNTUK MENETAPKAN TERSANGKA.

B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan masalah yang penulis akan bahas, yaitu:
1. Bagaimanakah Praperadilan kasus Korupsi Bank Century dijalankan oleh
Pengadilan Negeri berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana ?
2. Apakah Putusan Praperadilan Nomor 24/Pid/Pra/2018/PN.Jkt.Sel di Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan telah melanggar wewenang dari seorang hakim
berdasarkan KUHAP ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui putusan Praperadilan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
telah sejalan dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana mengenai
Praperadilan.
2. Untuk mengetahui wewenang seorang hakim dalam menjalankan dan memutus
sidang Praperadilan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan telah sesuai
berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai sumber ilmu pengetahuan dalam bidang hukum pada umumnya, dan
dalam bidang hukum pidana pada khususnya.
2. Sebagai bahan kajian lebih lanjut untuk akademisi dan praktisi hukum.
E. Kerangka Teori dan Konsep
a. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah kerangka kerangka pemikiran, pendapat-pendapat, teori, tesis
mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan ataupun
pegangan teoritis dalam suatu penelitian. Sedangkan teori hukum merupakan suatu
keseluruhan pernyataan yang saling berkaitan dengan sistem konseptual aturan sistem
hukum dan putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap.
Teori hukum yang dibahas dalam penelitian ini dikolerasikan dengan rumusan masalah
yang akan dibahas dalam penelitian ini. Adapun teori yang digunakan antara lain :
1. Penegakkan Hukum
Sistem peradilan pidana pada dasarnya merupakan suatu mekanisme dari
aparat penegak hukum pidana ketika melakukan penyelidikan dan penyidikan,
penangkapan dan penahanan, penuntutan dan pemeriksaan dipengadilan.3
Menurut S.M Amin, penegakan hukum dalam istilah peradilan pidana
dilakukan oleh Kepolisian (Penyidik), Kejaksaan (Penuntut), dan Kehakiman
(Pemberi Hukuman).4
Penegakan hukum dapat juga diartikan penyelenggarakan hukum oleh
petugas penegak hukum dan oleh setiap orang yang mempunyai kepentingan
sesuai dengan kewenangannya masing-masing menurut aturan hukum yang
berlaku. Penegakan hukum pidana merupakan satu kesatuan proses diawali
dengan penyidikan, penangkapan, penahanan, peradilan terdakwa dan diakhiri
dengan pemasyarakatan terpidana.5
Menurut Soerjono Soekanto, penegakan hukum adalah kegiatan
menyerasikan hubungan nila-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah mantap

3
Syarifuddin Pettanase, Hukum Acara Pidana, Universitas Sriwijaya, Palembang, 1997, hlm. 48.
4
S.M Amin, Hukum Acara Pengadilan Negeri, Pradnya Paramita, Jakarta, 1981, hlm. 32.
5
Harun M.Husen, Kejahatan dan Penegakan Hukum Di Indonesia. Jakarta :Rineka Cipta. 1990. hlm 58
dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir. untuk
menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.6
Penegakan hukum bukanlah semata-mata berarti hanya pada pelaksanaan
perundang-undangan saja atau berupa keputusan-keputusan hakim. Banyak
factor yang mempengaruhi penegakkan hukum itu sendiri secara langsung
maupun tidak langsung. Faktor tersebut yang bisa memberikan dampak positif
maupun negative dilihat dari segi factor penegakan itu menjadi agar suatu kaidah
hukum tersebut benar-benar berfungsi. Menurut Soerjono Soekanto
faktorfaktornya adalah :
a. Faktor hukumnya sendiri atau peraturan itu sendiri Dapat dilihat dari
adannya peraturan undang-undang, yang dibuat oleh pemerintah dengan
mengharapkan dampak positif yang akan didapatkan dari penegakan hukum.
Dijalankan berdasarkan peraturan undang-undang tersebut, sehingga mencapai
tujuan yang efektif. Didalam undang-undang itu sendiri masih terdapat
permasalahanpermasalahan yang dapat menghambat penegakan hukum, yakni :
1. Tidak diikuti asas-asas berlakunya undang-undang.
2. Belum adanya peraturan-pelaksanaan yang sangat dibutuhkan
untuk menerapkan undang-undang.
3. Ketidakjelasan arti kata-kata di dalam undang-undang yang
mengakibatkan kesimpangsiuran di dalam penafsiran serta
penerapannya.

b. Faktor penegak hukum, yaitu pihak-pihak yang membentuk dan


menerapkan hukum Istilah penegakan hukum mencakup mereka yang secara
langsung maupun tidak langsung berkecimpung dibidang penegakan hukum,
seperti : dibidang kehakiman, kejaksaan, kepolisian, kepengacaraan dan
permasyarakatan. Penegak hukum itu sendiri harus menjalankan tugas dan
wewenangnya berdasarkan Undang – undang ada.

2. Teori Kewenangan

6
Soerjono Soekanto.Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.Jakarta: UI Press.1983. hlm. 35
Dalam hukum publik, wewenang berkaitan dengan kekuasaan. Kekuasaan
memiliki makna yang sama dengan wewenang karena kekuasaan yang dimiliki
oleh Badan Eksekutif, Badan Legislatif dan Badan Yudikatif adalah kekuasaan
formal. Kekuasaan merupakan unsur esensial suatu negara dalam melakukan
proses penyelenggaraan pemerintahan disamping unsur-unsur lainnya yaitu: a)
hukum ; b) wewenang; c)keadilan; d)kejujuran; e)kebijakbestarian; dan
f)kebijakan7.
Agar kekuasaan dapat dijalankan maka dibutuhkan penguasa atau organ
sehingga negara itu dikonsepkan sebagai himpunan jabatan-jabatan (een ambten
complex) di mana jabatan-jabatan itu diisi oleh sejumlah pejabat yang
mendukung hak dan kewajiban tertentu berdasarkan konstruksi subyek-
kewajiban.8 Dengan demikian kekuasaan mempunyai dua aspek, yaitu aspek
politik dan aspek hukum, sedangkan kewenangan hanya beraspek hukum semata.
Kewenangan dan wewenang memiliki pengertian yang berbeda,
kewenangan adalah kekuasaan formal yang berasal dari undang-undang,
sedangkan wewenang adalah suatu spesifikasi dari kewenangan yang artinya
barang siapa yang diberikan kewenangan oleh undang-undang maka ia berwenang
untuk melakukan sesuatu tersebut dalam kewenangan itu. Secara yuridis,
pengertian wewenang adalah kemampuan yang diberikan oleh peraturan
perundang-undangan untuk menimbulkan akibat-akibat hukum.9
Kewenangan harus dilandasi oleh ketentuan hukum yang ada (konstitusi),
sehingga kewenangan tersebut merupakan kewengan yang sah. Dengan demikian
para pejabat dalam mengeluarkan keputusan didukung oleh sumber kewenangan
tersebut. Stroink menjelaskan bahwa sumber kewenangan dapat diperoleh bagi
pejabat atau institusi pemerintahan adalah suatu kewenangan yang dikuatkan oleh
hukum positif untuk mengatur dan mempertahannya. Tanpa kewenangan tidak
dapat dikeluarkan suatu keputusan yuridis yang benar.10
7
Rusadi Kantaprawira, Hukum dan Kekuasaan, Makalah, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 1998, hlm. 37-
38.
8
Rusadi KantaPrawira, Op Cit, hlm. 39.
9
Indoharto, Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik, dalam Paulus Efendi Lotulung, Himpunan Makalah Asas-
Asas Umum Pemerintahan yang Baik, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1994, hlm. 65
10
F.A.M. Stroink dalam Abdul Rasyid Thalib, Wewenang Mahkamah Konstitusi dan Aplikasinya dalam Sistem
Ketatanegaraan Republik Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hlm. 219
b. Konsep

Konsep adalah merupakan kata yang menyatakan abstraksi yang


digeneralisasikan yang bermakna perumusan yang pada hakekatnya merupakan
suatu bentuk ungkapan pengertian disamping aneka bentuk lain yang dikenal
dalam bentuk epistimologi atau teori ilmu pengetahuan. Dalam beberapa
kerangka konsep diungkapkan bebereapa konsepsi atau pengertian yang akan
digunakan sebagai dasar penelitian hukum dan didalam dan didalam landasan
atau kerangka teoritis sebagai sistem aneka teori. Dalam penulisan ini
dipergunakan beberapa definisi untuk membatasi ruang lingkup pembahasan.
Adapun konsepsi yang digunakan dalam penulisan ini adalah :
a) Praperadilan adalah wewenang hakim untuk memeriksa dan memutus
tentang sah atau tidaknya tindakan aparatur negara dalam melakukan
tindakan hukum yang berupa penangkapan, penahanan, penghentian
penyidikan dan penghentian penuntutan sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam undang-undang.
b) Pemohon adalah seseorang atau lembaga yang menilai adanya
penghentian penyidikan secara tidak sah.
c) Termohon adalah orang yang diduga melakukan kesalahan dalam
melakukan penyidikan.
d) Penyidikan adalah upaya pejabat polisi negara Republik Indonesia atau
pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus untuk
mencari dan mengungkap keterangan atau informasi tentang peristiwa
yang diduga tindak pidana atau peristiwa kejahatan.
e) Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh
undang – undang untuk mengadili dan memutuskan suatu tindak pidana.
f) Pengadilan adalah Pengadilan Negeri dalam lingkup peradilan umum

F. Metode Penelitian

Metode adalah cara kerja yang atau tata cara kerja untuk dapat memahami objek
yang menjadi sasaran daripada ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Penulisan skripsi
ini merupakan penelitian yuridis normatif, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan
dengan mencari dasar dari buku-buku dan peraturan perundang-undangan yang
berhubungan dengan masalah dimasalah penelitian ini. Penulisan skripsi ini
menggunakan pendekatan yuridis normatif untuk melihat bagaimana kewenagan seorang
hakim dalam memutuskan permohonan Praperadilan dalam putusan Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan Nomor 24/Pid/Pra/2018/PN.Jkt.Sel yang ditinjau dari Undang-undang
No 8 Tahun 1981.
A. Bahan hukum yang digunakan
Dikarenakan jenis penelitian ini merupakan penelitian yuridis normative,
maka data-data yang digunakan adalah data sekunder, yang terdiri dari
a) Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang terdiri atas
peraturan perundang-undangan, catatan-catatan resmi, atau kajian
akademik, putusan hakim. Bahan hukum primer yang digunakan
dalam skripsi ini adalah :
1. Undang - undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang –
undang Hukum Acara pidana.
2. Undang – undang No. 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan
Kehakiman
b) Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam skripsi ini adalah :
1. Undang – undang Anti Korupsi No. 10 Tahun 2015

G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam mengikuti pembahasan materi skripsi ini, penulis akan
menguraikan secara singkat mengenai bab demi bab untuk memberikan gambaran yang
jelas terhadap arah pembahasan sebagai berikut :
Bab I merupakan pendahuluan. Pada bab ini membahas latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kereangka teori dan konsep,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II merupakan tinjauan pustaka yang membahas mengenai Praperadilan dan
kewenangan hakim dalam memutuskan permohonan Praperadilan ditingkat Pengadilan.
Bab III merupakan pembahasan mengenai rumusan masalah pertama tentang
bagaimanakah Praperadilan kasus Korupsi Bank Century dijalankan oelh Pengadilan
Negeri berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
Bab IV merupakan pembahasan mengenai rumusan masalah kedua tentang
kewenangan hakim dalam memutuskan Putusan Praperadilan Nomor
24/Pid/Pra/2018/PN.Jkt.Sel di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan apakah telah
melanggar wewenang dari seorang hakim berdasarkan KUHAP.
Bab V merupakan bagian akhir dari laporan penelitian yang terdiri dari
kesimpulan dan saran.

Anda mungkin juga menyukai