(Proposal)
Oleh
M.KA
SROZI
NIM : 21741010018
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................Hal
DAFTAR ISI.......................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................6
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................6
D. Manfaat Penelitian...................................................................................7
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA FIKIR........................................8
A. Kajian Teori..............................................................................................8
1. Teori Negara Hukum..........................................................................8
2. Teori Kepstian Hukum......................................................................12
3. Teori Hak Asasi Manusia..................................................................15
B. Konsep
Praperadilan.............................................................................................18
1. Pengertian Praperadilan.....................................................................18
2. Praperadilan Pasca Putusan MK no. 21/PUUXII/2014.....................22
3. Pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengajuan Praperadilan.....27
4. Acara Pemeriksaan Praperadilan........................................................28
5. Gugurnya Praperadilan.......................................................................32
C. Penelitian terdahulu..................................................................................33
D. Kerangka Pikir..........................................................................................35
E. Defenisi Operasional.................................................................................36
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................38
A. Jenis Penelitian........................................................................................38
B. Pendekatan Peneltian...............................................................................38
C. Bahan Hukum..........................................................................................39
D. Pengumpulan Bahan Hukum..................................................................40
E. Analisis Bahan Hukum...........................................................................40
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
hukum.
3
administrasi peradilan dalam sistem peradilan pidana menjadi
dan asas hukum yang menjadi dasar dari kerangka normatif sistem
4
Praperadilan merupakan perkembangan hukum di Indonesia
1 Ruslan Renggong, 2014. Memahami perlindungan ham dalam proses penahanan di Indonesia.
umum sebagai sarana pengawasan horizontal atas segala upaya
perundang- undangan;
2
Syprianus Aristeus, Penelitian Hukum Tentang Perbandingan
Antara Penyelesaian Putusan Praperadilan Dengan Kehadiran
Hakim Komisaris Dalam Peradilan Pidana (Jakarta: Badan
Pembinaan Hukum Nasional Departemen Hukum dan HAM
Republik Indonesia, 2007), hlm. 16
3
M. Yahya Harahap, 2012 Pembahasan Permasalahan dan
Penerapan KUHAP Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding,
Kasasi dan Peninjauan Kembali Edisi Kedua, Sinar Grafika, Jakart.
hlm.
Lingkup kewenangan Praperadilan secara limitative telah
ditentukan dalam Pasal 1 Angka 10 jo. Pasal 77 KUHAP dan
berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
21/PUUXII/2014 tanggal 28 April 2015 lingkup kewenangan
mencakup juga praperadilan mengenai sah atau tidaknya penetapan
tersangka, penggeledahan dan penyitaan;
dan KPK) sebagai manusia biasa yang tidak luput dari salah, hilaf,
6
Pengadilan Negeri Tanjung Karang menerbitkan putusan
7
Akibat dari putusan Nomor: 04/Pid. Pra/2022/PN. Tjk,
atas Pemohon yang diterbitkan oleh Termohon batal atau tidak sah;
PENETAPAN TERSANGKA”.
B. Rumusan Masalah
Pra/2022/PN.Tjk?
8
3. Tujuan Penelitian
4. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoretis
2. Secara Praktis
a. Bagi Akademisi
praperadilan;
b. Bagi Masyarakat
9
BAB II
A. Kajian Teori
wenang.
10
negara bersumber dari tiga kekuasaan negara, yaitu kekuasaan
11
untuk mencegah potensi kemungkinan pemerintah melanggar
12
menanggapi dan menanggulangi masalah-masalah baru yang
6
Ibid., h. 39.
13
dikenal dengan nama “verzorgingsstaats”7 Konsepsi Negara
perundang-undangan;
14
b. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (warga
negara);
7
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum bagi Rakyat di
Indonesia, Bina Ilmu, Surabaya, 1997. H. 37.
8
Ibid, h. 114
9
Nimatul Huda, Ilmu Negara,Rajawali Pers, Jakarta, 2010, h. 90.
10
Sri Soemantri, Bunga Rampai Hukum Tata Negara Indonesia
( Bandung: Alumni, 1992), hlm. 29.
15
c. Adanya pembagian kekuasaan dalam negara;
dalam arti formil) dengan the rule of just law (the rule of law
16
berbeda-beda terkait dengan permohonan praperadilan
11
Jimly Asshiddiqie, 2006, Konstitusi dan Konstitusionalisme
Indonesia, Jakarta Setjen dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi,
hlm. 152.
17
Seorang filsuf hukum Jerman yang bernama Gustav
kewajian seseorang.13
18
a. Bahwa hukum itu positif, artinya bahwa ia adalah
perundangundangan (gesetzliches Recht).
12
Achmad Ali, 2009. Menguak Teori Hukum (Legal Theory) &
Teori Peradilan (Judicialprudence) Termasuk Undang-Undang
(Legisprudence), Kencana Pranada Media Group, Jakarta, hal. 288.
13
Marwan Mas, Pengantar Ilmu Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004,
hlm. 74.
14
Ibid, hal. 292-293
19
b. Bahwa hukum ini didasarkan pada fakta
(Tatsachen), bukan suatu rumusan tentang
penilaian yang nanti akan dilakukan oleh hakim,
seperti ”kemauan baik”, “kesopanan”.
c. Bahwa fakta itu harus dirumuskan dengan cara
yang jelas sehingga menghindari kekeliruan dalam
pemaknaan, di samping juga mudah dijalankan.
d. Hukum positif itu tidak boleh sering diubah-ubah.
pengertian, diantaranya:15
20
berfungsi sebagai suatu peraturan yang harus ditaati.16
15
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Prana
Media Group, Jakarta, 2008, hal. 137
16
Asikin zainal, 2012, Pengantar Tata Hukum Indonesia, Rajawali Press,
Jakarta
21
3. Teori Hak Asasi Manusia
22
Menurut pasal 1 The Universal Declaration of Human Right
(UDHR)
17
Mardjono Reksodiputro, “Pemantauan Pelaksanaan (Monitoring)
Hukum Tentang Hak-Hak Asasi Manusia (Human Rights Law)”
dalam Hak Asasi Manusia Dalam Sistem Peradilan Pidana,
(Jakarta: Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum (d/h
Lembaga Kriminologi) Universitas Indonesia, 2007), hlm. 7-8.
18
Jimly Asshiddiqie, Op. Cit. 151-152
19
Bambang Waluyo, Penegakan Hukum di Indonesia,
(Jakarta : Sinar Grafika, 2016), hlm.3
23
konsepsi dasar HAM adalah pengakuan bahwa semua
24
dicetuskannya Magna Charta di Inggris pada tahun 1215.
para bangsawan
20
ibid
25
tentang pembagian kekuasaan raja dan memperjuangkan
dilanggar : ubi jus ibi remedium. Kelanjutan logis dari asas ini
26
meminta untuk dilindungi apabila dilanggar, bukanlah suatu
21
Pandji Setijo, Pendidikan Pancasila : Prespektif
Sejarah Perjuangan Bangsa, edisi keempat (Jakarta :
Gramedia Widiasarana Indonesia, 2010), hlm. 113.
22
Mardjono Reksodiputro, Hak Asasi Manusia dalam Sistem
Peradilan Pidana, Buku Ketiga (Jakarta : Pusat Pelayanan dan
Keadilan dan Pengabdian Hukum Lembaga Kriminologi
Universitas Indonesia, 2007), hlm.43.
27
dalam kedudukan yang “berderajat”, sebagai makhluk Tuhan
B. Konsep Praperadilan
1. Pengertian Praperadilan
28
ketatanegaraan. Penjelasan umum KUHAP telah
23
Andi Sofyan dan Abd Asis, Hukum Acara Pidana. Suatu
Pengantar (Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 55.
29
sudah seharusnya ketentuan materi pasal atau ayat dalam
asasi manusia. 24
30
hukum dan pelaksanaan penetapan atau putusan pengadilan
24
Dinda, C. P., & Munandar, T. I. (2020). Praperadilan Terhadap
Penetapan Status Tersangka Tindak Pidana Korupsi oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi. PAMPAS: Journal of Criminal Law, 1(2),
H 82-103.
25
Andi Hamzah, 2004. Hukum Acara Pidana Indonesia Edisi Revisi, Sinar
Grafika, Jakarta, h. 2.
31
Belumlah cukup apabila hukum acara pidana yang telah
kejahatannya.”26
menegaskan bahwa:
32
Berdasarkan Pasal 1 butir 10 KUHAP tersebut
26
M. Yahya Harahap, Op. Cit. h 14-15
33
sehingga perampasan atasnya tetap sesuai dengan aturan yang
34
kontrol atau sebagai pengingat bagi aparat penegak hukum
27
Ibid, h. 41.
35
yang ada untuk melindungi hak dari tersangka. Tidak terlalu
hak tersangka.
36
penyidikan atau penuntutan (sebagaimana diatur dalam Pasal
37
“Pasal 77 huruf a Undang-undang no. 8 Tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1981, Nomor 76,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3209) bertentangan dengan Undang-undang
Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 sepanjang
tidak dimaknai termasuk penetapan tersangka,
penggeledahan dan penyitaan.”28
Disamping memperluas obyek gugatan praperadilan,
38
tidak dimaknai bahwa “bukti permulaan”, “bukti
permulaan yang cukup” dan “bukti yang cukup”
adalah minimal dua alat bukti yang termuat dalam
Pasal 184 Undang-undang nomor 8 Tahun 1945
tentang Hukum Acara Pidana”29
28
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 21/PUU-XII/2014,
Diktum Putusan No. 1.3., hlm. 110. (huruf tebal oleh penulis)
29
Diktum Putusan Angka 1.1. dan 1.2., hlm. 109
39
Terkait dengan dua diktum putusan MK yang disebut
(bukan saja bagi KPK, tetapi juga Polri dan Kejaksaan) dalam
40
30
Junaedi, “Mekanisme Praperadilan Pasca Putusan Mahkamah
Konstitusi (Penetapan Tersangka)” dalam Disriani Latifah Soroinda
(ed). et.al, Prosiding Praperadilan dan Perkembangannya Dalam
Hukum Acara Pidana di Indonesia, (Depok: Badan Penerbit
Fakultas Hukum Indonesia, 2016), hlm. 25-26
31
Indriyanto Seno Adji, Pra Peradilan dan KUHAP (Catatan
Mendatang), (Jakarta: Diadit Media, 2015), hlm. 5.
32
ICCPR sendiri merupakan semacam perjanjian internasional atau
kovenan yang mengatur mengenai hak-hak sipil dan politik. ICCPR
adalah singkatan dari International Covenant on Civil and Political
Rights. Terhadap ICCPR, Indonesia telah meratifikasi ketentuan
tersebut ke dalam sistem hukum nasional, yakni dengan telah
disahkannya Undang-undang no. 12 Tahun 2005
41
memberikan suatu tindakan bahwa bukti permulaan yang
42
penuh dari hakim yang memeriksa pokok perkara; kelima,
43
bukan menjadi domain hakim praperadilan, karena itu dalam
yang berlaku.33
44
maka hal tersebut masih termasuk dalam lingkup legalitas
33
Indriyanto Seno Adji, Op.Cit hlm. 5-7.
34
Junaedi, Op. Cit., hlm. 11.
35
Ibid.
45
3. Pihak-pihak yang Berkepentingan dalam Pengajuan
Praperadilan
Berdasarkan Pasal 79, Pasal 80, Pasal 95 ayat (2), dan Pasal
97 ayat
46
dengan pihak ketiga meliputi seluruh pihak yang secara
47
langsung menderita kerugian karena dihentikannya
48
Pembukaan sidang ini dilakukan dengan ketukan
palu dan dinyatakan bahwa sidang terbuka untuk
umum.
36
Setiyono, “Kajian Yuridis Mengenai Interpretasi Pihak Ketiga
yang Berkepenntingan dalam Praktek Praperadilan”
http://www.m2sconsulting.com/main/index.php/publication/artikel/
5- kajian-yuridis-mengenai-interpretasi-pihakketiga-yang-
berkepentingan-dalam-praktek- praperadilan, Diunduh 9 November
2021.
37
Indonesia, Op.Cit., Ps. 78 ayat (2)
38
Ibid., Ps. 82 ayat (1) huruf a.
49
2) Memeriksa kelengkapan pihak-pihak yang terkait
dalam praperadilan.
3) Pembacaan surat tuntutan praperadilan yang
dilakukan oleh Penuntut Umum dan/ atau oleh
kuasa hukumnya.
4) Pemohon praperadilan didengar keterangannya.
5) Termohon praperadilan didengar keterangannya.
6) Penyampaian alat-alat bukti yang dapat berupa
bukti tertulis maupun saksi-saksi.
7) Kesimpulan tuntutan praperadilan.
8) Putusan praperadilan. Terkait dengan
permasalahan apakah hakim dalam memeriksa
permintaan.
Pemeriksaan praperadilan berwenang memeriksa berkas
keadaan perkaranya.39
50
bersifat menerangkan atau menyatakan apa yang
sah menurut hukum;
39
Afiah, Op. Cit., hlm. 91.
40
Retnowulan Sutanto dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum
Acara Perdata Dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Alumni,
1980), hlm. 95.
51
b) Putusan constitutive, adalah putusan yang
meniadakan atau menciptakan suatu keadaan
hukum baru;
c) Putusan condemnatoir, adalah putusan yang
bersifat menghukum pihak kalah, atau yang berisi
penghukuman
Isi putusan praperadilan tercantum dalam Pasal 82 ayat
52
praperadilan sebagaimana tersebut dalam Pasal 83 ayat (2)
41
Menurut Wirjono Prodjodikoro dalam bukunya Hukum Acara
Perdata di Indonesia, menyatakan bahwa putusan yang bersifat
declaratoir yaitu apabila putusan yang diminta itu mempunyai
akibat hukum. Meskipun putusan yang bersifat declaratoir artinya
menentukan sifat suatu keadaan dengan tidak mengandung perintah
kepada suatu pihak untuk berbuat ini dan itu, tetapi pemohon
53
dasarnya merupakan suatu putusan yang menegaskan bahwa
h) dan lain-lain.
b. Tuntutan praperadilan ditolak
54
terang mempunyai kepentingan atas adanya ini, oleh karena ada
akibat hukum yang nyata dan penting dari putusan ini.
42
Afiah, Op. Cit., hlm. 97.
55
Tuntutan ditolak apabila pemohon praperadilan
5. Gugurnya Praperadilan
Pengadilan Negeri.
56
keputusan hukum yang tuntas dan sistem gugur dalam
57
pemeriksaan pidana pokok oleh pengadilan tersebut dilakukan
C. Kerangka Pikir
UUD NRI
1945
UU NO 8 TAHUN 1981 KUHAP
Analisis Putusan Praperadilan Terhadap Keabsahan Surat Penetapan Tersangka Dan Surat Penghentian
PUTUSAN MK NO
Ruang Lingkup
Praperadilan Pengawasan Horizontal
1. Kewenangan
hakim 1. Alat bukti
2. Objek 2. Pertimbangan hakim
praperadilan
3. Putusan Hakim
3. Subjek
praperadilan
58
Terwujudnya penanganan perkara pidana yang mencerminkan
kepastian hukum dan perlindungan hak asasi manusia
59
D. Definisi Operasional
60
hakim dengan penetapannya dalam hal serta menurut cara
61
7. Subjek praperadilan setiap orang yang dirugikan akibat dari
62
BA
B III
METODE
PENELITI
AN
A. Jenis Penelitian
adanya satu fenomena atau isu hukum yang terjadi yang kemudian
dihadapi.
B. Pendekatan Penelitian
63
peraturan perundang-undangan. Salah satu yang paling penting
43
Soejono Soekanto dan Sri Mamudji, 2011, Penelitian Hukum
Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Cetakan ke-13, PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta, hlm. 13-14.
64
Yang dimaksud dengan pendekatan konseptual adalah peneliti
dihadapi
C. Bahan Hukum
65
b. UU Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Hukum Acara Pidana
66
Bahan hukum sekunder merupakan semua publikasi
3. Bahan Non-Hukum
67
surat penetapan tersangka dan surat penghentian penyidikan.
68
69