Anda di halaman 1dari 45

FARAH GITTY DEVIANTY S.H, M.

SISTEM PERADILAN PIDANA


PENGERTIAN
 SISTEM PERADILAN PIDANA (Criminal Justice System)
merupakan suatu sistem/model/tatanan yang digunakan
dalam penanggulangan
pelanggaran/kejahatan yang dimulai dari proses penangkapan,
penahanan, penuntutan, dan pemeriksaandi muka
pengadilan, serta diakhiri dengan pelaksanaan pidana atau
pembebasan (jika hakim memutuskan tidak bersalah)

 Romli Atmasasmita : Criminal Justice System adalah


interkoneksi antara keputusan dari setiap instansi yang
terlibat dalam proses peradilan pidana

 Soerjono Soekanto : Sistem Peradilan Pidana


merupakan suatu keseluruhan yang terangkai dan terdiri
atas unsur-unsur yang saling berhubungan secara
fungsional, Sistem Peradilan Pidana tersebut terdiri atas
unsur-unsur yang masing-masing merupakan subsistem dari
sistem tersebut
TUJUAN SISTEM PERADILAN PIDANA
 Menurut Mardjono Reksodipetro, tujuan Sistem Peradilan
Pidana adalah :  1. Mencegah masyarakat menjadi korban
kejahatan
 2. Menyelesaikan kasus kejahatan yang terjadi sehingga
masyarakat puas bahwa keadilan telah ditegakkan dan yang
bersalah dipidana
 3. Mengusahakan agar mereka yang pernah melakukan
kejahatan tidak mengulangi lagi kejahatannya

 Menurut Muladi :
 1. Jangka pendek, hendak dicapai resosialisasi dan rehabilitasi
 2. Jangka mengengah, pengendalian dan pencegahan
kejahatan dalam konteks politik kriminal (Criminal Policy)
 3. Jangka Panjang, kesejahteraan masyarakat (Social Welfare)
dlm konteks politik sosial (Social Policy)
INTEGRATED CRIMINAL JUSTICE
SYSTEM
Muladi Menegaskan bahwa makna sistem peradilan pidana
terpadu adalah sinkronisasi atau keserempakan dan
keselarasan, yang dapat dibedakan dalam beberapa hal :

Sinkronisa
si
Struktural

Sinkronisa
si
Substansi
al
Sinkronisasi Kultural
PENDEKATAN DALAM SISTEM
PERADILAN PIDANA
 PENDEKATAN NORMATIF
Memandang keempat aparatur penegak hukum (Kepolisian,
Kejaksaan, Pengadilan, dan Lembaga Pemasyarakatan) sbg
institusi pelaksana peraturan perundang-undangan yang berlaku,
sehingga keempat aparatur tsb merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem penegakan hukum

 PENDEKATAN ADMINISTRATIF

Memandang keempat aparatur penegak hukum sebagai suatu


organisasi manajemen yg memiliki mekanisme kerja, baik
hubungan yang bersifat horizontal maupun yg bersifat vertikal
sesuai dengan struktur organisasi yang berlaku dalam organisasi
tersebut
LANJUTAN…..
 PENDEKATAN SOSIAL

Memandang keempat aparaturpenegak hukum merupakan bagian


yang tidak terpisahkan dari suatu sistem sosial sehingga
masyarakat secara keseluruhan ikut bertanggungjawab atas
keberhasilan atau ketidakberhasilan dari keempat aparatur
penegak hukum dalam melaksanakan tugasnya. Sistem yang
dipergunakan adalah sistem sosial
PROSES PENYELASAIAN PERKARA
PIDANA

Tahap I : Proses penyelesaian perkara pidana


dimulai dengan suatu penyidikan oleh penyidik
(Bab IV, Pasal 5 KUHAP)

Tahap II : Dalam proses penyelesaian perkara


pidana adalah penangkapan ( Bab V, Pasal 16-19
KUHAP)
Tahap III : Dari proses penyelesaian perkara
pidana adalah penahanan ( Bab V, bag kedua
Pasal 20-31 KUHAP)
LANJUTAN….

Tahap IV : Dari proses pemeriksaan perkara pidana


berdasarkan UU No. 8 Tahun 1981 adalah pemeriksaan
dimuka sidang pengadilan ( Pasal 145-182 KUHAP)
BENTUK & KOMPONEN SISTEM SPP

 Dalam Sistem Peradilan Pidana selalu melibatkan dan mencakup


sub-sistem dengan ruang lingkup masing-masing proses peradilan
pidana sebagai berikut :

 Institusi Penegak Hukum Sebagai Sub-Sistem Dalam SPP

Kepolisian Kejaksaan Pengadilan Lapas

RUTAN
Pengacara
LANJUTAN….
 Kepolisian, tugas utama: menerima laporan dan pengaduan dari
publik bila terjadi tindak pidana; melakukan penyidikan,
melakukan penyeringan terhadap kasus-kasus yang
memenuhi syarat untuk diajukan ke Kejaksaan; melaporkan
hasil penyidikan kepada kejaksaan dan memastikan
dilindunginya para pihak yg terlibat dalam proses peradilan
pidana.
 Kejaksaan, menyaring kasus yang layak diajukan
kepengadilan; mempersiapkan berkas
penuntutan; melakukan penuntutan dan melaksanakan
putusan pengadilan.
 Pengadilan yg berkewajiban untuk; menegakan hukum dan
keadilan; melindungi hak-hak terdakwa, saksi dan korban
dalam proses pradilan pidana; melakukan pemeriksaan
kaus-kasus secara efesien dan efektif; memberikan putusan
yg adil dan berdasarkan hukum; dan menyiapkan arena
publik untuk persidangan sehingga publik dapat berprtisipasi
dan melakukan penilaian terhadap proses peradilan di tingkat
ini.
 Lapas, berfungsi sebagai wadah menjalankan putusan
pengadilan yg berkekuataan hukum tetap; pemenjaraan
dengan konsep pembinaan menuju reintegrasi sosial;
perlindungan HAM; upaya-upaya memperbaiki narapidana
dan mempersiapkan napi kembali kemasyarakat

 Pengacara, melakukan pembelaan bagi klien dan menjaga


hak-hak klien dipenuhi dalam proses peradilan pidana
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN LAIN YANG
BERKAITAN DENGAN TUGAS SUB-SISTEM SPP

1. Kepolisian: UU No.2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian; UU No.3


Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara. Terkait tusi pasal 1
ayat 1 huruf a & ayat 4 KUHAP & UU No.2/2002);
2. Kejaksaan: UU No.16 Tahun2004 Tentang Kejaksaan;
berdasarkan asas dalam UU ini yaitu persamaan dimuka
umum, sederhana dan cepat, efektif dan efesien serta
akuntabel
3. Pengadilan: UU No.14 Tahun 1970 Tentang Kekuasaan
Kehakiman, UU No.35 Tahun 1999 tentang revisi terhadap
UU No.14 Tahun 1970, UU No.4 Tahun 2004.Asas yg menjadi
pondasi keharmonisasian dan terintegrasinya antara
lembaga peradilan dengan sub sistem peradilan lainnya
antara lain; asas persamaan dimuka hakim, due procces of
law , sederhana & cepat, efektif dan efesien serta
akuntabilitas.
4. Lapas (pemasyarakatan); UU No.12Tahun 1995 Tentang
Pemasyarakatan; asas perlindungan HAM, praduga tak
bersalah dan pengayoman.

5. Pengacara; UU No.18 Tahun 2003 Tentang Advokat; bertugas


sebagai penegak hukum, bebas, mandiri, untuk
terselenggaranya peradilan yg jujur, adil dan memiliki
kepastian hukum bagi semua pencari keadilan dan HAM
ASAS-ASAS DALAM SISTEM PERADILAN
PIDANA
SPPI berdasarkan UU No.8 Tahun 1981, memiliki 10 asas sbb:
1. Perlakuan yg sama dimuka hukum, tanpa
diskriminasi apapun; 2. Asas praduga tak bersalah
3. Hak untuk memperoleh kompensasi dan
rehabilitasi 4. Hak untuk memperoleh bantuan
hukum
5. Hak kehadiran terdakwa dimuka pengadilan
6. Peradilan yg bebas dan dilakukan dengan cepat
sederhana; 7. Peradilan yg terbuka untuk umum;
8. Pelanggaran atas hak-hak warga negara (penangkapan,
penahanan, penggeledahan dan penyitaan) harus didasarkan
pada UU dan dilakukan dengan surat perintah tertulis
9. Hak seseorang tersangka untuk diberikan bantuan tentang
prasangkaan dan pendakwaan terhadapnya;
10. Kewajiban pengadilan untuk mengendalikan putusannya
ASAS PERSAMAAN DIMUKA UMUM
 Pasal 5 UU No.14 Tahun 1970 menyebutkan:
(1) Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak
membedakan orang; (2) Dalam perkara perdata pengadilan
membantu para pencari keadilan dan
berusaha sekeras-kerasnya mengatasi segala hambatan
dan rintangan untuk dapat terciptanya peradilan yang
sederhana, cepat dan biaya ringan.

 Penjelasan umum angka 3 huruf a KUHAP mengatakan”


Perlakuan yg sama atas diri setiap orang dimuka hukum
dengan tidak mengadakan perbedaan perlakukan”
ASAS PRADUGA TAK BERSALAH

UU NO 14 Tahun 1970 tentang Pokok-Pokok Kekuasaan


Kehakiman

 Dalam butir 3c KUHAP “Setiap orang yang disangka,


ditangkap, dituntut, dan atau dihadapkan dimuka persidangan
pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya
putusan pengadilan yang menyatakan
kesalahannya memperoleh kekuatan hukum yang tetap”
HAK UNTUK MEMBERIKAN
KOMPENSASI & REHABILITASI
 Pasal 95 KUHAP:
(1)Tersangka terdakwa atau te pidana
r berhak menuntut ganti
ditangkap,
rugi karena ditahan, dituntut dan diadili atau dikenakan
alasanlain,
tindakan yangtanpa
berdasarkan UU/ karena kekeliruan. Yang
berdasakan UU atau
kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yg diterapka
(2) Tuntutan ganti kerugian oleh tersangka/ ahli warisnya atas
atau penahanan serta tindakan lain tanpa alasan yg
penangkapan
berdasarkan UU atau
karena kekeliruan mengenai orang/ hukum yg diterapkan
dimaksud
sebagaimanaayatyg
1 yang perkaranya tidak diajukan ke PN,
diputus disidang
Prapradilan sebagaimana dimaksud pasal 77.
(3) terdakwa,
Tuntutan ganti kerugian
terp dana atau sebagaimana
ahli warisnya ayait
kepada1 di ajukanlan
pengad oleh
mengadili perkara yg
yg berwenan i
tersangka, i
bersangkutan
g
(4) Untuk memeriksa dan memutus perkara tuntutan ganti
ayat 1tsb
kerugian ketua pengadilan sejauh mungkin menunjuk hakim
apada
yang sama yg
telah mengadili perkara pidana ybs.
(5) Pemeriksaan terhadap ganti kerugian sebagaimana tersebut
mengikuti
dalam ayat 4 acara
Praperadilan
 Pasal 97 KUHAP
HAK MEMPEROLEH BANTUAN HUKUM

 The International Convenant Civil and Political Right


article 14 sub 3d
 Pasal 69-74 UU Advokat
HAK KEHADIRAN TERDAKWA
DIMUKA PENGADILAN
Pasal 38 UU No 31 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Tindak Pidana
Korupsi

PERADILAN YANG BEBAS DAN


DILAKUKAN DENGAN CEPAT
SEDERHANA

 Pasal 24 dan 25 UUD 1945


 Pasal 4 ayat 3 UU NO 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman
 Pasal 24-28, Pasal 50, Pasal 102, Pasal 106, Pasal 107, Pasal 110 &
Pasal 140 KUHAP
PERADILAN YANG TERBUKA UNTUK
UMUM

Pasal 153 ayat (3) KUHAP “untuk


keperluan pemeriksaan hakim ketua
sidang membuka sidang dan
menyatakan terbuka untuk umum
kecuali perkara mengenai kesusilaan
atau terdakwanya anak

Pasal 153 ayat (4) “Tidak


terpenuhinya ketentuan dalam ayat
(2) dan (3) mengabitkan batalnya
putusan demi hukum

Pasal 18 UU No. 14 Tahun 1970 dan


Pasal 195 KUHAP “semua putusan
sah dan mempunyai kekuatan hukum
apabila diucapkan dalam sidang yang
terbuka untuk umum”
PELANGGARAN ATAS HAK-HAK WARGA NEGARA
(PENANGKAPAN, PENAHANAN, PENGGELEDAHAN DAN
PENYITAAN) HARUS DIDASARKAN PADA UU DAN
DILAKUKAN DENGAN SURAT PERINTAH TERTULIS

 Jadi penggunaan upaya paksa hanya dapat


dilakukan berdasarkan perintah tertulis oleh
pejabat yg berkompeten menurut UU. Bilamana
ketentuan tersebut tidak ditaati maka
konsekuensinya pihak yg dirugikan dapat
melakukan tuntutan melalui lembaga Prapradilan.
HAK SESEORANG TERSANGKA UNTUK DIBERIKAN
BANTUAN TENTANG PRASANGKAAN DAN
PENDAKWAAN TERHADAPNYA

Angka 3 huruf g penjelasan umum KUHAP “Kepada


tersangka sejak dilakukan penangkapan atau penahanan
selain wajib diberitahukan dakwaan dan dasar hukum apa
yang didakwakan kepadanya dan juga diberitahukan
haknya itu termasuk hak untuk menghubungi dan
meminta bantuan penasihat hukum
KEWAJIBAN PENGADILAN UNTUK
MENGENDALIKAN PUTUSANNYA

Lembaga hakim pengawas dan


pengamat. Perlindungan terpidana
diberikan oleh KUHAP
terhadap “harkat dan martabat
manusia” tetap mengikuti terpidana ke
dalam Lapas
SISTEM PERADILAN PIDANA DI
INDONESIA
 Di undangkannya Undang-undang No 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-
undang Hukum Acara Pidana menjadikan system peradilan di Indonesia ini
menganut system akusator, yaitu pembuktian perkara pidana mengarah
kepada pembuktian ilmiah, serta tersangka sebagai pihak pemeriksaan
tindak pidana, dan sytem peradilan juga terpengaruh oleh due proses
model, yaitu: proses hukum yang adil dan layak serta pengakuan hak-hak
tersangka/terdakwa.

 Pendekatan system peradilan pidana haruslah menyesuaikan dengan karakter


masyarakat di mana kejahatan itu terjadi, karena faktor-faktor penyebab
terjadinya kejahatan itu sangatlah komplek. Pada Kongres Perserikatan
Bangsa-Bangsa Ke-6 Tahun 1980 dalam pertimbangan resolusi mengenai
crime trends and crime prevention strategies menyatakan:
 1. Bahwa masalah kejahatan merintangi kemajuan untuk mencapai
kualitas hidup yang pantas bagi semua orang.
 2. Bahwa strategi pencegahan kejahatan harus didasarkan pada
penghapusan sebab-sebab dan kondisi-kondisi yang menimbulkan
kejahatan.
 3. Bahwa penyebab utama dari kejahatan di banyak negara ialah:
ketimpangan sosial, diskriminasi rasial dan diskriminasi nasional, standar
hidup yang rendah, pengangguran dan kebutahurufan (kebodohan) diantara
golongan besar penduduk.
TEORI-TEORI SISTEM PERADILAN
PIDANA
 Dalam system peradilan banyak berbagai teori yang berkaitan,
ada yang menggunakan pendekatan dikotomi ataupun
pendekatan trikotomi.
 Umumnya pendekatan dikotomi digunakan oleh teoritis hukum
pidana di Amerika Serikta, yaitu Herbet Packer, seorang ahli
hukum dari Universitas Stanford, dengan pendektan normatif
yang berorientasi pada nilai-nilai praktis dalam melaksanakan
mekanisme proses peradilan pidana.

 Pendekatan dikotomi terdapat dua model yaitu :

Crime
Control
Model

Due Process Model


 kebijakan Hukum Pidana pada hakikatnya mengandung
kebijakan mengatur/mengalokasi dan membatasi
kekuasaan, baik kekuasaan/kewenangan warga masyarakat pada
umumnya, yaitu untuk bertindak/bertingkah laku dalam pergaulan
masyarakat, maupun kekuasaan atau kewenangan
penguasa/penegak hukum. Dilihat dari aspek kebijakan hukum
pidana tersebut, masalah dasar dari hukum pidana terletak di luar
bidang hukum pidana itu sendiri, yaitu di bidang Hukum Tata
Negara

 Oleh karena itu, merancang Sistem Perdilan Pidana tidak terlepas dari
bagaimana suatu Negara mengadopsi, mengundangkan dan
mengimplementasikan suatu sistem hukum. Pembentukan sistem
hukum, pun sangat bergantung bagaimana Pembentuk Undang-
undang, dalam hal ini Presiden bersama DPR, dalam menyusun suatu
peraturan perundang-undangan yang bersifat integral dan
komprehensif. Dan pula seharusnya memahami terkait kajian-
kajian atas teori-teori separation of power dan kebijakan
administrasi publik
SISTEM PERADILAN PIDANA
KONTEMPORER
 Menurut Romli Atmasasmita, Sistem Peradilan Pidana dapat dilihat
dari berbagai sudut pendekatan, yaitu antara lain:

 Pendekatan normatif yang memandang keempat aparatur (kepolisian


kejaksaan, pengadilan, dan lembaga pemasyarakatan) sebagai
institusi pelaksana peraturan perundang-undangan yang berlaku
sehingga keempat aparatur tersebut merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem penegakan hukum semata-mata;
 Pendekatan manajemen atau administratif yang memandang keempat
aparatur penegak hukum (kepolisian kejaksaan, pengadilan, dan
lembaga pemasyarakatan) sebagai suatu organisasi manajemen yang
memiliki mekanisme kerja, baik hubungan yang bersifat horisontal
maupun yang bersifat vertikal sesuai dengan struktur organisasi yang
berlaku dalam organisasi tersebut. Sistem yang digunakan adalah
sistem administrasi; dan
 Pendekatan sosial yang memandang keempat aparatur penegak hukum
(kepolisian kejaksaan, pengadilan, dan lembaga pemasyarakatan)
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu sistem sosial
sehingga masyarakat secara keseluruhan ikut bertanggung jawab
atas keberhasilan atau ketidakberhasilan dari keempat aparatur
penegak hukum tersebut dalam melaksanakan tugasnya. Sistem yang
dipergunakan adalah sistem sosial.
 Ketiga bentuk pendekatan tersebut sekalipun berbeda, tetapi tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. Bahkan lebih jauh ketiga pendekatan
tersebut saling mempengaruhi dalam menentukan tolak ukur
keberhasilan dalam menanggulangi kejahatan.

 Sedangkan menurut Remington dan Ohlin, bahwa yang dimaksud dengan


criminal justice system adalah:
 “Sebagai pendekatan sistem terhadap mekanisme administrasi peradilan
pidana sebagai suatu sistem merupakan hasil interaksi antara peraturan
perundang-undangan, praktik administrasi dan sikap atau tingkah laku
sosial.”
 Hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh LJ. Van Apeldorn, yang
menjelaskan tentang perbedaan-perbedaan dalam melakukan
pendefinisian, yaitu:
 “Hampir semua ahli hukum yang memberikan definisi tentang hukum,
memberikannya berlainan. Ini setidak-tidaknya untuk sebagian, dapat
diterangkan oleh banyaknya segi dan bentuk, serta kebesaran hukum.
Hukum banyak seginya dan demikian luasnya, sehingga tidak mungkin
orang menyatukannya dalam satu rumus secara memuaskan
 Dari pandangan-pandangan tersebut diatas, menunjukan bahwa
permasalahan Sistem Peradilan Pidana atau criminal justice system
pada dasarnya merupakan kajian akademis di luar bidang Hukum
Pidana itu sendiri. Artinya, Hukum Pidana dalam membentuk
Sistem Peradilan Pidana tidak dapat melepaskan diri dari
masukan ilmu hukum bidang lain, yaitu Hukum Administrasi Negara,
Hukum Tata Negara dan Ilmu Sosial lainnya.

 Walaupun demikian, para ahli hukum pidana, pada kenyataannya


membatasi diri untuk tidak terlalu jauh mendalami bidang hukum
lain selain hukum pidana. Nampaknya bidang Hukum Tata Negara,
Hukum Administrasi Negara dan Ilmu Sosial digunakan sebagai
ilmu jembatan untuk menjelaskan dan memecahkan permasalahan
yang muncul dalam proses peradilan pidana saat ini.

Anda mungkin juga menyukai