2. Integrated Criminal Justice System adalah sistem peradilan pidana yang terintegritas,
dalam hal ini adalah beberapa beberapa institusi yang ada yakni kepolisian, kejaksaan,
pengadilan dan lembaga pemasyarakatan. Ibaratkan suatu bejana, segala permasalahan
yang dihadapi oleh subsistem sistem peradilan pidana dapat diselesaikan dengan
berbagai pendekatan institusi. Namun tidak saling intervensi kewenangan diantara
masing masing subsistem tetapi bertujuan untuk mencapai apa yang dinamakan dengan
Integrated Criminal Justice System.
3. Perbedaan yang paling mendasar dari SPP dan HAP adalah konsepnya, SPP berbicara
kewenangan terkait institusi atau lembaga lembaga yang ditugaskan untuk menegakkan
hukum dalam hal ini adalah kepolisian, kejaksaan, pengadilan, dan lembaga
pemasyarakatan. Sedangkan HAP adalah, seluruh rangkaian proses seseorang
dilaporkan hingga menjadi terdakwa dan terpidana, HAP lebih memfokuskan kepada
proses proses dan alur perkara.
4. Kepolisian berfungsi pada bagian tindakan penyidikan selain itu kepolisian juga
diberikan kewenangan untuk menerima laporan dan pengaduan tindak pidana,
melakukan penyaringan terhadap perkara perkara yang memenuhi syarat untuk
diajukan ke kejaksaan, melaporkan hasil penyidikan kepada kejaksaan.
5. Akan memberikan ceklis ceklis apa saja yang kurang lengkap (p-18) dan apabila kurang
lengkap akan dikembalikan kepada penyidik (p-19)
7. Didalam pasal 10 ayat (1) Undang Undang Kekuasaan Kehakiman, disitu dijelaskan
bahwa pengadilan dilarang menolak atau memeriksa, mengadili, dan memutus suatu
perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas,
melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya. Maksud dari pasal ini ialah ketika
hakim menghadapi suatu kasus yang tidak ada dasar hukumnya, disana hakim dapat
membuat hukum (Judge Made Law) yang berpertimbangan dengan aspek aspek lain,
seperti buday masyarakat, adat, kebiasaan, dan lain sebagainya.