BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hiperkolesterolemia merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan
adanya peningkatan kadar lemak darah, salah satunya dengan peningkatan
nilai kolesterol ≥ 240 mg/dL (1). Hiperkolesterolemia dapat menyebabkan
mengendapnya kolesterol pada dinding pembuluh darah yang menyebabkan
penyempitan dan pengerasan pembuluh darah yang dikenal sebagai
aterosklerosis (proses pembentukan plak pada pembuluh darah), keadaan ini
akan meningkatkan resiko penyakit seperti penyakit jantung koroner dan
stroke (2).
Penggunaan obat terapi tunggal sebagai pengobatan hiperkolestrolemia
dengan diagnosis kadar kolesterol ≥ 240 mg/dL. Terdapat berbagai golongan
dari obat yang berfungsi sebagai penurun kadar kolesterol di dalam darah,
diantaranya adalah golongan statin. Statin merupakan obat penurun kolesterol
darah yang menjadi lini pertama dalam terapi hiperkolesterolemia (3). Saat ini
terdapat 6 obat golongan statin yang beredar di pasaran, yakni atorvastatin,
fluvastatin, lovastatin, pravastatin, rosuvastatin dan simvastatin. Sekitar 82,3%
pasien di Indonesia dengan penyakit hiperkolesterolemia masih menggunakan
terapi tunggal statin sebagai pilihan utama, dan obat yang paling sering
digunakan adalah simvastatin dengan persentase 42,8% (4).
Selain penggunaan obat terapi tunggal masih ada pengobatan alternatif
lainnya yaitu menggunakan obat tradisional. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan sebelumnya, setidaknya terdapat 159 dokter dari Jawa dan Bali
dimana 71.7 % diantaranya (114 orang) menjalankan praktik jamu serta
menyatakan bahwa percaya akan manfaat jamu. Penggunaan kombinasi
pengobatan antara obat terapi tunggal dan obat bahan alam tentunya akan
menimbulkan suatu interaksi, baik itu sinergis maupun antagonis (5). Salah
satu bahan alam yang bisa digunakan untuk terapi kolesterol adalah daun kelor
2
B. Rumusan Masalah
Apakah kombinasi simvastatin dengan ekstrak daun kelor (Moringa
oleifera Lam.) dapat lebih baik menurunkan kadar kolesterol total darah pada
mencit (Mus musculus) jantan ?
3
C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui efektifitas kombinasi simvastatin dengan ekstrak
daun kelor (Moringa oleifera Lam.) terhadap penurunan kadar kolesterol
total darah pada mencit (Mus musculus) jantan.
b. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui dosis efektif kombinasi simvastatin dan ekstrak
daun kelor (Moringa oleifera Lam.) terhadap penurunan kadar kolesterol
total darah pada mencit (Mus musculus) jantan.
D. Manfaat Penelitian
a. Hasil kajian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi
khususnya dalam bidang farmasi mengetahui pengaruh pemberian
kombinasi simvastatin dan ekstrak daun kelor (Moringa oleifera
Lam.) terhadap penurunan kadar kolesterol total darah serta dapat
dijadikan tambahan kepustakaan dalam pengembangan penelitian
selanjutnya.
b. Dapat menambah pengetahuan tentang efektivitas pengaruh pemberian
kombinasi simvastatin dan ekstrak daun kelor (Moringa oleifera
Lam.) terhadap penurunan kadar kolesterol total darah.
E. Hipotesis
Kombinasi simvastatin dengan ekstrak daun kelor (Moringa oleifera
Lam.) memiliki efektivitas lebih baik menurunkan kadar kolesterol total darah
pada mencit (Mus musculus) jantan daripada sediaan tunggal.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hiperkolesterolemia
a. Pengertian Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia adalah suatu kondisi dimana jumlah kolesterol
dalam darah melebihi batas normal diatas ≥ 240 mg/dL. Kolesterol
merupakan salah satu unsur terpenting yang dibutuhkan oleh tubuh untuk
mengatur jalannya proses kimiawi yang berada di dalam tubuh, akan tetapi
jika jumlah kolesterol dalam tubuh berada dalam jumlah yang melebihi
nilai rujukan, maka akan mengakibatkan hiperkolesterol (1).
Gangguan yang terjadi pada darah disebabkan oleh rendahnya tingkat
kolesterol plasma atau HDL pada darah, yang dapat menyebabkan
terjadinya perkembangan peradangan pada darah dan gangguan pada
jantung. Kelainan fraksi lipid utama adalah kenaikan kadar kolesterol total
Low Density Lipoprotein. Gangguan yang terjadi pada darah disebabkan
akibat rendahnya tingkat kolesterol plasma atau HDL pada darah, yang
dapat menyebabkan terjadinya perkembangan peradangan pada darah dan
pada gangguan jantung (9).
b. Klasifikasi Hiperkolesterolemia
Klasifikasi Hiperkolesterolemia ada dua, antara lain adalah (10):
1. Hiperkolesterolemia Primer
Hiperkolesterolemia primer adalah suatu penyakit herediter yang
menyebabkan seseorang mewarisi kelainan gen pembentuk reseptor
lipoprotein berdensitas rendah pada permukaan membran sel tubuh. Bila
reseptor ini tidak ada, hati tidak dapat mengabsorpsi lipoprotein
berdensitas sedang atau lipoprotein berdensitas rendah. Tanpa adanya
absorpsi tersebut, mesin kolesterol di sel hati menjadi tidak terkontrol dan
terus membentuk kolesterol baru. Hati tidak lagi memberi respons
5
terhadap inhibisi umpan balik dari jumlah kolesterol plasma yang terlalu
besar. Akibatnya, jumlah lipoprotein berdensitas sangat rendah yang
dilepaskan oleh hati ke dalam plasma menjadi sangat meningkat.
2. Hiperkolesterolemia Sekunder
Hiperkolesterolemia sekunder diakibatkan oleh adanya gangguan
sistemik dalam tubuh.
c. Mekanisme Hiperkolesterolemia
Mekanisme terjadinya hiperkolesterolemia adalah lemak yang berasal
dari makanan akan mengalami proses pencernaan di dalam usus menjadi
asam lemak bebas, trigliserid, fosfolipid dan kolesterol. Kemudian diserap
ke dalam bentuk kilomikron. Sisa pemecahan kilomikron beredar menuju
hati dan dipilah-pilih menjadi kolesterol. Sebagian kolesterol ini dibuang
ke empedu sebagai asam empedu dan sebagian lagi bersama-sama dengan
trigliserida akan bersekutu dengan protein tertentu (apoprotein) dan
membentuk Very Low Density Lipoprotein (VLDL), yang selanjutnya
dipecah oleh ensim lipoprotein menjadi Intermediet Density Lipoprotein
(IDL) yang tidak bisa bertahan 2-6 jam karena langsung akan diubah
menjadi Low Density Lipoprotein (LDL) (11).
Pembentukan LDL oleh reseptor ini penting dalam pengontrolan
kolesterol darah. Di samping itu dalam pembuluh darah terdapat sel-sel
perusak yang dapat merusak LDL. Melalui jalur sel-sel perusak ini
molekul LDL dioksidasi, sehingga tidak dapat masuk kembali ke dalam
aliran darah. Kolesterol yang banyak terdapat dalam LDL akan menumpuk
dalam sel-sel perusak. Bila hal ini terjadi selama bertahun-tahun,
kolesterol akan menumpuk pada dinding pembuluh darah dan membentuk
plak. Plak akan bercampur dengan protein dan ditutupi oleh sel- sel otot
dan kalsium. Hal inilah yang kemudian dapat berkembang menjadi
atherosclerosis (12).
6
B. Statin
Statin merupakan obat penurun kolesterol darah yang menjadi lini pertama
dalam terapi kolesterol. Obat golongan statin dapat menghambat HMG-CoA,
menghambat HMG-CoA menjadi mevalonat, mengurangi katabolisme LDL.
Bila digunakan sebagai terapi golongan statin paling banyak digunakan. Obat-
obat golongan statin ini bekerja sebagai inhibitor kompetitif enzim HMG-CoA
reduktase yang reversible (13).
Karena aktivitasnya yang kuat terhadap enzim, semua statin ini efektif
sebagai antihiperlipidemia dengan cara berkompetitif menempati reseptor
HMG-CoA reduktase. HMG-CoA reduktase adalah enzim yang
bertanggungjawab untuk konversi HMG-CoA menjadi asam mevalonat yang
merupakan tahap awal dalam jalur biosintesis kolesterol. Penghambatan
biosintesis kolesterol hati oleh inhibitor HMG-CoA reduktase meningkatkan
ekspresi reseptor LDL dalam mengikat partikel LDL dalam hepar dan
mengeluarkannya dari sirkulasi. Jadi, efek obat ini adalah menurunkan
sintesis kolesterol dalam sel hati dengan cara meningkatkan jumlah reseptor
LDL sehingga katabolisme kolesterol semakin banyak terjadi, serta
meningkatkan LDL plasma yang mengakibatkan penurunan kadar kolesterol
LDL dan kolesterol total dalam darah. Obat golongan ini hanya sedikit
mempengaruhi kadar TG darah sehingga digunakan terutama pada pasien
hiperkolesterolemia, dan tidak efektif untuk hiperkolesterolemia familial
homozigot, yang tidak terdapat reseptor LDL fungsional (14).
C. Simvastatin
a. Struktur Kimia Simvastatin
Simvastatin merupakan senyawa yang di isoloasi dari jamur Penicilium
citrinum. Senyawa ini bekerja dengan menghambat HMG-CoA reduktase
secara kompetitif pada proses sintesis kolesterol di dalam hati (15).
Berikut merupakan struktur kimia dari simvastatin yang terdapat pada
gambar 2.1
7
b. Mekanisme Simvastatin
Mekanisme kerja Simvastatin yaitu dengan cara menghambat HMG-
CoA reduktase secara kompetitif pada proses sintesis kolesterol di hati.
Simvastatin akan menghambat HMG-CoA reduktase mengubah asetil-
CoA menjadi asam mevalonat. Simvastatin menginduksi suatu
peningkatan reseptor LDL dengan afinitas tinggi. Efek tersebut
meningkatkan kecepatan ekstraksi LDL oleh hati, sehingga mengurangi
simpanan LDL plasma. Indikasi Simvastatin yaitu untuk mengurangi
kadar kolesterol total dan LDL pada penderita hiperkolesterolemia primer
maupun sekunder (17).
kuno, Yunani dan Mesir selama berabad-abad sebagai obat tradisional dan
industri. Negara-negara lain seperti India, Ethiopia, Filipina, dan Sudan
juga mengategorikan tanaman ini sebagai tanaman penting. Tradisi
pengobatan ayurveda India kuno oleh berbagai kelompok etnis asli
menunjukkan bahwa 300 jenis penyakit dapat diobati dengan daun
Moringa oleifera Lam (21).
Organisasi Trees for Life, Church World Service and Educational
Concerns for Hunger Organization juga telah menganjurkan kelor sebagai
nutrisi alami untuk daerah tropis karena daunnya tumbuh rimbun di saat
musim kemarau ketika bahan makanan lain langka. Di Filipina misalnya,
daun kelor terkenal dikonsumsi sebagai sayuran dan meningkatkan jumlah
air susu ibu (ASI) pada ibu menyusui. Sampai-sampai daun ini disebut
dengan julukan mother’s best friend karena mengandung unsur zat gizi
mikro yang sangat dibutuhkan oleh ibu hamil, seperti Beta (B3), Kalsium,
Zat Besi, Fosfor, Magnesium, Zink, Dan Vitamin C (22).
Dengan kandungan nutrisi yang tinggi, kelor di Filipina lumrah
dijadikan alternatif untuk meningkatkan status gizi ibu hamil. Kualitas ini
membuat pohon kelor menjadi kandidat pangan untuk melawan malnutrisi.
Kelor merupakan tumbuhan yang sangat mudah ditemukan di Indonesia
dan biasanya tumbuh sebagai tanaman pagar di pekarangan rumah
khususnya di wilayah non-urban. Masyarakat Sulawesi mengenalnya
dengan sebutan kero, wori, kelo atau keloro; maronggih di Madura;
murong di Aceh; kelor di masyarakat Sunda dan Melayu; kelo di Ternate;
munggai di Sumatra Barat dan kawona di Sumbawa (23).
Tanaman daun kelor (Moringa oleifera Lam.) berkembangbiak bisa
secara generatif (biji) maupun vegetatif (stek batang). Tumbuh di dataran
rendah maupun dataran tinggi sampai di ketinggian 1000 m dpl, banyak
ditanam sebagai tapal batas atau pagar di halaman rumah atau ladang,
untuk penghijauan, sebagai bahan sayuran, bahan baku obat-obatan, juga
untuk diperdagangkan. Kelor mengandung antioksidan yang sangat tinggi
dan sangat bagus untuk penyakit yang berhubungan dengan masalah
pencernaan, misalnya luka usus dan luka lambung (23).
10
mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung, dan
merupakan terusan tangkai daun. Selain itu, dari ibu tulang itu ke arah
samping keluar tulang–tulang cabang, sehingga susunannya seperti sirip–
sirip pada ikan. Kelor mempunyai tepi daun yang rata (integer) dan
helaian daunnya tipis dan lunak. Berwarna hijau tua atau hijau kecoklatan,
permukaannya licin (laevis) dan berselaput lilin (pruinosus). Merupakan
daun majemuk menyirip gasal rangkap tiga tidak sempurna (25).
Kelor berbuah setelah berumur 12 - 18 bulan. Buah atau polong Kelor
berbentuk segi tiga memanjang yang disebut klentang (Jawa) dengan
panjang 20 - 60 cm, ketika muda berwarna hijau setelah tua menjadi
cokelat, biji didalam polong berbentuk bulat, ketika muda berwarna hijau
terang dan berubah berwarna coklat kehitaman ketika polong matang dan
kering. Ketika kering polong membuka menjadi 3 bagian. Dalam setiap
polong rata-rata berisi antara 12 dan 35 biji. Biji berbentuk bulat dengan
lambung semi-permeabel berwarna kecoklatan. Lambung sendiri memiliki
tiga sayap putih yang menjalar dari atas ke bawah. Setiap pohon dapat
menghasilkan antara 15.000 dan 25.000 biji/tahun. Berat rata-rata per biji
adalah 0,3 g (25).
Daun Moringa oleifera Lam merupakan salah satu tanaman yang kaya
akan vitamin dan mineral. Daun Moringa oleifera Lam mengandung
sejumlah asam amino. Asam amino yang terkandung diduga mampu
meningkatkan sistem imun. Asam amino dalam tubuh akan mengalami
biosintesa protein, dari 20 macam asam amino yang ada yakni 19 asam
amino α-L-amino dan satu asam L-imino dapat disintesa menjadi 50.000
lebih protein yang bersama dengan enzim berperan dalam mengontrol
aktivitas kimia antibodi untuk mencegah berbagai macam penyakit (26).
Daun Moringa oleifera Lam juga mengandung flavonoid yang
berfungsi sebagai antioksidan yang mampu menjaga terjadinya oksidasi
sel tubuh dan digunakan untuk pengobatan aterosklerosis.. Selain itu,
kandungan minyak atsiri dan flavonoid yang terdapat pada daun dapat
mencegah peroksidasi lemak (27). Kandungan senyawa metabolit yang
berfungsi sebagai anti kolestrol di daun kelor memiliki fungsi yang
berbeda. Berikut merupakan fungsi dari senyawa metabolit tersebut :
a) β-sitosterol
Komponen dalam kelor yang dapat membantu mengatasi
masalah kolesterol. Karena senyawa ini bagian dari keluarga sterol,
struktur β-sitosterol cukup serupa dengan kolesterol, sehingga
dapat mengelabui tubuh untuk memblokir penyerapan kolesterol
jahat dari makanan (25).
b) Flavanoid
Flavonoid dapat digunakan sebagai penurun kolesterol dalam
tubuh, flavonoid mampu mengikis endapan kolesterol pada dinding
pembuluh darah koroner. Dengan terkikisnya kolesterol pada
dinding pembuluh darah, maka tidak akan memicu timbulnya
penyakit lain yang di akibatkan oleh kolesterol, seperti hipertensi,
stroke dan jantung (28).
14
E. Simplisia
Simplisia ialah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami perubahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan
yang telah dikeringkan. Persyaratan simplisia nabati dan simplisia hewani
diberlakukan pada simplisia yang diperdagangkan, tetapi pada simplisia yang
digunakan untuk suatu pembuatan atau isolasi minyak atsiri, alkoloida,
glikosida, atau zat aktif lain, tidak harus memenuhi syarat tesebut. Persyaratan
yang membedakan struktur mikroskopik serbuk yang berasal dari simplisia
nabati atau hewani dapat tercakup dalam masing-masing monografi, sebagai
petunjuk identitas, mutu dan kemurniannya (29).
15
G. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengestraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan
pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan
massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi
baku yang telah ditetapkan (29).
18
H. Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.
Selama proses ekstraksi, pelarut akan berdifusi sampai ke material padat dari
tumbuhan dan akan melarutkan senyawa dengan polaritas yang sesuai dengan
pelarutnya. Efektivitas ekstraksi senyawa kimia dari tumbuhan bergantung
pada (31):
a) Bahan-bahan tumbuhan yang diperoleh.
b) Keaslian dari tumbuhan yang digunakan.
c) Proses ekstraksi.
Macam-macam perbedaan metode ekstraksi yang akan mempengaruhi
kuantitas dan kandungan metabolit sekunder dari ekstrak, antara lain (31):
a) Tipe ekstraksi.
b) Waktu ekstraksi.
c) Suhu ekstraksi.
19
d) Konsentrasi pelarut.
e) Polaritas pelarut.
2. Soxhlet
Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu
dengan jumlah pelarut relative konstan dengan adanya pendingin balik
(31).
3. Degesti
Degesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara
umum dilakukan pada temperature 40oC (31).
4. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
(bejana infuse tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur
96-98oC) selama waktu (15-20 menit) (31).
I. Kolesterol
a. Pengertian Kolesterol
Kolesterol merupakan salah satu komponen dalam membentuk lemak.
Di dalam lemak terdapat berbagai macam komponen yaitu seperti zat
trilgiserida, fosfolipid, asam lemak bebas, dan juga kolesterol. Secara
umum, kolesterol berfungsi untuk membangun dinding dalam sel dalam
tubuh. Bukan itu saja kolesterol juga berperan penting dalam
memproduksi hormon seks, vitamin D, serta berperan penting dalam
menjalankan fungsi syaraf dan otak (33).
21
Kolesterol adalah suatu zat lemak yang dibuat didalam hati dan lemak
jenuh dalam makanan. Jika terlalu tinggi kadar kolesterol dalam darah
maka akan semakin meningkatkan faktor resiko terjadinya penyakit arteri
koroner. Kolesterol sendiri dibagi menjadi dua komponen yang dibagi
menjadi 2 klasifikasi yaitu berdasarkan jenis dan kadar kolesterolnya (34).
b. Klasifikasi Kolesterol
Klasifikasi kolesterol dibagi menjadi 2 yaitu jenis kolesterol dan kadar
kolesterol, jenis dari kolesterol meliputi :
1. Low Density Lipoprotein (LDL)
Low Density Lipoprotein (LDL) merupakan lipoprotein yang memiliki
densitas rendah dan berfungsi untuk mengangkut lemak ke jaringan.
Makanan-makanan berlemak seperti hati, daging, otak dan jeroan dapat
meningkatkan kadar kolesterol terutama LDL (Low Density Lipoprotein)
dalam darah. Hal tersebut memicu terjadinya LDL-oks akibat radikal
bebas pada pembuluh darah aorta yang menyebabkan terjadinya reaksi
inflamasi dan dapat berakibat pada perubahan dinding pembuluh darah
aorta (35).
2. High Density Lipoprotein (HDL)
High Density Lipoprotein (HDL) merupakan kolesterol yang
bermanfaat bagi tubuh manusia. Fungsi HDL yaitu mengangkut LDL di
dalam jaringan perifer ke hepar yang nantinya akan membersihkan lemak-
lemak yang menempel di dalam pembuluh darah yang kemudian akan
dikeluarkan melalui saluran empedu dalam bentuk lemak empedu (36).
Pengelompokan kadar kolesterol dapat dilihat pada tabel 2.2.
22
c. Biosinteis Kolesterol
Biosinteis kolesterol dbagi menjadi 5 tahap yakni (9) :
a) Sintesis Mevalonat dan Acetil CoA.
b) Unit isoprenoid dibentuk dari mevalonat melalui pelepasan CO2.
c) Enam unit isoprenoid mengadakan kondensasi untuk membentuk
senyawa antara skualen.
d) Skualen mengalami siklisasi untuk menghasilkan senyawa steroid
induk, yaitu lanosterol.
e) Kolesterol dibentuk dari lanosterol setelah melewati beberapa
tahap lebih lanjut termasuk pelepasan tiga gugus metal.
d. Metabolisme Kolesterol
Kolesterol akan diabsorbsi di usus dan ditransport dalam bentuk
kilomikron menuju hati, kolesterol lalu dibawa oleh Very Low Density
Lipoprotein (VLDL) untuk membentuk Low Density Lipoprotein (LDL)
melalui perantara Intermediate Density Lipoprotein (IDL) dan LDL akan
membawa kolesterol ke seluruh jaringan perifer sesuai dengan kebutuhan.
Sisa kolesterol diperifer akan berikatan dengan High Density Lipoprotein
(HDL) dan dibawa kembali ke hati agar tidak terjadi penumpukan
dijaringan. Kolesterol yang ada di dalam hati diekskresikan menjadi asam
empedu yang sebagian dikeluarkan melalui feses, sebagian asam empedu
23
di absorpsi oleh usus vena porta hepatik yang disebut dengan siklus
enterohepatik (9).
d. Metode CHOD-PAP
Metode kolorimetrik enzimatik (Cholesterol Oxidase Methode atau
CHOD PAP) adalah metode yang disyaratkan sesuai standar WHO atau
IFCC. Prinsip pemeriksaan kadar kolesterol total metode kolorimetrik
enzimatik adalah kolesterol ester diurai menjadi kolesterol dan asam lemak
menggunakan enzim kolesterol esterase. Kolesterol yang terbentuk
kemudian diubah menjadi Cholesterol-3-one dan hidrogen peroksida oleh
enzim kolesterol oksidase. Hidrogen peroksida yang terbentuk beserta
fenol dan 4-aminophenazone oleh peroksidase diubah menjadi zat yang
berwarna merah. Intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan
konsentrasi kolesterol total dan dibaca pada λ 500 nm (41).
Sebagai hewan pengerat, mencit memiliki gigi seri yang cukup kuat dan
gigi seri ini terbuka. Susunan gigi geligi mencit selengkapnya adalah sebagai
26
berikut incisivus ½, caninus 0/0, premolar 0/0 dan molar 3/3 tanpa pergantian
gigi. Lama hidup mencit satu sampai tiga tahun, dengan masa kebuntingan
yang pendek (18-21 hari) dan masa aktifitas reproduksi yang lama (2-14
bulan) sepanjang hidupnya. Mencit mencapai dewasa pada umur 35 hari dan
dikawinkan pada umur delapan minggu (jantan dan betina). Siklus reproduksi
mencit bersifat poliestrus dimana siklus estrus (birahi) berlangsung sampai
lima hari dan lamanya estrus 12-14 jam. Mencit jantan dewasa memiliki berat
20-40 gram sedangkan mencit betina dewasa 18-35 gram. Hewan ini dapat
hidup pada temperatur 30ºC (43).
Klasifikasi ilmiah Mencit (Mus Musculus) yaitu sebagai berikut (42):
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Subkelas : Theria
Ordo : Rodentia
Subordo : Myomorpha
famili : Muridae
Subfamili : Murinae
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus.
Mencit merupakan hewan percobaan yang paling umum digunakan pada
penelitian labolatorium sebagai hewan percobaan, yaitu sekitar 40%-80%.
Mencit memiliki banyak keunggulan sebagai hewan percobaan, yaitu siklus
hidup yang relatif pendek, jumlah anak per kelahiran banyak, variasi sifat-
sifatnya tinggi dan mudah dalam penanganannya (42).
27
M. Rencana Penelitian
a. Prinsip Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental. Penelitian ini meliputi
persiapan sampel daun kelor (Moringa oleifera lam), pembuatan ekstrak
daun kelor (Moringa oleifera Lam), dan uji farmakologi penurunan kadar
kolestrol total darah pada mencit (Mus musculus).
b. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini di bagi menjadi beberapa bagian yaitu :
1. Variabel Bebas : Kombinasi simvastatin dengan ekstrak
daun kelor (Moringa oleifera Lam) yang
diberikan kepada mencit jantan (Mus
musculus).
2. Variabel Terikat : Kadar kolesterol total darah pada mencit
jantan (Mus musculus).
3. Variabel Kontrol : Metode ekstraksi, hewan uji, waktu dan
peralatan yang digunakan selama penelitian.
d. Definisi Operasional
Tabel 2.3 Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
Variabel Obat golongan Timbangan Simvastatin Nominal
Bebas statin yang Digital yang
Simvastatin digunakan digunakan
sebagai terapi setara 26
tunggal dalam mg
menurunkan
kadar kolestrol
dalam darah
Variabel Simplisa daun Neraca Ekstrak Nominal
Bebas kelor ditimbang Analitik daun kelor
Ekstrak sebanyak 500 yang
Daun Kelor gram lalu digunakan
dimasukkan dengan
dalam wadah dosis 20 mg
maserasi. /20 gBB
Maserasi dan 40 mg
dilakukan /20 gBB
selama 3 x 24
jam
Variabel Nilai kolestrol Pengukuran Kadar Rasio
Terikat dalam darah dengan alat kolestrol
Kadar yang diukur check normal
kolestrol pada hari ke-0 kolestrol mencit
total darah (awal), setelah (GCU) (Mus
diinduksi musculus)
dengan PTU, yaitu 40-
dan sesudah 130 mg/dL
pemberian (44).
simvasitatin
dengan ekstrak
daun kelor
29
BAB III
METODE PENELITIAN
C. Prosedur Penelitian
a. Pengambilan sampel
Sampel yang diambil adalah daun kelor yang berwarna hijau. Daun
kelor yang digunakan didapat dari perkarangan rumah didaerah Sidosari,
Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung.
30
b. Determinasi Tanaman
Determinasi terhadap daun kelor di lakukan di Laboratorium Botani
Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
(FMIPA) Universitas Lampung (UNILA). Tujuan determinasi tanaman
kelor adalah untuk memastikan dan meyakinkan bahwa tanaman yang
digunakan benar-benar tanaman kelor (Moringa oleifera Lam).
b. Kadar Abu
Masukkan kurang lebih 2 sampai 3 gram simplisia yang telah
dihaluskan dan ditimbang seksama (W1), dimasukkan kedalam kurs
porselin (W0). Pijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, dinginkan dan
31
timbang (W2). Jika cara ini arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air
panas dan saring melalui kertas saring bebas abu. Pijarkan sisa kertas dan
kertas saring dalam cawan porselin yang sama. Masukkan filtrat ke dalam
cawan porselin, uapkan, pijarkan hingga bobot tetap dan timbang. Hitung
kadar abu terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.
N. Analisis Data
Pengolahan data yang diperoleh diolah menggunakan SPSS versi 20 untuk
melihat uji homogenitas dan kenormalan (Uji saphiro-Wilk) yang digunakan
sebagai syarat uji ANOVA. Apabila data terdistribusi normal dan homogen,
dilakukan analisa one way ANOVA untuk melihat adanya perbedaan rata-rata
dari dua atau lebih kelompok perlakuan.
35
BAB IV
A. Determinasi Tanaman
Determinasi merupakan bagian dari identifikasi suatu tanaman.
Determinasi dilakukan untuk menetapkan kebenaran sampel tanaman dalam
penelitian sesuai dengan yang diharapkan dan supaya tidak terjadi kesalahan
pengambilan sampel tanaman dapat dihindarkan. Determinasi tanaman kelor
dilakukan di laboratorium Botani Jurusan Biologi FMIPA Unila. Hasil
determinasi menunjukkan bahwa tanaman uji yang diperoleh dari perkarangan
rumah di daerah Sidosari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan
adalah benar tanaman kelor (spesies Moringa oleifera Lam.).
B. Pembuatan Simplisia
Pembuatan simplisia tanaman kelor dengan mengambil dari pohonnya
bersamaan dengan tangkai daun, mulai dari tangkai daun yang mendekati
pucuk sampai pada tangkai yang berada di pucuk. Kemudian helai daun
dipisahkan dengkan tangkai daun. Pengumpulan bahan baku tersebut
dilakukan pada pagi hari yaitu pukul 09.00-12.00 karena daun sudah bereaksi
fotosintesis dengan sempurna. Setelah dipisahkan dengan tangkainya, daun
kelor yang berwarna hijau dan segar ditimbang sebanyak 5 Kg. Kemudian
dilakukan sortasi basah bertujuan untuk membersihkan daun dari bahan asing
lainnya seperti kerikil, tanah dan lain-lain. Dilakukan pencucian dengan
menggunakan air bersih yang mengalir, tahap ini bertujuan untuk
membersihkan atau menghilangkan kotoran dan mengurangi mikroorganisme
yang menempel pada daun kelor lalu di lakukan perajangan.
Perajangan bertujuan untuk memperluas permukaan bagian tanaman yang
digunakan agar mempermudah proses pengeringan sehingga dapat mengering
secara merata dengan waktu yang cepat. Pengeringan dilakukan dibawah sinar
matahari dengan ditutup kain berwarna hitam bertujuan untuk menghindari
36
C. Ekstraksi
Metode ekstraksi yang digunakan yaitu maserasi, maserasi dipilih karena
dapat menarik semua metabolit sekunder yang tidak tahan terhadap
pemanasan sehingga tidak merusak senyawa yang terkandung, cara pengerjaan
dan peralatan yang digunakan sederhana. Mekanisme metode maserasi yaitu
proses difusi pelarut ke dalam dinding sel tumbuhan untuk mengekstrak
senyawa-senyawa yang ada dalam tumbuhan tersebut.
Simplisia daun kelor diambil sebanyak 500 g kemudian dimaserasi
menggunakan pelarut etanol 70% sebanyak 1,7 L. Penggunaan etanol 70%
bertujuan untuk menarik komponen senyawa kimia yang terkandung, karena
pelarut etanol merupakan pelarut universal yang dapat menarik senyawa-
senyawa yang larut dalam pelarut non polar hingga polar dan memiliki indeks
polaritas sebesar 5,2% (45). Etanol 70% juga memiliki kandungan air cukup
banyak (30%) dan sampel yang digunakan adalah sampel kering, air
dibutuhkan untuk membasahi sampel sehingga sel-selnya mengembang dan
pori-pori simplisia akan membuka sehingga zat aktif dapat dipisahkan dari
sampel yang digunakan serta toksisitasnya lebih rendah dibandingan dengan
metanol. Proses maserasi daun kelor pada penelitian ini dilakukan selama 7
hari, proses pengadukan setiap 6 jam sekali selama 5 menit, pelarut yang
digunakan diganti setiap 1 x 24 jam.
37
Organoleptis :
Warna Hijau tua
Bau Khas
Bentuk Serbuk agak kasar
Rasa Pahit
Pada tabel 4.1 mempelihatkan data identitas bahwa simplisia daun kelor
adalah Moringa oleifera Lam. hal ini diperoleh dari determinasi yang sudah
dilakukan berdasarkan perbandingan ciri-ciri tumbuhan uji terhadap pustaka
38
yang sudah ada. Pada hasil uji organoleptis menunjukkan bahwa simplisia
daun kelor berwarna hijau tua, berbau khas dan berbentuk serbuk agak kasar.
Uji organoleptis merupakan cara pengujian melalui pancaindera terhadap
bentuk, bau, warna dan rasa suatu produk uji. Uji tersebut terdapat peranan
penting terhadap pemeriksaan kualitas simplisia (47).
b. Parameter Non-Spesifik
Tabel dibawah ini adalah hasil pengujian parameter non-spesifik yaitu
kadar air dan kadar abu dari simplisia daun kelor dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil Uji Parameter Non-Spesifik Simplisia Daun Kelor
Parameter Hasil Uji Standar Mutu (46)
Kadar Air 6,7% ≤10%
Kadar Abu 13,5% ≤16%
Penetapan kadar air pada simplisia dilakukan untuk mengetahui jumlah air
yang terdapat didalam simplisia. Hasil yang diperoleh dari penetapan kadar air
kurang dari 10% pada simplisia daun kelor yaitu 6,7%, sehingga dapat
disimpulkan simplisia daun kelor memenuhi standar mutu. Kadar air yang
melebihi 10% dapat menjadi media yang baik untuk pertumbuhan jamur.
Penetapan kadar abu dilakukan untuk mengetahui jumlah mineral yang
terdapat pada sampel. Kadar abu yang diperoleh kurang dari 16% pada
simplisia daun kelor yaitu 13,5%, sehingga dapat disimpulkan simplisia daun
kelor memenuhi standar mutu.
1 Saponin +
2 Steroid -
3 Terpenoid +
4 Tanin +
5 Alkaloid +
6 Flavanoid +
39
Keterangan
+ = Positif
- = Negatif
minggu. Pada hari ke-15 dilakukan pengambilan kadar kolesterol dalam darah
puasa yang kedua untuk mengetahui kenaikan kadar kolesterol.
Rata-rata kadar kolesterol darah puasa setelah induksi dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat hasil pengukuran kadar kolesterol
setelah pemberian induksi suspensi PTU pada K- didapatkan nilai rata-rata
kadar kolesterol sebesar 144,2 mg/dL, K+ didapatkan nilai rata-rata sebesar
154,2 mg/dL, P1 didapatkan nilai rata-rata sebesar 149,4 mg/dL, P2
didapatkan nilai rata-rata sebesar 150,8 mg/dL dan P3 didapatkan nilai rata-
rata sebesar 156,8 mg/dL.
Peningkatan kadar kolesterol total darah pada mencit tersebut di sebabkan
oleh pemberian induksi PTU (Propiltiurasil). PTU pada penelitian ini
digunakan untuk memicu kenaikan kadar kolesterol karena PTU bekerja
sebagai antitiroid yang menghambat sel-sel tiroid pada mencit untuk
memproduksi hormon tiroid. Sintesis hormon tiroid mampu merangsang hati
sehingga metabolisme lipid dihambat terutama kolesterol-LDL yang
diakibatkan oleh penekanan metabolik pada reseptor-LDL, sehingga kadar
kolesterol-LDL akan meningkat menyebabkan kadar kolestrol total dalam
darah mencit yang sudah di induksi mengalami kenaikan.
42
dan P3. K+ tidak berbeda nyata dengan P3 dan berbeda nyata dengan K-, P1,
dan P2. P1 tidak berbeda nyata dengan P2 dan berbeda nyata dengan K-, K+
dan P3. P3 tidak berbeda nyata dengan K+ dan berbeda nyata dengan K-, P1,
dan P2. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi ≤ 0.05 pada tiap kelompok.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nabila dan Lailiiyatus dengan
kombinasi simvastatin dan ekstrak air daun tin (Ficus carica L.) yang
diberikan pada tikus hiperkolestrol. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa pemberian kombinasi antara simvastatin dosis 0,026 mg/20gBB dan
ekstrak daun tin 2,8 mg/20gBB menunjukkan penurunan kadar kolestrol pada
tikus dibandingkan kontrol positif yaitu simvastatin.
Hal ini disebabkan karena kemungkinan adanya interaksi antara obat kimia
dan juga obat herbal yang dapat memperkuat efek yang dapat ditimbulkan.
Interaksi yang dapat memperkuat efek disebut juga dengan interaksi secara
sinergis (8).
Perlakuan K- yang diberikan Na-CMC 1% tidak mengalami penurunan
yang signifikan karena Na-CMC tidak terkandung zat aktif yang dapat
menurunkan kolesterol, sehingga hasilnya tidak maksimal dan hanya sebagai
kontrol negatif. Sedangkan pada pemberian suspensi simvastatin (K+) sebagai
pembanding memiliki efek penurun kolestrol lebih signifikan dibandingkan
pemberian ekstrak daun kelor tunggal (P1). Simvastatin adalah obat
antilipidemik yang merupakan derivat asam mevinat. Simvastatin bekerja
dengan cara menghambat enzim 3-hidroksi-3-metil-glutaril-koenzim A
(HMG-CoA) reduktase yang mempunyai fungsi sebgai katalis dalam
pembentukan kolestrol. HMG-CoA reduktase bertanggung jawab terhadap
penurunan sintesis kolestrol dan meningkatkan jumlah reseptor Low Density
Lipoprotein (LDL) yang terdapat dalam membran sel hati dan jaringan
ekstrahepatik, sehingga menyebabkan banyak LDL yang hilang dalam plasma
(7).
Simvastatin cenderung mengurangi jumlah trigliserida dan meningkatkan
High Density Lipoprotein (HDL) kolestrol. Pemilihan obat kolestrol
simvastatin dari golongan statin adalah obat yang paling aman dikonsumsi
oleh penderita kolesterol, karena efek samping yang ringan dibandingkan
45
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian uji efektivitas Efektivitas Kombinasi
Simvastatin Dengan Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) Terhadap
Kadar Kolestrol Total Darah Pada Mencit (Mus musculus) Jantan dapat
disimpulkan :
1. Kombinasi simvastatin dengan ekstrak daun kelor (Moringa oleifera
Lam.) terbukti memiliki efek penurunan yang lebih baik dibandingkan
dengan ekstrak tunggalnya tetapi tidak berbeda nyata dari kontrol
positif simvastatin.
2. Dosis efektif yaitu pada P3 (Kombinasi Suspensi Simvastatin 26
mg/100mL dan Ekstrak Daun Kelor 40 mg/20 gBB) dengan
prensentase penurunan sebesar 32,39%.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penelitian selanjutnya
disarankankan untuk :
1. Perlu dilakukan penelitian penurunan kadar kolestrol lebih lanjut
dengan metode ekstaksi yang berbeda.
2. Penelitian lebih lanjut disarankan dapat membuat sediaan farmasetika
ekstrak kelor (Moringa oleifera Lam) dan melakukan uji efektivitas
farmakologi yang lainnya.
48
DAFTAR PUSTAKA
7. Mukriani, Nurlina, Pratiwi AN, Rauf A. Uji Efektivitas Ekstrak Daun Kelor
(Moringa oleifera Lamk.) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Pada
Mencit (Mus musculus) L. Jf Fik Uinam. 2015;2(3):115–20.
9. Murray R, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia Harper ed.27. EGC; 2009.
10. Guyton arthur C, Hall john E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 9th ed.
Setiawan I, editor. jakarta: EGC; 1997.
14. Munaf S. Kumpulan Kuliah Farmakologi, Edisi II. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2009.
18. Aberg JA, Alvarez W, Armstrong L, Bachman KA, Baughman VL, Beizer
JL. Drug Information Handbook, 17th Edition. 17th ed. Ohio: Lexi-Comp;
2007.
21. Dr. Erna Nurcahyati. khasiat daun kelor. Nurjanah, editor. 2014. 127 p.
23. Krisnadi Dudi A. Kelor Super Nutrisi. Kelor Super Nutrisi. 2015. 164 p.
25. Krisnadi DA. Kelor Super Nutrisi. Kelor Super Nutrisi. 2015. 164 p.
28. Anggraini DI, Nabillah LF. Activity Test of Suji Leaf Extract (Dracaena
angustifolia Roxb.) on in vitro cholesterol lowering. J Kim Sains dan Apl.
50
2018;21(2):54–8.
30. Gunawan D dan SM. Ilmu Obat Alam (Farmakologis). In: Jilid 1. Penerbit
Swadaya; 2004. p. 9–18.
32. Badan POM RI. Pedoman Teknologi Formulasi Sediaan Berbasis Ekstrak.
Direktorat Obat Asli Indones Deputi Bid Pengawas Obat Tradisional,
Kosmet dan Prod Komplemen. 2013;2:7–8, 12–6.
35. Schlesinger DP, Joffe DJ. Raw food diets in companion animals: a critical
review. Can Vet J. 2011;52(1):50.
36. Sutanto. Cekal (Cegah dan Tangkal) Penyakit Modern Hipertensi, Stroke,.
Jantung, Kolestrol, dan Diabetes. 2015;151:10–7.
38. Restyani AE. Hubungan Pola Konsumsi Lemak Jenuh dan Obesitas Sentral
terhadap Kadar Kolesterol Total. Jurnal Nurs. 2015;
41. Antika A. Pemeriksaan Kadar Kolesterol Total dalam Darah pada Sampel
Serum dengan Metode Chod-Pap. 2017;
42. Setijono MM. Mencit (Mus musculus) Sebagai Hewan Percobaan. 1985. p.
1–80.
44. Erni A, Mu’nisa, Arsal AF. Pengaruh Pemberian Minyak Mandar yang
Ditambahkan Bubuk Daun Sukun (Arthocarpus altilis) terhadap Kadar
51
47. Yana ND, Marpaung MP, Gummay B. Analisis Parameter Spesifik dan
Nonspesifik Simplisia Daun Bawang Merah (Allium cepa L.). Kovalen J
Ris Kim. 2022;8(1):45–52.
48. Timur WW, Santoso A. Pengaruh Kombinasi Ekstrak Kulit Pisang Kepok
(Musa Paradisiaca) Dengan Gemfibrozil Terhadap Kadar Lipid Darah
Tikus Wistar. J Pharm Sci Med Res. 2019;2(2):50–62.
49. Dorland. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 30. 2020. 222 p.
50. Sri Wahyu, Andi Sitti Fahirah Arsal, Indah Chintya Maharani. Efektivitas
Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oleifera) terhadap Penurunan Kadar
Kolesterol Total pada Tikus Putih (Rattus Novergicus). Green Med J.
2019;1(1):97–110.
52
LAMPIRAN
53
Di maserasi menggunakan
etanol 70%
(sampai tersari sempurna)
Ampas
Ampas Maserat
Rotary evaporator
54
141 𝑔𝑟𝑎𝑚
%Rendemen = X 100%
500 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 28,2%
55
47,62 g − 47,35g
% Kadar Abu = X 100%
2g
= 13,5%
56
Dari hasil perhitungan diatas jumlah perlakuan ulang (r) yang digunakan adalah 5
dan jumlah perlakuan dalam penelitian (t) adalah 5.
57
Hewan uji dipuasakan untuk memastikan kadar kolesterol normal dan diambil
darah melalui ekor kemudian diukur kadar kolestrol darah awal (hari ke-0)
Analisis Hasil
58
= 1,3 mg/mL
= 1.300 mg/1000 mL
Ambil Propiltiourasil 1.300 mg/ 1000 mL pada tablet 100 mg dengan cara :
- Ambil 20 tablet propiltiourasil, gerus dalam mortir.
- Timbang berat serbuk tablet.
- Hitung berat 1 tablet
= Berat serbuk 20 tablet = 5,684 = 0,2842 gram
Jumlah tablet 20
- Maka berat serbuk propiltiourasil yang akan diambil untuk mendapatkan
propiltiourasil sebanyak 1.300 mg adalah :
= (1.300 mg/ 100 mg) X 0,2842 gram = 12,7158 gram
Timbang serbuk PTU sebanyak 12,72 gram lalu dimasukkan ke dalam labu
ukur kemudian disuspensikan dengan Na-CMC 1% sedikit demi sedikit hingga
homogen, dicukupkan volumenya hingga 1000 mL.
61
= 0,26 mg/mL
= 26 mg/100mL
Ambil Simvastatin 26 mg/ 100 mL pada tablet 20 mg dengan cara :
- Ambil 20 tablet simvastatin, gerus dalam mortir.
- Timbang berat serbuk tablet.
- Hitung berat 1 tablet
= Berat serbuk 20 tablet = 2,395 = 0,11975 gram
Jumlah tablet 20
- Maka berat serbuk simvastatin yang akan diambil untuk mendapatkan
propiltiourasil sebanyak 26 mg adalah :
= (26 mg/ 20 mg) X 0,11975 gram = 0,155675 gram
= 0,16 gram X 14 hari = 2,24 gram
0,052mg/20gBB x 20gBB
VAO =
Konsentrasi
0,052mg/20gBB x 20gBB
0,2 mL =
Konsentrasi
0,052 𝑚𝑔
Konsentrasi =
0,2 𝑚𝐿
= 26 mg/mL
= 2600 mg/100 mL
= 2,6 gram/100 mL
Jadi, untuk dosis 20 mg/20 gBB yang diperlukan selama 14 hari adalah :
2,6 gram X 14 = 36,4 gram
Timbang dosis 20 mg/ 20 gBB sebanyak 36,4 gram lalu dimasukkan ke dalam
labu ukur kemudian disuspensikan dengan Na-CMC 1% sedikit demi sedikit
hingga homogen, dicukupkan volumenya hingga 100 mL. Diberikan secara oral
dengan volume 0,2 mL selama 14 hari.
63
2) Dosis 40 mg/20gBB
Dosis pada manusia 40 mg / 70 Kg BB manusia
Konversi dosis manusia (70 Kg) ke mencit (20 g) adalah 0,0026
Dosis mencit (20 g) = 0,0026 x 40 mg
= 0,104 mg/20gBB
0,104mg/20gBB x 20gBB
VAO =
Konsentrasi
0,104mg/20gBB x 20gBB
0,2 mL =
Konsentrasi
0,104 𝑚𝑔
Konsentrasi =
0,2 𝑚𝐿
= 0,52 mg/mL
= 52 mg/100 mL
= 5,2 gram/100 mL
Jadi, untuk dosis 40 mg/20 gBB yang diperlukan selama 14 hari adalah :
5,2 gram X 14 = 72,8 gram
Timbang dosis 40 mg/20 gBB 72,8 gram lalu dimasukkan ke dalam labu ukur
kemudian disuspensikan dengan Na-CMC 1% sedikit demi sedikit hingga
homogen, dicukupkan volumenya hingga 100 mL. Diberikan secara oral dengan
volume 0,2 mL selama 14 hari.
64
Maserasi Ekstrak Daun Kelor Proses Evaporasi Ekstrak kental Daun Kelor
65
2. Uji Fitokimia
Alumunium Foil Alat dan Strip Kolesterol Timbangan Analitik Gelas Ukur
Na-CMC Simvastatin 20 mg
69
Kolesterol Awal
Ulangan Perlakuan
K- K+ P1 P2 P3
(mg/dL) (mg/dL) (mg/dL) (mg/dL) (mg/dL)
1 120 102 119 116 110
2 115 120 125 110 113
3 107 120 109 120 120
4 110 105 110 125 117
5 125 106 113 118 112
Jumlah 577 553 576 589 572
Rata-Rata 115,4 110,6 115,2 117,8 114,4
144,2 −115,2
Kelompok 1 = X 100% =19,97%
144,2
154,2 −110,6
Kelompok 2 = X 100% = 28,27%
154,2
149,4−115,2
Kelompok 3 = X 100% = 22,89%
149,4
150,8−117,8
Kelompok 4 = X 100% = 21,88%
150,8
156,8−114,4
Kelompok 5 = X 100% = 27,04%
156,8
144,2 −134
Kelompok 1 = X 100% =7,07%
144,2
154,2 −106,8
Kelompok 2 = X 100% = 30,73%
154,2
149,4−119,4
Kelompok 3 = X 100% = 20,08%
149,4
150,8−115,8
Kelompok 4 = X 100% = 23,20%
150,8
156,8−106
Kelompok 5 = X 100% = 32,39%
156,8
72
Kelompok
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1,013 4 20 ,424
ANOVA
Kelompok
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 2597,200 4 649,300 17,296 ,000
Within Groups 750,800 20 37,540
Total 3348,000 24
Berdasarkan output Anova di atas, diketahui nilai sig sebesar 0,000 ≤ 0,05,
sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata persentase penurunan kadar kolestrol
pada perlakuan tersebut "BERBEDA" secara signifikan.
KK = 5,3%
Descriptives
Penurun Kolestrol
N Mean Std. Std. Error 95% Confidence Interval Minimum Maximum
Deviation for Mean
Lower Upper
Bound Bound
K+ (Simvastatin
5 106,80 6,611 2,956 98,59 115,01 100 115
26 mg/20 gBB)
P1 (Ekstrak Daun
Kelor 40 mg/20 5 119,40 3,647 1,631 114,87 123,93 115 125
gBB)
P2 (Kombinasi
Simvastatin 26
mg/20 gBB dan
5 115,80 6,760 3,023 107,41 124,19 109 125
Ekstrak Daun
Kelor 20 mg/20
gBB))
P3 (Kombinasi
Simvastatin 26
mg/20 gBB dan
5 106,00 6,519 2,915 97,91 114,09 100 115
Ekstrak Daun
Kelor 40 mg/20
gBB)
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Data
LSD
(I) Perlakuan (J) Perlakuan Mean Std. Sig. 95% Confidence Interval
Difference (I- Error Lower Upper
J) Bound Bound
K+ (Simvastatin 26
27,200* 3,875 ,000 19,12 35,28
mg/20 gBB)
P1 (Ekstrak Daun Kelor
14,600* 3,875 ,001 6,52 22,68
40 mg/20 gBB)
P2 (Kombinasi
K- (Na-CMC 1%) Simvastatin 26 mg/20
18,200* 3,875 ,000 10,12 26,28
gBB dan Ekstrak Daun
Kelor 20 mg/20 gBB))
P3 (Kombinasi
Simvastatin 26 mg/20
28,000* 3,875 ,000 19,92 36,08
gBB dan Ekstrak Daun
Kelor 40 mg/20 gBB)
K- (Na-CMC 1%) -27,200* 3,875 ,000 -35,28 -19,12
P1 (Ekstrak Daun Kelor *
-12,600 3,875 ,004 -20,68 -4,52
40 mg/20 gBB)
P2 (Kombinasi
Simvastatin 26 mg/20
K+ (Simvastatin 26 -9,000* 3,875 ,001 -17,08 -,92
gBB dan Ekstrak Daun
mg/20 gBB)
Kelor 20 mg/20 gBB))
P3 (Kombinasi
Simvastatin 26 mg/20
,800 3,875 ,839 -7,28 8,88
gBB dan Ekstrak Daun
Kelor 40 mg/20 gBB)
K- (Na-CMC 1%) -14,600* 3,875 ,001 -22,68 -6,52
K+ (Simvastatin 26 *
12,600 3,875 ,004 4,52 20,68
mg/20 gBB)
P2 (Kombinasi
Simvastatin 26 mg/20
P1 (Ekstrak Daun 3,600 3,875 ,364 -4,48 11,68
gBB dan Ekstrak Daun
Kelor 40 mg/20 gBB)
Kelor 20 mg/20 gBB))
P3 (Kombinasi
Simvastatin 26 mg/20
13,400* 3,875 ,002 5,32 21,48
gBB dan Ekstrak Daun
Kelor 40 mg/20 gBB)
K- (Na-CMC 1%) -18,200* 3,875 ,000 -26,28 -10,12
K+ (Simvastatin 26
P2 (Kombinasi 9,000* 3,875 ,003 ,92 17,08
mg/20 gBB)
Simvastatin 26 mg/20 P1 (Ekstrak Daun Kelor
gBB dan Ekstrak -3,600 3,875 ,364 -11,68 4,48
40 mg/20 gBB)
Daun Kelor 20 mg/20 P3 (Kombinasi
gBB)) Simvastatin 26 mg/20
9,800* 3,875 ,002 1,72 17,88
gBB dan Ekstrak Daun
Kelor 40 mg/20 gBB)
K- (Na-CMC 1%) -28,000* 3,875 ,000 -36,08 -19,92
K+ (Simvastatin 26
P3 (Kombinasi -,800 3,875 ,839 -8,88 7,28
mg/20 gBB)
Simvastatin 26 mg/20
P1 (Ekstrak Daun Kelor
gBB dan Ekstrak -13,400* 3,875 ,002 -21,48 -5,32
40 mg/20 gBB)
Daun Kelor 40 mg/20
gBB) P2 (Kombinasi
Simvastatin 26 mg/20
-9,800* 3,875 ,002 -17,88 -1,72
gBB dan Ekstrak Daun
Kelor 20 mg/20 gBB))
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
75