Anda di halaman 1dari 10

ADMINISTRASI PERKARA KASASI

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kepaniteraan


Pengadilan

Dosen Pengampu :
Dr. Hj. Dakwatul Chairah, M.Ag

Disusun oleh :
Prabasiwi Madianingratri S (C91219140)
Sinta Amalia (C91219146)
Wildan Achsan Aziz (C91219140)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA


ISLAM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA 2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Tuhan seluruh alam
yang telah memberikan Rahmat, Taufik, dan Hidayah kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat dan salam semoga tercurah dan terlimpahkan kepada
Nabi Muhammad Saw. pembawa rahmat bagi alam semesta dan akan memberikan syafaatnya di
hari kiamat kelak dan hujjah bagi seluruh manusia, beliau lah Nabi kita Muhammad
SAW. Beliau lah yang diutus oleh Allah SWT untuk menyempurnakan akhlak dan menjadi
penutup risalah kenabian.
Pada kesempatan materi kali ini, penulis akan mencoba memaparkan
mengenai “Administrasi Perkara Kasasi”. Harapan penulis, semoga makalah ini bermanfaat bagi
para pembaca khususnya dalam kehidupan kita sehari-hari. Walaupun hanya setetes tinta yang
penulis goreskan dan mungkin jauh dari kesempurnaan dalam penulisan makalah ini.
Terakhir, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah memberikan
motivasi kepada penulis dalam penulisan makalah ini, semoga mendapatkan balasan dari Allah
SWT dan semoga kita semua selalu dilimpahkan taufik dan hidayah-Nya. Amin Ya Rabbal
‘alamin.

Surabaya, 10 Juni 2022

Penyusun Makalah

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia adalah negara hukum, oleh karena itu setiap gerak langkah
pergaulan hidup manusia dalam hubungannya bermasyarakat dan bernegara tidak lepas
dari norma hukum, yang merupakan tata aturan yang dapat dijadikan pedoman atau
pegangan dalam usaha mewujudkan ketentraman dan kedamaian dalam bermasyarakat.
Di Indonesia untuk mengatur tata kehidupan dalam bermasyarakat dan bernegara lazim
dikenal dengan hukum privat dan hukum publik. Hukum tersebut merupakan aturan-
aturan yang sengaja dibuat untuk mengatur kehidupan masyarakat dan bersifat memaksa,
artinya bahwa setiap warga negara harus mau mematuhi setiap aturan-aturan yang ada.
Upaya hukum merupakan upaya yang diberikan oleh undang-undang dalam hal
tertentu untuk melawan putusan hakim bagi para pihak, baik itu seseorang atau pun badan
hukum yang merasa tidak puas serta dianggap tidak sesuai dengan apa yang diinginkan.
Dalam pelaksanaanya upaya hukum dapat dibedakan antara upaya hukum biasa terdiri
dari banding dan kasasi. Dan upaya hukum luar biasa terdiri dari kasasi dan peninjauan
kembali.
Waktu untuk menyatakan kasasi 14 hari kalender sejak diterimanya
pemberitahuan putusan banding oleh pengadilan tingkat pertama yang memeriksa perkara
dimaksud. Menyusun dan menyerahkan memori kasasi adalah merupakan keharusan,
apabila tidak maka kasasi yang dimintakan tidak dapat diperiksa dan/atau ditolak. Waktu
untuk menyusun atau menyerahkan memori kasasi adalah 14 hari kalender sejak
ditandatanganinya akta pernyataan kasasi. Bila ada memori kasasi maka pihak termohon
kasasi diberi waktu 14 hari kalender untuk menyusun dan menyerahkan kontra memori
kasasi, bila tidak menyusun atau menyerahkan maka dianggap menerima dalil-dalil
kasasi

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan dasar hukum kasasi?
2. Apa fungsi dan tujuan dari kasasi?
3. Bagaimana prosedur kasasi?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dan dasar hukum dari kasasi.
2. Mengetahui tujuan dari kasasi.
3. Mengetahui dasar hukum kasasi.

4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kasasi
Menurut Tirtaamidjaja kasasi ialah suatu jalan hukum yang gunanya untuk
melawan keputusan-keputusan yang dijatuhkan dalam tingkat tertinggi yakni keputusan
yang tak dapat dilawan atapun tidak dapat dimohon bandingan, baik karena kedua jalan
hukum yang tidak diperbolehkan oleh undang-undang, maupun didasarkan karena telah
dipergunakan.
Upaya hukum kasasi berasal dari kata kerja casser yang memiliki pengertian
“membatalkan atau memecahkan” yang merupakan salah satu dari tindakan Mahkamah
Agung RI sebagai pengawas tertinggi atas putusan-putusan pengadilan-pengadilan lain,
akan tetapi tidak berarti merupakan pemeriksaan tingkat ke-3. Hal demikian disebabkan
dalam tingkat kasasi yang tidak melakukan suatu pemeriksaan kembali dalam perkara
tersebut.
Kasasi merupakan bagian dari suatu upaya hukum biasa oleh para pencari
keadilan, upaya hukum ini dapat diminta dan ditempuh oleh satu atau dua pihak yang
berperkara, atas terjadinya suatu putusan Pengadilan Tinggi. Perkara tersebut dapat
berjenis pidana, perdata, tata usaha negara, agama dan militer. Para pihak dapat
mengajukan kasasi bila merasa tidak puas dengan isi putusan Pengadilan Tinggi kepada
Mahkamah Agung.1
Membatalkan putusan pengadilan dari tingkat pengadilan terakhir, dalam hal ini
Pengadilan Tinggi, ketika satu pihak merasa ada putusan Hakim yang bertentangan
dengan harus hukum, maka upaya tersebut ditempuh dengan upaya kasasi kecuali
putusan dalam perkara pidana yang mengandung pembebasan terdakwa dari segala
tuduhan.
Menurut Pasal 30 UU No. 5 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang No. 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung bahwa terhadap 3 alasan kasasi,
adalah sebagai berikut:2
1. Tidak berwenang atau melampaui batas wewenang; arti dari tidak berwenang itu
adalah berkaitan dengan kompetensi relatif dan kompetensi absolut dari
pengadilan, sedangkan arti dari melampaui batas wewenang adalah majelis hakim
memutuskan lebih dari yang diminta di dalam gugatan penggugat.
2. Salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku; maksud itu adalah salah
dalam menerapkan hukum, baik itu dalam menerapkan hukum formil maupun
hukum materilnya, sedangkan maksud dari melanggar hukum adalah penerapan
hukum yang dilakukan oleh  Judex facti salah atau bertentangan dengan ketentuan
hukum yang berlaku.

1
Moch. Ridwan, “Pendekatan Sistem dalam Penyelesaian Upaya Kasasi (The System Approach To The Settlement
of Cassation Efforts)”, Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum, Vol. 15 No. 2, Juli 2021, 310.
2
Monica Sara Konardi, “Upaya Hukum Kasasi Demi Kepentingan Hukum di Indonesia”, Jurnal Hukum, 2017, 9.

5
3. Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-
undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang
bersangkutan
Upaya hukum Kasasi merupakan upaya hukum yang dilakukan oleh pihak yang merasa
dirugikandan juga merasa kurang puas terhadap suatu putusan Judex facti, agar hakim
Mahkamah Agung dapat kemudian memperhitungkan kembali terhadap putusan yang
telah inkracht tersebut, sehingga mampu menghasilkan suatu putusan yang adil baik bagi
pihak yang dirugikan terlebih tentang penerapan hukum dalam putusan judex facti.
Permohonan pemeriksaan tingkat kasasi demikian disertai memori Kasasi yang memuat
suatu alasan-alasan permohonan kasasi, jika hal tersebut dilalaikan maka dalam
permohonan asasi dianggap tidak ada. Yurisprudensi tetap Mahkamah Agung
menyatakan bahwa permohonan kasasi tidak mengajukan risalah yang berisi alasan-
alasan permohonannya tidak diterima.

Mahkamah   Agung   dalam   tingkat  kasasi   membatalkan   putusan   atau   penetapan


Pengadilan-pengadilan dari semua Lingkungan Peradilan karena :

1. tidak berwenang atau melampaui batas wewenang;


2. salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku;
3. lalai  memenuhi  syarat-syarat  yang  diwajibkan  oleh  peraturan  perundang- undangan
yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan.

B. Tujuan Kasasi
Kasasi bertujuan memeriksa sejauh mana penerapan hukum yang dilaksanakan
pengadilan yang memutuskan sebelumnya (judex factie) apakah telah terjadi kesalahan
penerapan hukum atau hakim pengadilan sebelumnya telah memutus perkara dengan
melampaui kekuasaan kehakiman yang dimilikinya, atau hakim yang memutuskan
sebelumnya itu nyata keliru atau khilaf dalam menerapkan aturan hukum mengenai
perkara bersangkutan, maka dalam pengertian seperti itulah yang dimaksudkan mengapa
kasasi bisa langsung diajukan atas putusan bebas (vrijspraak) oleh hakim pengadilan
negeri. Selain itu, kasasi juga bertujuan untuk menciptakan kesatuan penerapan hukum
dengan jalan membatalkan putusan yang bertentangan dengan undang-undang atau keliru
dalam menerapkan hukum.
C. Prosedur Kasasi
1. Permohonan kasasi didaftarkan kepada Petugas Meja I Pengadilan Agama/Mahkamah
Syari’ah.
2. Permohonan kasasi diajukan secara tertulis atau lisan melalui Pengadilan Agama
/Mahkamah Syari’ah yang memutus perkara dalam tenggang waktu 14 (empat belas)
hari sesudah penetapan/putusan pengadilan tinggi agama/Mahkamah Syari’ah
provinsi diberitahukan kepada Pemohon (Pasal 46 ayat (1) UU No. 14 Tahun 1985
sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan UU No. 5 Tahun 2004 dan perubahan
kedua dengan UU No. 3 Tahun 2009).

6
3. Membayar biaya perkara kasasi (Pasal 46 ayat (3) UU No. 14 Tahun 1985
sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan UU No. 5 Tahun 2004 dan perubahan
kedua dengan UU No. 3 Tahun 2009).
4. Panitera/Jurusita Pengadilan Agama memberitahukan secara tertulis kepada pihak
lawan, selambat- lambatnya 7 (tujuh) hari setelah permohonan kasasi terdaftar.
5. Pemohon kasasi wajib menyampaikan memori kasasi dalam tenggang waktu
selambat- lambatnya 14 (empat belas) hari setelah permohonan kasasi didaftar (Pasal
47 ayat (1) UU No. 14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan
UU No. 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan UU No. 3 Tahun 2009).
6. Panitera/Jurusita Pengadilan Agama memberitahukan dan menyampaikan salinan
memori kasasi kepada pihak lawan dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari
sejak diterimanya memori kasasi (Pasal 47 ayat (2) UU No. 14 Tahun 1985
sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan UU No. 5 Tahun 2004 dan perubahan
kedua dengan UU No. 3 Tahun 2009).
7. Pihak lawan dapat mengajukan surat jawaban (kontra memori kasasi) terhadap
memori kasasi kepada Mahkamah Agung melalui Pengadilan Agama selambat-
lambatnya dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal diterimanya
salinan memori kasasi (Pasal 47 ayat (3) UU No. 14 Tahun 1985 sebagaimana telah
diubah dan ditambah dengan UU No. 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan UU
No. 3 Tahun 2009).
8. Panitera pengadilan tingkat pertama (Pengadilan Agama) mengirimkan berkas kasasi
(Bundel A dan Bundel B) kepada Mahkamah Agung selambat-lambatnya dalam
tenggang waktu 60 (enam puluh) hari sejak sejak permohonan kasasi diajukan (Buku
II Edisi Revisi Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi
Peradilan Agama).
9. Setelah perjara kasasi diputus oleh Mahkamah Agung, maka Panitera Mahkamah
Agung mengirimkan salinan putusan kepada Pengadilan Agama/Mahkamah Syari’ah
untuk selanjutnya disampaikan kepada para pihak.
Setelah putusan disampaikan kepada para pihak, maka Panitera:

a. Untuk perkara cerai talak:


Ketua Majelis membuat Penetapan Hari Sidang penyaksian ikrar talak, dan
memerintahkan kepada Jurusita untuk memanggil Pemohon dan Termohon
guna pengucapan ikrar talak.
Setelah pengucapan ikrar talak, maka Panitera menerbitkan dan memberikan akta
cerai kepada para pihak sebagai surat bukti cerai selambat-lambatnya dalam waktu 7
(tujuh) hari.
b. Untuk perkara cerai gugat:

7
Panitera menerbitkan dan memberikan akta cerai kepada para pihak sebagai surat
bukti cerai selambat-lambatnya dalam waktu 7 (tujuh) hari.3

3
Pengadilan Agama Ngamprah, https://pa-ngamprah.go.id/layanan-hukum/prosedur-berperkara/tingkat-kasassi-dan-
pk, diakses pada 10 Juni 2022.

8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Kasasi ialah suatu jalan hukum yang gunanya untuk melawan keputusan-
keputusan yang dijatuhkan dalam tingkat tertinggi yakni keputusan yang tak dapat
dilawan atapun tidak dapat dimohon bandingan, baik karena kedua jalan hukum yang
tidak diperbolehkan oleh undang-undang, maupun didasarkan karena telah dipergunakan.
Kasasi merupakan bagian dari suatu upaya hukum biasa oleh para pencari keadilan,
upaya hukum ini dapat diminta dan ditempuh oleh satu atau dua pihak yang berperkara,
atas terjadinya suatu putusan Pengadilan Tinggi. Perkara tersebut dapat berjenis pidana,
perdata, tata usaha negara, agama dan militer. Para pihak dapat mengajukan kasasi bila
merasa tidak puas dengan isi putusan Pengadilan Tinggi kepada Mahkamah Agung.

9
DAFTAR PUSTAKA
Ridwan, Moch. Juli 2021. “Pendekatan Sistem dalam Penyelesaian Upaya Kasasi (The System
Approach To The Settlement of Cassation Efforts)”. Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum, Vol. 15
No. 2.
Konardi, Monica Sara. 2017 “Upaya Hukum Kasasi Demi Kepentingan Hukum di Indonesia”,
Jurnal Hukum.
Pengadilan Agama Ngamprah,
https://pa-ngamprah.go.id/layanan-hukum/prosedur-berperkara/tingkat-kasassi-dan-pk, diakses
pada 10 Juni 2022.

10

Anda mungkin juga menyukai