5/September/2013
PERLINDUNGAN HAK TERPIDANA DALAM tindak pidana tidak akan pernah hilang
UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI1 selain undang-undang menentukan lain.
Oleh : Fildo M. S. A. Mansay2 Hak-hak terpidana yang dilindungi disini
yaitu hak preventif dan hak substansif.
ABSTRAK Dalam substansi upaya hukum PK berpijak
Dalam rana hukum yang berlaku di pada dasar, bahwa negara telah salah
Indonesia dapat di lihat dari segi-segi mempidana penduduk yang tidak berdosa
masyarakat yang sedang mencari keadilan yang tidak dapat diperbaiki lagi dengan
untuk dapat menyelesaikan suatu peristiwa upaya hukum biasa. 2. Solusi yang harus
hukum yang terjadi di tengah-tengah ditempuh oleh seorang Jaksa Mengajukan
masyarakat, bahkan dalam suatu negara Permohonan PK dengan dasar yang
hukum (rechstaats), kekuasaan kehakiman termuat dalam Pasal 263 ayat (3) KUHAP,
merupakan badan yang sangat menentukan akan tetapi dalam KUHAP juga
isi dan kekuatan kaidah-kaidah hukum memberikan batasan dalam hal apa Jaksa
positif. Dalam hal ini kenyataannya banyak dapat mengajukan Peninjauan Kembali,
terjadi putusan-putusan hakim yang tidak yaitu dalam hal ada putusan yang sudah
sesuai dengan peraturan perundang- mempunyai kekuatan hukum tetap yang
undangan bahkan tidak sesuai dengan didalam pertimbangannya menyatakan
aturan norma-norma hukum yang terjadi di perbuatan yang didakwakan terbukti tetapi
tengah masyarakat, sehingga banyak terjadi tidak diikuti pemidanaan. Jadi tidak
pelanggaran terhadap hak terpidana yang terhadap semua putusan pengadilan yang
tidak dapat dipertanggungjawabkan.Hal ini sudah mempunyai kekuatan hukum tetap
bukan hanya menyangkut putusan hakim Jaksa berhak mengajukan PK. Dari
tetapi juga menyangkut dakwaan yang penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
terjadi dalam pengadilan dimana putusan dalam perlindungan hak terpidana dalam
hakim banyak terjadi pelanggaran- mengajukan PK yang telah diatur dalam
pelanggaran sehingga banyak terjadi hal pasal 263 ayat (1) yang berhak dalam
upaya hukum khususnya dalam upaya mengajukan Peninjauan Kembali yaitu
hukum luar biasa yaitu PK (Peninjauan terpidana ataupun ahli warisnya. Solusi
Kembali). Metode ini merupakan penelitian atas dasar alasan seorang Jaksa Penuntut
hukum normatif yang merupakansalah satu Umum memang sudah diatur dalam
jenis penelitian yang dikenal umum dalam KUHAP.
kajian ilmu hukum. Pendekatan hukum Kata kunci: Perlindungan, hak terpidana
normatif dipergunakan dalam usaha
menganalisis bahan hukum dengan PENDAHULUAN
mengacu kepada norma-norma hukum A. Latar Belakang Penelitian
yang dituangkan dalam KUHAP (Kitab Kenyataan konkret, kewenangan
Undang-Undang Hukum Acara Pidana). kekuasaan kehakiman, dilaksanakan oleh
Hasil penelitian menunjukkan: 1. hakim.3 Pada dasarnya tugas dari pada
Perlindungan hak terhadap pelaku tindak hakim adalah memberi keputusan dalam
pidana merupakan salah satu tanggung setiap perkara atau konflik yang
jawab pemerintah terutama bagi para dihadapkan kepadanya, menetapkan hal-
penegak hukum di Indonesia. Tetapi hal seperti hubungan hukum, nilai hukum
sesungguhnya hak-hak dari para pelaku dari perilaku, serta kedudukan hukum
3
Ahmad Rifai., “penemuan hukum oleh hakim
1
Artikel Skripsi dalam persfektif hukum progresif”, Sinar Grafika,
2
NIM 090711491 2010, hal.2
57
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013
58
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013
oleh jaksa penuntut umum tidak boleh 2. Bagaimana Solusi agar pengajuan PK
diajukan dalam peninjauan kembali karena yang dilakukan oleh jaksa sehingga tidak
dalam upaya hukum biasa yaitu banding melanggar hak terpidana dalam
dan kasasi seharusnya jaksa penuntut ketentuan KUHAP?
umum sudah lebih awal mengajukan
banding dan kasasi mengenai keputusan C. Metode Penelitian
dari Pengadilan Tinggi dan juga mengenai Metode ini merupakan penelitian hukum
tidak diaturnya penuntut umum normatif yang merupakansalah satu jenis
mengajukan peninjauan kembali dalam penelitian yang dikenal umum dalam kajian
KUHAP tetapi dalam KUHAP Pasal 263 ayat ilmu hukum. Pendekatan hukum normatif
(1) dengan tegas menyatakan bahwa yang dipergunakan dalam usaha menganalisis
berhak mengajukan upaya hukum bahan hukum dengan mengacu kepada
peninjauan kembali adalah terpidana atau norma-norma hukum yang dituangkan
ahli warisnya. Hal ini otomatis melanggar dalam KUHAP (Kitab Undang-Undang
hak prioritas dari terpidana yang Hukum Acara Pidana).
seharusnya berhak mengajukan peninjauan Pengumpulan bahan dilakukan dengan
kembali malah sang jaksa penuntut umum prosedur indentifikasi dan inventarisasi
yang sebaliknya mengajukan PK. Kalau kita bahan hukum yang mencakup bahan
lihat bahwa upaya hukum luar biasa yaitu hukum primer, sekunder, dan tersier.
PK merupakan jalan terakhir untuk Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan
membuka peluang bagi terpidana untuk hukum yang mengikat terdiri dari: KUHAP
melakukan pengajuan peninjauan kembali. (Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Inilah yang menjadi masalah besar bagi Pidana, sedangkan bahan hukum tersier,
pengadilan yang seharusnya dapat terdiri dari: kamus hukum. Bahan hukum
menyelesaikan masalah malah menjadi yang diperoleh, diinventarisasi dan
suatu masalah bagi pengadilan itu sendiri. diidentifikasi kemudian diolah dan dianalisis
Dari berbagai para pakar yang tidak secara kualitatif untuk menjawab rumusan
menyetujui adanya PK berpendapat bahwa masalah dalam pembahasan dan kemudian
mustahil Jaksa/Penuntut Umum dan Hakim ditarik kesimpulan. Penelitian yang
yang terdiri dari 3 (tiga) orang di Pengadilan berdasarkan studi kepustakaan yang
Negeri, 3 (tiga) orang di Pengadilan Tinggi, bersifat yuridis-normatif, artinya penelitian
dan 3 (tiga) orang di Mahkamah Agung, hanya dilakukan dengan cara meneliti
semuanya khilaf.7Dari pendapat para ahli bahan pustaka atau data sekunder yang
ini cukup meyakinkan bahwa dari beberapa bersifat hukum.
orang jaksa/penutut umum dan hakim
semuanya khilaf hal ini tidak masuk akal D. PEMBAHASAN
dalam penerapan hukum yang terjadi 1. Perlindungan Hak Terpidana Dalam
dalam putusan pengadilan yang telah Upaya Hukum PK
memperoleh kekuatan hukum tetap. Perlindungan hak terhadap pelaku
tindak pidana merupakan salah satu
B. Rumusan Masalah tanggung jawab pemerintah terutama bagi
1. Bagaimana perlindungan hak terpidana para penegak hukum di Indonesia.
dalam upaya hukum Peninjauan Seringkali hak-hak para pelaku tindak
Kembali? pidana diabaikan karena tekanan moral
atau perilaku yang buruk dari si pelaku
7
Dr. Leden Marpaung , Perumusan Memori Kasasi tindak pidana yang seolah-olah
dan Peninjauan Kembali Perkara Pidana. (Jakarta: memaksakan hak-hak yang melekat pada
Sinar Grafika, 2000), 72.
59
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013
dirinya itu harus hilang. Tetapi dengan upaya hukum biasa.8 Membawa
sesungguhnya hak-hak dari para pelaku akibat telah dirampasnya keadilan dan hak-
tindak pidana tidak akan pernah hilang hak terpidana secara tidak sah. Negara
selain undang-undang menentukan lain. merasa berdosa dan hendak bertanggung
Hak-hak terpidana yang dilindungi disini jawab untuk mengembalikan keadilan dan
yaitu hak preventif dan hak substansif. Hak hak-hak terpidana yang telah dirampas
preventif yaitu hak yang diberikan oleh secara tidak sah tersebut. Bentuk
undang-undang kepada seorang pelaku pertanggungjawaban itu, ialah negara
tindak pidana yang telah membuat suatu memberikan hak kepada terpidana atau
kesalahan atas pelanggaran hak azasi ahli warisnya atas pelanggaran hak azasi
manusia. Sedangkan hak substansif yaitu manusia pasal 7 ayat 1 UU No. 39 Tahun
hak yang diberikan oleh negara atau 1999 untuk menggunakan segala upaya
pemerintah kepada seorang pelaku tindak hukum nasional maupun upaya hukum
pidana atas pelanggaran yang dilakukannya internasional, bukan negara.
dan negara atau pemerintahpun Dalam proses beracara terhadap suatu
bertanggung jawab atas hak dari seorang tindak pidana yang terjadi, sering terjadi
pelaku tindak pidana. Jika diteliti mengenai pelanggaran hak ataupun penyalahgunaan
kedua hak tersebut merupakan hak yang kekuasaan daripada pihak-pihak terkait,
perlu dilindungi baik dari undang-undang terutama dalam proses peradilan, dimana
maupun negara/pemerintah. Misalnya hak dalam proses ini sering terjadi pelanggaran
preventif dari terpidana yang diberikan hak adat terdakwa. Demikian juga bagi
undang-undang yang terdapat didalam terpidana, juga sering dilanggar hak-haknya
pasal 263 ayat 1 KUHAP sangatlah jelas oleh oknum-oknum terkait dimana dalam
disini diberikan hak yang sepenuhnya oleh hal pengajuan PK sering terjadi
undang-undang itu sendiri. Sedangkan hak kesewenang-wenangan yang
substansif dari terpidana yang diberikan mengakibatkan hak terpidana terabaikan.
oleh negara/pemerintah seperti yang Bukti daripada hal itu, sering dalam hal
terdapat dalam pasal 7 ayat 1 UU No. 39 terpidana ataupun kuasa hukumnya
Tahun 1999 tentang HAM jelas bahwa mengajukan upaya hukum PK, hakim
dalam pasal 7 ayat 1 UU No. 39 Tahun 1999 kadang-kadang tidak lagi menerima bahkan
menegaskan setiap orang berhak juga memeriksa berkas berkas yang
menggunakan upaya hukum nasional diajukan bahkan juga sering para penegak
maupun forum internasional atas hukum dengan sengaja dan secara
pelanggaran hak azasi manusia yang melawan hukum melakukan
dijamin oleh hukum indonesia dan hukum persekongkolan untuk melakukan
internasional mengenai hak azasi manusia pelanggaran hak dengan menggunakan
yang telah diterima di Negara Republik kekuasaan yang melekat pada dirinya.
Indonesia. Jadi sangatlah jelas bahwa kedua Perlindungan hak terhadap pelaku
bentuk hak terpidana tersebut harus perlu tindak pidana khususnya dalam upaya
diperhatikan oleh badan-badan lembaga hukum biasanya terjadi pada upaya hukum
peradilan yang bertanggungjawab atas biasa, tetapi pelindungan hak pelaku tindak
penyelesaian suatu perkara tersebut. pidana pada upaya hukum luar biasa sering
Bahwa dalam substansi upaya hukum PK diabaikan. Hak-hak pelaku tindak pidana
berpijak pada dasar, bahwa negara telah khususnya terpidana dalam mengajukan
salah mempidana penduduk yang tidak
berdosa yang tidak dapat diperbaiki lagi 8
Http://www.Mengapa-Negara-Tak-Berhak-
Mengajukan-PK.htm
60
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013
61
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013
62
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013
10 11
Http://www.perbuatan-melawan-hukum-pasal- Http://www.tugas-hukum-pidana.html
12
1365-BW.html Http://www.KUHP-hukum-pidana.html
63
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013
13 14
Http://www.catatan-hak-jaksa-mengajukan- Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang No. 48 Tahun
peninjauan.html 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
64
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013
65
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013
karena terpidana yang juga sebagai pihak adalah jaksa Penuntut Umum dan bukan
yang berkepentingan tentu tidak mungkin terpidana karena disini tidak ada terpidana.
mengajukan permohonan Peninjauan Apabila ketentuan pasal 263 ayat (2)
Kembali terhadap putusan demikian, hanya dibaca secara satute aproach
karena pasal 263 ayat (1) melarangnya dan harafiah, maka seorang yang dijatuhi
dalam logika tidak mungkin seorang diputus putusan bebas ataupun lepas dari segala
bebas atau lepas dari tuntutan hukum tuntutan hukum, maka seorang yang
mengajukan Peninjauan Kembali. dijatuhi putusan bebas ataupun lepas dari
Ketentuan tersebut sejalan dengan segala tuntutan hukum, walaupun
ketentuan pasal 263 ayat (3) KUHAP yang kemudian ditemukan novum dalam bentuk
menyatakan bahwa “atas dasar yang sama bukti-bukti baru yang dapat dipergunakan
sebagaimana tersebut pada ayat (2), untuk membuktikan perbuatan pidana dan
terhadap suatu putusan pengadilan yang kesalahan terpidana, maka terhadap
telah memperoleh kekuatan hukum tetap terpidana tidak lagi dapat diapa-apakan.
dapat diajukan permintaan Peninjauan Hal ini tentu akan bertentangan dengan
Kembali apabila dalam putusan itu suatu rasa keadilan, dimana seorang terpidana
perbuatan yang didakwakan telah yang telah melakukan tindak pidana,
dinyatakan terbukti akan tetapi tidak diikuti apalagi suatu tindak pidana besar, tidak
oleh suatu pemidanaan”. dapat dihukum karena suatu alasan yang
Dalam pasal 10 ayat (1) sama bunyinya bersifat formal.
dengan pasal 4 ayat (1) Perma No 1 Tahun Untuk dapat memenuhi rasa keadilan,
1969, pasal tersebut mengatur tentang: maka pasal tersebut hendaknya dibaca
Siapakah yang berhak mengajukan dengan menggunakan konstruksi hukum
peninjauan kembali dengan urutan yang dalam bentuk argumentum acontrario,
agak berbeda, yang terdiri dari:16 yaitu membaca ketentuan tersebut dari sisi
1. Jaksa Agung, lain, yaitu dari sisi kesebalikannya. Dengan
2. Terpidana, dan demikian akan dapat dibaca dan dipahami,
3. Pihak yang berkepentingan. bahwa terhadap putusan bebas atau lepas
Ketentuan yang mengatur dasar alasan dari segala tuntutan hukum, dimana
pengajuan permohonan peninjauan kemudian ditemukan novum, maka dapat
kembali dalam Perma Nomor 1 Tahun 1980 diajukan permohonan Peninjauan Kembali.
hampir sama dengan dasar alasan yang Disamping itu, pasal 263 KUHAP sama
terdapat dalam Sv. Yaitu tidak sekali tidak melarang Jaksa Penuntut
dicantumkannya kekhilafan hakim dan Umum untuk mengajukan Peninjauan
kekeliruan yang nyata sebagai salah satu Kembali, sehingga oleh karenanya Jaksa
dasar alasan pengajuan peninjauan Penuntut Umum dapat mengajukan
kembali. Bahkan dalam ketentuan psal 263 Peninjauan Kembali.
ayat (3) ini tentu/pasti bukan diperuntukan Akan tetapi KUHAP juga memberikan
bagi terpidana yang telah tidak dijatuhi batasan dalam hal apa Jaksa dapat
pemidanaan oleh putusan pengadilan. Jadi mengajukan Peninjauan Kembali, yaitu
disini sangatlah jelas yang dimaksud untuk dalam hal ada putusan yang sudah
mengajukan Peninjauan Kembali untuk mempunyai kekuatan hukum tetap yang
perkara yang didakwaannya dinyatakan didalam pertimbangannya menyatakan
terbukti, tetapi tidak diikuti pemidanaan perbuatan yang didakwakan terbukti tetapi
tidak diikuti pemidanaan. Jadi tidak
16
terhadap semua putusan pengadilan yang
Dr.H.Rusli Muhammad, “hukum acara pidana
kontemporer”, PT Citra Aditya Bakti, 2007, hal.292
66
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013
sudah mempunyai kekuatan hukum tetap dinyatakan terbukti akan tetapi tidak
Jaksa berhak mengajukan PK.17 diikuti oleh suatu pemidanaan”.
Akan tetapi dalam KUHAP juga
E. PENUTUP memberikan batasan dalam hal apa
1. Kesimpulan Jaksa dapat mengajukan Peninjauan
1. Jadi perlindungan hak terhadap Kembali, yaitu dalam hal ada putusan
pelaku tindak pidana merupakan yang sudah mempunyai kekuatan
tanggungjawab pemerintah terutama hukum tetap yang didalam
bagi para penegak hukum di pertimbangannya menyatakan
indonesia. Seringkali hak-hak para perbuatan yang didakwakan terbukti
pelaku tindak pidana diabaikan tetapi tidak diikuti pemidanaan. Jadi
karena tekanan moral atau perilaku tidak terhadap semua putusan
yang buruk dari si pelaku tindak pengadilan yang sudah mempunyai
pidana yang seolah-olah memaksakan kekuatan hukum tetap Jaksa berhak
hak-hak yang melekat pada dirinya itu mengajukan PK.
harus hilang. Tetapi sesungguhnya
hak-hak dari para pelaku tindak 2. Saran
pidana tidak akan pernah hilang 1. Bahwa dalam perlindungan hak
selain undang-undang menentukan terpidana dalam mengajukan PK yang
lain. telah diatur dalam pasal 263 ayat (1)
Karena itu dalam HAM setiap hak dari yang berhak dalam mengajukan
masing-masing orang perlu dilindungi, Peninjauan Kembali yaitu terpidana
dihormati, dan dijunjung tinggi. ataupun ahli warisnya, tetapi sering
Apalagi dalam Hak seorang terpidana dilanggar oleh Jaksa Penuntut Umum
mengajukan Peninjauan Kembali yang mengambil hak dari seorang
tentu sudah jelas telah diatur dalam terpidana dalam mengajukan
pasal 263 ayat (1) menegaskan bahwa Peninjauan Kembali, dan juga sering
yang berhak mengajukan Peninjauan seorang Jaksa tidak memperhatikan
Kembali yaitu terpidana ataupun ahli hak-hak dari terpidana yang seharus
warisnya. nya berhak mengajukan PK.
2. Dalam Hal ini solusi yang di yang Maka itu hak dari seorang terpidana
harus ditempuh oleh Seorang Jaksa harus diutamakan terlebih dahulu
Mengajukan Permohonan PK dengan karena setiap hak dari seorang
dasar yang termuat dalam Pasal 263 terpidana dalam mengajukan PK
ayat (3) KUHAP yang menyatakan sudah terlebih dahulu diatur dalam
bahwa “atas dasar yang sama pasal 263 ayat (1).
sebagaimana tersebut pada ayat (2), 2. Bahwa solusi atas dasar alasan
terhadap suatu putusan pengadilan seorang Jaksa Penuntut Umum
yang telah memperoleh kekuatan memang sudah diatur juga dalam pasal
hukum tetap dapat diajukan 263 ayat (3) dan ayat (2) yang
permintaan Peninjauan Kembali menyatakan bahwa suatu terhadap
apabila dalam putusan itu suatu suatu putusan pengadilan yang telah
perbuatan yang didakwakan telah memperoleh kekuatan hukum tetap
dapat diajukan permintaan Peninjauan
17
Http://www.Hak Jaksa Mengajukan Peninjauan Kembali apabila dalam putusan itu
Kembali (PK) dan Batasannya _ KONSULTASI HUKUM suatu perbuatan yang didakwakan
GRATIS, BANTUAN DAN JASA HUKUM MSA telah dinyatakan terbukti akan tetapi
LUBIS.htm
67
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013
68
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013
Http://www.ilmu-hukum-pengertian-hak-retno-
anggraini.html
Http://www.tersangka-terdakwa-terpidana-
terhukum.html
Http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-
tugas.html
www.google.com//peninjauan.kembali.MA.Akh
mad.Syaikul.htm
www.google.com//pengajuan.pk.oleh.jaksa.ma
mfaluthy.alfuadhil.ma’az.htm
www.fikatriwulandaritujuanpk.com
www.google.com//hak.terpidana.htm
Http://www.perbuatan-melawan-hukum-pasal-
1365-BW.html
Http://www.tugas-hukum-pidana.html
Http://www.KUHP-hukum-pidana.html
Http://www.catatan-hak-jaksa-mengajukan-
peninjauan.html
Http://www.hak-jaksa-mengajukan-peninjauan-
kembali-(PK)-dan-batasannya-konsultasi-
hukum-gratis-bantuan-dan-jasa-hukum-
MSA-lubis.html
69