Anda di halaman 1dari 13

Lex Crimen Vol. II/No.

5/September/2013

PERLINDUNGAN HAK TERPIDANA DALAM tindak pidana tidak akan pernah hilang
UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI1 selain undang-undang menentukan lain.
Oleh : Fildo M. S. A. Mansay2 Hak-hak terpidana yang dilindungi disini
yaitu hak preventif dan hak substansif.
ABSTRAK Dalam substansi upaya hukum PK berpijak
Dalam rana hukum yang berlaku di pada dasar, bahwa negara telah salah
Indonesia dapat di lihat dari segi-segi mempidana penduduk yang tidak berdosa
masyarakat yang sedang mencari keadilan yang tidak dapat diperbaiki lagi dengan
untuk dapat menyelesaikan suatu peristiwa upaya hukum biasa. 2. Solusi yang harus
hukum yang terjadi di tengah-tengah ditempuh oleh seorang Jaksa Mengajukan
masyarakat, bahkan dalam suatu negara Permohonan PK dengan dasar yang
hukum (rechstaats), kekuasaan kehakiman termuat dalam Pasal 263 ayat (3) KUHAP,
merupakan badan yang sangat menentukan akan tetapi dalam KUHAP juga
isi dan kekuatan kaidah-kaidah hukum memberikan batasan dalam hal apa Jaksa
positif. Dalam hal ini kenyataannya banyak dapat mengajukan Peninjauan Kembali,
terjadi putusan-putusan hakim yang tidak yaitu dalam hal ada putusan yang sudah
sesuai dengan peraturan perundang- mempunyai kekuatan hukum tetap yang
undangan bahkan tidak sesuai dengan didalam pertimbangannya menyatakan
aturan norma-norma hukum yang terjadi di perbuatan yang didakwakan terbukti tetapi
tengah masyarakat, sehingga banyak terjadi tidak diikuti pemidanaan. Jadi tidak
pelanggaran terhadap hak terpidana yang terhadap semua putusan pengadilan yang
tidak dapat dipertanggungjawabkan.Hal ini sudah mempunyai kekuatan hukum tetap
bukan hanya menyangkut putusan hakim Jaksa berhak mengajukan PK. Dari
tetapi juga menyangkut dakwaan yang penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
terjadi dalam pengadilan dimana putusan dalam perlindungan hak terpidana dalam
hakim banyak terjadi pelanggaran- mengajukan PK yang telah diatur dalam
pelanggaran sehingga banyak terjadi hal pasal 263 ayat (1) yang berhak dalam
upaya hukum khususnya dalam upaya mengajukan Peninjauan Kembali yaitu
hukum luar biasa yaitu PK (Peninjauan terpidana ataupun ahli warisnya. Solusi
Kembali). Metode ini merupakan penelitian atas dasar alasan seorang Jaksa Penuntut
hukum normatif yang merupakansalah satu Umum memang sudah diatur dalam
jenis penelitian yang dikenal umum dalam KUHAP.
kajian ilmu hukum. Pendekatan hukum Kata kunci: Perlindungan, hak terpidana
normatif dipergunakan dalam usaha
menganalisis bahan hukum dengan PENDAHULUAN
mengacu kepada norma-norma hukum A. Latar Belakang Penelitian
yang dituangkan dalam KUHAP (Kitab Kenyataan konkret, kewenangan
Undang-Undang Hukum Acara Pidana). kekuasaan kehakiman, dilaksanakan oleh
Hasil penelitian menunjukkan: 1. hakim.3 Pada dasarnya tugas dari pada
Perlindungan hak terhadap pelaku tindak hakim adalah memberi keputusan dalam
pidana merupakan salah satu tanggung setiap perkara atau konflik yang
jawab pemerintah terutama bagi para dihadapkan kepadanya, menetapkan hal-
penegak hukum di Indonesia. Tetapi hal seperti hubungan hukum, nilai hukum
sesungguhnya hak-hak dari para pelaku dari perilaku, serta kedudukan hukum
3
Ahmad Rifai., “penemuan hukum oleh hakim
1
Artikel Skripsi dalam persfektif hukum progresif”, Sinar Grafika,
2
NIM 090711491 2010, hal.2

57
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013

pihak-pihak yang terlibat dalam suatu menyangkut terhadap dakwaan yang


perkara, sehingga untuk dapat terjadi dalam pengadilan dalam putusan
menyelesaikan perselisihan atau konflik hakim banyak terjadi pelanggaran-
secara imparsial berdasarkan hukum yang pelanggaran sehingga banyak terjadi hal
berlaku, maka hakim harus selalu mandiri upaya hukum khususnya dalam upaya
dan bebas dari pengaruh pihak manapun, hukum luar biasa yaitu PK (Peninjauan
terutama dalam mengambil suatu Kembali). Peninjauan kembali terjadi
4
keputusan. Hakim adalah pejabat akaibat putusan hakim yang tidak sesuai
peradilan negara yang diberi wewenang sesuai dengan peraturan-peraturan
oleh undang-undang untuk mengadili suatu perundang-undangan, alasan yang dapat
perkara yang dihadapkan kepadanya. dijadikan Peninjauan Kembali dalam Pasal
Adapun pengertian dari mengadili itu 263 ayat (2) KUHAP yaitu Pertama Apabila
adalah serangkaian tindakan hakim untuk terjadi Keadaan Baru atau Novum, yang
menerima, memeriksa dan memutus suatu Kedua Apabila Dalam Berbagai Putusan
perkara berdasarkan asas bebas, jujur, dan Terdapat Saling pertentangan, dan yang
tidak memihak disidang pengadilan. Dalam Ketiga Apabila Terdapat Kekhilafan Yang
hal ini kenyataannya banyak terjadi Nyata Dalam Putusan . Inilah salah satu
putusan-putusan hakim yang tidak sesuai faktor terjadinya suatu putusan hakim yang
dengan peraturan perundang-undangan tidak sesuai dengan norma-norma hukum,
bahkan tidak sesuai dengan aturan norma- sehingga terpidana ataupun kuasa hukum
norma hukum yang terjadi di tengah dari terpidana dapat mengajukan
masyarakat, padahal dalam putusan hakim Peninjauan Kembali dan dari penegasan
harus dipertimbangkan segala aspek yang ketentuan ini, jaksa penuntut umum tidak
bersifat yuridis, sosiologis, dan filosofis, berhak mengajukan permintaan peninjauan
sehingga keadilan yang ingin dicapai, kembali.6Sebabnya undang-undang tidak
diwujudkan, dan dipertanggung jawabkan memberi hak kepada penuntut umum
dalam putusan hakim adalah keadilan yang karena upaya hukum ini bertujuan
berorientasi pada keadilan hukum (legal melindungi kepentingan terpidana, tetapi
justice), keadilan masyarakat (sosial justice). malah sebaliknya dalam hal ini jaksa
Sehingga banyak terjadi pelanggaran penuntut umum sudah dapat memberi
terhadap hak terpidana yang tidak dapat permintaan peninjauan kembali ke
dipertanggungjawabkan. Dalam Mahkamah Agung dan permintaan itu
melaksanakan tugasnya, hakim dituntut diterima dengan alasan bahwa jaksa
untuk bekerja secara profesional, bersih, penuntut umum mengajukan peninjauan
arif dan bijaksana, serta mempunyai rasa kembali karena suatu putusan dari
kemanusiaan yang tinggi, dan juga pengadilan negeri dari awal tidak sesuai
menguasai dengan baik teori-teori ilmu dengan surat dakwaan yang diberi oleh
hukum. Putusan hakim tersebut akan di jaksa penuntut umum bahkan juga dengan
pertanggungjawabkan secara moral kepada alasan bahwa karena KUHAP tidak
Tuhan Yang Maha Esa, dan secara hukum mengatur (ditafsirkan tidak melarang)
kepada konstitusi, peraturan perundang- berarti penuntut umum boleh dapat
undangan, serta nilai-nilai hak asasi mengajukan peninjauan kembali. Padahal
manusia.5 Hal ini bukan hanya juga dalam hal ini pengajuan yang dilakukan
menyangkut putusan hakim tetapi juga
6
M. Yahya Harahap., Pembahasan Permasalahan
Dan Penerapan KUHAP Pemeriksaan Sidang
4
Ibid Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan
5
Ibid Kembali (Jakarta: Sinar Grafika, 2000),616.

58
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013

oleh jaksa penuntut umum tidak boleh 2. Bagaimana Solusi agar pengajuan PK
diajukan dalam peninjauan kembali karena yang dilakukan oleh jaksa sehingga tidak
dalam upaya hukum biasa yaitu banding melanggar hak terpidana dalam
dan kasasi seharusnya jaksa penuntut ketentuan KUHAP?
umum sudah lebih awal mengajukan
banding dan kasasi mengenai keputusan C. Metode Penelitian
dari Pengadilan Tinggi dan juga mengenai Metode ini merupakan penelitian hukum
tidak diaturnya penuntut umum normatif yang merupakansalah satu jenis
mengajukan peninjauan kembali dalam penelitian yang dikenal umum dalam kajian
KUHAP tetapi dalam KUHAP Pasal 263 ayat ilmu hukum. Pendekatan hukum normatif
(1) dengan tegas menyatakan bahwa yang dipergunakan dalam usaha menganalisis
berhak mengajukan upaya hukum bahan hukum dengan mengacu kepada
peninjauan kembali adalah terpidana atau norma-norma hukum yang dituangkan
ahli warisnya. Hal ini otomatis melanggar dalam KUHAP (Kitab Undang-Undang
hak prioritas dari terpidana yang Hukum Acara Pidana).
seharusnya berhak mengajukan peninjauan Pengumpulan bahan dilakukan dengan
kembali malah sang jaksa penuntut umum prosedur indentifikasi dan inventarisasi
yang sebaliknya mengajukan PK. Kalau kita bahan hukum yang mencakup bahan
lihat bahwa upaya hukum luar biasa yaitu hukum primer, sekunder, dan tersier.
PK merupakan jalan terakhir untuk Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan
membuka peluang bagi terpidana untuk hukum yang mengikat terdiri dari: KUHAP
melakukan pengajuan peninjauan kembali. (Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Inilah yang menjadi masalah besar bagi Pidana, sedangkan bahan hukum tersier,
pengadilan yang seharusnya dapat terdiri dari: kamus hukum. Bahan hukum
menyelesaikan masalah malah menjadi yang diperoleh, diinventarisasi dan
suatu masalah bagi pengadilan itu sendiri. diidentifikasi kemudian diolah dan dianalisis
Dari berbagai para pakar yang tidak secara kualitatif untuk menjawab rumusan
menyetujui adanya PK berpendapat bahwa masalah dalam pembahasan dan kemudian
mustahil Jaksa/Penuntut Umum dan Hakim ditarik kesimpulan. Penelitian yang
yang terdiri dari 3 (tiga) orang di Pengadilan berdasarkan studi kepustakaan yang
Negeri, 3 (tiga) orang di Pengadilan Tinggi, bersifat yuridis-normatif, artinya penelitian
dan 3 (tiga) orang di Mahkamah Agung, hanya dilakukan dengan cara meneliti
semuanya khilaf.7Dari pendapat para ahli bahan pustaka atau data sekunder yang
ini cukup meyakinkan bahwa dari beberapa bersifat hukum.
orang jaksa/penutut umum dan hakim
semuanya khilaf hal ini tidak masuk akal D. PEMBAHASAN
dalam penerapan hukum yang terjadi 1. Perlindungan Hak Terpidana Dalam
dalam putusan pengadilan yang telah Upaya Hukum PK
memperoleh kekuatan hukum tetap. Perlindungan hak terhadap pelaku
tindak pidana merupakan salah satu
B. Rumusan Masalah tanggung jawab pemerintah terutama bagi
1. Bagaimana perlindungan hak terpidana para penegak hukum di Indonesia.
dalam upaya hukum Peninjauan Seringkali hak-hak para pelaku tindak
Kembali? pidana diabaikan karena tekanan moral
atau perilaku yang buruk dari si pelaku
7
Dr. Leden Marpaung , Perumusan Memori Kasasi tindak pidana yang seolah-olah
dan Peninjauan Kembali Perkara Pidana. (Jakarta: memaksakan hak-hak yang melekat pada
Sinar Grafika, 2000), 72.

59
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013

dirinya itu harus hilang. Tetapi dengan upaya hukum biasa.8 Membawa
sesungguhnya hak-hak dari para pelaku akibat telah dirampasnya keadilan dan hak-
tindak pidana tidak akan pernah hilang hak terpidana secara tidak sah. Negara
selain undang-undang menentukan lain. merasa berdosa dan hendak bertanggung
Hak-hak terpidana yang dilindungi disini jawab untuk mengembalikan keadilan dan
yaitu hak preventif dan hak substansif. Hak hak-hak terpidana yang telah dirampas
preventif yaitu hak yang diberikan oleh secara tidak sah tersebut. Bentuk
undang-undang kepada seorang pelaku pertanggungjawaban itu, ialah negara
tindak pidana yang telah membuat suatu memberikan hak kepada terpidana atau
kesalahan atas pelanggaran hak azasi ahli warisnya atas pelanggaran hak azasi
manusia. Sedangkan hak substansif yaitu manusia pasal 7 ayat 1 UU No. 39 Tahun
hak yang diberikan oleh negara atau 1999 untuk menggunakan segala upaya
pemerintah kepada seorang pelaku tindak hukum nasional maupun upaya hukum
pidana atas pelanggaran yang dilakukannya internasional, bukan negara.
dan negara atau pemerintahpun Dalam proses beracara terhadap suatu
bertanggung jawab atas hak dari seorang tindak pidana yang terjadi, sering terjadi
pelaku tindak pidana. Jika diteliti mengenai pelanggaran hak ataupun penyalahgunaan
kedua hak tersebut merupakan hak yang kekuasaan daripada pihak-pihak terkait,
perlu dilindungi baik dari undang-undang terutama dalam proses peradilan, dimana
maupun negara/pemerintah. Misalnya hak dalam proses ini sering terjadi pelanggaran
preventif dari terpidana yang diberikan hak adat terdakwa. Demikian juga bagi
undang-undang yang terdapat didalam terpidana, juga sering dilanggar hak-haknya
pasal 263 ayat 1 KUHAP sangatlah jelas oleh oknum-oknum terkait dimana dalam
disini diberikan hak yang sepenuhnya oleh hal pengajuan PK sering terjadi
undang-undang itu sendiri. Sedangkan hak kesewenang-wenangan yang
substansif dari terpidana yang diberikan mengakibatkan hak terpidana terabaikan.
oleh negara/pemerintah seperti yang Bukti daripada hal itu, sering dalam hal
terdapat dalam pasal 7 ayat 1 UU No. 39 terpidana ataupun kuasa hukumnya
Tahun 1999 tentang HAM jelas bahwa mengajukan upaya hukum PK, hakim
dalam pasal 7 ayat 1 UU No. 39 Tahun 1999 kadang-kadang tidak lagi menerima bahkan
menegaskan setiap orang berhak juga memeriksa berkas berkas yang
menggunakan upaya hukum nasional diajukan bahkan juga sering para penegak
maupun forum internasional atas hukum dengan sengaja dan secara
pelanggaran hak azasi manusia yang melawan hukum melakukan
dijamin oleh hukum indonesia dan hukum persekongkolan untuk melakukan
internasional mengenai hak azasi manusia pelanggaran hak dengan menggunakan
yang telah diterima di Negara Republik kekuasaan yang melekat pada dirinya.
Indonesia. Jadi sangatlah jelas bahwa kedua Perlindungan hak terhadap pelaku
bentuk hak terpidana tersebut harus perlu tindak pidana khususnya dalam upaya
diperhatikan oleh badan-badan lembaga hukum biasanya terjadi pada upaya hukum
peradilan yang bertanggungjawab atas biasa, tetapi pelindungan hak pelaku tindak
penyelesaian suatu perkara tersebut. pidana pada upaya hukum luar biasa sering
Bahwa dalam substansi upaya hukum PK diabaikan. Hak-hak pelaku tindak pidana
berpijak pada dasar, bahwa negara telah khususnya terpidana dalam mengajukan
salah mempidana penduduk yang tidak
berdosa yang tidak dapat diperbaiki lagi 8
Http://www.Mengapa-Negara-Tak-Berhak-
Mengajukan-PK.htm

60
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013

upaya hukum Peninjauan Kembali sering Mahkamah Agung. Permohonan PK hanya


menjadi suatu hal yang terabaikan dapat dilakukan sebanyak satu kali. PK
sementara hak seorang terpidana akan dapat dimintakan atas putusan Pengadilan
jaminan hukum terhadap hak-haknya yang telah mempunyai kekuatan hukum
dalam upaya ini seharusnya terpidana tetap di semua tinggat Pengadilan. Akan
masih tetap di lindungi. tetapi Pasal 263(1) KUHAP, terhadap
Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang nomor putusan bebas, atau lepas dari segala
39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, tuntutan hukum, tidak dapat diajukan PK.
memberikan penjelasan bahwa setiap Pasal 263(2) KUHAP menentukan bahwa
orang berhak untuk menggunakan semua permintaan peninjauan kembali dilakukan
upaya hukum nasional dan forum atas dasar :
internasional atas semua pelanggaran hak a. apabila terdapat keadaan baru yang
asasi manusia yang dijamin oleh hukum menimbulkan dugaan kuat, bahwa jika
Indonesia dan hukum internasional keadaan itu sudah diketahui pada waktu
mengenai hak asasi manusia yang telah sidang masih berlangsung, hasilnya akan
diterima Negara Republik Indonesia 9. Pada berupa putusan bebas atau putusan
Pasal 7 dimaksud, jelaslah bahwa setiap lepas dari segala tuntutan hukum atau
pelaku tindak pidana (terpidana) diberikan tuntutan penuntut umum tidak dapat
hak untuk menempu upaya hukum atas diterima atau terhadap perkara itu
semua putusan-putusan yang telah diterapkan ketentuan pidana yang lebih
dijatuhkan instansi-instansi yang ringan;
bersangkutan. Terpidanapun diberikan hak b. apabila dalam pelbagai putusan terdapat
untuk melakukan upaya hukum peninjauan pernyataan bahwa sesuatu telah
kembali. dalamPasal 263 ayat (1) terbukti, akan tetapi hal atau keadaan
menjelaskan bahwa orang-orang yang sebagai dasar dan alasan putusan yang
berhak mengajukan peninjauan kembali dinyatakan telah terbukti itu, ternyata
yakni : telah bertentangan satu dengan yang
1. Terpidana, atau lain;
2. Ahli warisnya. c. apabila putusan itu dengan jelas
Terpidana dan ahli warisnya bahkan memperlihatkan suatu kekhilafan hakim
kuasa hukumnya diberikan hak untuk atau suatu kekeliruan yang nyata.
mengajukan peninjauan kembali. Pasal 263 Atas alasan dan dasar Peninjauan
ayat (1) dilatarbelakangi oleh karena status kembali tersebut di atas, maka hukum
pelaku pidana (terpidana) biasanya hak-hak menjamin hak daripada terpidana dalam
mereka sering dilanggar bahkan diabaikan. hal melakukan semua upaya hukum, maka
Melalui pasal ini, hukum dalam hal ini pelindungan hak-hak terpidana dalam
pemerintah memberikan penegasan melakukan upaya hukum PK adalah sebagai
melalui pasal ini menjelaskan bahwa berikut:
walaupun status terpidana yang melekat 1. Perlindungan hak atas pengajuan Novum
pada pelaku tindak pidana tetapi hukum Novum merupakan keadaan baru atau
menjamin hak daripada terpidana. bukti baru yang dalam persidangan tidak
Terpidana atau ahli warisnya bahkan ditemukan dalam sidang pengadilan
kuasa hukumnya berhak mengajukan sebelumnya. Atas dasar bukti baru yang
permohonan Peninjauan Kembali (PK) ke ditemukan tersebut, maka undang-
undang melindungi hak daripada
9
terpidana dan ahli warisnya untuk
Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 tahun mengajukan upaya hukum PK untuk
1999, tentang Hak Asasi Manusia.

61
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013

membela kepentingannya. PK dapat Salinan putusan Mahkamah Agung


dimohonkan apabila terpidana, mengenai peninjauan kembali tersebut
ahliwaris, ataupun kuasa hukumnya berserta berkas perkaranya dalam waktu
menemukan bukti baru yang tujuh hari setelah putusan tersebut
memperkuat dalil bahwa terpidana tidak dijatuhkan dikirim kepada pengadilan
bersalah. Dan atas dasar Novum yang melanjutkan permintaan
tersebut, terpidana atau ahli warisnya peninjauan kembali (Pasal 267 ayat 1).
bahkan kuasa hukumnya boleh
mengajukan pembelaan demi 2. Solusi Agar Pengajuan PK Yang
kepentingan hukum terpidana. Dilakukan Oleh Jaksa Sehingga Tidak
Permintaan peninjauan kembali diajukan Melanggar Hak Terpidana Dalam
baik secara tertulis maupun lisan dengan Ketentuan KUHAP
mengemukakan alasan-alasan yang Dalam hal/keadaan dan dengan syarat-
mendasari permintaan peninjauan syarat tertentuhakim dapatmelakukan
kembali kepada panitera yang memutus penggalian melalui penafsiran untuk
perkara itu pada tingkat pertama tanpa menemukan hukum. Penegak hukum lain,
batas waktu. Kemudian panitera jaksa dan advokat dapat pula menggali
membuat akta permintaan PK yang untuk menemukan hukum. Juga para ahli
ditandatangani oleh permohonan hukum. Temuan hukum oleh ahli hukum
panitera. Kemudian berkas tersebut merupakan doktrin, dan menjadi hukum
disampaikan kepada mahkamah setelah diadopsi dalam berbagai putusan
agungmelalaui ketua pengadilan. hakim.
Perkara yang dimintakan peninjauan Menggali untuk menemukan hukum
kembali adalah putusan pengadilan dapat dibedakan antara (1) menggali
banding, maka tembusan surat dengan menafsir pada norma yang sudah
pengantar tersebut dilampiri tembusan ada, dan (2) menggali dari kasus peristiwa
berarti acara pemeriksaan, berarti acara yang diperiksa dan diadili. Contoh yang
pendapat juga disampaikan pada pertama, menafsirkan unsur “pingsan atau
pengadilan banding yang bersangkutan. tidak berdaya” dalam Pasal 286 KUHP
Atas dasar pasal tersebut di atas, sering menyamakan artinya dengan “idiotnya”
hak-hak terpidana dilanggar. Hak-hak seorang perempuan (arrest HR tahun
terpidana seharusnya dilindungi agar 1934). Menurut Moeljatno, ini contoh
dalam penegakan hukum tidak ada ekstensif.
ketidak adilan dan ketidakpastian hukum Contoh yang kedua, menurut hemat
yang seharusnya menjadi tujuan utama penulis - dari putusan pembebasan Prita
dalam penyelesaian perkara pidana. . Mulyasari oleh PN Tangerang (No.
2. Perlindungan atas putusan yang adil 1269/Pid.B/PN.TNG) diperoleh temuan
Setelah melakukan pemeriksaan berkas hukum sebagai berikut: “Pengungkapan
perkara permohonan Peninjauan suatu perasaan melalui media e-mail yang
kembali, selanjutnya hakim akan isinya berupa keluhan dari apa yang
menjatuhkan putusan atas permohonan dialaminya dari suatu pelayanan kesehatan
tersebut. oleh rumah sakit atau dokter yang tidak
Mahkamah Agung juga berpendapat memuasakan karena membawa akibat lain
bahwa permintaan peninjauan kembali dari penyakitnya semula, adalah bukan
dapat diterima untuk diperiksa, maka merupakan tindak pidana pencemaran
berlaku ketentuan seperti tersebut ataupun perbuatan melawan hukum
dalam Pasal 266 ayat (2) KUHAP menurut Pasal 1365 BW, meskipun isi

62
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013

keluhan itu dirasakan menyerang  Tidak ada landasan yuridis, filosofis,


kehormatan dan nama baik pengelola maupun historis dari pendapat bahwa
rumah sakit atau dokter”.10 jaksa berhak mengajukan PK.
Dalam hal MA membenarkan PK jaksa,  Jaksa telah menggunakan sesuatu hak
adalah merupakan cara yang pertama, ialah (PK) yang sesungguhnya tidak
menafsirkan terhadap rumusan Pasal 263 dimilikinya.
Ayat (1) KUHAP, meskipun tidak jelas  Tidak ada norma yang paling dekat
terhadap frasa/kata yang mana yang dalam KUHAP yang dapat ditafsir bahwa
ditafsir tersebut.Menggali untuk jaksa berhak mengajukan PK disamping
menemukan hukum harus dilakukan terpidana atau ahli warisnya.
dalamhal dan keadaan khusus serta dengan  Sudah berada diluar cara-2 penafsiran
syarat-2 yang amat ketat, khususnya yang diperkenankan dan lazim dalam
terhadap norma UU., ialah: doktrin. MA sudah merubah dan atau
a. Bila hukumnya tidak ada, namun sangat menambah norma hukum baru di luar
mendesak untuk memutus perkara. Pasal 263 Ayat (1) KUHAP. Oleh sebab itu
Maka norma yang paling dekat dengan bukan lagi masuk wilayah interprestasi
kasus tersebut, unsurnya dapat ditafsir yang menjadi kewenangan hakim.
dengan menggunakan cara-2 yang lazim Melainkan sudah masuk wilayah
dalam doktrin dan tidak boleh keluar kewenangan pembentuk UU.
dari logika. Apabila sama sekali tidak ada Apa yang dilakukan MA sudah
norma yang paling dekat, maka tidak melampaui analogi maupun
mungkin dapat mengadakan penafsiran. ekstensif.Ekstensif biasanya digunakan
b. Hukumnya ada namun tidak/kurang untuk menghindari penyebutan analogi
jelas, untuk memperjelas dalam rangka yang dilarang dalam hukum pidana.Analogi
penerapannya dapat dengan adalah salah satu cara menafsirkan,
menggunakan tafsir yang sesuai dengan meskipun hampir semua ahli hukum
cara-2 penafsiran yang lazim dan dikenal menolak karena bertentangan dengan azas
dalam doktrin hukum. legalitas. Namun dengan menggunakan
Hak hakim menafsirkan dalam hukum logika analogi maupun ekstensif kadang-
pidana sangat ketat, harus memenuhi kadang masih dapat dicari landasannya.
syarat-syarat dan dengan menggunakan Dicontohkan, dalam arrest HR mengenai
cara-cara yang lazim dan dikenal dalam pencurian listrik (1921), bahwa aliran listrik
doktrin hukum, disebabkan karena dibatasi sebagai benda yang bernilai ekonomi yang
oleh azas legalitas dalam Pasal 1 sama dengan benda yang menjadi objek
KUHP.Putusan MA yang mengabulkan PK pencurian.
yang dimohonkan JPU, tidak masuk pada Meskipun pencurian bisa terjadi pada
masalah penafsiran terhadap norma Pasal objek yang tidak bernilai ekonomis,
263 (1) KUHAP, karena: misalnya nilai histroris seperti seperti karcis
 Rumusan Pasal 263 Ayat (1) KUHAP KA yang sudah terpakai (HR 28-4-1930).11
merupakan rumusan yang sudah jelas Mencuri dalam trem yang berjalan
dan limitatif (lihat penjelasan Pasal 263 dianalogkan pada mencuri dalam bis yang
KUHAP), bersifat tertutup. Tidak dapat sedang berjalan,12 dapat dicari dari
ditafsirkan lagi (interpretation cesat in persamaan kepentingan hukum yang
claris). hendak dilindungi, untuk melindugi

10 11
Http://www.perbuatan-melawan-hukum-pasal- Http://www.tugas-hukum-pidana.html
12
1365-BW.html Http://www.KUHP-hukum-pidana.html

63
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013

kepentingan hukum si pemilik barang (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009


dalam sebuah kendaraan umum yang tentang Kekuasaan Kehakiman menentukan
sedang berjalan. Trem adalah kendaraan bahwa:
umum, bis juga adalah kendaraan umum. “Pengadilan dilarang menolak untuk
Kata/unsur “terpidana atau ahli warisnya” memeriksa, mengadili, dan memutus suatu
dalam Pasal 263 Ayat (1) KUHAP ditafsirkan perkara yang diajukan dengan dalih bahwa
juga termasuk jaksa, tentulah tidak logis. hukum tidak ada atau kurang jelas,
Pendapat bahwa JPU berhak mengajukan melainkan wajib untuk memeriksa dan
PK, bukan lagi masalah penafsiran, tetapi mengadilinya”.14 Dengan begitu bahwa
sudah masuk wilayah kewenangan hakim mencari solusi dengan cara
pembentuk UU. Sudah merubah atau menemukan hukum Interpretasi
menambah norma baru dari Pasal 263 Ayat Teleologis/sosiologis, Metode Interpretasi
(1) KUHAP. ini digunakan apabila pemaknaan suatu
Dalam ketentuan KUHAP maupun aturan hukum ditafsirkan berdasarkan
ketentuan Perundang-undangan lainnya, tujuan pembuatan aturan hukum tersebut
tidak ditemukan adanya larangan bagi jaksa dan apa yang ingin dicapai masyarakat.
Penuntut Umum, untuk mengajukan Dalam Interpretasi teleologis atau
permintaan Peninjauan Kembali kepada sosiologis ini, suatu peraturan perundang-
Mahkamah Agung.13 Sesuai dengan praktek undangan disesuaikan dengan situasi sosial
yurisprudensi yang selama ini berjalan, yang baru. Dengan demikian Jaksa
Mahkamah Agung RI, telah melakukan mengajukan PK merupakan kepentingan
penafsiran dalam bentuk to growth the umum bukan kepentingan pribadi yang
meaning atau overrule terhadap ketentuan- melihat situasi bagaimana situasi sosial saat
ketentuan KUHAP. ini. Maka itu hakim harus menerima hal itu
Penafsiran ekstensif dalam bentuk to agar tujuan dari praperadilan tersebut
growth the meaning ataupun overrule dapat tercapai sesuai dengan keadilan.
terhadap ketentuan KUHAP tersebut, dari Jadi sesuai dengan tujuan praperadilan
doktrin, pada hakekatnya merupakan Bahwa tujuan dari hukum acara pidana,
diskresi dari ketentuan KUHAP yang sangat adalah untuk mencari dan mendapatkan,
diperlukan untuk memperoleh atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran
penyelesaian perkara yang lebih fair, materill, yaitukebenaran selengkap-
ditinjau dari aspek kepentingan umum dan lengkapnya dari suatu perkara pidana,
tuntutan rasa keadilan yang lebih hakiki dengan menerapkan suatu ketentuan
serta manusiawi yang dikenal dengan istilah hukum acara pidana secara jujur dan tepat,
“According to the principle of justice”. Hal dengan tujuan untuk mencari siapakah
tersebut membuka ruang/solusi bagi pelaku yang dapat didakwakan melakukan
kejaksaan dalam mengajukan PK sebab suatu pelanggaran hukum dan selanjutnya.
dalam penafsiaran analogi dalam KUHAP Meminta pemeriksaan dan putusan dari
maupun UU kejaksaan hakim tidak dapat pengadilan, guna menemukan apakah
menemukan aturan kejaksaan dalam terbukti suatu tindak pidana telah
mengajukan PK maka itu hakim diwajibkan dilakukan dan apakah orang yang didakwa
menemukan hukum yang baru dengan itu dapat dipersalahkan, maka KUHAP harus
menggunakan analogi berdasarkan secara maksimal digunakan untuk
Jurisprudensi sesuai dengan Pasal 10 ayat mendapatkan kebenaran materill dengan

13 14
Http://www.catatan-hak-jaksa-mengajukan- Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang No. 48 Tahun
peninjauan.html 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman

64
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013

cara melenturkan atau mengembangkan yang dimungkinkan adalah Peninjauan


atau melakukan penafsiran ekstensif Kembali.
terhadap ketentuan-ketentuannya, in casu Doktrin tersebut sejalan dengan pula
khususnya Pasal 623 KUHAP, dengan dengan asas Legalitas serta penerapan asas
memberikan kesempatan kepada Jaksa keseimbangan hak Asas antara kepentingan
Penuntut Umum, korban tindak pidana dan perseorangan /terdakwa (Termohon
pihak lain yang berkepentingan untuk Peninjauan Kembali) dengan Kepentingan
mengajukan Peninjauan Kembali. Oleh Umum, Bangsa dan Negara, yang dalam hal
karena itu perlu menggeser perspektif ini diwakili oleh Jaksa Penuntut Umum,
ketentuan hukum acara pidana, dari dimana Jaksa Penuntut Umum juga harus
offender oriented menjadi victim orented diberi kesempatan yang sama, untuk
dan dari keadilan retributive menjadi mengajukan Peninjauan Kembali terhadap
keadilan sosiologis. putusan Pengadilan yang telah mempunyai
Hakim menemukan hukum melalui kekuatan hukum tetap, yang merupakan
sumber-sumber hukum yang tersedia.15 putusan bebas atau dilepaskan dari segala
Dalam hal ini, tidak menganut pandangan tuntutan hukum. Alasan ini sesuai dengan
legisme yang hanya menerima undang- konsep daad-dader-strafrecht yan oleh
undang saja sebagai satu-satunya hukum Prof. Muladi disebut model keseimbangan
dan sumber hukum. Apa lagi terhadap kepentingan, yaitu model realitis yang
KUHAP yang perlu ditinjau dari segi-segi memperhatikan pelbagai kepentingan yang
norma/kaidah-kaidah sumber hukum yaitu harus dilindungi hukum pidana yaitu
undang-undang, kebiasaan, traktat, doktrin, kepentingan negara, kepentingan umum,
hukum agama, dan bahkan keyakinan kepentingan individu, kepentingan tindak
hukum yang dianut oleh masyarakat.Oleh pelaku pidana dan kepentingan korban
karena itu Tujuan dari hukum acara kejahatan.
tersebut sejalan pula dengan doktrin pula Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang No
yang berkembang, yaitu antara lain bahwa 4/2004 berbunyi “terhadap putusan
korban tindak pidana berhak untuk pengadilan yang telah memperoleh
menggunakan upaya hukum/rechtmiddelen kekuatan hukum tetap, pihak-pihak yang
yang menurut Mahkamah Agung bersangkutan dapat mengajukan
merupakan perlindungan korban kejahatan Peninjauan Kembali kepada Mahkamah
dalam lingkup prosedural, yang telah Agung apabila terdapat hal atau keadaan
dimiliki pula oleh Jaksa Penuntut Umum, tertentu yang ditentukan dalam Undang-
yang pada dasarnya merupakan pihak yang Undang”. Pasal 23 ini mengatur tentang
mewakili kepentingan masyarakat secara Peninjauan Kembali baik dalam perkara
kolektif maupun individual, akan tetapi apa pidana maupun perdata.Dalam perkara
yang dilakukannya dalam praktek peradilan pidana jelas yang dimaksud dengan pihak-
sering tidak memenuhi rasa keadilan bagi pihak adalah Jaksa Penuntut Umum dan
pencari keadilan. Sehingga karena itu bagi Terdakwa.
korban kejahatan baik secara kolektif Dari ketentuan tersebut dapat ditarik
maupun individual harus dapat diberikan kesimpulan, bahwa terhadap putusan
upaya hukum, dan berdasarkan pengadilan yang telah memperoleh
yurisprudensi diatas, maka upaya hukum kekuatan hukum tetap, dimana terpidana
dijatuhi putusan bebas atau lepas dari
segala tuntutan hukum, maka jaksa
15
Ahmad Rifai, “penemuan hukum oleh hakim dalam Penuntut Umumlah sebagai pihak yang
perspektif hukum progresif”, Sinar Grafika, dapat mengajukan Peninjauan Kembali,
2010,hal.57

65
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013

karena terpidana yang juga sebagai pihak adalah jaksa Penuntut Umum dan bukan
yang berkepentingan tentu tidak mungkin terpidana karena disini tidak ada terpidana.
mengajukan permohonan Peninjauan Apabila ketentuan pasal 263 ayat (2)
Kembali terhadap putusan demikian, hanya dibaca secara satute aproach
karena pasal 263 ayat (1) melarangnya dan harafiah, maka seorang yang dijatuhi
dalam logika tidak mungkin seorang diputus putusan bebas ataupun lepas dari segala
bebas atau lepas dari tuntutan hukum tuntutan hukum, maka seorang yang
mengajukan Peninjauan Kembali. dijatuhi putusan bebas ataupun lepas dari
Ketentuan tersebut sejalan dengan segala tuntutan hukum, walaupun
ketentuan pasal 263 ayat (3) KUHAP yang kemudian ditemukan novum dalam bentuk
menyatakan bahwa “atas dasar yang sama bukti-bukti baru yang dapat dipergunakan
sebagaimana tersebut pada ayat (2), untuk membuktikan perbuatan pidana dan
terhadap suatu putusan pengadilan yang kesalahan terpidana, maka terhadap
telah memperoleh kekuatan hukum tetap terpidana tidak lagi dapat diapa-apakan.
dapat diajukan permintaan Peninjauan Hal ini tentu akan bertentangan dengan
Kembali apabila dalam putusan itu suatu rasa keadilan, dimana seorang terpidana
perbuatan yang didakwakan telah yang telah melakukan tindak pidana,
dinyatakan terbukti akan tetapi tidak diikuti apalagi suatu tindak pidana besar, tidak
oleh suatu pemidanaan”. dapat dihukum karena suatu alasan yang
Dalam pasal 10 ayat (1) sama bunyinya bersifat formal.
dengan pasal 4 ayat (1) Perma No 1 Tahun Untuk dapat memenuhi rasa keadilan,
1969, pasal tersebut mengatur tentang: maka pasal tersebut hendaknya dibaca
Siapakah yang berhak mengajukan dengan menggunakan konstruksi hukum
peninjauan kembali dengan urutan yang dalam bentuk argumentum acontrario,
agak berbeda, yang terdiri dari:16 yaitu membaca ketentuan tersebut dari sisi
1. Jaksa Agung, lain, yaitu dari sisi kesebalikannya. Dengan
2. Terpidana, dan demikian akan dapat dibaca dan dipahami,
3. Pihak yang berkepentingan. bahwa terhadap putusan bebas atau lepas
Ketentuan yang mengatur dasar alasan dari segala tuntutan hukum, dimana
pengajuan permohonan peninjauan kemudian ditemukan novum, maka dapat
kembali dalam Perma Nomor 1 Tahun 1980 diajukan permohonan Peninjauan Kembali.
hampir sama dengan dasar alasan yang Disamping itu, pasal 263 KUHAP sama
terdapat dalam Sv. Yaitu tidak sekali tidak melarang Jaksa Penuntut
dicantumkannya kekhilafan hakim dan Umum untuk mengajukan Peninjauan
kekeliruan yang nyata sebagai salah satu Kembali, sehingga oleh karenanya Jaksa
dasar alasan pengajuan peninjauan Penuntut Umum dapat mengajukan
kembali. Bahkan dalam ketentuan psal 263 Peninjauan Kembali.
ayat (3) ini tentu/pasti bukan diperuntukan Akan tetapi KUHAP juga memberikan
bagi terpidana yang telah tidak dijatuhi batasan dalam hal apa Jaksa dapat
pemidanaan oleh putusan pengadilan. Jadi mengajukan Peninjauan Kembali, yaitu
disini sangatlah jelas yang dimaksud untuk dalam hal ada putusan yang sudah
mengajukan Peninjauan Kembali untuk mempunyai kekuatan hukum tetap yang
perkara yang didakwaannya dinyatakan didalam pertimbangannya menyatakan
terbukti, tetapi tidak diikuti pemidanaan perbuatan yang didakwakan terbukti tetapi
tidak diikuti pemidanaan. Jadi tidak
16
terhadap semua putusan pengadilan yang
Dr.H.Rusli Muhammad, “hukum acara pidana
kontemporer”, PT Citra Aditya Bakti, 2007, hal.292

66
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013

sudah mempunyai kekuatan hukum tetap dinyatakan terbukti akan tetapi tidak
Jaksa berhak mengajukan PK.17 diikuti oleh suatu pemidanaan”.
Akan tetapi dalam KUHAP juga
E. PENUTUP memberikan batasan dalam hal apa
1. Kesimpulan Jaksa dapat mengajukan Peninjauan
1. Jadi perlindungan hak terhadap Kembali, yaitu dalam hal ada putusan
pelaku tindak pidana merupakan yang sudah mempunyai kekuatan
tanggungjawab pemerintah terutama hukum tetap yang didalam
bagi para penegak hukum di pertimbangannya menyatakan
indonesia. Seringkali hak-hak para perbuatan yang didakwakan terbukti
pelaku tindak pidana diabaikan tetapi tidak diikuti pemidanaan. Jadi
karena tekanan moral atau perilaku tidak terhadap semua putusan
yang buruk dari si pelaku tindak pengadilan yang sudah mempunyai
pidana yang seolah-olah memaksakan kekuatan hukum tetap Jaksa berhak
hak-hak yang melekat pada dirinya itu mengajukan PK.
harus hilang. Tetapi sesungguhnya
hak-hak dari para pelaku tindak 2. Saran
pidana tidak akan pernah hilang 1. Bahwa dalam perlindungan hak
selain undang-undang menentukan terpidana dalam mengajukan PK yang
lain. telah diatur dalam pasal 263 ayat (1)
Karena itu dalam HAM setiap hak dari yang berhak dalam mengajukan
masing-masing orang perlu dilindungi, Peninjauan Kembali yaitu terpidana
dihormati, dan dijunjung tinggi. ataupun ahli warisnya, tetapi sering
Apalagi dalam Hak seorang terpidana dilanggar oleh Jaksa Penuntut Umum
mengajukan Peninjauan Kembali yang mengambil hak dari seorang
tentu sudah jelas telah diatur dalam terpidana dalam mengajukan
pasal 263 ayat (1) menegaskan bahwa Peninjauan Kembali, dan juga sering
yang berhak mengajukan Peninjauan seorang Jaksa tidak memperhatikan
Kembali yaitu terpidana ataupun ahli hak-hak dari terpidana yang seharus
warisnya. nya berhak mengajukan PK.
2. Dalam Hal ini solusi yang di yang Maka itu hak dari seorang terpidana
harus ditempuh oleh Seorang Jaksa harus diutamakan terlebih dahulu
Mengajukan Permohonan PK dengan karena setiap hak dari seorang
dasar yang termuat dalam Pasal 263 terpidana dalam mengajukan PK
ayat (3) KUHAP yang menyatakan sudah terlebih dahulu diatur dalam
bahwa “atas dasar yang sama pasal 263 ayat (1).
sebagaimana tersebut pada ayat (2), 2. Bahwa solusi atas dasar alasan
terhadap suatu putusan pengadilan seorang Jaksa Penuntut Umum
yang telah memperoleh kekuatan memang sudah diatur juga dalam pasal
hukum tetap dapat diajukan 263 ayat (3) dan ayat (2) yang
permintaan Peninjauan Kembali menyatakan bahwa suatu terhadap
apabila dalam putusan itu suatu suatu putusan pengadilan yang telah
perbuatan yang didakwakan telah memperoleh kekuatan hukum tetap
dapat diajukan permintaan Peninjauan
17
Http://www.Hak Jaksa Mengajukan Peninjauan Kembali apabila dalam putusan itu
Kembali (PK) dan Batasannya _ KONSULTASI HUKUM suatu perbuatan yang didakwakan
GRATIS, BANTUAN DAN JASA HUKUM MSA telah dinyatakan terbukti akan tetapi
LUBIS.htm

67
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013

tidak diikuti oleh suatu Pledoi, Duplik, Memori Banding, Kasasi,


pemidanaan”.Ini merupakan solusi bagi Peninjauan Kembali, Jakarta: Djambatan.
seorang jaksa mengajukan PK, akan 2005-2008.
tetapi perlu diingat ada batasan bagi Penyusun, Tim, Bahan Ajar Ilmu Hukum,
seorang Jaksa dalam mengajukan PK. Manado: Universitas Sam Ratulangi.
Dengan begitu Seorang jaksa juga 2009.
harus perlu melihat batasan-batasan Rifai, Ahmad, Penemuan Hukum Dalam
tersebut agar tidak melanggar hak Perspektif Hukum Progresif, Jakarta;
terpidana yang termuat dalam KUHAP. Sinar Grafika. 2010.
Maka itu disarankan agar dilakukan Samosir, Tua, Binsar, Manata, Upaya
koreksi secepatnya atas praktek hukum Hukum Peninjauan Kembali Oleh Jaksa
dan dicarikan upaya mengatasi Ditinjau Dari Hukum Acara Pidana, Studi
kerugian yang dialami oleh pihak-pihak Kasus: Polycarpus Budi Harpriyanto.
yang dalam putusan pengadilan yang Medan: USU Reporisitory. 2009. IR,
sudah mempunyai kekuatan hukum Soernarto Soerodibroto, KUHP dan
tetap dinyatakan tidak bersalah tetapi KUHAP Edisi Kelima, Jakarta: PT. Raja
kemudian dipidana karena adanya PK Grafindo Persada. 2003.
oleh Jaksa. Sidabutar, Mangasa, Hak Terdakwa,
Terpidana, Penuntut Umum, Menempuh
DAFTAR PUSTAKA Upaya Hukum, Pengantar Praktis
Effendy, Marwan, Dr, Pokok-Pokok Hukum Pemahaman Tentang Upaya Hukum,
Acara Pidana, Jakarta: Gaung Persada Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2001.
Press. 2012. Sutiyoso, Bambang, Reformasi Keadilan dan
Harahap, Yahya, M, Pembahasan Penegakan Hukum Diindonesia,
Permasalahan dan Penerapan KUHAP Yogyakarta: UUI Pres (Anggota IKAPI).
Pemeriksaan Sidang Pengadilan, 2010.
Banding, Kasasi, dan Peninjauan Waluyadi, Pengetahuan Dasar Hukum
Kembali, Jakarta: Sinar Grafika. 2000. Acara Pidana Acara, Bandung: Mandar
Harahap, Yahya, M, Pembahasan Maju. 1999.
Permasalahan dan Penerapan KUHAP Widiartana, G, dan Broto, Wisnu, Al,
Penyidikan dan Penuntutan, Jakarta: Pembaharuan Hukum Acara Pidana,
Sinar Grafika. 2000. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. 2005.
Hamzah, Andi, Dr, Hukum Acara Pidana Undang-Undang No. 39 Tahun 1999
Indonesia, Jakarta: CV. Sapta Artha Jaya. Tentang Hak Azasi Manusia.
1996. Undang-Undang No. 14 Tahun 1985, jo
Hamzah, Andi, Dr, Prof, Hukum Acara PerMa No.1 Tahun 1980
Pidana Indonesia, Jakarta: CV. Sapta Undang-Undang No. 48 Tahun 2009
Artha Jaya. 2001-2006. Tentang Kekuasaan kehakiman
Marpaung, Leden, Dr, Perumusan Memori Undang-Undang No. 14 Tahun 1970
Kasasi dan Peninjauan Kembali Perkara Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Pidana, Jakarta: Sinar Grafika. 2000. Kekuasaan
Muhammad, Rusli, H, Dr, Hukum Acara KehakimanMukadimahDeclaration of
Pidana Kontemporer, Bandung: PT. Citra Human Right.
Aditya Bakti. 2007. Http://www.Mengapa-Negara-Tak-Berhak-
Pangaribuan, M,P, Luhut, Hukum Acara Mengajukan-PK.htm
Pidana Surat-Surat Resmi Di Pengadilan Http://www.pengertian-hak.html
Oleh Advokad Praperadilan, Eksepsi,

68
Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013

Http://www.ilmu-hukum-pengertian-hak-retno-
anggraini.html
Http://www.tersangka-terdakwa-terpidana-
terhukum.html
Http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-
tugas.html
www.google.com//peninjauan.kembali.MA.Akh
mad.Syaikul.htm
www.google.com//pengajuan.pk.oleh.jaksa.ma
mfaluthy.alfuadhil.ma’az.htm
www.fikatriwulandaritujuanpk.com
www.google.com//hak.terpidana.htm
Http://www.perbuatan-melawan-hukum-pasal-
1365-BW.html
Http://www.tugas-hukum-pidana.html
Http://www.KUHP-hukum-pidana.html
Http://www.catatan-hak-jaksa-mengajukan-
peninjauan.html
Http://www.hak-jaksa-mengajukan-peninjauan-
kembali-(PK)-dan-batasannya-konsultasi-
hukum-gratis-bantuan-dan-jasa-hukum-
MSA-lubis.html

69

Anda mungkin juga menyukai