Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Mercatoria, 12 (1) Juni 2019 ISSN 1979-8652 (Print) ISSN 2541-5913 (Online)

DOI: http://dx.doi.org/10.31289/mercatoria.v12i1.2363

Jurnal Mercatoria
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/mercatoria

Analisis Yuridis Putusan Praperadilan dalam Perspektif


Sistem Peradilan Pidana

Juridical Analysis of Pretrial Decisions in the Criminal Justice


System Perspective

Darwin*, Dahlan, & Suhaimi


Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Syiah Kuala

*Coresponding Email: darwinuleekareng@yahoo.com


Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perluasan kewenangan praperadilan diluar KUHAP serta akibat
hukum terhadap putusan praperadilan dalam perspektif sistem peradilan pidana. Data yang diperoleh
dalam penelitian ini dilakukan dengan penelitian kepustakaan. Penelitian kepustakaan dilakukan
dengan cara mencari literatur (buku-buku), makalah, dan data yang diperoleh di internet atau bahan
hukum yang terkait dengan pembahasan serta dokumentasi hukum mencari peraturan perundang-
undangan yang mengatur tentang segala hal yang berkaitan materi pembahasan. Hasil penelitian
menjelaskan sebelum Mahkamah Konstitusi (MK) menjatuhkan putusan Nomor 21/PUU-XII/2014
sejatinya terdapat beberapa putusan hakim praperadilan yang juga telah yang memperluas
kewenangan praperadilan dalam Pasal 77 KUHAP. Perluasan objek Praperadilan tersebut menimbulkan
akibat hukum antara lain Penyitaan, Penggeledahan dan Pemblokiran Rekening, Pelepasan Police Line
atas Fasilitas Umum, Penetapan Tersangka sehingga lembaga praperadilan dalam proses
pembuktiannya berpotensi terlalu jauh masuk dan ikut menguji pokok perkara yang harusnya baru
diuji di proses pembuktian di persidangan.
Kata Kunci: Praperadilan, Penafsiran Hakim, Putusan Pengadilan.

Abstract
The purpose of this thesis is to find out the extension of pretrial authority outside the Criminal Procedure
Code and the legal consequences of pretrial decisions in the perspective of the criminal justice system. Data
obtained in writing this thesis is done by library research. Literature research is done by searching for
literature (books), papers, and data obtained on the internet or legal materials related to discussions and
legal documentation seeking legislation governing all matters relating to discussion material. The results
of the study explained that before the Constitutional Court (MK) issued a decision Number 21 / PUU-XII /
2014 there were actually several decisions of pretrial judges who had also extended the pretrial authority
in Article 77 of the Criminal Procedure Code. The expansion of pretrial objects has legal consequences
including seizure, search and blocking of accounts, release of police lines on public facilities, determination
of suspects so that pretrial institutions in the process of proof have the potential to go too far and test the
subject matter which should only be tested in the verification process.
Keywords: Pretrial, Interpretation of Judges, Court Decisions.

How to Cite: Darwin. Dahlan. & Suhaimi. (2019). Analisis Yuridis Putusan Praperadilan dalam Perspektif Sistem
Peradilan Pidana. Jurnal Mercatoria. 12 (1): 68-79.

Dikirim: 18 Maret 2019; Diterima: 19 Juni 2019; Dipublish: 25 Juni 2019

68
Jurnal Mercatoria, 12 (1) Juni 2019: 68-79

PENDAHULUAN Pada tanggal 28 April 2015,


Praperadilan adalah proses Mahkamah Konstitusi dalam putusannya
persidangan sebelum sidang masalah Nomor 21/PUU-XII/2014 telah
pokok perkaranya disidangkan. Pengertian memutuskan pengujian terhadap Pasal 77
perkara pokok ialah perkara materinya, huruf a KUHAP yaitu terhadap “sah atau
sedangkan dalam praperadilan proses tidaknya penangkapan, penahanan,
persidangan hanya menguji proses tata penghentian penyidikan atau penghentian
cara penyidikan dan penuntutan, bukan penuntutan”. Berdasarkan putusan
kepada materi pokok saja. Adapun yang Mahkamah Konstitusi, bahwa ketentuan
dimaksud dengan materi pokoknya adalah Pasal 77 huruf a KUHAP diangap telah
materi perkara tersebut, misalnya perkara bertentangan dengan Undang-undang
korupsi, maka materi pokoknya adalah Dasar Negara Republik Indonesia 1945
perkara korupsi (Hartono, 2010). secara bersyarat (conditionally
Pengaturan secara spesifik unconstitutional) dan tidak mempunyai
mengenai pra peradilan diatur sesuai kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak
dengan ketentuan Pasal 77 sampai dengan dimaknai pengujian sah tidaknya
ketentuan Pasal 88 KUHAP. Jika ditinjau penetapan tersangka yang termasuk dalam
kembali, bahwa apa yang dirumuskan objek praperadilan.
didalam Pasal 1 butir 10 KUHAP Dalam beberapa peristiwa pidana
sebagaiamana telah tersebut di atas, seperti dalam kasus korupsi BG seorang
kemudian dipertegas kembali dalam perwira tinggi Polri yang saat itu tidak
ketentuan Pasal 77 KUHAP, yang termasuk dalam subjek kewenangan KPK
menjelaskan bahwa pengadilan negeri sebagaimana ditegaskan bahwa salah satu
berwenang untuk memeriksa dan kewenangan KPK yang diatur dalam
memutus, sesuai dengan KUHAP: undang-undang antara lain adalah
a. Sah atau tidaknya penangkapan, penyelenggara negara atau penegak
penahanan, penghentian penyidikan hukum karena menjabat sebagai Karo
atau penghentian penuntutan, Binkar Polri. Dalam perkara yang lain yang
b. Ganti kerugian dan atau rehabilitasi ada keterkaitannya dengan objek
bagi seseorang yang perkara peradilan, yaitu atas pemohon Hadi
pidananya dihentikan pada tingkat Poernomo, Hakim Haswandi juga pada
penyidikan atau penuntutan. dasarnya tidak memeriksa bukti

69
Darwin, Analisis Yuridis Putusan Praperadilan dalam Perspektif Sistem Peradilan Pidana

permulaan yang ada untuk membuktikan praperadilan bahkan dikabulkan gugatan


sah tidaknya penetapan tersangka yang praperadilannya yang makin membuat
dilakukan Hakim KPK pada saat itu ironis (Putusan Hakim Preseden Buruk”,
membuktikan bahwa penyelidik dan Harian Kompas, diakses 17 Februari 2017,
penyidik yang melakukan proses hukum Pukul 14.00 WIB).
terhadap Hadi Poernomo adalah
penyelidik dan penyidik independen, METODE PENELITIAN
menurut hakim, penyelidik dan penyidik Jenis penelitian dan metode
independen adalah tidak sah pendekatan yang digunakan dalam
keberadaannya, sehingga seluruh proses penelitian ini adalah pendekatan yuridis-
hukum yang dilakukan oleh penyelidik dan normatif, yaitu hukum dikonsepsikan
penyidik independen juga harus dianggap sebagai norma, kaidah asas atau dogma-
tidak sah, termasuk penetapan dogma, dan interview untuk melengkapi
tersangkanya, sehingga penetapan studi kepustakaan. Termasuk ke dalam
tersangka yang dilakukan harus lah kajian/pendekatan Yuridis-Normatif
dibatalkan. diantaranya adalah sejarah hukum dan
Mantan Ketua Mahkamah perbandingan hukum, juga filsafat hukum
Konstitusi, Mahfud MD juga (Soekanto, 1995). Spesifikasi penelitian ini
menambahkan, dengan putusan adalah preskriptif analitis. Preskriptif
praperadilan tersebut, ke depan setiap dalam arti bahwa penelitian ini bertujuan
penetapan tersangka berpotensi akan untuk menelaah atau mengkaji putusan
dipraperadilankan. Pengadilan negeri praperadilan dalam perspektif sistem
dapat dibanjiri permohonan praperadilan peradilan pidana.
terkait penetapan tersangka oleh KPK, Jenis data yang digunakan penulis
Kepolisian, dan Kejaksaan. Hal senada juga adalah data sekunder, yaitu data
diungkapkan oleh Nursyahbani didapatkan dari kepustakaan dengan cara
Katjasungkana, yang menyatakan bahwa membaca peraturan perundang-undangan,
putusan praperadilan tersebut menjadi buku-buku, artikel, atau bahan-bahan lain
preseden yang sangat buruk. Penetapan yang berhubungan dengan penelitian yang
tersangka dalam dua tahun ke belakang dapat membantu peneliti dalam
dapat dibatalkan semua. Bahkan, mereka melakukan penelitian. Terhadap dari
yang sudah dijadikan tersangka dan bahan dan data yang terkumpul dari hasil
ditahan KPK pun bisa mengajukan penelitian kepustakaan, selanjutnya

70
Jurnal Mercatoria, 12 (1) Juni 2019: 68-79

diadakan tabulasi sesuai dengan Praperadilan dalam Sistem Peradilan


kebutuhan untuk menjawab pertanyaan Pidana Indonesia
penelitian yang telah diajukan melalui Calon Kepala Kepolisian Indonesia
analisis secara kualitatif. Komisaris Jenderal Budi Gunawan
mengajukan permohonan perkara
HASIL DAN PEMBAHASAN praperadilan atas penetapan status
Acara praperadilan untuk ketiga tersangka terhadap dirinya oleh Komisi
hal, yaitu pemeriksaan sah tidaknya suatu Pemberantasan Korupsi. Budi Gunawan
penangkapan atau penahanan (Pasal 79 merasa ada kejanggalan dalam proses
KUHAP), pemeriksaan sah tidaknya suatu penetapan statusnya sebagai tersangka
penghentian penyidikan atau penuntutan pelaku korupsi. Putusan praperadilan
(Pasal 80 KUHAP), pemeriksaan tentang (Putusan Nomor
ganti kerugian dan/atau rehabilitasi akibat 04/Pid.Prap/2015/PN.Jkt.Sel, Pengadilan
tidak sahnya penangkapan atau Negeri Jakarta Selatan, 16 Februari 2015).
penahanan atau akibat sahnya yang dibacakan oleh hakim tunggal Sarpin
penghentian penyidikan (Pasal 81 KUHAP) Rizaldi (selanjutnya disebut hakim
Praperadilan memiliki maksud dan tunggal) pada 16 Februari 2015 di
tujuan atau motivasi tertentu, Tidak ada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, telah
sesuatu yang ingin diciptakan tanpa menumbuhkan banyak permasalahan,
didorong oleh maksud dan tujuan. tanggapan, dan analisis dari berbagai
Demikian pula halnya dengan kalangan.
pelembagaan praperadilan. Adapun Beberapa hal menjadi
maksud dan tujuan yang hendak pertimbangan hakim tunggal dalam
ditegakkan dan dilindungi putusan, diantaranya mengenai: esensi
a. Perlindungan hak-hak asasi manusia, Pasal 77 Kitab Undang-undang Hukum
terutama mereka yang terlibat di Acara Pidana (KUHAP); asas legalitas
dalam perkara pidana, khususnya dalam hukum acara pidana; metode
pada tahap penyidikan dan penemuan hukum oleh hakim; penafsiran
penuntutan. hukum oleh hakim mengenai upaya paksa;
b. Alat kontrol terhadap penyidik atau kewenangan hakim dalam menetapkan
penuntut umum terhadap hukum yang semula tidak ada; dan lain-
penyalahgunaan wewenang olehnya. lain. Demikian pula dengan penggunaan

71
Darwin, Analisis Yuridis Putusan Praperadilan dalam Perspektif Sistem Peradilan Pidana

bahasa Belanda serta penyingkatan uraian wijze bij wet voorzien” atau hukum acara
putusan. Penulis memberikan opini yang pidana dijalankan hanya berdasarkan cara
objektif dengan mengetengahkan yang ditentukan oleh undang-undang
beberapa pendapat guru besar hukum (Hamzah, 2008). Dengan demikan adalah
pidana ternama yang pendapatnya selalu tidak benar hukum acara pidana tidak
menjadi rujukan mahasiswa maupun mengenal asas legalitas.
sarjana hukum, kalangan praktisi hukum, Hakim walaupun di negara modern
serta pendapat pribadi. ini tidak lagi menjadi corong undang-
Pada halaman 226 pertimbangan undang, tetapi hukum acara pidana
putusan berbunyi, “Menimbang, bahwa membatasi secara ketat keinginan-
tentang penerapan asas legalitas dalam keinginan hakim untuk memperluas dan
hukum acara pidana salah satu dasar dan memaksakan diri melawan undang-
alasan dalam mengajukan eksepsi ini tidak undang hukum acara pidana dengan dalih
dapat dibenarkan, karena asas legalitas apapun. Oleh karena itu, penemuan hukum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat di bidang hukum acara pidana menjadi
(1) KUHP hanya berlaku dalam penerapan amat sangat terbatas, jauh lebih terbatas
hukum pidana materil, bahkan dalam dibandingkan dengan hukum pidana itu
perkembangannya dimungkinkan sendiri.
penafsiran dengan pembatasan
sebagaimana.....”. PENAFSIRAN HAKIM
KUHAP juga mencantumkan Menurut Pendapat Lamintang,
perlunya asas legalitas dalam Bab II Pasal “yang dimaksud dengan penafsiran secara
2 dan Bab III Pasal 3. Khususnya dalam ekstensif atau ekstensieve interpretasi
Pasal 3 ditetapkan, “Peradilan dilakukan adalah suatu penafsiran undang-undang
menurut cara yang diatur dalam undang- yang dilakukan dengan cara memperluas
undang ini”. Menurut Prof. Andi Hamzah, arti atau maksud suatu ketentuan undang-
meskipun padanan ketentuan Pasal 3 ini undang, sehingga keluar dari atau maksud
salah susun, tetap saja ketentuan ini yang sebenarnya dari ketentuan undang-
merupakan padanan dari Pasal 1 undang. Lamintang mengutip pendapat
Strafvordering Belanda, yang mengatur guru besar kenamaan, yang pendapatnya
mengenai asas legalitas dalam hukum oleh hampir semua sarjana hukum sering
acara pidana, sebagaimana berbunyi, dikutip, yaitu Paul Scholten, mengenai
“strafvordering heeƒ alleen plaats op de penafsiran secara analogis dengan

72
Jurnal Mercatoria, 12 (1) Juni 2019: 68-79

penafsiran ekstensif tidak terdapat suatu Perluasan Kewenangan Praperadilan


perbedaan. Menurutnya juga, “dengan dua dan Akibat Hukum Putusan
metode penafsiran undang-undang itu, Praperadilan
orang membuat suatu hubungan antara Penetapan tersangka pada tahun
ketentuan undang-undang dengan suatu 2010 hakim Pengadilan Negeri Jakarta
peristiwa yang tidak diatur dalam undang- Pusat juga pernah membuat putusan yang
undang, dan dengan dua metode menerobos Pasal 77 KUHAP. Hakim
penafsiran itu penerapan suatu ketentuan mengabulkan permohonan praperadilan
undang-undang bagi peristiwa tersebut, atas penanganan perkara yang berlarut-
tidak sesuai dengan rumusan ketentuan larut. Dalam amarnya Hakim
undang-undang itu sendiri, melainkan memerintahkan jaksa segera melimpahkan
mencari hubungannya. perkara dengan argumentasi bahwa
Hakim tunggal telah melanggar ketidakjelasan proses yang berlangsung
asas-asas hukum pidana dan hukum acara selama bertahun-tahun mengakibatkan
pidana, yang sepatutnya tidak dilakukan ketidakpastian hukum.
oleh seorang hakim. Penasfiran ekstensif Kontroversi perluasan objek
atau analogi adalah metode penafsiran praperadilan ini akhirnya dilegitimasi oleh
yang dilarang dalam asas-asas hukum Mahkamah Konstitusi (MK) melalui
pidana, karena bertentangan dengan asas Putusan Nomor 21/PUU-XII/2014 yang
legalitas seperti yang telah dikemukakan memperluas kewenangan praperadilan
di atas. dalam Pasal 77 KUHAP dengan
Lembaga layanan dengan menambahkan kewenangan praperadilan
konsultasi, konseling psikologis dan dalam memeriksa dan memutus sah atau
pendampingan hukum secara cuma-cuma. tidaknya penetapan tersangka,
Layanan ini bisa kita dapatkan dari penggeledahan dan penyitaan. Putusan ini
beberapa LBH/LSM dan beberapa lembaga juga memperjelas definisi bukti
Negara pendukung dengan berperspektif permulaan, bukti permulaan yang cukup,
korban. Pengacara Tidak semuanya mahal dan bukti yang cukup dalam Pasal 1 angka
juga ada beragam dan dapat dilihat dari 14, Pasal 17, dan Pasal 21 ayat (1) KUHAP
visi misi kantor, lembaga dan perorangan dengan dimaknai minimal dua alat bukti
serta perspektif terhadap perempuan sesuai Pasal 184 KUHAP (Putusan
korban dan anak-anak. Mahkamah Konstitusi Nomor 21/PUU-

73
Darwin, Analisis Yuridis Putusan Praperadilan dalam Perspektif Sistem Peradilan Pidana

XII/2014 perihal Pengujian Materil Kontroversi perluasan obyek


Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 praperadilan ini akhirnya dilegitimasi oleh
tentang Hukum Acara Pidana terhadap Mahkamah Konstitusi (MK) melalui
UUD). Putusan Nomor 21/PUU-XII/2014 yang
Dasar pertimbangan MK dalam memperluas kewenangan praperadilan
putusan ini adalah karena KUHAP tidak dalam Pasal 77 KUHAP dengan
memiliki check and balance system atas menambahkan kewenanganan
tindakan penetapan tersangka oleh praperadilan dalam memeriksa dan
penyidik yang disebabkan tidak adanya memutus sah atau tidaknya penetapan
mekanisme pengujian atas keabsahan tersangka, penggeledahan dan penyitaan.
perolehan alat bukti. Hakikat keberadaan Putusan ini juga memperjelas definisi
pranata praperadilan adalah bentuk bukti permulaan, bukti permulaan yang
pengawasan dan mekanisme keberatan cukup, dan bukti yang cukup dalam Pasal 1
terhadap proses penegakan hukum yang angka 14, Pasal 17, dan Pasal 21 ayat (1)
terkait erat dengan jaminan perlindungan KUHAP dengan dimaknai minimal dua alat
hak asasi manusia. Namun dalam bukti sesuai Pasal 184 KUHAP (Putusan
perjalanannya, lembaga praperadilan tidak Mahkamah Konstitusi Nomor 21/PUU-
mampu menjawab permasalahan yang ada XII/2014 perihal Pengujian Materil
dalam proses pra-ajudikasi karena dibatasi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
secara limitatif oleh ketentuan Pasal 1 tentang Hukum Acara Pidana terhadap
angka 10 juncto Pasal 77 huruf a KUHAP. UUD).
penetapan tersangka pada tahun 2010 Beberapa akibat hukum yang
hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memperluas kewenangan praperadilan
juga pernah membuat putusan yang yang akan diuraikan Sebagai Berikut :
menerobos Pasal 77 KUHAP. Hakim a. Penetapan Tersangka
mengabulkan permohonan praperadilan Terkait dengan obyek praperadilan
atas penanganan perkara yang berlarut- berupa uji keabsahan penetapan
larut. Dalam amarnya Hakim tersangka, salah satu yang kontroversial
memerintahkan jaksa segera melimpahkan dan menjadi perbincangan hangat adalah
perkara dengan argumentasi bahwa putusan Penga- dilan Negeri Jakarta
ketidakjelasan proses yang berlangsung Selatan Nomor 04/Pid.
selama bertahun-tahun mengakibatkan Prap/2015/PN.Jkt.Sel. dengan pemohon
ketidakpastian hukum. Budi Gunawan dan dengan termohon

74
Jurnal Mercatoria, 12 (1) Juni 2019: 68-79

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). melakukan gugatan praperadilan atas


Putusan ini menyatakan penetapan tindakan yang dilakukan oleh penyidik
tersangka atas Komjen Budi Gunawan oleh Kepolisian tersebut di atas dikarenakan
KPK adalah tidak sah dan tidak berdasar pemohon merasa dirugikan karena tidak
atas hukum. dapat lagi menggunakan fasilitas umum
b. Pelepasan Police Line atas Fasilitas tersebut.
Umum Dalam putusannya hakim
Sama dengan putusan praperadilan menyatakan bahwa tindakan Kepolisian
yang diuraikan sebelumnya, putusan yang melakukan penyitaan terhadap
Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor ruang-ruang fasilitas penunjang satuan
04/pid.Pra/2013/PN.JKT.BAR dengan rumah susun (fasum) apartemen sipil
pemohon Harjadi Jahja dan Santoso adalah tidak sah dan oleh karenanya
Sitorus dan dengan termohon Kepolisian hakim memerintahkan kepada Kepolisian
Republik Indonesia ini diputus sebelum agar melepas/menyerahkan ruang-ruang
MK memperluas kewenangan fasilitas penunjang satuan rumah susun
praperadilan hingga soal uji keabsahan (fasum) yang menyegel pintu masuk serta
penggeledahan dan penyitaan. Putusan ini mencabut garis polisi penyitaan diruang
memperluas objek praperadilan hingga serbaguna tersebut saat itu juga setelah
soal keabsahan penyitaan dan soal yang putusan dibacakan; terakhir hakim juga
lebih teknis yaitu pemasangan police line. memutuskan untuk mengembalikan
Perkara ini bermula saat Kepolisian kekuasaan, kewenangan atas ruang-ruang
Resort Metro Jakarta Barat melakukan fasilitas penunjang satuan rumah susun
penyitaan dengan memberikan garis polisi apartemen sipil (Fasum) yang dilakukan
(Police Line) di ruang-ruang fasilitas umum penyitaan berupa penyegelan dengan garis
Rumah Susun yang terletak di apartemen polisi di lantai dasar tower (apartemen
Slipi tanpa memberikan lampiran ataupun sipil kepada pemohon dan untuk kembali
salinan apapun termasuk Berita Acara dapat digunakan sebagaimana mestinya
Penyitaan kepada penghuni rumah susun oleh penghuni sebagaimana Undang-
terkait tujuan penyitaan untuk membuat undang yang berlaku.
terang suatu perkara pidana. Selanjutnya Amar putusan praperadilan ini
pemohon sebagai pengurus perhimpunan menun-jukkan bahwa selain hakim
penghuni Rumah Susun Apartemen Slipi memperluas obyek kewenangan

75
Darwin, Analisis Yuridis Putusan Praperadilan dalam Perspektif Sistem Peradilan Pidana

praperadilan dalam hal penyitaan, juga (fasum) yang menyegel pintu masuk serta
memasukkan tindakan pemasangan segel mencabut garis polisi penyitaan diruang
(police line) sebagai tindakan yang dapat serbaguna tersebut saat itu juga setelah
diuji oleh praperadilan. putusan dibacakan; terakhir hakim juga
c. Penyitaan, Penggeledahan dan memutuskan untuk mengembalikan
Pemblokiran Rekening kekuasaan, kewenangan atas ruang-ruang
Perkara ini bermula saat Kepolisian fasilitas penunjang satuan rumah susun
Resort Metro Jakarta Barat melakukan apartemen sipil (Fasum) yang dilakukan
penyitaan dengan memberikan garis polisi penyitaan berupa penyegelan dengan garis
(Police Line) di ruang-ruang fasilitas umum polisi di lantai dasar tower (apartemen
Rumah Susun yang terletak di apartemen sipil kepada pemohon dan untuk kembali
Slipi tanpa memberikan lampiran ataupun dapat digunakan sebagaimana mestinya
salinan apapun termasuk Berita Acara oleh penghuni sebagaimana Undang-
Penyitaan kepada penghuni rumah susun undang yang berlaku.
terkait tujuan penyitaan untuk membuat Dalam Putusan Pengadilan Negeri
terang suatu perkara pidana. Selanjutnya Jakarta Selatan Nomor 32/Pid.Prap/2015/
pemohon sebagai pengurus perhimpunan PN.Jkt.Sel dengan Pemohon Dr. H. Ilham
penghuni Rumah Susun Apartemen Slipi Arief Sirajuddin, MM, dan dengan
melakukan gugatan praperadilan atas termohon Komisi Pembertantasan Korupsi
tindakan yang dilakukan oleh penyidik (KPK) selain memutus tentang keabsahan
Kepolisian tersebut di atas dikarenakan penetapan tersangka, penyitaan dan
pemohon merasa dirugikan karena tidak penggeledahan, hakim memperluas
dapat lagi menggunakan fasilitas umum kewenangan praperadilan hingga dalam
tersebut. hal pengujian keabsahan pemblokiran
Dalam putusannya hakim rekening. Lebih lanjut berikut uraian
menyatakan bahwa tindakan Kepolisian pertimbangannya:
yang melakukan penyitaan terhadap Menimbang bahwa Termohon
ruang-ruang fasilitas penunjang satuan sampai dengan surat Perintah Penyidikan
rumah susun (fasum) apartemen sipil kedua bukti T-6, tidak dapat menunjukan
adalah tidak sah dan oleh karenanya bukti awal yang sah minimal 2 (dua) alat
hakim memerintahkan kepada Kepolisian bukti,
agar melepas/menyerahkan ruang-ruang
fasilitas penunjang satuan rumah susun

76
Jurnal Mercatoria, 12 (1) Juni 2019: 68-79

1. Termohon tidak dapat menunjukkan minimal 2 (dua) alat bukti yang sah sesuai
bukti Berita Acara Pemeriksaan saksi amar putusan MK tersebut di atas. Ketidak
yang ada tanda pro justisianya. absahan penetapan tersangka oleh
2. Termohon tidak dapat mengajukan termohon KPK ini menurut hakim
bukti surat berimplikasi pada apapun tindakan
3. Termohon tidak dapat menunjukkan penyidik.
bukti telah dilakukan pemeriksaan Menimbang bahwa oleh karena
calon tersangka yang ada pro penetapan Pemohon sebagai tersang- ka
justisianya. oleh Termohon dinyatakan tidak sah
4. Termohon tidak dapat menunjukkan maka pemblokiran No. Rekening Bank
telah ditemukan bukti petunjuk bukti Mega Cabang Makasar
adanya petunjuk menurut hukum 085.0020.44433402.267 atas nama
acara tindak pidana korupsi. Pemohon No. Rek
5. Termohon tidak dapat menunjukkan 02.0020.44433402.267.00.99881. Bank
adanya bukti pemeriksaan saksi ahli Sulsel atas nama Pemohon Nomor
yang telah didengar pendapat ahli Rekening 130201204007 dan Bank
yang ada pro justicianya (Putusan Sulawesi selatan atas mana Pemohon
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Rek.130.201.20717.1 Pemohon oleh
Nomor 32/Pid.Prap/2015/PN.Jkt.Sel Termohon yang sehubungan dengan
Perihal Pra Peradilan Ilham Arief perkara ini diyatakan tidak sah.
Sirajuddin). Dari beberapa pertimbangan di
Menimbang bahwa oleh karena atas, nampak jelas bahwa penyitaan dan
penetapan Tersangka tidak memenuhi penggeledahan yang dilakukan oleh
syarat tentang ditemukan 2 alat bukti sah termohon KPK menjadi tidak sah
pada tahap penyidikan maka Pengadilan dikarenakan dasar penyidikan berupa
Negeri berpendapat pene- tapan Pemohon penetapan tersangka tidak dilakukan
sebagai tersangka oleh Pemohon tidak sah berdasarkan 2 (dua) alat bukti yang sah.
menurut hukum. Adapun yang menjadikan kasus ini
Dalam kasus ini nampaknya dasar menarik, hakim juga menyatakan tindakan
hakim menyatakan penetapan tersangka pemblokiran rekening sebagai bagian dari
tidak sah adalah karena termohon KPK upaya paksa yang bisa diuji di lembaga
tidak dapat menunjukan ditemukannya praperadilan. Oleh karenanya, hakim

77
Darwin, Analisis Yuridis Putusan Praperadilan dalam Perspektif Sistem Peradilan Pidana

berpendapat bahwa tindakan upaya paksa sebagai sebuah terobosan yang baik.
berupa pemblokiran dinyatakan tidak sah Namun ketidak jelasan hukum acara
atas dasar ketidakabsahan penetapan praperadilan khusus masalah ini
tersangka. mengakibatkan lembaga praperadilan
dalam proses pembuktiannya berpotensi
SIMPULAN terlalu jauh masuk dan ikut menguji pokok
Sebelum Mahkamah Konstitusi perkara yang harusnya baru diuji di proses
(MK) menjatuhkan putusan Nomor pembuktian di persidangan. Oleh
21/PUU-XII/2014 sejatinya terdapat karenanya, peraturan pemerintah yang
beberapa putusan hakim praperadilan mengatur hukum acara praperadilan
yang juga telah yang memperluas penting untuk segera dibuat.
kewenangan praperadilan dalam Pasal 77
Kitab Undang-Undang Hukum Acara DAFTAR PUSTAKA
Pidana (KUHAP). Perluasan kewenangan Hartono. (2010). Penyidikan dan Penegakan Hukum
Pidana Melalui Pendekatan Hukum Progresif.
ini dapat dipahami sebagai upaya Jakarta: Sinar Grafika.

kekuasaan yudisial dalam melakukan Hamzah, A. (2008). Hukum Acara Pidana Indonesia.
Jakarta: Sinar Grafika.
pengawasan uji keabsahan upaya paksa
yang dilakukan oleh penyidik dan Soekanto, S. (1995). Penelitian Hukum Normatif Suatu
Tinjauan Singkat. Jakarta: Raja Grafindi Persada.
penuntut yang tidak terbatas pada
Kompas, 2015, Putusan Hakim Preseden Buruk,
ketentuan Pasal 1 angka 10 jo. Pasal 77 https://dinginpagi.wordpress.com/2015/02/1
7/putusan-hakim-preseden-buruk/, diunduh
KUHAP. Hakim praperadilan dari beberapa 15 Desember 2017.
putusan yang dianalisis oleh peneliti pada Putusan Nomor 04/Pid.Prap/2015/PN.Jkt.Sel,
bab sebelumnya, nampaknya memandang Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, 16 Februari
2015.
perlu penguatan perlindungan hak azasi
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 21/PUU-
manusia warga negara melalui perluasan XII/2014 perihal Pengujian Materil Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
obyek upaya paksa yang dapat diuji oleh Acara Pidana terhadap UUD
lembaga praperadilan. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 21/PUU-
Perluasan kewenangan XII/2014 perihal Pengujian Materil Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
praperadilan sebagai implikasi dari Acara Pidana terhadap UUD

putusan MK Nomor 21/ PUU-XII/2014 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor
32/Pid.Prap/2015/PN.Jkt.Sel Perihal Pra
yang memberikan kewenangan Peradilan Ilham Arief Sirajuddin.
praperadilan untuk menguji keabsahan
penetapan tersangka dapat dipahami

78

Anda mungkin juga menyukai