DOI: http://dx.doi.org/10.31289/mercatoria.v12i1.2363
Jurnal Mercatoria
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/mercatoria
Abstract
The purpose of this thesis is to find out the extension of pretrial authority outside the Criminal Procedure
Code and the legal consequences of pretrial decisions in the perspective of the criminal justice system. Data
obtained in writing this thesis is done by library research. Literature research is done by searching for
literature (books), papers, and data obtained on the internet or legal materials related to discussions and
legal documentation seeking legislation governing all matters relating to discussion material. The results
of the study explained that before the Constitutional Court (MK) issued a decision Number 21 / PUU-XII /
2014 there were actually several decisions of pretrial judges who had also extended the pretrial authority
in Article 77 of the Criminal Procedure Code. The expansion of pretrial objects has legal consequences
including seizure, search and blocking of accounts, release of police lines on public facilities, determination
of suspects so that pretrial institutions in the process of proof have the potential to go too far and test the
subject matter which should only be tested in the verification process.
Keywords: Pretrial, Interpretation of Judges, Court Decisions.
How to Cite: Darwin. Dahlan. & Suhaimi. (2019). Analisis Yuridis Putusan Praperadilan dalam Perspektif Sistem
Peradilan Pidana. Jurnal Mercatoria. 12 (1): 68-79.
68
Jurnal Mercatoria, 12 (1) Juni 2019: 68-79
69
Darwin, Analisis Yuridis Putusan Praperadilan dalam Perspektif Sistem Peradilan Pidana
70
Jurnal Mercatoria, 12 (1) Juni 2019: 68-79
71
Darwin, Analisis Yuridis Putusan Praperadilan dalam Perspektif Sistem Peradilan Pidana
bahasa Belanda serta penyingkatan uraian wijze bij wet voorzien” atau hukum acara
putusan. Penulis memberikan opini yang pidana dijalankan hanya berdasarkan cara
objektif dengan mengetengahkan yang ditentukan oleh undang-undang
beberapa pendapat guru besar hukum (Hamzah, 2008). Dengan demikan adalah
pidana ternama yang pendapatnya selalu tidak benar hukum acara pidana tidak
menjadi rujukan mahasiswa maupun mengenal asas legalitas.
sarjana hukum, kalangan praktisi hukum, Hakim walaupun di negara modern
serta pendapat pribadi. ini tidak lagi menjadi corong undang-
Pada halaman 226 pertimbangan undang, tetapi hukum acara pidana
putusan berbunyi, “Menimbang, bahwa membatasi secara ketat keinginan-
tentang penerapan asas legalitas dalam keinginan hakim untuk memperluas dan
hukum acara pidana salah satu dasar dan memaksakan diri melawan undang-
alasan dalam mengajukan eksepsi ini tidak undang hukum acara pidana dengan dalih
dapat dibenarkan, karena asas legalitas apapun. Oleh karena itu, penemuan hukum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat di bidang hukum acara pidana menjadi
(1) KUHP hanya berlaku dalam penerapan amat sangat terbatas, jauh lebih terbatas
hukum pidana materil, bahkan dalam dibandingkan dengan hukum pidana itu
perkembangannya dimungkinkan sendiri.
penafsiran dengan pembatasan
sebagaimana.....”. PENAFSIRAN HAKIM
KUHAP juga mencantumkan Menurut Pendapat Lamintang,
perlunya asas legalitas dalam Bab II Pasal “yang dimaksud dengan penafsiran secara
2 dan Bab III Pasal 3. Khususnya dalam ekstensif atau ekstensieve interpretasi
Pasal 3 ditetapkan, “Peradilan dilakukan adalah suatu penafsiran undang-undang
menurut cara yang diatur dalam undang- yang dilakukan dengan cara memperluas
undang ini”. Menurut Prof. Andi Hamzah, arti atau maksud suatu ketentuan undang-
meskipun padanan ketentuan Pasal 3 ini undang, sehingga keluar dari atau maksud
salah susun, tetap saja ketentuan ini yang sebenarnya dari ketentuan undang-
merupakan padanan dari Pasal 1 undang. Lamintang mengutip pendapat
Strafvordering Belanda, yang mengatur guru besar kenamaan, yang pendapatnya
mengenai asas legalitas dalam hukum oleh hampir semua sarjana hukum sering
acara pidana, sebagaimana berbunyi, dikutip, yaitu Paul Scholten, mengenai
“strafvordering heeƒ alleen plaats op de penafsiran secara analogis dengan
72
Jurnal Mercatoria, 12 (1) Juni 2019: 68-79
73
Darwin, Analisis Yuridis Putusan Praperadilan dalam Perspektif Sistem Peradilan Pidana
74
Jurnal Mercatoria, 12 (1) Juni 2019: 68-79
75
Darwin, Analisis Yuridis Putusan Praperadilan dalam Perspektif Sistem Peradilan Pidana
praperadilan dalam hal penyitaan, juga (fasum) yang menyegel pintu masuk serta
memasukkan tindakan pemasangan segel mencabut garis polisi penyitaan diruang
(police line) sebagai tindakan yang dapat serbaguna tersebut saat itu juga setelah
diuji oleh praperadilan. putusan dibacakan; terakhir hakim juga
c. Penyitaan, Penggeledahan dan memutuskan untuk mengembalikan
Pemblokiran Rekening kekuasaan, kewenangan atas ruang-ruang
Perkara ini bermula saat Kepolisian fasilitas penunjang satuan rumah susun
Resort Metro Jakarta Barat melakukan apartemen sipil (Fasum) yang dilakukan
penyitaan dengan memberikan garis polisi penyitaan berupa penyegelan dengan garis
(Police Line) di ruang-ruang fasilitas umum polisi di lantai dasar tower (apartemen
Rumah Susun yang terletak di apartemen sipil kepada pemohon dan untuk kembali
Slipi tanpa memberikan lampiran ataupun dapat digunakan sebagaimana mestinya
salinan apapun termasuk Berita Acara oleh penghuni sebagaimana Undang-
Penyitaan kepada penghuni rumah susun undang yang berlaku.
terkait tujuan penyitaan untuk membuat Dalam Putusan Pengadilan Negeri
terang suatu perkara pidana. Selanjutnya Jakarta Selatan Nomor 32/Pid.Prap/2015/
pemohon sebagai pengurus perhimpunan PN.Jkt.Sel dengan Pemohon Dr. H. Ilham
penghuni Rumah Susun Apartemen Slipi Arief Sirajuddin, MM, dan dengan
melakukan gugatan praperadilan atas termohon Komisi Pembertantasan Korupsi
tindakan yang dilakukan oleh penyidik (KPK) selain memutus tentang keabsahan
Kepolisian tersebut di atas dikarenakan penetapan tersangka, penyitaan dan
pemohon merasa dirugikan karena tidak penggeledahan, hakim memperluas
dapat lagi menggunakan fasilitas umum kewenangan praperadilan hingga dalam
tersebut. hal pengujian keabsahan pemblokiran
Dalam putusannya hakim rekening. Lebih lanjut berikut uraian
menyatakan bahwa tindakan Kepolisian pertimbangannya:
yang melakukan penyitaan terhadap Menimbang bahwa Termohon
ruang-ruang fasilitas penunjang satuan sampai dengan surat Perintah Penyidikan
rumah susun (fasum) apartemen sipil kedua bukti T-6, tidak dapat menunjukan
adalah tidak sah dan oleh karenanya bukti awal yang sah minimal 2 (dua) alat
hakim memerintahkan kepada Kepolisian bukti,
agar melepas/menyerahkan ruang-ruang
fasilitas penunjang satuan rumah susun
76
Jurnal Mercatoria, 12 (1) Juni 2019: 68-79
1. Termohon tidak dapat menunjukkan minimal 2 (dua) alat bukti yang sah sesuai
bukti Berita Acara Pemeriksaan saksi amar putusan MK tersebut di atas. Ketidak
yang ada tanda pro justisianya. absahan penetapan tersangka oleh
2. Termohon tidak dapat mengajukan termohon KPK ini menurut hakim
bukti surat berimplikasi pada apapun tindakan
3. Termohon tidak dapat menunjukkan penyidik.
bukti telah dilakukan pemeriksaan Menimbang bahwa oleh karena
calon tersangka yang ada pro penetapan Pemohon sebagai tersang- ka
justisianya. oleh Termohon dinyatakan tidak sah
4. Termohon tidak dapat menunjukkan maka pemblokiran No. Rekening Bank
telah ditemukan bukti petunjuk bukti Mega Cabang Makasar
adanya petunjuk menurut hukum 085.0020.44433402.267 atas nama
acara tindak pidana korupsi. Pemohon No. Rek
5. Termohon tidak dapat menunjukkan 02.0020.44433402.267.00.99881. Bank
adanya bukti pemeriksaan saksi ahli Sulsel atas nama Pemohon Nomor
yang telah didengar pendapat ahli Rekening 130201204007 dan Bank
yang ada pro justicianya (Putusan Sulawesi selatan atas mana Pemohon
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Rek.130.201.20717.1 Pemohon oleh
Nomor 32/Pid.Prap/2015/PN.Jkt.Sel Termohon yang sehubungan dengan
Perihal Pra Peradilan Ilham Arief perkara ini diyatakan tidak sah.
Sirajuddin). Dari beberapa pertimbangan di
Menimbang bahwa oleh karena atas, nampak jelas bahwa penyitaan dan
penetapan Tersangka tidak memenuhi penggeledahan yang dilakukan oleh
syarat tentang ditemukan 2 alat bukti sah termohon KPK menjadi tidak sah
pada tahap penyidikan maka Pengadilan dikarenakan dasar penyidikan berupa
Negeri berpendapat pene- tapan Pemohon penetapan tersangka tidak dilakukan
sebagai tersangka oleh Pemohon tidak sah berdasarkan 2 (dua) alat bukti yang sah.
menurut hukum. Adapun yang menjadikan kasus ini
Dalam kasus ini nampaknya dasar menarik, hakim juga menyatakan tindakan
hakim menyatakan penetapan tersangka pemblokiran rekening sebagai bagian dari
tidak sah adalah karena termohon KPK upaya paksa yang bisa diuji di lembaga
tidak dapat menunjukan ditemukannya praperadilan. Oleh karenanya, hakim
77
Darwin, Analisis Yuridis Putusan Praperadilan dalam Perspektif Sistem Peradilan Pidana
berpendapat bahwa tindakan upaya paksa sebagai sebuah terobosan yang baik.
berupa pemblokiran dinyatakan tidak sah Namun ketidak jelasan hukum acara
atas dasar ketidakabsahan penetapan praperadilan khusus masalah ini
tersangka. mengakibatkan lembaga praperadilan
dalam proses pembuktiannya berpotensi
SIMPULAN terlalu jauh masuk dan ikut menguji pokok
Sebelum Mahkamah Konstitusi perkara yang harusnya baru diuji di proses
(MK) menjatuhkan putusan Nomor pembuktian di persidangan. Oleh
21/PUU-XII/2014 sejatinya terdapat karenanya, peraturan pemerintah yang
beberapa putusan hakim praperadilan mengatur hukum acara praperadilan
yang juga telah yang memperluas penting untuk segera dibuat.
kewenangan praperadilan dalam Pasal 77
Kitab Undang-Undang Hukum Acara DAFTAR PUSTAKA
Pidana (KUHAP). Perluasan kewenangan Hartono. (2010). Penyidikan dan Penegakan Hukum
Pidana Melalui Pendekatan Hukum Progresif.
ini dapat dipahami sebagai upaya Jakarta: Sinar Grafika.
kekuasaan yudisial dalam melakukan Hamzah, A. (2008). Hukum Acara Pidana Indonesia.
Jakarta: Sinar Grafika.
pengawasan uji keabsahan upaya paksa
yang dilakukan oleh penyidik dan Soekanto, S. (1995). Penelitian Hukum Normatif Suatu
Tinjauan Singkat. Jakarta: Raja Grafindi Persada.
penuntut yang tidak terbatas pada
Kompas, 2015, Putusan Hakim Preseden Buruk,
ketentuan Pasal 1 angka 10 jo. Pasal 77 https://dinginpagi.wordpress.com/2015/02/1
7/putusan-hakim-preseden-buruk/, diunduh
KUHAP. Hakim praperadilan dari beberapa 15 Desember 2017.
putusan yang dianalisis oleh peneliti pada Putusan Nomor 04/Pid.Prap/2015/PN.Jkt.Sel,
bab sebelumnya, nampaknya memandang Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, 16 Februari
2015.
perlu penguatan perlindungan hak azasi
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 21/PUU-
manusia warga negara melalui perluasan XII/2014 perihal Pengujian Materil Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
obyek upaya paksa yang dapat diuji oleh Acara Pidana terhadap UUD
lembaga praperadilan. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 21/PUU-
Perluasan kewenangan XII/2014 perihal Pengujian Materil Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
praperadilan sebagai implikasi dari Acara Pidana terhadap UUD
putusan MK Nomor 21/ PUU-XII/2014 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor
32/Pid.Prap/2015/PN.Jkt.Sel Perihal Pra
yang memberikan kewenangan Peradilan Ilham Arief Sirajuddin.
praperadilan untuk menguji keabsahan
penetapan tersangka dapat dipahami
78