8 Anonim, Undang-undang Hak Azasi Manusia, Citra, 9 Kitab Undang-Undang (KUHPer, KUHP, & KUHAP),
Umbara, Bandung,2000, hlm. 10. Grahamedia Press, hlm. 741
(3) Apabila dalam waktu tiga hari permintaan jika kepentingan pemeriksaan sudah
tersebut belum dikabulkan oleh penyidik, terpenuhi.
tersangka, keluarga atau penasihat hukum (4) Setelah waktu enam puluh hari tersebut,
dapat mengajukan hal itu kepada atasan penyidik harus sudah mengeluarkan
penyidik. tersangka dari tahanan demi hukum”.11
(4) Untuk itu atasan penyidik dapat Pada Pasal 24 di atas mengisyaratkan bahwa
mengabulkan permintaan dengan lama penahanan hanya 20 hari, maka apabila
mempertimbangkan tentang perlu atau untuk kepentingan pemeriksaan belum selesai
tidaknya tersangka itu tetap ditahan atau dapat diperpanjang untuk paling lama 40 hari,
tetap dalam jenis tahanan tertentu. dan tidak menutup kemungkinan dikeluarkan dari
(5) Penyidik atau atasan penyidik sebagaimana tahanan sebelum pemeriksaan selesai, apabila
dimaksud dalam ayat tersebut di atas dapat dalam waktu 60 hari penyidik harus
mengabulkan permintaan dengan atau tanpa menyelesaikan penyidikannya dan mengeluarkan
syarat”.10 tersangka atau tetap ditahan dengan
Pada Pasal 124 jo. Pasal 77 KUHAP tersangka melimpahkan berkas perkara bersama tersangka
atau terdakwa, keluarganya, penasihat atau terdakwa kepada penuntut umum.
hukumnya dapat ajukan praperadilan sebagai Sehubungan dengan paparan di atas, yang
berikut : semata-mata ditunjukam pada posisi atau
“Pengadilan negeri berwenang untuk memeriksa kedudukan seseorang tersangka atau terdakwa,
dan memutus sesuai dengan ketentuan yang amka ini mempunyai kaitan erat dengan masalah
diatur dalam Undang-undang ini, tentang : perbedaan sudut pandang dalam pemeriksaan
a. Sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, tersangka/terdakwa antara lain sistem inquisitor
penghentian penyidikan atau penghentian dan sistem accusatoir.
penuntutan; Mengenai sistem accusitoir, oleh Wirjono
b. Ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi Prodjodikoro diberian penjelasan bahwa:
seorang yang perkara pidananya dihentikan Sistem accusitoir (arti kata : menuduh)
pada tingkat penyidikan atau penuntutan. menganggap seorang tersangka, yaitu pihak yang
Selanjutnya dapat ditambahkan bahwa didakwa, sebagai suatu objek berhadap-hadapan
dalam waktu 1 x 24 jam setelah perintah dengan lain pihak yang mendakwa, yaitu
penahanan tersebut dijalankan ia harus mulai Kepolisian atau Kejaksaan, sedemikian rupa,
diperiksa oleh penyidik. Sesuai bunyi Pasal 22 sehingga kedua belah pihak itu masing-masing
ayat (1) jenis penahannya berupa : mempunyai hak-hak sama nilainya dan Hakim
a. Penahanan rumah tahanan negara berada di atas kedua belah pihak itu untuk
b. Penahanan rumah dan menyelesaikan soal perkara pidana mereka
c. Penahanan kota menurut peraturan Hukum Pidana yang berlalu.12
Adapun Pasal 24 ayat (1), ayat (2), ayat (3) Kedua belah pihak memiliki hak yang sama,
dan ayat (4) berbunyi sebagai berikut : melainkan hak yang sama nilainya. Hak yang
(1) “Perintah penahanan yang diberikan oleh sama nilainya berarti jika di satu pihak para
penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal penegak hukum berwenang melakukan
20, hanya sebagaimana dimaksud dalam penyelidikan, penyidikan dan penuntutan, maka
Pasal 20, hanya berlaku paling lama dua di lain pihak tersangka/terdakwa untuk membela
puluh hari. diri, memiliki nilai yang sama. Nilai yang sama
(2) Jangka waktu sebagaimana tersebut pada yang mengandung arti bahwa wewenang atau
ayat (1) apabila diperlukan guna kepentingan kepentingan penyelidikan, penyidikan dan
pemeriksaan yang belum selesai, dapat penuntutan tidak dapat menyampingkan hak
diperpanjang oleh penuntut umum yang atau kepentingan tersangka/terdakwa untuk
berwenang untuk paling lama empat puluh membela diri.
hari. Selanjutnya, mengenai apa yang
(3) Ketentuan sebagaimana tersebut pada ayat dimaksudkan dengan system inqusitoir diberikan
(1) dan ayat (2) tidak menutup kemungkinan
dikeluarkannya tersangka dari tahanan
11 Ibid, hlm. 173.
sebelum berakhir waktu penahanan tersebut,
12 Yahya M, Harahap, Pembahasan Permasalahan dan
Penerapan KUHAP, Cetakan 15,: Sinar Grafika, Jakarta,
10 Ibid, hlm. 742. 2014, hlm. 274
penjelasan oleh Wirjno Prodjodikoro sebagai hak kepada tersangka atau terdakwa untuk
berikut : menjauhkan kemungkinan terkatung-katungnya
Sistem inquisitoir (arti kata : pemeriksaan) nasib seseorang yang disangka melakukan tindak
menganggap si tersangka sebagai suatu barang, pidana terutama mereka yang dikenakan
suatu objek, yang harus diperiksa wujudnya penahanan, jangan sampai lama tidak mendapat
berhubung dengan suatu pendakwaan. pemeriksaan sehingga dirasakan tidak adanya
Pemeriksaan wujud ini berupa pendengaran si kepastian hukum, adanya perlakuan sewenang-
tersangka tentang dirinya pribadi. Oleh karena wenang dan tidak wajar. 14 Selain itu juga untuk
sudah ada suatu pendakwaan yang sedikit banyak mewujudkan peradilan yang dilakukan dengan
telah diyakini kebenarannya di luar tersangka, sederhana, cepat, dan biaya ringan dapat
maka pendengaran tersangka sudah semestinya terwujud.
merupakan pendorongan kepada tersangka Sehubungan dengan uraian di atas penulis
supaya mengakui saja kesalahannya. Minat melihat bahwa dalam penjelasan Pasal 56 ayat
mendorongnya ke arah suatu pengakuan salah ini (1) pada prinsipnya menyatakan bahwa, asas
biasanya berhubung dengan tabiat pendakwa peradilan yang wajib dilaksanakan secara
sebagai seorang manusia belaka adalah begitulah sederhana cermat dan biaya ringan serta dengan
hebat, sehingga dalam praktek pendorongan ini pertimbangan bahwa mereka yang diancam
berupa penganiayaan terhadap apa tersangka dengan pidana kurang lima tahun tidak dikenakan
(pijnbank toture).13 penahanan kecuali tindak pidana tersebut
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Wirjono termasuk dalam Pasal 21 ayat (4) b, maka bagi
Prodjodikoro, maka dalam sistem inquisitoir ini mereka yang diancam dengan pidana lima tahun
petugas telah memperoleh bukti-bukti atau atau lebih tetapi kurang dari lima belas tahun,
keterangan-keterangan dari orang-orang lain menunjukan penasihat hukumnya disesuaikan
yang sedikit banyak telah diyakini kebenarannya. dengan perkembangan dan keadaan tersedianya
Untuk itu, tersangka/terdakwa dipandang tenaga penasihat hukum di tempat itu. Dengan
sebagai objek pemeriksaan. Hal ini cenderung kata lain bahwa penasihat hukum yang dimaksud
akan mendorong para petugas menekan dapat ditunjuk oleh hakim yang memeriksa dan
tersangka/terdakwa untuk mengaku saja, yang mengadili menyediakan dengan bebas biaya
dapat berakibat terjadinya penganiayaan Hak (biaya ditanggung Negara).
Azasi Manusia. Proses jangka waktu pelaksanaan
penahanan dan penahanan lanjutan ialah sebagai
B. Pelaksanaan Hak Dan Kewajiban Penahanan berikut :
Dan Penahanan Lanjutan Oleh Penyidik Dan 1. Tingkat pemeriksaan yang dilakukan oleh
Pengadilan Menurut KUHAP Dan Hukum Hak penyidik atau penyidik pembantu sesuai
Azasi Manusia dengan apa yang telah disinggung di atas
Oleh karena kesalahan seorang tersangka itu adalah bahwa jangka waktu penahanan untuk
belum dinyatakan terbukti dan karena tersangka kepentingan penyidikan hanya berlaku paling
itu harus dianggap tidak bersalah sampai ia diadili lama 20 hari. Selanjutnya setiap perpanjangan
dan dijatuhi hukuman, maka lama penahanan penahanan hanya dapat diberikan oleh
harus dibatasi secara ketat dan tidak dapat pejabat yang berwenang untuk itu atas dasar
ditawar tawar. alasan atau hasil pemeriksaan yang diajukan
Dalam tingkat pemeriksaan atas kepada penuntut umum dengan jangka waktu
tersangka/terdakwa yang memerlukan jangka 40 hari, sehingga jumlah penahanannya 60
waktu penahanan dan penahanan lanjutan yang hari. Adapun perpanjangan perkaranya dalam
dilakukan oleh penyidik, penyidik pembantu, waktu penahanan yang ditentukan karena
penuntut umum, PN atau Hakim PM yang gangguan fisik atau mental yang menjadi
mengadili dan Banding (PT) atau Hakim kewenangan hakim yang memeriksa atau
Pengadilan Tinggi serta Kasasi (MA) atau Hakim mengadili atau Ketua Pengadilan selama 30
Agung. hari dapat ditambah 30 hari sehingga jumlah
Seperti apa yang tertuang dalam penjelasan seluruh penahanan 120 hari atau tidak boleh
Pasal 50 KUHAP menyatakan bahwa diberikan lebih dari 120 hari.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2000, Undang-undang Hak Azasi
Manusia 1999, Citra Umbara, Bandung.
Anonim, 1984, Kitab Undang-undang Hukum
Acara Pidana (KUHAP) No. 8 tahun 1981.
Aneka Ilmu, Semarang.
Yahya Harahap, 1985, Pembahasan
Permasalahan dan Penerapan KUHAP I,
Pustaka Kartini, Jakarta.
-------,.2014,. Pembahasan Permasalahan dan
Penerapan KUHAP, Cetakan 15,: Sinar
Grafika, Jakarta.
Makarao, Mohammad Taufik dan Suhasril,.
2004,. Hukum Acara Pidana (dalam teori
dan praktek), Ghalia Indonesia, Jakarta
Marwan Effendy. 2005., Kejaksaan Republik
Indonesia, Posisi dan Fungsinya dari
Perspektif Hukum,: PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Moch Faisal Salam,. 2002,. Hukum Acara Pidana
Dalam Teori dan Praktek, Penerbit
Mandar Maju, Bandung.
Nusantara, Abdul Hakim G., et.al, 1986, KUHAP
dan Peraturan-peraturan Pelaksana,
Djambatan, Jakarta.
Prodjodikoro, R. Wirjono, 1981, Hukum Acara
Pidana di Indonesia, Sumur Bandung,
Bandung, cetakan ke-10.
Redaksi PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve, 1989,
Himpunan Peraturan
Perundangundangan Republik Indonesia,
PT Ichtiar Baru-Van Hoeve, Jakarta.
Seno Adji, Oemar, 1976, Hukum (Acara) Pidana
dalam Prospeksi, Erlangga, Jakarta,
cetakan ke-2.
Soesilo R dan M Karjadi, 1986, Kitab Undang-
undang Hukum Acara Pidana dengan
Penjelasan Resmi dan Komentar, Bogor.
Soekanto, Soerjano, dan Mamudji, Sri, 2002,
Penelitian Hukum Normatif, Suatu
Tinjauan Singkat, Raja Grafindo, Persada,
Jakarta.
Tresna, R., 1976, Komentar HIR, Pradnya
Paramita, Jakarta, cetakan ke-16.