Anda di halaman 1dari 9

PEMBERIAN KEWENANGAN DALAM Walaupun harus diakui bahwa menurut KUHAP

PENAHANAN PENYIDIK PENUNTUT UMUM DAN menghilangkan kemerdekaan seseorang tidak


PENGADILAN BERDASARKAN KITAB UNDANG- merupakan suatu keharusan, namun ada kalanya
UNDANG HUKUM ACARA PIDANA 1 demi kepentingan dan dalam usaha menemukan
Oleh : Jastis P. Singal 2 kebenaran yang hakiki pada suatu peristiwa yang
Roy R. Lembong 3 terjadi, kebebasan individu perlu dibatasi.
Hironimus Taroreh 4 Sehubungan dengan hal tersebut, KUHAP perlu
mengusahakan agar adanya keserasian antara
ABSTRAK dua kepentingan yang pokok, yaitu antara
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kepentingan demi ketertiban di satu pihak dan
memahami bentuk dan prosedur penahanan dan kepentingan demi kebebasan bergerak
penahanan lanjutan menurut system Perundang- seseorang, dinilai pihak yang satu sama lain saling
undangan Indonesia serta untuk mengetahui dan berlawanan. Bagaimanapun penahanan yang
memahami bentuk hak dan kewajiban berbenturan dengan Hak Azasi Manusia perlu
penahanan dan penahanan oleh penyidik dan diatur dengan sebaik-baiknya, baik mengenai
pengadilan menurut KUHAP. Metode penelitian aparat yang berwenang yang melakukannya,
yang digunakan adalah penelitian hukum prosedur-prosedurnya, aturan-aturannya, jenis-
normatif atau penelitian hukum kepustakaan. jenisnya, alasan-alasannya, lamanya, serta
Kesimpulan dari penelitian ini adalah : 1. perpanjangannya maupun konsekuensinya.
Penahanan atau penahanan lanjutan terhadap Kaitanya dengan hal itu untuk menghayati
seorang tersangka atau terdakwa jika diduga hak dan kewajibannya serta untuk meningkatkan
keras melakukan tindak pidana dengan bukti pembinaan, maka sikap para pelaksana penegak
yang cukup, laporan polisi dan untuk kepentingan hukum agar sesuai dengan fungsi dan
penyidikan yang dikuatirkan akan melarikan diri, kewenangannya masing-masing sehingga dapat
merusak barang bukti, atau menghilangkan menuju ke arah tegaknya hukum (supremasi
barang bukti serta mengulangi tindak pidana, hal hukum), keadilan, perlindungan terhadap harkat,
ini secara lengkap dapat dilihat pada KUHAP Pasal martabat manusia, ketertiban, serta kepastian
21. 2. Hak dan kewajiban yang berorientasi pada hukum bagi seluruh warga masyarakat khususnya
kepastian hukum yang terjadi dalam pelaksanaan para pencari keadilan.
penahanan dan penahanan lanjutan di tingkat Dalam aspek yuridis atau tinjauan hukum
penyidikan sampai dengan pemeriksaan Kasasi di suatu peraturan Perundang-undangan adalah
Mahkamah Agung telah dipenuhi sesuai dengan merupakan suatu tinjauan atas kajian yang
KUHAP maupun Pengadilan HAM, ini dapat berdasar pada suatu asas, di sini aspek yuridis
dilihat dalam Pasal-pasal yang termaktub dalam merupakan pokok daripada pembahasan yang
KUHAP maupun Undang-undang No. 26 tahun penting, karena pembahasan akan terarah pada
2000 peraturan tertulis “rule” yakni merupakan suatu
Kata Kunci : Kewenangan, Penahanan. rumusan yang kandungannya terdiri dari
“tentang apa yang seharusnya atau yang
PENDAHULUAN seharusnya dilakukan atau diperbuat”. Peraturan
A. Latar Belakang Masalah tertulis yang berbentuk atau berwujud, dapat
Pada dasarnya penahanan terhadap dilihat dalam bentuk suatu peraturan Perundang-
seseorang merupakan masalah yang berbenturan undangan antara lain dalam bentuk suatu
dengan Hak Azasi Manusia, sebab setiap insan Undang-undang, misalnya Undang-undang No.8
mempunyai hak kebebasan bergerak, karena Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, atau
penahanan yang membatasi kebebasan itu yang lebih dikenal dengan KUHAP. Apa yang
merupakan pelanggaran Hak Azasi Manusia. seharusnya atau yang tidak seharusnya dilakukan
Dalam suatu negara, terlebih negara hukum, atau diperbuat acap kali disebut sebagai kaidah
kebebasan bergerak merupakan Hak Azasi yang dalam, dengan demikian suatu peraturan
pokok bagi setiap warga dari negara tersebut. Perundang-undangan terkandung kaidah,
sehingga apa yang di dalam tinjauan hukum
adalah suatu pernyataan mengenai dasar kajian
1 Artikel Skripsi daripada Perundang-undangan yang tertuang
2 Mahasiswa Fakultas Hukum Unsrat, NIM 16071101090
3
dalam rumusan Undang-undang.
Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum
4 Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum
Apabila tidak dirumuskan ke dalam suatu Sebagai contoh dalam Pasal 21 (1) KUHAP
peraturan atau Undang-undang, maka tinjauan termaktub bahwa :
hukum hanyalah dapat disimpulkan dalam kajian “Perintah penahanan atau penahanan
filosofis sosiologis dan antropologis maupun lanjutan dilakukan terhadap seorang tersangka
dapat diketahui dengan cara mengkaji secara atau terdakwa yang diduga keras melakukan
historis atau secara dalam pembentukan suatu tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup,
peraturan Perundang-undangan (Undang- dalam hal adanya keadaan yang menimbulkan
undang). kekhawatiran bahwa tersangka atau terdakwa
Dalam tinjauan hukum khususnya dalam akan melarikan diri, merusak, atau
KUHAP yang dapat predikat suatu karya besar di menghilangkan barang bukti dan atau
era orde baru adalah dalam Bab V, penangkapan, mengulangi tindak pidana”. 6
penahanan, penggeledahan badan, pemasukan Menurut Pasal dalam KUHAP ini, penahanan
rumah, penyitaan, dan pemeriksaan suap, bagian dapat dilakukan apabila tersangka atau terdakwa
kedua yakni “penahanan”. diduga keras melakukan tindak Pidana
Dengan perubahan Undang-undang 1945 berdasarkan bukti yang cukup, jadi tersangka
sekalipun tidak mengatur secara rinci atau terdakwa diduga keras melakukan tindak
perlindungan terhadap Hak Azasi Manusia, Pidana, sehingga perlu adanya dugaan keras
namun dalam penjabarannya melalui Undang- sebagai pelaku tindak Pidana. Dugaan keras
undang No. 4 Tahun 2004 tentang ketentuan- pelaku tindak pidana berarti ada indikasi dugaan
ketentuan pokok kekuasaan Kehakiman dalam keras bahwa yang bersangkutan bersalah.
Pasal 8, menyebutkan bahwa : Dengan demikian dari paparan di atas dapat
“Setiap orang yang disangka, ditangkap, diartikan bahwa apa yang dikatakan praduga tak
ditahan, dituntut, dan/atau dihadapkan di depan bersalah sebagai tidak bersalah dan harus diduga
pengadilan wajib dianggap tidak bersalah keras sebagai bersalah agar dapat dilakukan atau
sebelum ada putusan pengadilan yang diperintah penahanan atau penahanan lanjutan.
menyatakan kesalahannya dan telah Dengan apa yang telah dipaparkan di atas, maka
5
memperoleh kekuatan hukum tetap”. penulis tertarik dan hendak membahas secara
Dari rumusan di atas dapat ditindak lanjuti ilmiah yang dituangkan dalam karya ilmiah yang
denga apa yang terkandung dalam Undang- berbentuk skripsi dengan judul “Pemberian
undang No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan Kewenangan Dalam Penahanan Penyidik
Hak Azasi Manusia Bab IV, Hukum Acara, bagian Kepolisian dan Pengadilan Berdasarkan Kitab
ketiga penahanan dari Pasal 12 sampai dengan Undang-Undang Hukum Acara Pidana”.
Pasal 17.
Dari kajian Hukum, Hak Azasi Manusia yang B. Rumusan Masalah
berasas pada kemanusiaan yang dilengkapi 1. Bagaimanakah bentuk dan prosedur
dengan harkat, martabat manusia, keadilan, penahanan dan penahanan lanjutan menurut
perlindungan dan kepastian hukum dalam rangka system Perundang-undangan Indonesia ?
supremasi hukum, maka dapat ditinjau atau dikaji 2. Bagaimanakah bentuk hak dan kewajiban
lebih jauh dalam KUHAP terutama Pasal-pasal penahanan dan penahanan lanjutan oleh
yang berkenaan dengan penahanan, misalnya penyidik dan pengadilan menurut KUHAP ?
Pasal 14 huruf c memberikan perpanjangan
penahanan, melakukan penahanan atau E. Metode Penelitian
penahanan lanjutan dan/atau mengubah status Metode penelitian yang digunakan ialah
tahanan setelah penahanannya dilimpahkan oleh penelitian hukum normatif atau penelitian
penyidik. hukum kepustakaan.7
Dari segi perintah penahanan atau
penahanan lanjutan dapat menimbulkan suatu
pertanyaan adalah apakah boleh/dapat seorang
ditahan yang hanya “praduga tak bersalah”.

6 CV Aneka Ilmu, Kitab Undang-undang Hukum Acara


Pidana,. Semarang,1984. hlm.133.
5 Soesilo dan Karjadi, Kitab Undang-undang Hukum Acara 7 Soekanto Soerjono,dan Mamudji Sri, Penelitian Hukum
Pidana Dengan Penjelasan Resmi dan Komentarnya,1986, Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, Rajagrafindo, Persada,
hlm 33. Jakarta, 2001.
PEMBAHASAN (1) “Perintah penahanan atau penahanan
A. Bentuk Dan Prosedur Penahanan Dan lanjutan dilakukan terhadap seorang
Penahanan Lanjutan Oleh Penyidik Dan tersangka atau terdakwa yang diduga keras
Pengadilan melakukan tindak pidana berdasarkan bukti
Masalah penahan adalah merupakan yang cukup, dalam hal adanya keadaan yang
persoalan yang paling esensial dalam sejarah menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka
kehidupan manusia. Artinya penahanan dengan atau terdakwa akan melarikan diri, merusak
sendirinya menyangkut nilai dan makna sebagai atau menghilangkan barang bukti dan atau
berikut : mengulangi tindak pidana.
1. Perampasan kebebasan dan kemerdekaan (2) Penahanan atau penahanan lanjutan
orang yang ditahan. dilakukan oleh penyidik atau penuntut umum
2. Menyangkut nilai-nilai perikemanusiaan dan terhadap tersangka atau terdakwa dengan
harkat martabat manusia. memberikan surat perintah penahanan atau
3. Menyangkut nama baik dan pencemaran penetapan hakim yang mencantumkan
atas kehormatan pribadi. identitas tersangka atau terdakwa dan
Tegasnya setiap penahanan dengan menyebutkan alasan penahanan serta uraian
sendirinya menyangkut pembatasan dan singkat perkara kejahatan yang
pencabutan sementara sebagian dari Hak-hak dipersangkakan atau didakwakan serta
Azasi Manusia. Oleh karena itu guna tempat ia ditahan.
menyelamatkan manusia dari perampasan dan (3) Tembusan surat perintah penahanan atau
pembatasan hak-hak asasinya secara tanpa sadar, penahanan lanjutan atau penetapan hakim
pembuat Undang-undang telah merumuskan sebagaimana dimaksud dalam ayat (20) harus
beberapa ketentuan sebagai upaya hukum yang diberikan kepada keluarganya”.
dapat memperkecil bahaya perampasan hak asasi Dan sebagaimana diatur dalam Pasal 31 ayat
secara sewenang-wenang. (1) dan ayat (2) sebagai berikut :
Dalam UU NO. 39 tahun 1999 tentang Hak (1) “Atas permintaan tersangka atau terdakwa,
Azasi Manusia Pasal 18 (1) ditentukan bahwa : penyidik atau penuntut umum atau hakim
“Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan sesuai dengan kewenangan masing-masing
dan dituntut karena disangka melakukan sesuatu dapat mengadakan penangguhan penahanan
tindak pidana berhak dianggap tidak bersalah, dengan atau tanpa jaminan uang atau
sampai dibuktikan kesalahannya secara sah jaminan orang, berdasarkan syarat yang
dalam suatu siding pengadilan dan diberikan ditentukan”.
segala jaminan hukum yang diperlukan untuk (2) Karena jabatannya penyidik atau penuntut
pembelaannya, sesuai dengan ketentuan umum atau hakim sewaktuwaktu dapat
Peraturan Perundang-undangan”.8 mencabut penangguhan penahanan dalam
Dari uraian di atas penulis ada perbedaan, hal tersangka atau terdakwa melanggar
namun pada prinsipnya sama yaitu bahwa setiap syarat sebagaimana dimaksud dalam ayat
orang yang ditahan dianggap tidak bersalah (1)”.9
sebelum ada putusan pengadilan yang Selanjutnya dalam Pasal 13 KUHAP
menyatakan kesalahannya dan mendapat tersangka, keluarganya, penasihat hukumnya
kekuatan hukum yang tetap. dapat ajukan keberatan bunyinya sebagai
Adapun atas perintah penyidik, perintah berikut:
penahanan atau penahanan lanjutan terhadap (1) “Tersangka, keluarga atau penasihat hukum
seorang tersangka atau terdakwa yang diduga dapat mengajukan keberatan atas penahanan
keras melakukan tindak pidana dengan bukti yang jenis penahanan tersangka kepada
yang cukup, laporan polisi dan untuk kepentingan penyidik yang melakukan penahan itu.
penyidikan yang dikuatirkan akan melarikan diri, (2) Untuk itu penyidik dapat mengabulkan
merusak barang bukti, atau menghilangkan permintaan tersebut dengan
barang bukti serta mengulangi tindak pidana, hal mempertimbangkan tentang perlu atau
ini secara lengkap dapat dilihat pada KUHAP Pasal tidaknya tersangka itu tetap ditahan atau
21 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) sebagai berikut : tetap ada dalam jenis penahanan tertentu.

8 Anonim, Undang-undang Hak Azasi Manusia, Citra, 9 Kitab Undang-Undang (KUHPer, KUHP, & KUHAP),
Umbara, Bandung,2000, hlm. 10. Grahamedia Press, hlm. 741
(3) Apabila dalam waktu tiga hari permintaan jika kepentingan pemeriksaan sudah
tersebut belum dikabulkan oleh penyidik, terpenuhi.
tersangka, keluarga atau penasihat hukum (4) Setelah waktu enam puluh hari tersebut,
dapat mengajukan hal itu kepada atasan penyidik harus sudah mengeluarkan
penyidik. tersangka dari tahanan demi hukum”.11
(4) Untuk itu atasan penyidik dapat Pada Pasal 24 di atas mengisyaratkan bahwa
mengabulkan permintaan dengan lama penahanan hanya 20 hari, maka apabila
mempertimbangkan tentang perlu atau untuk kepentingan pemeriksaan belum selesai
tidaknya tersangka itu tetap ditahan atau dapat diperpanjang untuk paling lama 40 hari,
tetap dalam jenis tahanan tertentu. dan tidak menutup kemungkinan dikeluarkan dari
(5) Penyidik atau atasan penyidik sebagaimana tahanan sebelum pemeriksaan selesai, apabila
dimaksud dalam ayat tersebut di atas dapat dalam waktu 60 hari penyidik harus
mengabulkan permintaan dengan atau tanpa menyelesaikan penyidikannya dan mengeluarkan
syarat”.10 tersangka atau tetap ditahan dengan
Pada Pasal 124 jo. Pasal 77 KUHAP tersangka melimpahkan berkas perkara bersama tersangka
atau terdakwa, keluarganya, penasihat atau terdakwa kepada penuntut umum.
hukumnya dapat ajukan praperadilan sebagai Sehubungan dengan paparan di atas, yang
berikut : semata-mata ditunjukam pada posisi atau
“Pengadilan negeri berwenang untuk memeriksa kedudukan seseorang tersangka atau terdakwa,
dan memutus sesuai dengan ketentuan yang amka ini mempunyai kaitan erat dengan masalah
diatur dalam Undang-undang ini, tentang : perbedaan sudut pandang dalam pemeriksaan
a. Sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, tersangka/terdakwa antara lain sistem inquisitor
penghentian penyidikan atau penghentian dan sistem accusatoir.
penuntutan; Mengenai sistem accusitoir, oleh Wirjono
b. Ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi Prodjodikoro diberian penjelasan bahwa:
seorang yang perkara pidananya dihentikan Sistem accusitoir (arti kata : menuduh)
pada tingkat penyidikan atau penuntutan. menganggap seorang tersangka, yaitu pihak yang
Selanjutnya dapat ditambahkan bahwa didakwa, sebagai suatu objek berhadap-hadapan
dalam waktu 1 x 24 jam setelah perintah dengan lain pihak yang mendakwa, yaitu
penahanan tersebut dijalankan ia harus mulai Kepolisian atau Kejaksaan, sedemikian rupa,
diperiksa oleh penyidik. Sesuai bunyi Pasal 22 sehingga kedua belah pihak itu masing-masing
ayat (1) jenis penahannya berupa : mempunyai hak-hak sama nilainya dan Hakim
a. Penahanan rumah tahanan negara berada di atas kedua belah pihak itu untuk
b. Penahanan rumah dan menyelesaikan soal perkara pidana mereka
c. Penahanan kota menurut peraturan Hukum Pidana yang berlalu.12
Adapun Pasal 24 ayat (1), ayat (2), ayat (3) Kedua belah pihak memiliki hak yang sama,
dan ayat (4) berbunyi sebagai berikut : melainkan hak yang sama nilainya. Hak yang
(1) “Perintah penahanan yang diberikan oleh sama nilainya berarti jika di satu pihak para
penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal penegak hukum berwenang melakukan
20, hanya sebagaimana dimaksud dalam penyelidikan, penyidikan dan penuntutan, maka
Pasal 20, hanya berlaku paling lama dua di lain pihak tersangka/terdakwa untuk membela
puluh hari. diri, memiliki nilai yang sama. Nilai yang sama
(2) Jangka waktu sebagaimana tersebut pada yang mengandung arti bahwa wewenang atau
ayat (1) apabila diperlukan guna kepentingan kepentingan penyelidikan, penyidikan dan
pemeriksaan yang belum selesai, dapat penuntutan tidak dapat menyampingkan hak
diperpanjang oleh penuntut umum yang atau kepentingan tersangka/terdakwa untuk
berwenang untuk paling lama empat puluh membela diri.
hari. Selanjutnya, mengenai apa yang
(3) Ketentuan sebagaimana tersebut pada ayat dimaksudkan dengan system inqusitoir diberikan
(1) dan ayat (2) tidak menutup kemungkinan
dikeluarkannya tersangka dari tahanan
11 Ibid, hlm. 173.
sebelum berakhir waktu penahanan tersebut,
12 Yahya M, Harahap, Pembahasan Permasalahan dan
Penerapan KUHAP, Cetakan 15,: Sinar Grafika, Jakarta,
10 Ibid, hlm. 742. 2014, hlm. 274
penjelasan oleh Wirjno Prodjodikoro sebagai hak kepada tersangka atau terdakwa untuk
berikut : menjauhkan kemungkinan terkatung-katungnya
Sistem inquisitoir (arti kata : pemeriksaan) nasib seseorang yang disangka melakukan tindak
menganggap si tersangka sebagai suatu barang, pidana terutama mereka yang dikenakan
suatu objek, yang harus diperiksa wujudnya penahanan, jangan sampai lama tidak mendapat
berhubung dengan suatu pendakwaan. pemeriksaan sehingga dirasakan tidak adanya
Pemeriksaan wujud ini berupa pendengaran si kepastian hukum, adanya perlakuan sewenang-
tersangka tentang dirinya pribadi. Oleh karena wenang dan tidak wajar. 14 Selain itu juga untuk
sudah ada suatu pendakwaan yang sedikit banyak mewujudkan peradilan yang dilakukan dengan
telah diyakini kebenarannya di luar tersangka, sederhana, cepat, dan biaya ringan dapat
maka pendengaran tersangka sudah semestinya terwujud.
merupakan pendorongan kepada tersangka Sehubungan dengan uraian di atas penulis
supaya mengakui saja kesalahannya. Minat melihat bahwa dalam penjelasan Pasal 56 ayat
mendorongnya ke arah suatu pengakuan salah ini (1) pada prinsipnya menyatakan bahwa, asas
biasanya berhubung dengan tabiat pendakwa peradilan yang wajib dilaksanakan secara
sebagai seorang manusia belaka adalah begitulah sederhana cermat dan biaya ringan serta dengan
hebat, sehingga dalam praktek pendorongan ini pertimbangan bahwa mereka yang diancam
berupa penganiayaan terhadap apa tersangka dengan pidana kurang lima tahun tidak dikenakan
(pijnbank toture).13 penahanan kecuali tindak pidana tersebut
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Wirjono termasuk dalam Pasal 21 ayat (4) b, maka bagi
Prodjodikoro, maka dalam sistem inquisitoir ini mereka yang diancam dengan pidana lima tahun
petugas telah memperoleh bukti-bukti atau atau lebih tetapi kurang dari lima belas tahun,
keterangan-keterangan dari orang-orang lain menunjukan penasihat hukumnya disesuaikan
yang sedikit banyak telah diyakini kebenarannya. dengan perkembangan dan keadaan tersedianya
Untuk itu, tersangka/terdakwa dipandang tenaga penasihat hukum di tempat itu. Dengan
sebagai objek pemeriksaan. Hal ini cenderung kata lain bahwa penasihat hukum yang dimaksud
akan mendorong para petugas menekan dapat ditunjuk oleh hakim yang memeriksa dan
tersangka/terdakwa untuk mengaku saja, yang mengadili menyediakan dengan bebas biaya
dapat berakibat terjadinya penganiayaan Hak (biaya ditanggung Negara).
Azasi Manusia. Proses jangka waktu pelaksanaan
penahanan dan penahanan lanjutan ialah sebagai
B. Pelaksanaan Hak Dan Kewajiban Penahanan berikut :
Dan Penahanan Lanjutan Oleh Penyidik Dan 1. Tingkat pemeriksaan yang dilakukan oleh
Pengadilan Menurut KUHAP Dan Hukum Hak penyidik atau penyidik pembantu sesuai
Azasi Manusia dengan apa yang telah disinggung di atas
Oleh karena kesalahan seorang tersangka itu adalah bahwa jangka waktu penahanan untuk
belum dinyatakan terbukti dan karena tersangka kepentingan penyidikan hanya berlaku paling
itu harus dianggap tidak bersalah sampai ia diadili lama 20 hari. Selanjutnya setiap perpanjangan
dan dijatuhi hukuman, maka lama penahanan penahanan hanya dapat diberikan oleh
harus dibatasi secara ketat dan tidak dapat pejabat yang berwenang untuk itu atas dasar
ditawar tawar. alasan atau hasil pemeriksaan yang diajukan
Dalam tingkat pemeriksaan atas kepada penuntut umum dengan jangka waktu
tersangka/terdakwa yang memerlukan jangka 40 hari, sehingga jumlah penahanannya 60
waktu penahanan dan penahanan lanjutan yang hari. Adapun perpanjangan perkaranya dalam
dilakukan oleh penyidik, penyidik pembantu, waktu penahanan yang ditentukan karena
penuntut umum, PN atau Hakim PM yang gangguan fisik atau mental yang menjadi
mengadili dan Banding (PT) atau Hakim kewenangan hakim yang memeriksa atau
Pengadilan Tinggi serta Kasasi (MA) atau Hakim mengadili atau Ketua Pengadilan selama 30
Agung. hari dapat ditambah 30 hari sehingga jumlah
Seperti apa yang tertuang dalam penjelasan seluruh penahanan 120 hari atau tidak boleh
Pasal 50 KUHAP menyatakan bahwa diberikan lebih dari 120 hari.

13 Moch Faisal Salam, Hukum Acara Pidana Dalam Teori dan


Praktek,, Penerbit Mandar Maju, Bandung, 2002, hlm 186 14 Ibid, hlm 188
2. Tingkat pemeriksaan yang dilakukan oleh perpanjangan penahanan untuk kepentingan
Penuntut Umum (Jaksa) seperti apa yang pemeriksaan yang belum dapat diselesaikan
tertuang dalam Pasal 25 ayat (1) hanya dalam waktu penahanan yang diajukan oleh
berlaku 20 hari, selanjutnya setiap Ketua Mahkamah Agung (MA) 30 hari
perpanjangan penahanan hanya dapat ditambah 30 hari, sehingga jumlah seluruh
diberikan oleh pejabat yang berwenang untuk penahanan 150 hari.
itu atas dasar alasan dan resume hasil 5. Tingkat pemeriksaan kasasi Mahkamah Agung
pemeriksaan yang diajukan kepadanya yaitu (MA) atau Hakim Agung, seperti apa yang
Ketua Pengadilan Negeri selama 30 hari, tertera dalam Pasal 28 ayat (1) menyebutkan
sehingga jumlah penahanannya 50 hari. Hakim Mahkamah Agung yang mengadili
Apabila masih diperlukan penahanan atau perkara sebagaimana dimaksud dalam Pasal
perpanjangan penahanan untuk kepentingan 88 KUHAP guna kepentingan pemeriksaan
pemeriksaan Ketua PN yang diajukan atau kasasi berwenang mengeluarkan surat
belum dapat diselesaikan dalam waktu perintah penahanan untuk paling lama 50
penahanan yang dituangkan 30 hari dapat hari. Selanjutnya dalam Pasal 28 ayat (2)
ditambah lagi 30 hari, sehingga jumlah KUHAP bahwa perpanjangan penahanan
seluruhnya lama penahanan 110 hari. hanya dapat diberikan oleh pejabat yang
3. Tingkat pemeriksaan yang dilakukan oleh PN berwenang dalam hal ini adalah Ketua MA
atau hakim yang memeriksa dan mengadili paling lama 60 hari.
seperti apa yang tertuang dalam pasal 26 ayat Apabila diperlukan guna kepentingan
(1) KUHAP, Hakim PN yang mengadili perkara pemeriksaan lanjutan, sehingga jumlah
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 84, penahanan 110 hari. Menurut Pasal 29 ayat
guna kepentingan pemeriksaan berwenang (1) KUHAP apabila masih dipandang perlu
mengeluarkan surat perintah penahanan penahanan atau perpanjangan penahanan
paling lama 30 hari. Selanjutnya dalam pasal untuk kepentingan pemeriksaan yang belum
26 ayat (2) KUHAP perpanjangan penahanan dapat diselesaikan dalam waktu penahanan
hanya diberikan pejabat yang berwenang yang diajukan oleh Ketua MA 30 hari
dalam hal ini Ketua Pengadilan (PN), apa bila ditambah 30 hari sehingga jumlah seluruh
ini diperlukan guna kepentingan pemeriksaan penahanan 170 hari.
paling lama 60 hari, sehingga jumlah Dengan demikian jumlah penahanan untuk
penahanannya 90 hari. Menurut pasal 29 ayat seluruh penahanan dari tingkat penyidikan
(1) KUHAP apabila masih di pandang perlu sampai pada tingkat pemeriksaan Kasasi
penahanan atau perpanjangan penahanan maksimal 400 hari dan jumlah perpanjangan
untuk kepentingan yang belum dapat penahanan dari tingkat pemeriksaan penyidik
diselesaikan dalam waktu penahanan yang sampai dengan tingkat Kasasi maksimal 30
dilakukan oleh Ketua Pengadilan Tinggi (PT) 30 hari, sehingga untuk seluruhnya penahanan
hari ditambah 30 hari, sehingga jumlah yang terdiri dari jumlah penahanan dan
seluruh penahanannya 150 hari. jumlah perpanjangan penahanan maksimal
4. Tingkat pemeriksaan (PT) atau Hakim PT 700 hari.15
seperti apa yang termaktub dalam Pasal 27 Adapun proses pemeriksaan suatu
ayat (1) KUHAP, Hakim Pengadilan Tinggi yang perkara pidana dari tingkat pemeriksaan yang
mengadili perkara sebagaimana dimaksud dilakukan oleh penyidik sampai tingkat
dalam Pasal 87 KUHAP, bahwa kepentingan pemeriksaan Kasasi harus selesai dalam waktu
pemeriksaan banding berwenang 700 hari, dalam pengertian suatu pemeriksaan
mengeluarkan surat perintah penahanan perkara pidana yang dimaksud sudah mendapat
untuk paling lama 30 hari, selanjutnya dalam kepastian hukum dengan putusan tetap menurut
Pasal 27 ayat (2) bahwa perpanjangan hukum. Proses penahanan dan jangka waktu
penahanan hanya dapat diberikan oleh penahanan maupun penahanan lanjutan dapat
pejabat yang berwenang dalam hal ini Ketua dilihat pada lampiran.
Pengadilan Tinggi 60 hari, apabila diperlukan
guna kepentingan pemeriksaan lanjutan
sehingga jumlah penahanan 90 hari. Menurut
15 Makarao, Mohammad Taufik dan Suhasril,. 2004,. Hukum
Pasal 29 ayat (1) KUHAP apabila masih
Acara Pidana (dalam teori dan praktek), Ghalia Indonesia,
dipandang perlu penahanan atau Jakarta, hlm 194
Dalam pelaksanaan penahanan dan Dengan demikian proses pemeriksaan suatu
penahanan lanjutan di atas penulis paparkan perkara yang berkenaan dengan Hak Azasi
sebagai pembanding seperti apa yang tertera Manusia dari tingkat pemeriksaan penyidikan
dalam pelaksanaan penahanan lanjutan menurut sampai tingkat pemeriksaan Kasasi harus selesai
Undang-undang No. 26 tahun 2000 tentang dalam waktu 610 hari. Dalam waktu ini, perkara
Peradilan Hak Azasi Manusia pada bagian ketiga Hak Azasi Manusia yang dimaksud sudah harus
yang memuat penahanan, di sini Jaksa Agung mendapat kepastian hukum dengan putusan tang
sebagai penyidik dan penuntut umum berwenang tetap menurut hakim.
melakukan penahanan dan penahanan lanjutan. Untuk jelasnya dapat dilihat dalam Pasal
Penahanan untuk kepentingan penyidikan dapat demi Pasal sebagai berikut 16:
dilakukan paling lama 90 hari. Hal ini dapat 1. Jaksa Agung sebagai penyidik dan penuntut
diperpanjang untuk paling lama 90 hari oleh umum berwenang melakukan penahanan
Ketua Pengadilan HAM, selanjutnya untuk atau penahanan lanjutan untuk kepentingan
kepentingan penyidikan yang belum selesai maka penyidikan dan penuntutan. Pasal 12 ayat (1).
penahanan dapat diperpanjang 60 hari oleh Hakim Pengadilan HAM dengan
Ketua Pengadilan HAM sehingga jumlah penetapannya berwenang melakukan
penahanan dan penahanan lanjutan 240 hari penahanan untuk kepentingan pemeriksaan,
Pasal 13 ayat (1), (2) dan (3). di sidang pengadilan. Pasal 12 ayat (2).
Dalam penahanan untuk kepentingan Perintah penahanan atau penahanan
penuntutan dapat dilakukan paling lama 30 hari lanjutan dilakukan terhadap tersangka atau
dan untuk kepentingan penuntutan maupun terdakwa yang diduga keras melakukan
pemeriksaan dapat diperpanjang 20 hari oleh pelanggaran Hak Azasi Manusia yang berat
Ketua Pengadilan HAM dan apabila dalam berdasarkan bukti yang cukup, dalam hal
penuntutan serta pemeriksaan belum selesai terdapat keadaan yang menimbulkan
maka Ketua Pengadilan HAM dapat kekhawatiran bahwa tersangka atau
memperpanjang penahanan paling lama 20 hari terdakwa melarikan diri, merusak atau
sehingga dalam tingkat ini penahanan dan menghilangkan barang bukti, dan atau
penahanan lanjutan seluruhnya 70 hari Pasal 14 mengulangi pelanggaran Hak Azasi Manusia
ayat (1), (2), dan (3). yang berat, Pasal 12 ayat (3).
Dalam tingkat pemeriksaan di sidang 2. Penahanan untuk kepentingan penyidikan
Pengadilan HAM penahanan dapat dilakukan dapat dilakukan paling lama 90 (Sembilan
selama 90 hari dan apabila pemeriksaan di siding puluh) hari, Pasal 13 ayat (1).
pengadilan belum selesai, maka dapat dilakukan Jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam
penahanan perpanjangan 30 hari oleh Ketua ayat (1) dapat diperpanjang untuk waktu
Pengadilan HAM sehingga jumlah penahanan dan paling lama 90 (Sembilan puluh) hari oleh
penahanan lanjutan 120 hari Pasal 15 ayat (1) Ketua Pengadilan HAM sesuai dengan daerah
dan (2). hukumnya, Pasal 13 ayat (2).
Pada tingkat pemeriksaan banding di Dalam hal jangka waktu sebagaimana
Pengadilan Tinggi, penahanan dapat dilakukan dimaksud dalam ayat (2) habis dan
paling lambat 60 hari untuk kepentingan penyidikan belum dapat diselesaikan, maka
pemeriksaan banding seperti dimaksud di atas, penahanan dapat diperpanjang paling lama
maka penahanan dapat dilakukan paling lama 30 60 (enam puluh) hari oleh Ketua Pengadilan
hari oleh Ketua Pengadilan Tinggi sehingga Hak Azasi Manusia sesuai dengan daerah
jumlah penahanan dan penahanan lanjutan hukumnya, Pasal 13 ayat (3).
dalam pemeriksaan banding selama 90 hari Pasal 3. Penahahan untuk kepentingan penuntutan
16 ayat (1) dan (2). dapat dilakukan paling lama 30 (tiga puluh)
Dalam tingkat pemeriksaan terakhir yakni hari, Pasal 14 ayat (1).
pemeriksaan Kasasi di Mahkamah Agung paling Jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam
lama 60 hari, untuk kepentingan pemeriksaan ayat (1) dapat diperpanjang untuk waktu
Kasasi Mahkamah Agung dapat dilakukan paling lama 20 (dua puluh) hari oleh Ketua
perpanjangan penahanan paling lama 30 hari,
sehingga jumlah penahanan dan penahanan
16 Marwan Effendy. 2005., Kejaksaan Republik Indonesia,
lanjutan di tingkat pemeriksaan Kasasi selama 90
Posisi dan Fungsinya dari Perspektif Hukum,: PT. Gramedia
hari Pasal17 ayat (1) dan (2). Pustaka Utama, Jakarta., hlm 210
Pengadilan HAM sesuai dengan daerah kekhawatiran bahwa tersangka atau
hukumnya, Pasal 14 ayat (2). terdakwa akan melarikan diri, merusak
Dalam hal jangka waktu, sebagaimana atau menghilangkan barang bukti dan
dimaksud dalam ayat (2) habis dan atau mengulangi tindak pidana.
penuntutan belum dapat diselesaikan, maka (2) Penahanan atau penahanan lanjutan
penahanan dapat diperpanjang paling lama dilakukan oleh penyidik atau penuntut
20 (dua puluh) hari oleh Ketua Pengadilan umum terhadap tersangka atau terdakwa
HAM sesuai dengan daerah hukumnya, Pasal dengan memberikan surat perintah
14 ayat (3). penahanan atau penetapan hakim yang
4. Penahanan untuk kepentingan pemeriksaan mencantumkan identitas tersangka atau
di sidang Pengadilan HAM dapat dilakukan terdakwa dan menyebutkan alasan
paling lama 90 (Sembilan puluh) hari, Pasal penahanan serta uraian singkat perkara
15 ayat (1). kejahatan yang dipersangkakan atau
Jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam didakwakan serta tempat ia ditahan.
ayat (1) dapat diperpanjang untuk waktu (3) Tembusan surat perintah penahanan
paling lama 30 (tiga puluh) hari oleh Ketua atau penahanan lanjutan atau penetapan
Pengadilan HAM sesuai dengan daerah hakim sebagaimana dimaksud dalam ayat
hukumnya, Pasal 15 ayat (2). (20) harus diberikan kepada
5. Jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam keluarganya”.
ayat (1) dapat diperpanjang untuk paling 2. Hak dan kewajiban yang berorientasi pada
lama 60 (enam puluh) hari, Pasal 16 ayat (1). kepastian hukum yang terjadi dalam
Jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam pelaksanaan penahanan dan penahanan
ayat (1) dapat diperpanjang untuk paling lanjutan di tingkat penyidikan sampai dengan
lama 30 (tiga puluh) hari oleh Ketua pemeriksaan Kasasi di Mahkamah Agung
Pengadilan Tinggi sesuai dengan daerah telah dipenuhi sesuai dengan KUHAP maupun
hukumnya, Pasal 16 ayat (2). Pengadilan HAM, ini dapat dilihat dalam
6. Penahanan untuk kepentingan pemeriksaan Pasal-pasal yang termaktub dalam KUHAP
Kasasi di Mahkamah Agung dapat dilakukan maupun Undang-undang No. 26 tahun 2000
paling lama 60 (enam puluh) hari, Pasal 17 yang menegaskan bahwa penahanan dan
ayat (1). penahanan lanjutan sesuai dengan tingkat
Jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam pemeriksaan, surat perintah penahanan dan
ayat (1) dapat diperpanjang untuk waktu penahanan lanjutan disampaikan kepada
paling lama 30 (tiga puluh) hari oleh Ketua tersangka atau terdakwa, atau keluarganya
Mahkamah Agung, Pasal 17 ayat (2). maupun penasihat hukumnya, merupakan
kewajiban penyidik atau pengadilan dan
PENUTUP tersangka atau terdakwa meminta
A. Kesimpulan perkaranya segera diperiksa, mencari/
1. Penahanan atau penahanan lanjutan menghubungi penasihat hukumnya/
terhadap seorang tersangka atau terdakwa pengacara, dokter, juru bahasa maupun
jika diduga keras melakukan tindak pidana keluarganya untuk kepentingannya. Dalam
dengan bukti yang cukup, laporan polisi dan UU NO. 39 tahun 1999 tentang Hak Azasi
untuk kepentingan penyidikan yang Manusia Pasal 18 (1) ditentukan bahwa:
dikuatirkan akan melarikan diri, merusak “Setiap orang yang disangka, ditangkap,
barang bukti, atau menghilangkan barang ditahan dan dituntut karena disangka
bukti serta mengulangi tindak pidana, hal ini melakukan sesuatu tindak pidana berhak
secara lengkap dapat dilihat pada KUHAP dianggap tidak bersalah, sampai dibuktikan
Pasal 21 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) sebagai kesalahannya secara sah dalam suatu siding
berikut : pengadilan dan diberikan segala jaminan
(1) “Perintah penahanan atau penahanan hukum yang diperlukan untuk
lanjutan dilakukan terhadap seorang pembelaannya, sesuai dengan ketentuan
tersangka atau terdakwa yang diduga Peraturan Perundang-undangan”
keras melakukan tindak pidana
berdasarkan bukti yang cukup, dalam hal
adanya keadaan yang menimbulkan
B. Saran
Dari uraian-uraian di atas, penulis
mengemukakan saran sebagai berikut: Bahwa
pada dasarnya penahanan harus dipersiapkan
dengan teliti dan dilaksanakan secara cermat dan
bertanggung jawab berdasarkan alat bukti yang
telah dikumpulkan terlebih dahulu agar
penahanan tidak menjadi suatu hal yang sia-sia
dan dapat merugikan nasib tersangka.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2000, Undang-undang Hak Azasi
Manusia 1999, Citra Umbara, Bandung.
Anonim, 1984, Kitab Undang-undang Hukum
Acara Pidana (KUHAP) No. 8 tahun 1981.
Aneka Ilmu, Semarang.
Yahya Harahap, 1985, Pembahasan
Permasalahan dan Penerapan KUHAP I,
Pustaka Kartini, Jakarta.
-------,.2014,. Pembahasan Permasalahan dan
Penerapan KUHAP, Cetakan 15,: Sinar
Grafika, Jakarta.
Makarao, Mohammad Taufik dan Suhasril,.
2004,. Hukum Acara Pidana (dalam teori
dan praktek), Ghalia Indonesia, Jakarta
Marwan Effendy. 2005., Kejaksaan Republik
Indonesia, Posisi dan Fungsinya dari
Perspektif Hukum,: PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Moch Faisal Salam,. 2002,. Hukum Acara Pidana
Dalam Teori dan Praktek, Penerbit
Mandar Maju, Bandung.
Nusantara, Abdul Hakim G., et.al, 1986, KUHAP
dan Peraturan-peraturan Pelaksana,
Djambatan, Jakarta.
Prodjodikoro, R. Wirjono, 1981, Hukum Acara
Pidana di Indonesia, Sumur Bandung,
Bandung, cetakan ke-10.
Redaksi PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve, 1989,
Himpunan Peraturan
Perundangundangan Republik Indonesia,
PT Ichtiar Baru-Van Hoeve, Jakarta.
Seno Adji, Oemar, 1976, Hukum (Acara) Pidana
dalam Prospeksi, Erlangga, Jakarta,
cetakan ke-2.
Soesilo R dan M Karjadi, 1986, Kitab Undang-
undang Hukum Acara Pidana dengan
Penjelasan Resmi dan Komentar, Bogor.
Soekanto, Soerjano, dan Mamudji, Sri, 2002,
Penelitian Hukum Normatif, Suatu
Tinjauan Singkat, Raja Grafindo, Persada,
Jakarta.
Tresna, R., 1976, Komentar HIR, Pradnya
Paramita, Jakarta, cetakan ke-16.

Anda mungkin juga menyukai