Anda di halaman 1dari 8

Lex Administratum, Vol. VI/No.

1/Jan-Mar/2018

TINJAUAN KONSTITUSIONAl PASAL 27 AYAT ditempatkan sebagaimana mestinya sesuai


(1) UUD 1945 TENTANG PERSAMAAN dengan harkat dan martabatnya sebagai
KEDUDUKAN DI DEPAN HUKUM PADA PROSES manusia, sehingga jelas Undang-Undang Dasar
PENANGKAPAN BAGI SESEORANG YANG (UUD) 1945 Pasal 27 ayat (1) menyatakan,
DIDUGA MELAKUKAN TINDAK PIDANA1 “Bahwasanya segala warga negara mempunyai
Oleh: Yerobeam Saribu2 hak yang sama dalam hukum dan
Dosen Pembimbing: pemerintahan wajib menjunjung tinggi hukum
Pro.Dr. Telly Sumbu, SH,MH dan pemerintahan itu dengan tidak ada
Dr. Rodrigo F. Elias, SH,MH. kecualinya. Hak Asasi Manusia adalah hak
asasi/ hak kodrat/ hak mutlak milik umat
ABSTRAK manusia, yang dimiliki umat manusia sejak lahir
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk sampai meninggal dunia.
mengetahui bagaimana proses penangkapan Kata kunci: Tinjauan Konstitusional, Persamaan
dan pemeriksaan terhadap tersangka atau Kedudukan Di Depan Hukum, Penangkapan
orang yang di duga melakukan tindak pidana Bagi Seseorang, Melakukan Tindak Pidana
dan bagaimana perlindungan hukum terhadap
hak-hak tersangka atau orang yang diduga PENDAHULUAN
melakukan tindak pidana dalam proses A. Latar Belakang Masalah
penangkapan ditinjau dari Pasal 27 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
Undang-Undang Dasar 1945. Dengan (KUHAP) ditegaskan bahwa seseorang yang
menggunakan metode penelitian yuridis diduga atau disangka terlibat dalam suatu
normatif disimpulkan: 1. Dalam melakukan tindak pidana, tetap mempunyai hak-hak yang
penangkapan terhadap sesorang yang diduga wajib di junjung tinggi dan dilindungi. KUHAP
sebagai pelaku pidana, ada aturan-aturan atau telah memberikan perlindungan hak-hak
unsur yang harus diperhatikan oleh penegak tersangka dengan menempatkan seseorang
hukum. Sebab semua warga mendapatkan yang telah disangka melakukan tindak pidana,
perlakuan yang sama dimata hukum, kedudukanya dianggap sama dengan orang lain
Persamaan hak dan kedudukan serta kewajiban menurut hukum. Dengan adanya perlindungan
di hadapan hukum, artinya tidak ada perbedaan dan pengakuan hak-hak yang melekat pada diri
di hadapan hukum baik tersangka, terdakwa tersangka, maka dapat memberikan jaminan
dan aparat penegak hukum adalah sama-sama yang menghindarkan tersangka dari tindakan
warga Negara yang memiliki hak, kedudukan, sewenang-wenang penyidik dalam proses
dan kewajibannya yang sama di depan hukum, penangkapan.3
yakni sama-sama bertujuan mencari dan Selama proses pemeriksaan berlangsung
mewujudkan kebenaran dan keadilan. Dan dari proses penyelidikan di kepolisian sampai
siapa pun yang melakukan pelanggran hukum proses pemeriksaan dalam sidang di
akan mendapat perlakuan yang sama tanpa pengadilan, seseorang yang disangka atau
perbedaan (Equal treatment or equal dealing). didakwa melakukan sesuatu tindak pidana
Peraturan hukum yang di terapkan pada dilindungi oleh hukum sebagaimana diatur
seseorang mesti diterapkan kepada orang lain dalam Pasal 50 sampai Pasal 68 KUHAP,
dalam kasus yang sama tanpa membedakan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
pangkat, golongan, agama, dan Kekuasaan Kehakiman yang merupakan salah
kedudukan.Inilah salah satu prinsip penegakkan satu sumber hukum acara pidana, terdapat
hukum yang diamanatkan oleh (KUHAP), yang suatu asas fundamental yang sangat berkaitan
merupakan salah satu mata rantai Hak Asasi dengan hak-hak tersangka yaitu asas praduga
Manusia (HAM), yakni: (Equality before the tak bersalah yang berbunyi; “Setiap orang yang
law). 2. Berdasarkan asas tersebut di atas telah disangka, ditangkap, dituntut, dan atau
jelas bahwa seseorang yang di sangka atau dihadapkan di muka pengadilan wajib dianggap
didakwa melakukan suatu tindak pidana wajib tidak bersalah sebelum diadakan putusan yang
menyatakan kesalahannya dan telah
1
Artikel Skripsi
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM.
3
14071101445 Ibid.

46
Lex Administratum, Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

memperoleh kekuatan hukum tetap”. melakukan tindak pidana dalam proses


Berdasarkan asas ini jelas bahwa seseorang penangkapan ditinjau dari Pasal 27 ayat (1)
yang di sangka atau didakwa melakukan suatu Undang-Undang Dasar 1945?
tindak pidana wajib ditempatkan sebagaimana
mestinya sesuai dengan harkat dan C. Metodologi Penelitian
martabatnya sebagai manusia.4 Metodologi penelitian dalam penulisan
Hak Asasi Manusia adalah hak asasi/ hak skripsi ini menggunakan metode penelitian
kodrat/ hak mutlak milik umat manusia, yang hukum normatif.
dimiliki uamat manusia sejak lahir sampai
meninggal dunia. Sedangkan di dalam PEMBAHASAN
pelaksanaannya didampingi kewajiban dan A. Proses Penangkapan Dan Pemeriksaan
bertanggung jawab, dalam beberapa ketentuan Terhadap Tersangka Atau Orang Yang
hukum yang berlaku, seseorang sebelum Diduga Melakukan Tindak Pidana.
lahirpun dapat diberi atau mempunyai hak Penangkapan, wewenang yang telah di
tertentu, demikian juga setelah mati, setiap berikan kepada penyidik oleh Undang-Undang
warga Negara Indonesia yang berurusan untuk mengurangi atau membatasi kebebasan
dengan aparat penegak hukum, baik yang dan hak asasi seseorang, yaitu berhak untuk
menegakkan hukum maupun yang melanggar menangkap dan menahan seseorang.
hukum harus melaksanakan dan merealisasikan Wewenang pengurangan kebebasan dan hak
asas tersebut dalam kehidupan berbangsa dan asasi seseorang itu harus tetap berpijak pada
bernegara. Karena pentingnya penghormatan landasan-landasan prinsip hukum yang
dan perlindungan hak asasi manusia (HAM) menjamin terperiharanya harkat dan martabat
itulah, maka PBB menetapkannya, antara lain; kemanusiaan seseorang serta tetap
Hak atas kedudukan yang sama di dalam hukum berpedoman pada landasan orientasi
atau hak asasi manusia untuk mendapatkan keseimbangan antar perlindungan kepentingan
perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan tersangka pada satu pihak, kepentingan
hukum, seperti halnya yang terdapat dalam, masyarakat serta penegakan ketertiban hukum
Pasal 7 yang menyatakan; sekalian orang pada pihak lain.5 Jadi tindakan penyelidik atau
adalah sama terhadap undang-undang dan penyidik yang bertujuan untuk menguragi
berhak atas perlindungan hukum yang sama kebebasan dan pembatasan hak asasi
dengan tak ada perbedaan, Pasal 26 yang seseorang adalah tindakan yang benar-benar
menyatakan, semua orang adalah sama diletakan pada proporsi demi untuk
terhadap hukum dan berhak atas perlindungan kepentingan pemeriksaan yang diperlukan.
hukum yang sama tanpa diskriminasi”. Penangkapan merupakan bagian dari bentuk
Berkaitan dengan hal tersebut, maka penulis upanya paksa yang diatur di dalam KUHAP yang
merasa tertarik untuk menulis Skripsi Tentang pelaksanaannya diberikan batasan yang bersifat
“Tinjauan Konstitusional Pasal 27 ayat (1) UUD mencengah agar pengunaannya tidak
NRI 1945 Tentang Persamaan Kedudukan Di mengesampingkan hak asasi manusia atau
Depan Hukum Pada Proses Penangkapan Bagi (HAM) namun tetap dalam kurun
Seseorang Yang Diduga Melakukan Tindak keseimbangan antara kepentingan individu dan
Pidana”. kepentingan masyarakat, antara kepentingan
tersangka dan kepentingan pemeriksaan.
B. Rumusan Masalah Dalam KUHAP diatur tentang dasar hukum
1. Bagaimana proses penangkapan dan penangkapan yaitu haru adanya dugaan keras
pemeriksaan terhadap tersangka atau berdasarkan bukti yang cukup bahwa seseorang
orang yang di duga melakukan tindak melakukan perbuatan pidana yang diancam
pidana? dengan pidana lima tahun ke atas, kecuali
2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap perbuatan pidana tertentu yang ditentukan lain
hak-hak tersangka atau orang yang diduga oleh Undang-Undang. Disamping itu, harus pula

4
Erni Widhayanti, 1998, Hak-Hak Tersangka /
Terdakawa di Dalam KUHAP,
5
Yogyakarta; Liberty, hal.34. Yahya Harahap, Op. Cit. hal. 126..

47
Lex Administratum, Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

ada dasar lain yaitu dasar yang dilandasi atas ada kepada penyidik atau penyidik
keperluan. pembantu yang terdekat.
Masalah penangkapan diatur dalam KUHAP, 3. Tembusan surat perinta penangkapan
yaitu Bab V, bagian Kesatu mulai Pasal 16 sebagaimana dimaksud dalam KUHAP
sampai dengan Pasal 19 yang telah yaitu harus diberikan kepada
menetapkan tentang kententuan tata cara keluarganya segera setelah
tindakan penangkapan. 6 Menurut Pasal 1 ayat penangkapan dilakukan.
(20) KUHAP, bahwa yang dimaksud dengan 4. Penangkapan hanya dapat dilakukan
penangkapan adalah suatu tindakan penyidik paling lama satu hari (24) jam.8
berupa pengekangan sementara waktu Pemeriksaan, pembicaraan tata cara
kebebasan tersangka atau terdakwa apabila pemeriksaan di fokuskan sepanjang hal yang
terdapat cukup bukti guna kepentingan menyangkut persoalan hukum. Titik pangkal
penyidikan atau penuntutan atau peradilan pemeriksaan di hadapan penyidik ialah
dalam hal serta menurut cara yang diatur tersangka, dari tersangkalah diperoleh
dalam Undang-Undang ini. keterangan tentang peristiwa pidana yang
Menurut Pasal 17 KUHAP, bahwa seseorang sedang diperiksa. Akan tetapi, sekalipun
dapat ditangkap atau perintah penangkapan, tersangka yang menjadi titik tolak pemeriksaan,
apabila terhadap seorang yang diduga keras tehadapnya harus diberlakukan asas akusatur,
melakukan tindak pidana berdasarkan bukti di mana tersangka harus di tempatkan pada
permulaan yang cukup.7 Demikian pula kedudukan manusia yang memiliki harkat dan
menurut Pasal 19 ayat (2) KUHAP, bahwa martabat. Dia dinilai sebagai subjek, bukan
terhadap tersangka pelaku pelanggaran tidak sebagai objek, yang diperhatikan bukan
diadakan penangkapan, kecuali dalam hal ia manusia tersangka.
telah dipangil secara sah dua kali berturut-turut
tidak memenuhi pangilan itu tanpa alasan yang B. Perlindungan Hukum Terhadap Hak-Hak
sah. Pembahasan tentang penangkapan sangat Tersangka Atau Orang Yang Diduga
penting yang terkait erat dengan bukti Melakukan Tindak Pidana Dalam Proses
permulaan sebagaimana dimaksud Pasal 17 Penangkapan ditinjau Dari Pasal 27 Ayat
KUHAP. Menurut Pasal 18 KUHAP, bahwa untuk (1).
melakukan penangkapan, maka yang perlu Asas quality Before The Law merupakan
diperhatikan adalah: salah satu konsep Negara hukum selain
1. Pelaksanaan tugas penangkapan supermasi hukum dan hak asasi manusia.
dilakukan oleh petugas Kepolisian Dalam pelaksanaannya di Indonesia peraturan
Negara Republik Indonesia dengan pelaksana terhadap hak-hak asasi manusia
memperlihatkan surat tugas serta tertuang dalam Undang-Undang Nomor 39
memberikan kepada tersangka surat Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
perintah penangkapan yang Kedudukan yang sama dalam hukum
mencamtumkan identitas tersangka sebagaimana disebutkan dalam Pasal 27 ayat
(Nama lengkap, umur, pekerjaan, (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
agama, dan alamat tempat tinggal dan Indonesia Tahun 1945 yaitu meliputi hukum
menyebutkan alasan penangkapan serta privat dan hukum publik.
uraian singkat perkara kejahatan yang Tujuan utama adanya Quality Before The
dipersangkakan serta tempat ia Law adalah menegakkan keadilan dimana
diperiksa. persamaan kedudukan dengan tidak
2. Dalam hal tertangkap tangan membedakan siapapun yang meminta keadilan
penangkapan dilakukan tanpa surat yang sebenar-benarnya ditegakkan dengan
perintah, dengan ketentuan bahwa menghindari terjadinya diskriminasi. Berikut
penangkap harus segera menyerahkan si beberapa peraturan perundang-undangan yang
tertangkap beserta barang bukti yang didalamnya terdapat ketentuan semua orang

6
Ibid.
7 8
Ibid, hal. 127. Ibid, hal. 132.

48
Lex Administratum, Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

sama kedudukannya sama di dalam hukum Advokat dan Undang-undang lainnya, didalam
yaitu: pertimbangan huruf a KUHAP atau
a. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 menyebutkan bahwa “Negara Republik
Tentang Kekuasaan Kehakiman, Indonesia adalah negara hukum berdasarkan
khususnya Pasal 4. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang
b. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 menjunjung tinggi hak asasi manusia serta yang
Tentang Hukum Acara Pidana tersurat menjamin segala warga negara bersamaan
didalam bagian menimbang huruf a dan kedudukannya di dalam hukum dan
penjelasan umum butir 3 huruf a. pemerintahan dan wajib menjunjung hukum
c. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 dan pemerintahan itu dengan tidak ada
Tentang Hak Asasi Manusia Pasal 3 ayat kecualinya”.10
(2). Ketentuan diatas memperjelas bahwa
d. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 negara menjamin perlindungan hak warga
Tentang Pengadilan Hak Asasi tersirat negara tanpa ada kecualinya.
dalam Pasal 10. KUHAP sebagai pedoman pengatur Acara
Kesamaan kedudukan di hadapan hukum Pidana Nasional, wajib didasarkan pada
berarti setiap warga Negara harus diperlakukan falsafah/ pandangan hidup bangsa dan dasar
adil oleh aparat penegak hukum dan negara, maka sudah seharusnyalah didalam
pemerintah baik itu dalam proses ketentuan materi pasal atau ayat tercermin
penangkapan, pemeriksaan maupun penyidikan perlindungan terhadap hak asasi manusia serta
dengan memperhatikan hak-hak tersangka atau kewajiban warga negara. Asas yang mengatur
orang yang diduga melakukan tindak pidana. perlindungan terhadap keluhuran harkat serta
Hak warga negara dilindungi oleh negara martabat manusia telah diletakkan didalam
baik warga negara dalam status tersangka, Undang-undang nomor 48 tahun 2009 tentang
terdakwa, terpidana ataupun sebagai warga Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan
negara yang bebas, dan tidak membedakan Kehakiman yang harus ditegakkan dengan
jenis kelamin, umur, suku agama dan lain-lain. KUHAP.
9
. Selain didalam UUD 1945, perlindungan Adapun asas tersebut antara lain adalah :
terhadap hak warga negara dijamin didalam a. Pengadilan mengadili menurut hukum
Undang-undang Noml. 9 Tahun 1999 tentang dengan tidak membeda-bedakan orang.
Hak Asasi Manusia dan Undang-undang Nomor b. Pengadilan membantu pencari keadilan
8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana dan berusaha mengatasi segala
selanjutnya dikenal dengan Kitab Undang- hambatan dan rintangan untuk dapat
Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) serta tercapainya peradilan yang sederhana,
beberapa Undang-undang lain yang relevan. cepat, dan biaya ringan.
Tulisan ini akan membahas mengenai hak c. Tidak seorang pun dapat dihadapkan di
warga negara yang diatur didalam KUHAP. depan pengadilan selain daripada yang
Tulisan ini akan lebih fokus kepada ditentukan oleh undang-undang.11
perlindungan terhadap hak warga negara yang d. Tidak seorang pun dapat dijatuhi pidana,
terlibat didalam peristiwa pidana, baik itu kecuali apabila pengadilan, karena alat
sebagai tersangka, terdakwa, terpidana dan pembuktian yang sah menurut
juga perlindungan terhadap hak saksi atau undang-undang, mendapat keyakinan
korban tindak pidana. bahwa seseorang yang dianggap dapat
Disamping itu tulisan ini akan mengutip hak- bertanggung jawab, telah bersalah atas
hak warga negara yang sedang menjalani perbuatan yang didakwakan atas dirinya.
proses peradilan pidana yang diatur oleh e. Tidak seorang pun dapat dikenakan
Undang-undang lain selain KUHAP yang penangkapan, penahanan,
relevan, misalnya Undang-Undang Nomor 48
Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, 10
KoentjoroPurbopranoto, Hak Azasi Manusia dan
Undang-Undang Nomor 18 tahun 2003 tentang Pancasila, ( Jakarta: Pratnya Paramita,1960) hal. 169
11
Barada Nawawi Arief, Polisi Sebagai Penegak Hukum
9
Erni Widhayanti, 1998, Hak-Hak Tersangka / Terdakawa Masalah-Masalah Hukum, Semarang: Undip, 1998 hal.
di Dalam KUHAP, Yogyakarta; Liberty, hal.34. 17.

49
Lex Administratum, Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

penggeledahan, dan penyitaan, selain penasehat hukum selama dalam waktu dan
atas perintah tertulis oleh kekuasaan pada setiap tingkat pemeriksaan (pasal 54
yang sah dalam hal dan menurut cara KUHAP).Selain itu seorang tersangka atau
yang diatur dalam undang-undang. terdakwa berhak memilih sendiri penasehat
f. Setiap orang yang disangka, ditangkap, hukumnya (pasal 55 KUHAP), bagi tersangka
ditahan, dituntut, dan/atau dihadapkan atau terdakwa yang disangka atau didakwa
di depan pengadilan wajib dianggap tidak melakukan tindak pidana yang diancam dengan
bersalah sebelum ada putusan pidana mati atau ancaman pidana lima belas
pengadilan yang menyatakan tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak
kesalahannya dan telah memperoleh mampu yang diancam dengan pidana lima
kekuatan hukum tetap. tahun atau lebih yang tidak mempunyai
g. Setiap orang yang ditangkap, ditahan, penasihat hukum sendiri, pejabat yang
dituntut, atau diadili tanpa alasan bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan
berdasarkan undang-undang atau karena dalam proses peradilan wajib menunjuk
kekeliruan mengenai orangnya atau penasihat hukum bagi mereka. (pasal 56 ayat
hukum yang diterapkannya, berhak (1) KUHAP).
menuntut ganti kerugian dan Pemberian bantuan hukum oleh penasehat
rehabilitasi.12 hukum tersebut diberikan kepada tersangka
h. Warga negara yang menjadi tersangka atau atau terdakwa secara cuma-cuma (pasal 56
terdakwa dalam proses peradilan pidana ayat (2) KUHAP). Jika tersangka atau terdakwa
tidak lagi dipandang sebagai “obyek” tetapi dalam proses peradilan pidana dikenakan
sebagai “subyek” yang mempunyai hak dan penahanan, maka dia berhak untuk
kewajiban dapat menuntut ganti rugi atau menghubungi penasehat hukumnya ( Pasal 57
rehabilitasi apabila petugas salah tangkap, KUHAP ayat (1) KUHAP). Selain itu berdasarkan
salah tahan, salah tuntut dan salah hukum. ketentuan Undang-Undang Nomor 48 tahun
Tulisan ini akan membahas mengenai hak 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman, setiap
warga negara yang diatur didalam KUHAP. orang yang tersangkut perkara berhak
Tulisan ini akan lebih fokus kepada mendapatkan bantuan hukum. Bantuan hukum
perlindungan terhadap hak warga negara yang dalam pasal ini diberikan oleh seorang
terlibat didalam peristiwa pidana, baik itu penasehat hukum atau saat ini lebih dikenal
sebagai tersangka, terdakwa, terpidana dan dengan “advokat”. Dan menurut ketentuan
juga perlindungan terhadap hak saksi atau pasal 38 Undang-Undang Nomor 4 tahun 2004
korban tindak pidana, disamping itu tulisan ini Tentang Kekuasaan Kehakiman, seorang
akan mengutip hak-hak warga negara yang tersangka sejak saat dilakukan penangkapan
sedang menjalani proses peradilan pidana yang dan/ atau penahanan berhak menghubungi dan
diatur oleh Undang-undang lain selain KUHAP meminta bantuan advokat.14
yang relevan, misalnya Undang-Undang Nomor Definisi penangkapan menurut pasal 1 butir
48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, 20 KUHAP adalah “suatu tindakan penyidik
Undang-Undang Nomor 18 tahun 2003 tentang berupa pengekangan sementara waktu
Advokat dan Undang-Undang lainnya.13 kebebasan tersangka atau terdakwa apabila
Warga negara yang menjadi tersangka terdapat cukup bukti guna kepentingan
berhak untuk didampingi oleh Penasehat penyidikan atau penuntutan dan atau
Hukum, untuk kepentingan pembelaan dalam peradilan.
proses peradilan pidana seorang warga negara Jangka waktu penangkapan hanya berlaku
yang menjadi tersangka berhak mendapatkan paling lama untuk jangka waktu 1 hari (24 jam).
bantuan hukum dari seorang atau lebih Sebelum dilakukan suatu penangkapan oleh
pihak kepolisian maka terdapat syarat materiil
dan syarat formil yang harus dipenuhi terlebih
12
Kusnardi Bintan Saragih, Susunan Pembagian dahulu, yang dimaksud dengan syarat materiil
Kekuasaan Menurut Sistem UUD 1945 Jakarta; Gramedia,
1978. hal. 27.
adalah adanya suatu bukti permulaan yang
13
RM Surachman dan Andi Hamzah, Asas-asas Hukum
Pidana, Rinekacipta, Jakarta, 2008,
14
hal.45. Ibid.

50
Lex Administratum, Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

cukup bahwa terdapat suatu tindak pidana. Menurut Rapat Kerja MAKEHJAPOL tanggal
Sedangkan syarat formil adalah adanya surat 21 Maret 1984
tugas, surat perintah penangkapan serta Bukti permulaan yang cukup seyogyanya
tembusannya. Apabila dalam waktu lebih dari 1 minimal: Laporan Polisi ditambah salah satu
x 24 jam, tersangka tetap diperiksa dan tidak alat bukti lainnya (Din Muhamad, S.H.1987 :
ada surat perintah untuk melakukan 12).
penahanan, maka tersangka berhak untuk Adapun pihak yang berwenang berhak
segera dilepaskan. melakukan penangkapan menurut KUHAP
Perintah penangkapan menurut ketentuan yaitu:
pasal 17 KUHAP dilakukan terhadap seorang a. Pejabat polisi Negara RI yang minimal
yang diduga keras melakukan tindak pidana berpangkat inspektur Dua (Ipda).
berdasarkan bukti permulaan yang cukup. b. Pejabat pegawai negeri sipil yang diberi
Berdasarkan penjelasan pasal 17 KUHAP, wewenang khusus Undang-Undang yang
definsi dari “bukti permulaan yang cukup”ialah sekurang-kurangnya berpangkat
bukti permulaan untuk menduga adanya tindak Pengatur Muda Tingkat I (Golongan II/b
pidana sesuai dengan ketentuan pasal 1 butir atau yang disamakan dengan itu).
.Pasal ini menunjukan bahwa perintah Penyidik pembantu, yaitu :
penagkapan tidak dapat dilakukan dengan a. Pejabat kepolisian Negara RI dengan
sewenang-wenang, tetapi ditujukan kepada pangkat minimal brigadier dua (Bripda).
mereka yang betul-betul melakukan tindak b. Pejabat pegawai negeri sipil di
pidana, disamping itu ada pendapat lain lingkungan kepolisian Negara RI yang
mengenai “bukti permulaan yang cukup” , yaitu minimal berpangkat Pengatur Muda
menurut Darwan Prints SH, dalam bukunya Golongan II/a atau yang disamakan
Hukum Acara Pidana dalam praktek, bukti dengan itu, kecuali tertangkap tangan
permulaan yang cukup adalah : melakukan tindak pidana, warga negara
Menurut Surat Keputusan Kapolri SK No. berhak menolak penangkapan atas
Pol. SKEEP/04/I/1982. dirinya yang dilakukan oleh pihak diluar
Kapolri dalam surat keputusannya No. ketentuan diatas.17
Pol.SKEEP/04/I1982,tanggal 18 Februari Warga negara yang diduga sebagai
menentukan bahwa, bukti permulaan yang tersangka dalam peristiwa pidana berhak
cukup itu adalah bukti yang merupakan melihat dan meminta surat tugas dan surat
keterangan dan data yang terkandung di dalam perintah penangkapan terhadap dirinya. Hal ini
dua di antara: sebagaimana ketentuan Pasal 18 ayat (1)
a. Laporan Polisi; KUHAP yang menyatakan :
b. Berita Acara Pemeriksaan di TKP; “Pelaksanaan tugas penangkapan. dilakukan
c. Laporan Hasil Penyelidikan; oleh petugas kepolisian negara Republik
d. Keterangan Saksi/ saksi ahli; dan Indonesia dengan memperlihatkan surat tugas
15
e. Barang Bukti. serta memberikan kepada tersangka surat
Bukti permulaan yang cukup dalam rumusan perintah penangkapan yang mencantumkan
pasal 17 KUHAP itu harus diartikan sebagai identitas tersangka dan menyebutkan alasan
bukti-bukti minimal, berupa alat-alat bukti penangkapan serta uraian singkat perkara
seperti dimaksud dalam Pasal 184 (1) KUHAP, kejahatan yang dipersangkakan serta tempat ia
yang dapat menjamin bahwa Penyidik tidak diperiksa”.
akan menjadi terpaksa untuk menghentikan Saat dilakukan penangkapan terhadap
penyidikannya terhadap seseorang yang tersangka, tersangka berhak bebas dari segala
disangka melakukan tindak pidana setelah tindakan penyiksaan ataupun intimidasi dalam
terhadap orang tersebut dilakukan bentuk apapun dari aparat yang
penangkapan.16 menangkapnya.
Keluarga tersangka berhak untuk mendapat
15
Ibid. hal. 46.
tembusan surat perintah penangkapan
16
Sofyan Lubis, Hak Tersangka sebelum Pemeriksaan.
Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2001,
17
hal. 64-65. Ibid.

51
Lex Administratum, Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1)


KUHAP, segera setelah penangkapan terhadap B. Saran
tersangka dilakukan. 1. Sebagai Negara hukum salah satu unsur
mutlak yang harus ada adalah
PENUTUP pemenuhan hak-hak dasar (Basic right)
A. Kesimpulan dan adanya perlidungan hak asasi
1. Dalam melakukan penangkapan terhadap manusia (HAM), jaminan perlindungan
sesorang yang diduga sebagai pelaku hak asasi manusia dalam konstitusi
pidana, ada aturan-aturan atau unsur sebagai hukum tertinggi bermakana
yang harus diperhatikan oleh penegak bahwa Negara pun dilarang melakukan
hukum. Sebab semua warga pelanggaran hak asasi manusia dan
mendapatkan perlakuan yang sama bahkan tugas utama perlindungan hak
dimata hukum, Persamaan hak dan asasi manusia adalah Negara sebagai
kedudukan serta kewajiban di hadapan pemegang kekuasaan tertinggi adalah
hukum, artinya tidak ada perbedaan di untuk memenuhi dan melindungi hak
hadapan hukum baik tersangka, asasi manusia (HAM), sebagaimana hak
terdakwa dan aparat penegak hukum konstitusional yang dijamin berdasarkan
adalah sama-sama warga Negara yang Undang-Undang Dasar Negara republik
memiliki hak, kedudukan, dan Indonesina tahun 1945, oleh karena itu
kewajibannya yang sama di depan setiap orang harus diperlakukan dengan
hukum, yakni sama-sama bertujuan adil tanpa diskriminasi dalam perlakuan
mencari dan mewujudkan kebenaran dan dan perlindungan hukum, baik tersangka,
keadilan. Dan siapa pun yang melakukan terdakwa, maupun aparat penegak
pelanggran hukum akan mendapat hukum .
perlakuan yang sama tanpa perbedaan 2. KUHAP sebagai pedoman yang mengatur
(Equal treatment or equal dealing). Acara Pidana Nasional, wajib didasarkan
Peraturan hukum yang di terapkan pada pada falsafah/ pandangan hidup bangsa
seseorang mesti diterapkan kepada dan dasar negara, maka sudah
orang lain dalam kasus yang sama tanpa seharusnyalah di dalam ketentuan
membedakan pangkat, golongan, agama, materi pasal atau ayat tercermin
dan kedudukan.Inilah salah satu prinsip perlindungan terhadap hak asasi manusia
penegakkan hukum yang diamanatkan serta kewajiban warganegara. Asas yang
oleh (KUHAP), yang merupakan salah mengatur perlindungan terhadap
satu mata rantai Hak Asasi Manusia keluhuran harkat serta martabat manusia
(HAM), yakni: (Equality before the law). telah diletakkan didalam Undang-undang
2. Berdasarkan asas tersebut di atas telah nomor 14 tahun 1970 tentang
jelas bahwa seseorang yang di sangka Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan
atau didakwa melakukan suatu tindak Kehakiman yang telah diubah menjadi
pidana wajib ditempatkan sebagaimana Undang-undang nomor 4 tahun 2004
mestinya sesuai dengan harkat dan tentang kekuasaan kehakiman, harus
martabatnya sebagai manusia, sehingga ditegakkan dengan KUHAP.
jelas Undang-Undang Dasar (UUD) 1945
Pasal 27 ayat (1) menyatakan, DAFTAR PUSTAKA
“Bahwasanya segala warga negara Sumber Literatur:
mempunyai hak yang sama dalam hukum Arief Barada Nawawi, Polisi Sebagai Penegak
dan pemerintahan wajib menjunjung Hukum Masalah-Masalah Hukum,
tinggi hukum dan pemerintahan itu Semarang: Undip, 1998.
dengan tidak ada kecualinya. Hak Asasi Asshiddiqie Jimly, Demokrasi dan Hak Asasi
Manusia adalah hak asasi/ hak kodrat/ Manusia, (Jakarta : Mahakamah
hak mutlak milik umat manusia, yang Konstitusi, 2010),
dimiliki umat manusia sejak lahir sampai Effend H. A. Masyur, 1994, Dinamika HAM
meninggal dunia. dalam Hukum Nasional dan

52
Lex Administratum, Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

Internasional, Jakarta; Ghalia W.A H. Soeharto, Pemeriksaan Saksi, Ahli, Dan


Indonesia. Tersangka, Bogor: Pusat Pendidikan
Hamzah Andi Surachman RM dan, Asas-asas Reserse Dan Intel, 2002.
Hukum Pidana, Rinekacipta, Jakarta, WidhayantiErni, Hak-Hak Tersangka /
2008. Terdakawa di Dalam KUHAP,
Hamzah Andi, Pengantar Hukum Acara Yogyakarta; Liberty,1998.
Indonesia, Jakarta: Ghalia
Indonesia1984. Sumber Internet:
Harahap M.Yahya, Pembahasan Permasalahan Https:// Sangraja langit, wordpress. Com/
Dan Penerapan KUHAP Penyidikan Prosedur Penangkapan Terhadap
Dan Penuntutan, Jakarta:Sinar Tersangka atau Pelaku Tindak
Grafika2016. Pidana dan Hak-Hak Tersangka
Kansil,C.S.T. 1986, Pengantar Ilmu Hukum dalam KUHAP, yang diakses pada
dan Tata Hukum Indonesia, tanggal 17. 10. 2017. Pukul 11:30,
Jakarta; Balai Pustaka, WITA.
Kuffal H.M.A, Upaya Riani. 2017. Pebuatan dan rumusan
paksa,Penangkapan,penahanann,Pe delik.Diunduh dari https//
nggeledahan,dan penyitaan,UPT: Rianiwindri. Wordpress/ about /
Penerbitan Universitas yang diakses pada tanggal 19. Juni
Muhamadiyah Malang, 2007. 2017 pukul 10:09 WITA.
Lubis Sofyan, Hak Tersangka sebelum
Pemeriksaan. Pustaka Yustisia, Sumber Undang-Undang:
Yogyakarta, 2001. Lihat Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar
Maramis Frans, Acara dan Prakik Peradilan 1945.
Pidana, (Manado: Unsrat Press, Lihat Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar
2016. 1945.
Poernomo Bambang, Pola Dasar Teori Dan Asas Lihat Pasal 5 ayat (1) UU No 39 Tahun 1999
Umum Hukum Acara Pidana, Tentang HAM
Yogyakata: Liberty 1998. Lihat Pasal 1 Butir 2 UU No 8 Tahun 1981
Pranoto Koentjoro,Hak Azasi Manusia dan KUHAP.
Pancasila,Jakarta: Pratnya Paramita. Lihat Pasal 34 ayat (2) Undang-Undang No. 4
Prasetyo Teguh, Hukum Pidana, Jakarta: Tahun 2004.
Rajawali Pers, 2014.
Prodjodikoro R Wirjono, hukum acara pidana
indonesia, , Bandung, Sumur 1980.
Rulan Rosady, Public Relation dan Komuniaksi,
Jakarta Rajawali Pers, 2003.

Saragih KusnardiBintan,Susunan Pembagian


Kekuasaan Menurut Sistem
UUD1945 Jakarta; Gramedia, 1978.
Sidabutar Mangasa, Hak Terdakwa Terpidana
Penuntut Umum Menempuh Upaya
Hukum, Jakarta: PT Raja Grafindo
2010.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Peneliian
Hukum Normatif Tinjauan Singkat,
Jakarta: Raja Grafindo, 2013.

Sofyan Andi dan Asis H. Abd., Hukum Acara


Pidana, Jakarta: Katalog Dalam
Terbitan 2014.

53

Anda mungkin juga menyukai