Anda di halaman 1dari 3

MENGENAL ASAS PRESUMPTION OF INNOCENCE DALAM DUNIA HUKUM DI

INDONESIA
Oleh: Aditya Irawan mahasiswa fakultas Hukum Universitas Muhamadiyah Jakarta

ABSTRAK

Dalam dunia hukum di Indonesia sendiri kita seringkali mendengar atau membaca tentang asas-asas
hukum,namun kerap kali juga Sebagian orang menganggap bahwa asas sama dengan adagium
padahal dalam keberlakuan nya asas berbeda dengan adagium pentingnya mempelajari asas hukum
adalah agar dapat mengetahui arti kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dan
dasar dari eksistensi hukum itu sendiri. Sedangkan adagium merupakan peribahasa dalam hukum
yang biasanya ditemukan dalam teori hukum maupun ketika sedang beracara hukum.

PENDAHULUAN

Asas praduga tak bersalah atau dalam Bahasa inggris dikenal dengan presumption of innocence
merupakan istilah yang tidak asing dalam dunia hukum. Namun, nyatanya meski cukup sering
didengar, faktanya masih banyak miskonsepsi dalam mengartikannya asas ini tidak semerta-merta
menganggap orang “tidak bersalah” di Indonesia sendiri sering kali ada miskonsepsi dalam
meneraokan asas ini.

PEMBAHASAN

Sebelum membahas lebih jauh tentang asas ini hendaknya perlu dibahas mengenai apa itu praduga
tak bersalah, Seseorang yang disangka,ditangkap, ditahan, dituntut, atau dihadapkan di pengadilan
wajib dianggap tidak bersalah. Sebelum adanya putusan pengadilan yang memutuskan bahwa
seseorang bersalah atau seseorang itu terbukti secara sah telah melakukan tindak pidana, Asas
praduga tak bersalah ini wajib diterapkan sebelum ada putusan pengadilan terkait kesalahannya dan
berkekuatan hukum tetap atau inkracht. Sebagai negara hukum, Indonesia menganut asas praduga
tak bersalah. Asas ini tertuang dalam Pasal 8 Ayat 1 UU Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman dan Penjelasan Umum UU Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana atau Kitab
Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Dalam KUHAP, asas praduga tak bersalah dijelaskan
dalam Penjelasan Umum KUHAP butir ke 3 huruf c yaitu:

“Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan atau dihadapkan di muka sidang
pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan pengadilan yang menyatakan
kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap.”

Dengan anggapan tidak bersalah ini, hak-hak yang bersangkutan harus dihormati. Tetapi sebelum
diatur dalam UU Nomor 8 Tahun 1981 Pada KUHAP Indonesia masih menganut HIR Belanda, yang
dimana dalam hukum acara HIR diatur bahwa pengakuan tersangka, terdakwa menjadi pembuktian
dalam proses peradilan. Tetapi dalam KUHAP proses “pengakuan” justru dihapus karena dianggap
banyak menyalahi proses-proses penegakan hukum mereka banyak mengalami kekerasan fisik dan
bahkan diancam agar mereka mengakui kesalahannya. Staf Ahli kapolri yang juga seorang pakar
hukum pidana dan menjadi seorang dosen di Fakultas Hukum Universitas Muhamadiyah Jakarta
yakni Dr. Chairul Huda, S.H., M.H mengatakan bahwa KUHAP Indonesia haruslah memakai “scientific
evidence” jadi hal ini dapat memperkuat asas praduga tak bersalah juga dapat meminimalisir
terjadinya Tindakan yang menyalahi HAM dalam proses penegakan Hukum di Indonesia.

Hak asasi manusia orang tersebut harus tetap dilindungi dengan proses hukum yang adil. Dalam hal
ini Asas praduga tak bersalah tidak bisa diartikan secara Letterlijk Guru Besar Hukum Pidana
Universitas Trisakti Prof. Andi Hamzah berpendapat bahwa asas presumption of innocent (praduga
tidak bersalah) tidak bisa diartikan secara letterlijk (apa yang tertulis). Menurutnya, kalau asas
tersebut diartikan secara letterlijk, maka tugas kepolisian tidak akan bisa berjalan. Prof. Andi
berpandangan, presumption of innocent adalah hak-hak tersangka sebagai manusia diberikan. Hak-
hak yang dia maksud misalnya kawin dan cerai, ikut pemilihan dan sebagainya. Asas praduga tak
bersalah merupakan milik dunia atau diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan di berbagai
negara, hal ini sebagaimana diterangkan Prof. Oemar Seno Adji (dalam Ekoputro, 1985:7). Beberapa
contoh asas praduga tak bersalah dalam implementasinya dapat ditemukan dalam Deklarasi PBB
1984 Universal Declaration of Human Rights, European Convention on Human Rights 1960, dan
International Covenant on Civil and Political Rights 1966. Sejarah Praduga Tak Bersalah, Kehadiran
asas praduga tak bersalah diprediksi muncul pada abad ke-XI dan lahir karena adanya ideologi
individualistik-liberalistik. Dalam sistem Common Law,  asas praduga tak bersalah merupakan syarat
utama untuk menetapkan bahwa suatu proses telah dilaksanakan secara jujur, adil, dan tidak
memihak. Kemudian, sebagaimana disarikan dari Logika Hukumasas praduga tak bersalah : Reaksi
atas individualistic, Romli Atmasasmita menerangkan bahwa asas praduga tak bersalah adalah bagian
yang tidak bisa dipisahkan dari prinsip due process of law. Terkait due process  sendiri, diterangkan
Friedman (dalam Atmasasmita, 2009) bahwa prinsip ini telah melembaga dalam proses peradilan
sejak dua ratus tahun yang lalu dan telah melembaga pula dalam kehidupan sosial saat ini.

Adanya asas praduga tak bersalah bertujuan untuk melindungi terdakwa atau tersangka dari
Tindakan sewenang-wenang aparat penegak hukum, Asas ini secara eksplisit dicantumkan dalam
undang-undang agar tidak dilanggar oleh siapa pun, termasuk para penegak hukum. Namun
pada kenyataanya, asas praduga tak bersalah seringkali disampingkan. Misalnya, perintah
tembak di tempat dalam operasi ketertiban dan keamanan atau saat penangkapan yang
dilakukan kepolisian. Contoh lainnya, yakni pemukulan yang dilakukan petugas saat dalam
penyidikan atau bukan. Tindakan-tindakan ini menimbulkan pelanggaran atas hak asasi manusia
dan jelas tidak mengindahkan prinsip hukum yang diakui secara universal. Selain itu, cara-cara
yang digunakan penegak hukum itu juga bertentangan dengan tujuan peradilan pidana dan
melanggar undang-undang yang berlaku. Para tersangka atau terdakwa dapat memperjuangkan
haknya jika terjadi pelanggaran dalam penegakan hukum. Pelanggaran atas asas praduga tak
bersalah dapat menyebabkan timbulnya hak tersangka untuk mendapatkan ganti kerugian atau
pemulihan nama baik (rehabilitasi). Hak memperoleh rehabilitasi dapat diajukan jika oleh
pengadilan diputus bebas atau diputus lepas dari segala tuntutan hukum dan putusannya telah
mempunyai kekuatan hukum tetap. Tuntutan ganti kerugian juga dapat dilaksanakan setelah
perkara memperoleh putusan hakim. Tuntutan ini dapat diajukan yang bersangkutan atau ahli
warisnya. Hak ganti kerugian dituangkan dalam Pasal 95 Ayat 1 KUHAP. Pasal tersebut berbunyi,
“Tersangka, terdakwa atau terpidana berhak menuntut ganti kerugian karena ditangkap, ditahan,
dituntut dan diadili atau dikenakan tindakan lain, tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang
atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan.”

KESIMPULAN

Asas praduga tak bersalah telah dikenal luas bukan hanya di Indonesia tapi bahkan oleh dunia,namun
sangat disayangkan eksstensi dari asas praduga tak bersalah masih belum seutuhnya dirasakan, hak-
hak orang yang disangka bersalah. Di Indonesia sendiri sampai saat ini masih belum diatur mengenai
apa konsekuensi Aparat penegak hukum yang melanggar eksistensi dari asas praduga tak bersalah
dalam proses penegakan hukum.

Asas praduga tak bersalah merupakan sebuah prinsip hukum yang mengatakan bahwa seseorang
dianggap tidak bersalah sampai bukti yang cukup ditemukan untuk membuktikan bahwa dia
bersalah. asas ini yang paling fundamental dalam sistem hukum modern yang berdasarkan negara
hukum.

Asas ini bertujuan untuk melindungi hak asasi manusia dan menghindari penyalahgunaan kekuasaan
oleh pemerintah atau aparat penegak hukum. Dengan demikian, praduga tak bersalah harus
ditegakkan secara konsisten dan adil dalam setiap kasus, tanpa memandang latar belakang sosial,
agama, atau kebangsaan terdakwa. Namun, walaupun praduga tak bersalah merupakan prinsip yang
sangat penting, dalam praktiknya, terkadang masih ada kasus-kasus di mana hak tersebut dilanggar
atau terabaikan. Oleh karena itu, perlindungan dan penghormatan terhadap asas praduga tak bersalah
harus terus diawasi dan diperjuangkan oleh masyarakat

Anda mungkin juga menyukai