Anda di halaman 1dari 10

> Æ Œ]u v s}oX /slE}X òlAgslîìíñ

PEMBELAAN TERPAKSA YANG MELAMPAUI Terpaksa Menurut Pasal 49 KUHPidana ayat 1


BATAS MENURUT PASAL 49 KUHP1 dan 2 menyebutkan: Barang siapa melakukan
Oleh: Roy Roland Tabaluyan2 perbuatan yang terpaksa dilakukannya untuk
mempertahankan dirinya atau diri orang lain
ABSTRAK mempertahankan kehormatan atau harta
Perbuatan pidana hanya menunjuk kepada benda sendiri atau kepunyaan orang lain dari
dilarang dan diancamnya perbuatan dengan kepada seorang yang melawan hak dan
suatu pidana. Apakah orang yang melakukan merancang dengan segera pada saat itu juga
perbuatan kemudian juga dijatuhi pidana, tidak boleh di hukum. Melaporkan batas
sebagaimana telah diancamkan, ini tergantung pertolongan yang sangat perlu jika perbuatan
dari soal apakah dalam melakukan perbuatan itu dengan sekelompok dilakukan karena
ini dia mempunyai kesalahan. Sebab azas dalam perasaan terguncang dengan segera pada saat
pertanggungjawaban dalam hukum pidana itu juga tidak boleh dihukum. Noodweer
ialah tidak dipidana jika tidak ada kesalahan. digunakan sebagai alasan pembenar, tetapi
Alasan pembenar merupakan pembelaan hak bukan alasan yang membenarkan perbuatan
terhadap ketidakadilan, sehingga seseorang melanggar hukum, melainkan seseorang yang
yang melakukan perbuatan dan memenuhi terpaksa melakukan tindak pidana dapat
unsur-unsur tindak pidana oleh undang-undang dimaafkan karena terjadi pelanggaran hukum
dimaafkan karena pembelaan terpaksa. yang mendahului perbuatan itu. Dari hasil
Berdasarkan uraian tersebut di atas, yang dapat disimpulkan bahwa alasan yang
melatarbelakangi permasalahan dalam meniadakan pidana, yaitu sesuatu hal yang
penulisan ini ialah apa saja yang menjadi alasan menyebabkan ketentuan yang berlaku dalam
penghapus pidana menurut Kitab Undang- hukum pidana tidak dapat diberlakukan
Undang Hukum Pidana, serta bagaimana sifat terhadap seseorang yang dituduh melakukan
pembelaan terpidana yang menjadi alasan pelanggaran tindak pidana. Alasan penghapus
penghapus pidana. Penelitian ini menggunakan pidana terdiri dari Alasan pembenar, alasan
pendekatan yuridis normatif yaitu dengan pemaaf, dan alasan penghapus kesalahan.
menginventarisasi dan mengkaji atau Noodweer masih tetap dipertahankan hingga
menganalisis data sekunder yang berupa sekarang sebagai salah satu alasan peniadaan
bahan-bahan hukum primer dan bahan hukum pidana, sebagaimana dijabarkan di dalam pasal
sekunder dengan memahami hukum sebagai 49 ayat (1), KUHP. Noodweer digunakan
perangkat peraturan atau norma-norma positif sebagai alasan pembenar, tetapi bukan alasan
di dalam sistem perundang-undangan yang yang membenarkan perbuatan melanggar
mengatur mengenai kehidupan manusia. Hasil hukum, melainkan seseorang yang terpaksa
penelitian menunjukkan bahwa alasan yang melakukan tindak pidana dapat dimaafkan
meniadakan pidana, yaitu sesuatu hal yang karena terjadi pelanggaran hukum yang
menyebabkan ketentuan yang berlaku dalam mendahului perbuatan itu. Pandangan ini telah
hukum pidana tidak dapat diberlakukan diakui oleh hukum pidana bahwa seseorang itu
terhadap seseorang yang dituduh melakukan memang dianggap berhak untuk melakukan
pelanggaran tindak pidana. Alasan penghapus suatu perbuatan tertentu sebagai bentuk
kesalahan karena terdapat alasan pembenar pembelaan terpaksa.
maupun pemaaf, artinya tidak ada pikiran
tentang sifatnya perbuatan maupun orangnya A. PENDAHULUAN
yang melakukan perbuatan, tetapi pemerintah Perbuatan pidana hanya menunjuk kepada
menganggap bahwa berdasarkan dilarang dan diancamnya perbuatan dengan
kemanfaatan (utilitas) kepada masyarakat, suatu pidana. Apakah orang yang melakukan
sehingga diambil kebijakan untuk tidak perbuatan kemudian juga dijatuhi pidana,
diadakan penuntutan. Pengaturan Pembelaan sebagaimana telah diancamkan, ini tergantung
dari soal apakah dalam melakukan perbuatan
1
Artikel Skripsi. ini dia mempunyai kesalahan. Sebab azas
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat. NIM. dalam pertanggungjawaban dalam hukum
080711568

26
> Æ Œ]u v s}oX /slE}X òlAgslîìíñ

pidana ialah tidak dipidana jika tidak ada bertanggungjawab


kesalahan (geenstraf zonderschuld: actus non c. Mempunyai suatu bentuk kesalahan yang
facitreum nisi mens sit rea). Azas ini tidak berupa kesengajaan atau kealpaan
tersebut dalam hukum tertulis tapi dalam d. Tidak adanya alasan pemaaf.5
hukum yang tidak tertulis yang juga di Tidak semua perbuatan yang memenuhi
Indonesia berlaku. Hukum pidana fiscal tidak semua unsur-unsurtindak pidana si pelakunya
memakai kesalahan. Disana kalau orang telah dapat dijatuhi pidana, tetapi hakim dapat
melanggar ketentuan, dia diberi pidana denda memberikan putusan bebas atau putusan
atau rampas.3 lepas. Kemungkinan hakim memberikan
Pertanggungjawaban tanpa adanya putusan bebas kepadapelaku atas tindak
kesalahan dari pihak yang melanggar, pidana yang telahdilakukan merupakan bagian
dinamakan leer van het materielefeit (fait dari prinsip didalam sistem pemidanaan
materielle). Dahulu dijalankan atas pelanggaran yangberlaku di Indonesia. Persoalannya,
tapi sejak adanya arrest susu dari H.R. 1916 adakah alasan-alasan yang dibenarka noleh
Nederland, hal itu ditiadakan. Juga bagi delik- hukum pidana bagi seorang hakim memberikan
delik jenis overtredingen, berlaku azas tanpa putusan bebas atau si pelaku itu tidak dapat
kesalahan, tak mungkin dipidana.4 dipertanggungjawabkan atas tindak pidana
Orang dapat dikatakan mempunyai yang dilakukan?
kesalahan, jika dia pada waktu melakukan Dapat dilihat dari ketentuan khusus yang
pidana, dilihat dari segi masyarakat dapat dirumuskan oleh pembentuk undang-undang
dicela karenanya, yaitu kenapa melakukan yang memungkinkan si pelaku tindak pidana
perbuatan yang merugikan masyarakat padahal tidak dapat dijatuhi pidana apapun. Artinya,
mampu untuk mengetahui makna (jelek) undang-undang menerima keadaan-keadaan
perbuatan, dan karenanya dapat bahkan harus tertentu yang memungkinkan seorang pelaku
menghindari perbuatan demikian. Jika begitu, tindak pidana tidak dapat
tentunya perbuatan tersebut memang sengaja dipertanggungjawabkan atau tidak dapat
dilakukan, dan celaannya berupa kenapa dijatuhi pidana apapun. Dengan demikian,
melakukan perbuatan yang dia mengerti bahwa perbuatan-perbuatan seseorang yang telah
perbuatan itu merugikan masyarakat. Kecuali memenuhi keadaan-keadaan tertentu tersebut
orang itu dapat dicela karena melakukan memungkinkan ketentuan hukum pidana tidak
perbuatan pidana, jika dia meskipun tidak dapat diberlakukan, baik ketentuan yang
sengaja dilakukan. Tapi terjadinya perbuatan terdapat di dalam KUHP maupun lain-lain
tersebut dimungkinkan karena dia alpa atau peraturan perundang-undangan di luar KUHP.
lalai terhadap kewajibankewajiban yang dalam
hal tersebut, oleh masyarakat dipandang B. RUMUSAN MASALAH
sepatutnya dijalankan olehnya. Disini celaan 1. Apa saja yang menjadi alasan penghapus
tidak berupa kenapa melakukan perbuatan pidana menurut Kitab Undang-Undang
padahal mengerti (mengetahui) sifat jeleknya Hukum Pidana?
perbuatan seperti dalam hal kesengajaan, tapi 2. Bagaimana sifat pembelaan terpidana yang
berupa kenapa tidak menjalankan kewajiban- menjadi alasan penghapus pidana?
kewajiban yang sepatutnya dilakukan olehnya
dalam hal itu, sehingga karenanya masyarakat C. METODE PENELITIAN
dirugikan. Di sini perbuatan dimungkinkan Penelitian ini menggunakan pendekatan
terjadi karena kealpaan. Ternyata untuk adanya yuridis normatif yaitu dengan
kesalahan terdakwa harus: menginventarisasi dan mengkaji atau
a. Melakukan perbuatan pidana (sifat menganalisis data sekunder yang berupa
melawan hukum) bahan-bahan hukum primer dan bahan hukum
b. Di atas umur tertentu mampu sekunder dengan memahami hukum sebagai
perangkat peraturan atau norma-norma positif
3
Moeljatno, Azas-Azas Hukum Pidana, Bina Aksara,
Jakarta, 1985, hal. 153
4 5
Ibid Ibid, hal. 16

27
> Æ Œ]u v s}oX /slE}X òlAgslîìíñ

di dalam sistem perundang-undangan yang dilakukannya;


mengatur mengenai kehidupan manusia. 3. Dapat menyadari dan menginsyafi bahwa
Spesifikasi Penelitian ini adalah penelitian perbuatan yang dilakukan secara kesusilaan
deskriptif analitis yang merupakan penelitian adalah perbuatan yang dilarang.7
untuk menggambarkan dan menganalisa Kemudian, apabila keadaan jiwa seseorang
masalah yang ada dan termasuk dalam jenis yang telah ditentukan dihinggapi gangguan
penelitian kepustakaan (library research) yang karena penyakit dan memenuhi syarat-syarat di
akan disajikan secara deskriptif. atas maka orang itu tidak dapat dimintai
pertanggungjawaban. Artinya ketentuan hukum
PEMBAHASAN pidana tidak dapat diberlakukan terhadap
1. Pengaturan Alasan Penghapus Pidana orang itu, atau orang itu tidak dapat dipidana.
Dalam KUHPidana Oleh karena itu, ketentuan Pasal 44 KUHP
Menentukan bilamana seseorang tidak merupakan dasar peniadaan pidana terhadap
dapat dipertanggungjawabkan atas seseorang yang melanggar tindak pidana
perbuatannya dapat ditempuh dengan cara karena keadaan jiwanya cacat dalam
meninjau keadaan jiwa seseorang dan pertumbuhan atau terganggu karena penyakit
meninjau antara perbuatan dengan jiwa di ingatan.
pelaku. Cara yang demikian merupakan cara Menurut Moeljatno bahwa untuk
yang ditempuh Pasal 44 KUHP untuk menetapkan adanya kemampuan bertanggung
menentukan bilamana seseorang tidak dapat jawab harus memenuhi dua syarat, sebagai
dipertanggungjawabkan terhadap berikut:
perbuatannya. Hal ini dikarenakan dalam Pasal 1. Kemampuan untuk membeda-bedakan
44 KUHP ditentukan dua syarat, sebagai antara perbuatan yang baik dan yang buruk,
berikut: yang sesuai hukum dan yang melawan
1. Jiwanya cacat dalam pertumbuhan; atau hukum, atau disebut faktor akal atau
2. Terganggu karena penyakit atau penyakit intelektual factor, yaitu dapat membedakan
ingatan.6 antara perbuatan yang diperbolehkan dan
Prakteknya, seseorang yang melanggar yang tidak.
tindak pidana tetapi dirinya dihinggapi keadaan 2. Kemampuan untuk menentukan
jiwa yang tidak sempurna atau penyakit kehendaknya menurut keinsyafan tentang
ingatan, bukan berarti secara serta merta orang baik dan buruknya perbuatan tersebut, atau
itu tidak dapat dihukum.Oleh karena itu, disebut faktor perasaan atau kehendak
seseorang yang melanggar tindak pidana perlu (volitional factor), yaitu dapat menyesuaikan
dibuktikan terlebih dahulu tingkat gangguan tingkah lakunya dengan keinsyafan atas
karena penyakit yang sedemikian rupa, nama yang diperbolehkan dan mana yang
sehingga orang itu tidak dapat tidak.8
dipertanggungjawabkan terhadap
perbuatannya. Orang yang demikian, karena Itu sebabnya, ketentuan Pasal 44 KUHP pada
disebabkan penyakit ingatan, baik yang bersifat dasarnya memberikan petunjuk sebagai alasan
ringan maupun sedang. yang meniadakan pidana terhadap seseorang
Apabila pembuktian ditemukan bahwa yang melanggar tindak pidana, karena jiwanya
keadaan jiwa seseorang dihinggapi penyakit cacat dalam pertumbuhan atau terganggu
ingatan, maka masih perlu dikaitkan dengan karena penyakit. Artinya, perbuatan yang
tiga syarat, sebagai berikut: dilakukan oleh seseorang karena jiwanya cacat
1. Dapat memahami atau mengerti akan nilai- dalam pertumbuhan atau terganggu karena
nilai perbuatan yang dilakukan itu, sehingga penyakit maka orang itu tidak dapat dibebani
dirinya mengerti akan nilai-nilai akibatnya; pertanggungjawaban secara hukum. Jadi,
2. Dapat menentukan kehendaknya secara ketentuan tertulis dalam Pasal 44 KUHP
bebas terhadap perbuatan yang merupakan alasan bagi hakim untuk

7
Ibid, hal. 214
6 8
Ibid, hal. 212 Moeljatno, S.H., Op.cit, hal. 165

28
> Æ Œ]u v s}oX /slE}X òlAgslîìíñ

menyatakan bahwa seseorang yang melanggar adalah hakim.9


tindak pidana secara hukum dianggap tidak Oleh karena itu, untuk menentukan ada
mampu bertanggung jawab atau ketentuan tidaknya seseorang mempunyai kemampuan
hukum pidana tidak dapat diberlakukan bertanggung jawab berhubungan dengan
terhadap dirinya karena jiwanya cacat dalam perbuatannya dapat ditempuh dengan langkah-
pertumbuhan atau terganggu karena penyakit. langkah, sebagai berikut:
Di dalam doktrin, seseorang yang melakukan 1. Metode biologis, untuk menentukan bahwa
tindak pidana tetapi diliputi ketentuan Pasal 44 orang itu tidak dapat dimintai
KUHP merupakan schulduitsluitingsgronden, pertanggungjawaban atas perbuatannya
yaitu pelanggaran tindak pidana yang dilakukan karena ketidaknormalan dalam jiwanya,
oleh seseorang tetap dianggap wederrechtelijk, misalnya penyakit ingatan atau gila (krankzin
tetapi pelakunya tidak dapat dipidana karena nigheid).
keadaan jiwanya cacat dalam pertumbuhan 2. Metode psikologis, untuk merumuskan ciri-
atau terganggu karena penyakit. Cacat kejiwaan ciri psikologis mengenai keadaan jiwa
yang menjadi dasar alasan peniadaan pidana seseorang, ciri-ciri mana yang menunjukkan
adalah cacat yang sedemikian rupa, sehingga bahwa orang itu mempunyai keadaan jiwa
orang itu tidak dapat dipertanggungjawabkan yang tidak dapat menginsyafi perbuatan
secara pidana terhadap perbuatannya. Itu maupun akibat-akibatnya.
sebabnya, cacat kejiwaan bukan berarti pelaku 3. Metode campuran, untuk menentukan
tindak pidana secara serta merta dilepaskan ontoerekenings-vat baarheld dari seseorang,
dari pertanggungjawaban secara pidana, tetapi selain menentukan keadaan jiwa, juga
terdapat syarat minimum yang dapat menentukan ciri-ciri secara psikologis.10
memberikan penjelasan mengenai hubungan
kausal antara penyakit dengan perbuatan, dan Dalam praktek hukum, masalah keadaan
memungkinkan dilakukan penyelidikan jiwa di luar yang diatur dalam KUHP yang
terhadap seseorang yang dituduh melanggar berkaitan dengan kemampuan bertanggung
tindak pidana, apakah ia masih dapat jawat tetapi keadaan jiwa tersebut secara
dipersalahkan sekalipun terdapat gangguan analogi dapat dimasukkan ke dalam pengertian
kejiwaan. Pasal 44 KUHP, antara lain:
Bahwa permasalahan kemampuan 1. Kleptomania, yaitu penyakit jiwa yang
bertanggung jawab adalah masalah yuridis dan mendorong seseorang suka mencuri
masalah keadaan jiwa yang cacat dalam sesuatu barang tertentu milik orang lain,
pertumbuhan atau terganggu karena penyakit perbuatan mana sebenarnya tidak
adalah masalah medis.Pihak yang berkompeten menginsyafi atau berada di luar
untuk menentukan keadaan jiwa seorang kehendaksi pelaku. Misalnya seseorang
pelaku tindak pidana itu cacat dalam ketika melihat korek api di manapun tanpa
tumbuhnya atau terganggu karena penyakit disadari langsung diambilnya, sedangkan
adalah dokter ahli atau psikiater, sedangkan barang-barang laindiabaikan. Jadi, keadaan
yang menentukan seorang pelaku tindak pidana jiwa ini setiap orang itu melihat korek api,
itu dianggap mampu bertanggung jawab atau tanpa disadari atau di luar kehendaknya
tidak adalah hakim.Akan tetapi, hakim tidak langsung diambil dan pergi.
terikat oleh keterangan yang disampaikan oleh 2. Piromania, yaitu keadaan jiwa dimana
ahli jiwa itu, karena keterangan ahli jiwa atau seseorang menyukai melakukan
psikiater itu hanya mendeskripsikan keadaan pembakaran tanpa ada alasan sama sekali
jiwa si pelaku pada saat perbuatan itu dan di luar kehendaknya, sedangkan untuk
dilakukan, dan yang menentukan dengan perbuatan lainnya ia lakukan
perbuatan yang dilakukan pelakuatau tidak dengankeadaan normal dan sehat.
adalah hakim. Dengan demikian, maka yang 3. Nimfomania, yaitu keadaan jiwa seorang
menentukan seorang pelaku tindak pidana itu laki-laki yang selaluterdorong atau suka
mempunyai kemampuan bertanggunjawab
9
P. A. F. Lamintang, op_cit, hal. 232
10
Ibid

29
> Æ Œ]u v s}oX /slE}X òlAgslîìíñ

untuk berbuat tidak senonoh apabila bahwa noodweer ini merupakan fenomena
berjumpa dengan seorang wanita, yang dianggap sama usianya dengan usia
sedangkan dalam hal lain dirinyadalam dunia.11 Di dalam KUHP tidak menyatakan
keadaan normal. Misalnya, suka secara tegas apa yang dimaksud dengan
membuka celana danmemperlihatkan noodweer, tetapi hanya memberikan syarat-
kemaluannya kepada setiap wanita yang syarat bilamana seseorang itu tidak dapat
dijumpai,sedangkan apabila melihat dijatuhi pidana atas perbuatannya yang bersifat
seorang laki-laki ia dalam keadaan normal. melawan hukum.
Patut dicatat bahwa seseorang yang Oleh karena itu, noodweer masih tetap
dihinggapi psikhopaten pada dasarnya tidak dipertahankan hingga sekarang sebagai salah
dapat ditentukan bahwa orang itu mengalami satu alasan peniadaan pidana, sebagaimana
jiwanya cacat dalam pertumbunan atau dijabarkan di dalam Pasal 49 ayat (1) KUHP,
terganggu karena penyakit sebagaimana diatur yang berbunyi:
dalam Pasal 44 KUHP.Dengan demikian, orang Tidak dipidana, barang siapa melakukan
itu apabila melanggar tindak pidana, dirinya perbuatan pembelaan terpaksa untuk diri
dapat dipertanggungjawabkan secara pidana sendiri maupun untuk orang lain,
atau dipidana. kehormatan kesusilaan atau harta benda
Suatu perbuatan yang dianggap bersifat sendiri maupun orang lain, karenaada
melawan (wederrechtelijk) yang dilakukan serangan atau ancaman serangan yang
karena terdorong oleh keadaan memaksa sangat dekat pada saat itu yang melawan
(overmacht) dikecualikan dari ketentuan hukum hukum.
pidana.Overmacht ini merupakan salah satu Noodweer digunakan sebagai alasan
faktor yang bersifat eksternal yang pembenar, tetapi bukan alasan yang
mengakibatkan tidak dipidananya seseorang membenarkan perbuatan melanggar hukum,
atas perbuatan yang melawan hukum dan melainkan seseorang yang terpaksa melakukan
diancam dengan pidana oleh undang-undang. tindak pidana dapat dimaafkan karena terjadi
Dalam KUHP ketentuan mengenai pelanggaran hukum yang mendahului
overmacht diatur dalam Pasal 48, yang perbuatan itu.Pandangan ini telah diakui oleh
berbunyi: Barangsiapa melakukan perbuatan hukum pidana bahwa seseorang itu memang
karena pengaruh daya paksa tidak dipidana. dianggap berhak untuk melakukan suatu
Mencermati ketentuan Pasal 48 KUHP di perbuatan tertentu sebagai bentuk pembelaan
atas, dapat dipahami bahwa setiap orang yang terpaksa.Oleh karena itu, noodweer merupakan
melakukan perbuatan yang dilarang dan pembelaan hak terhadap ketidakadilan,
diancam dengan pidana oleh undang-undang, sehingga seseorang yang melakukan perbuatan
karena pengaruh daya paksa atau dilakukan dan memenuhi unsur-unsur tindak pidana oleh
dalam keadaan memaksa, ia tidak dapat undang-undang dimaafkan karena pembelaan
dimintai pertanggung jawaban atas perbuatan terpaksa.
itu, sehingga ia tidak dipidana. Disamping Walaupun demikian, tidak semua
ketentuan yang dirumuskan demikian singkat pembelaan dapat diterima oleh hukum pidana
ini, pembentuk undang-undang juga tidak sebagai alasan peniadaan pidana.Suatu
memberikan penjelasan apa yang dimaksud perbuatan dalam konteks noodweer itu harus
dengai overmacht, nampaknya pembentuk sesuai dengan syarat-syarat yang telah
undang-undang menganggap setiap orang ditentukan di dalam Pasal 49 ayat (1)
mengetahui arti overmacht atau pembentuk KUHP.Pembelaan diluar syarat-syarat yang
undang-undang memberikan keleluasaan ditentukan di dalam Pasal 49 ayat (1) KUHP
kepada hakim atau pelaku penegak hukun tetap dimungkinkan si pelaku dapat dijatuhi
lainnya untuk menafsirkan apa arti overmacht pidana.
itu, dan tentu oleh pan ahli dapat Bilamana seseorang dapat dianggap
dikembangkan dalam doktrin hukum pidana. melakukan pembelaan terpaksa harus
Pembelaan terpaksa atau di dalam doktrin
disebut noodweer.Menurut Marteen Luther,
11
Ibid

30
> Æ Œ]u v s}oX /slE}X òlAgslîìíñ

memenuhi syarat-syarat tertentu, sebagai (2) Melaporkan batas pertolongan yang sangat
berikut: perlu jika perbuatan itu dengan
1. Harus ada serangan (aanranding), tetapi sekelompok dilakukan karena
tidak semua serangan dapat dilakukan perasaanterguncang dengan segera pada
pembelaan diri, melainkan hanya terhadap saat itujuga tidak boleh dihukum13
serangan yangmemenuhi syarat-syarat,
sebagai berikut: Pembelaan terpaksa atau di dalam doktrin
a. Serangan itu harus datang mengancam disebut noodweer ini merupakan fenomena
dengan tiba-tiba (ogenblikkelijk yang dianggap sama usianya dengan usia dunia
ofonmid delijk dreigen); (night unrecht noch ubels leycen wollen, das
b. Serangan itu harus bersifat melawan gibs die natur)14. Di dalam KUHP tidak
hukum (wederrech- telijk aanranding). menyatakan secara tegas apa yang dimaksud
2. Terhadap serangan itu perlu dilakukan dengan noodweer, tetapi hanya memberikan
pembelaan diri, tetapi tidak setiap syarat-syarat bilamana seseorang itu tidak
pembelaan diri dapat merupakan dapat dijatuhi pidana atas perbuatannya yang
noodweer, melainkan pembelaan diri bersifat melawan hukum.
tersebut harus memenuhi syarat-syarat, Oleh karena itu, noodweer masih tetap
sebagaiberikut: dipertahankan hingga sekarang sebagai salah
a. Pembelaan itu harus merupakan satu alasan perniadaan pidana, sebagaimana
keharusan (de verdediginc, moet dijabarkan di dalam pasal 49 ayat (1), KUHP.
geboden zijkn); Noodweer digunakan sebagai alasan pembenar,
b. Pembelaan itu harus merupakan tetapi bukan alasan yang membenarkan
pembelaan terpaksa (nood zakelijk perbuatan melanggar hukum, melainkan
verdidiging); seseorang yang terpaksa melakukan tindak
c. Pembelaan itu harus merupakan pidana dapat dimaafkan karena terjadi
pembelaan terhadap diri sendiri atau pelanggaran hukum yang mendahului
diri orang lain, kehormatan dan perbuatan itu. Pandangan ini telah diakui oleh
benda.12 hukum pidana bahwa seseorang itu memang
Bilamana seseorang yang melakukan dianggap berhak untuk melakukan suatu
tindak pidana tidak dapat dijatuhi pidana, perbuatan tertentu sebagai bentuk pembelaan
menurut Pasal 51 KUHP harus memenuhi terpaksa, Oleh karena itu, noodweer
persyaratan, sebagai berikut: merupakan pembelaan hak terhadap
1. Orang yang melakukan perbuatan itu atas ketidakadilan, sehingga seseorang yang
perintah jabatan; melakukan perbuatan dan memenuhi unsur-
2. Perintah jabatan itu harus diberikan oleh unsur tindak pidana oleh undang-undang
penguasa yang berwenang. dimaafkan karena pembelaan terpaksa.
Walaupun demikian, tidak semua
2. Pengaturan Pembelaan Terpaksa Menurut pembelaan dapat diterima oleh hukum pidana
Pasal 49 KUHPidana sebagai alasan peniadaan pidana.Suatu
Pasal 49 KUHP perbuatan dalam konteks noodweer itu harus
(1) Barang siapa melakukan perbuatan yang sesuai dengan syarat-syarat yang telah
terpaksa dilakukannya untuk ditentukan di dalam Pasal 49 ayat (1) KUHP.
mempertahankan dirinya atau diri orang Pembelaan diluar syarat-syarat yang ditentukan
lain mempertahankan kehormatan atau di dalam Pasal 49 ayat (1) KUHP tetap
harta benda sendiri atau kepunyaan orang dimungkinkan si pelaku dapat dijatuhi pidana.
lain dari kepada seorang yang melawan hak Bilamana seseorang dapat dianggap
dan merancang dengan segera pada saat melakukan pembelaan terpaksa harus
itu juga tidak boleh di hukum. memenuhi syarat-syarat tertentu, sebagai
berikut:

13
R. Soesilo, op_cit 1988, hal 64.
12 14
Satochid Kartanegara, Op.dt, hal. 467. Andi hamzah. Op_cit hal. 101.

31
> Æ Œ]u v s}oX /slE}X òlAgslîìíñ

1. Harus ada serangan (aanranding), tetapi sebagai suatu pembelaan yang dilakukan di
tidak semua serangan dapat dalam keadaan darurat.
dilakukan pembelaan diri, melainkan hanya W Œl š v ^• Œ vP v_ ] o u ‰ • o ðõ Ç š
terhadap serangan yang (1) KUHP tersebut janganlah selalu harus
memenuhi syarat-syarat, sebagai berikut: diartikan sebagai tindak kekerasan, oleh karena
a. Serangan itu harus datang mengancam yang dimak•µ vP v ‰ Œl š v ^• Œ vP v_ ]
dengan tiba-tiba (ogenblikkelijk of on dalam pasal 49 ayat 1 KUHP itu sebenarnya
mid delijk dreigen); adalah tindakan yang merugikan kepentingan
b. Serangan itu harus bersifat melawan hukum orang lain atas tubuh (termasuk nyawa),
hukum (wederrech-telijk aanranding). kehormatan dan atas harta kekayaannya yang
2. Terhadap serangan itu perlu dilakukan berupa benda.
pembelaan diri, tetapi tidak setiap Noodweer itu sendiri sebenarnya
pembelaan diri dapat merupakan merupakan sebuah perkataan yang telah
noodweer, melainkan pembelaan diri dipergunakan orang untuk menyebut
tersebut harus memenuhi syarat-syarat, ^‰ u o v Ç vP ‰ Œoµ ]o lµl v š ŒZ ‰
sebagai berikut : serangan yang bersifat seketika dan yang
a. Pembelaan itu harus merupakan Œ•]( š u o Á v Zµlµu_U 16 sebagai dasar
keharusan (de verdediging moet pembenaran, noodweer itu bukan merupakan
geboden zijkn); suatu yang baru di dalam hukum pidana, oleh
b. Pembelaan itu harus merupakan karena pembelaan tersebut telah lama dikenal
pembelaan terpaksa (nood-zakelijk orang yaitu pada zaman pembalasan dendam
verdidiging); secara pribadi dahulu kala, dalam bentuk
c. Pembelaan itu harus merupakan tindakan peperangan yang bersifat defesip yang
pembelaan terhad sendiri atau diri di dalam sejarah perkembangan hukum pidana
orang lain, kehormatan dan benda.15 telah tetap dipertahankan orang hingga dewasa
ini.17
Seperti yang dapat kita lihat sendiri dari Menurut ketentuan pidana seperti yang
bunyinya rumusan pasal 49 KUHP di atas, telah dirumuskan di dalam pasal 49 ayat 1
perkataan noodweer itu sendiri tidak terdapat KUHP itu, apabila kepentingan-kepentingan
di dalam undang-undang. Perkataan tersebut hukum tertentu dari seseorang itu mendapat
terdapat di dalam Memorie van Toelichting serangan secara melawan hukum dari orang
mengenai pembentukan pasal 49 ayat 1 KUHP lain, maka pada dasarnya orang dapat
yang mengatakan antara lain: dibenarkan untuk melakukan suatu pembelaan
"Tidaklah terdapat suatu noodweer tanpa terhadap serangan tersebut, walaupun dengan
adanya suatu: cara yang merugikan kepentingan hukum dari
1. serangan yang bersifat melawan penyerangannya, yang di dalam keadaan biasa
hukum; cara tersebut merupakan, suatu tindakan yang
2. bahaya yang bersifat langsung bagi terlarang di mana pelakunya terancam dengan
tubuh, kehormatan atau benda, milik sesuatu hukuman.
diri sendiri atau milik orang lain; Jadi apabila seseorang itu oleh seorang
3. keperluan untuk melakukan penyerang telah diancam akan ditembak
perbuatan yang bersangkutan dengan sebuah revolver atau telah diancam
Meniadakan bahaya yang nyata yang telah akan ditusuk dengan sebilah pisau, maka orang
ditimbulkan serangan tersebut, yang telah tidak dapat dibenarkan untuk melakukan suatu
dapat ditiadakan dengan cara yang lain. perlawanan, misalnya dengan memukul tangan
W Œl š v ^n}} _ ]šµ Œš]vÇ ^ ŒµŒ šU si penyerang yang menggenggam revolver atau
• vP ‰ Œl š v ^Á Œ_ ]šµ Œš]vÇ pisau itu dengan mempergunakan sepotong
^‰ u o v_U Z]vPP • Œ Z rafiah kayu atau sebatang besi agar revolver atau
‰ Œl š v^n}} Á Œ_ ]šµ ‰ š ] Œš]l v pisaunya itu dapat terlepas dari tangannya,

16
P.A.F. Lumintang, op_cit, hal. 442.
15 17
Satrohid Kertanegara, op_cit, hal 461-462 Ibid.

32
> Æ Œ]u v s}oX /slE}X òlAgslîìíñ

walaupun dengan cara memukul tangan si hal memaksa terdakwa melakukan


penyerang itu, orang yang melakukan perbuatannya.Hal-hal itu dalam pasal tadi
perlawanan akan membuat si penyerang dirumuskan sebagai adanya serangan atau
menjadi terluka, bahkan orang yang melakukan ancaman serangan. Tentang saat dimulai-
perlawanan tersebut dapat dibenarkan untuk nya serangan dalam pasal tadi ditentukan harus
membunuh penyerangnya yaitu apabila "seketika itu", yaitu antara saat melihatnya ada
perbuatan si penyerang secara langsung telah serangan dan saat mengadakan pembelaan
mengancam nyawanya. harus tidak ada jarak waktu yang lama, begitu
o u l v v}Œu o µvšµl u v] l v orang mengerti adanya serangan, begitu dia
• Œ vP v ]šµ }Œ vP Z Œµ• u u]vš všµ v Œ] mengadakan pembelaan.
‰ vPµ • U l v š š ‰]U o u l v ŒµŒ š Jadi di sini, saat di mana orang sudah boleh
• ‰ Œš] Ç vP ]u l•µ ] o u ‰ • o ðõ Ç š í mengadakan pembelaan bukannya kalau sudah
<h,WU ] š] l u u‰µvÇ ] l • u‰ š v µvšµl dimulai dengan adanya serangan, tapi baru ada
Œ µ š u]l] v—U v }o Z l Œ v ]šµo Z ancaman akan adanya serangan saja, sudah
u l ] ‰ š ] v Œl v µvšµl u v] l v boleh. Ini disebabkan atas pertimbangan
• v ]Œ] • Œ vP v š Œ• µš š v‰ všµ v Œ] .bahwa dalam negara yang begitu luas dengan
o š- o š v P Œ .18 alat-alat negara yang terbatas sekali, pemerin-
Pasal 49 ayat 1 berbunyi: Barangsiapa tah harus lebih memberi kebebasan kepada
terpaksa melakukan perbuatan untuk penduduk untuk menjaga keselamatannya
pembelaan karena ada serangan atau ancaman masing-masing.20
serangan ketika ituyang melawan hukum Mengenai akhirnya serangan hendaknya
terhadap diri sendiri maupun orang lain jangan diartikan kalau sudah tidak ada
terhadap kehormatan kesusilaan (eerbaar-heid) serangan lagi, saja. Jika demikian kalau orang
atau harta benda sendiri maupun orang lain, melihat barangnya telah diambil oleh pencuri,
tidak di pidana. Kalimat ini kiranya masih dapat dia tidak boleh lagi mengadakan pembelaan
disingkat sebagai berikut. Barangsiapa terpaksa meskipun pencurinya masih dekat.Dalam
melakukan pembelaan karena ada serangan praktek saat sesudah adanya serangan
atau ancaman serangan ketika itu yang dipandang juga sebagai masih ada serangan.
melawan hukum terhadap diri, kehormatan Jika direnungkan sejenak hal-hal diatas
kesusilaan (eerbaarheid) atau harta benda, baik mengenai saat adanya serangan, baik mulainya
kepunyaan sendiri maupun orang lain, tidak maupun akhirnya, maka kalau yang dipakai
dipidana. sebagai ukuran hanya soal waktu sebelum atau
Meskipun l o]u š di atas kedengarannya sesudah adanya serangan sajakiranya kurang
masih kurang baik, namun kiranya agak mencukupi. Hemat saya ukuran yang pokok
mendingan kalau dibanding dengan salinan harus diambilkan dan kata "terpaksa" yaitu
dalam buku Engelbrecht 1960 misalnya. Di situ pembelaannya harus bersifat terpaksa, artinya
bunyinya pasal sebagai berikut: Tidak boleh tidak ada jalan lain bagi yang terkena untuk
dihukum barangsiapa melakukan perbuatan pada saat-saat itu menghalaukan serangan21.
yang terpaksa dikerjakan untuk membela Jika demikian, maka dalam kata "terpaksa
dirinya atau diri orang lain, membela peri melakukan pembelaan" ada termaktub 3
kesopanan sendiri atau kesopanan orang lain, pengertian yaitu:
atau membela harta benda kepunyaan sendiri a. harus ada serangan atau ancaman
atau kepunyaan orang lain, daripada serangan serangan.
yang melawan hukum dan yangberlaku sekejap b. harus ada jalan lain untuk menghalaukan
itu atau yang mengancam dengan seketika.19 serangan atau ancaman serangan pada saat
Yang menjadi soal pertama ialah bahwa itu dan
perbuatan yang dimaksud dalam pasal 49 ayat c. perbuatan pembelaan harus seimbang
1 KUHP di atas, harus berupa dengan sifatnya serangan ancaman
pembelaan.Artinya lebih dahulu harus ada hal- serangan.

18 20
Ibid. Ibid.
19 21
Moeljanto, Op_cit. hal. 144-145 Ibid.

33
> Æ Œ]u v s}oX /slE}X òlAgslîìíñ

Noodweer exces atau pembelaan diri yang sehingga orangnya tidak dapat dijatuhi
melampaui batas juga merupakan alasan pidana, sedangkan Rerbuatan di dalam
terhadap seseorang yang didakwa melakukan noodweer exces tidak ada sifat melawan
suatu tindak pidana tidak dapat dijatuhi pidana, hukum sehingga menjadi alasan pembenar
sebagaimana diatur di dalam Pasal 49 ayat (2) untuk meniadakan pidana.
KUHP, yang berbunyi : Terlepas dari persamaan dan perbedaan
Pembelaan terpaksa yang melampaui batas, tersebut di atas, baik noodweer maupun
yang langsung disebabkan oleh noodweer exces tetap harus memenuhi dua
keguncangan jiwa yang hebat karena syarat, sebagai berikut:
serangan atau ancaman serangan itu, tidak a. Serangan itu harus bersifat melawan
dipidana. hukum atau merupakan kejahatan;
Bilamana perbuatan seseorang yang b. Serangan itu harus datang secara tiba-tiba
memenuhi semua unsur tindak pidana, tetapi ia atau langsung mengancam (ogenblikkelijk
tidak dapat dijatuhi karena noodweer exces ofonmiddelijk dreigen).
sebagaimana dirumuskan di dalam Pasal 49
ayat (2) KUHP harus memenuhi tiga syarat, PENUTUP
sebagai berikut: A. Kesimpulan
a. Pembelaan terpaksa yang melampaui 1. Alasan yang meniadakan pidana, yaitu
batas; sesuatu hal yang menyebabkan
b. Pembelaan itu yang langsung disebabkan ketentuan yang berlaku dalam hukum
oleh keguncangan jiwa yang hebat atau pidana tidak dapat diberlakukan
sangat panas hatinya; terhadap seseorang yang dituduh
c. Pembelaan itu karena terdapat serangan melakukan pelanggaran tindak pidana.
atau ancaman serangan. Alasan penghapus pidana terdiri dari
Ditinjau dari unsur-unsurnya, maka terdapat Alasan pembenar, alasan pemaaf, dan
persamaan antara noodweer dengan noodweer alasan penghapus kesalahan.
exces, yaitu disyaratkan dua hal, sebagai Alasan pembenar, ialah alasan yang
berikut: menghapuskan sifat melawan hukum
a. Pembelaan itu harus ada serangan yang perbuatan sehingga apa yang dilakukan
bersifat melawan hukum; oleh terdakwamenjadi suatu perbuatan
b. Pembelaan itu ditujukan untuk diri sendiri yang patut dan benar;
maupun untuk orang lain, kehormatan Alasan pemaaf, ialah alasan yang
kesusilaan atau harta benda sendiri maupun menghapuskan kesalahan terdakwa
orang lain. tetapi perbuatan itu tetap bersifat
Sedangkan perbedaannya antara noodweer melawan hukum, sehingga tidak dipidana
dengan noodweer exces, adalah terletak karena tidak ada kesalahan;
keadaan batin seseorang, sebagai berikut: Alasan penghapus kesalahan karena
a. Perbuatan dalam arti noodweer adalah terdapat alasan pembenar maupun
pembelaan diri dari si pembuat tindak pemaaf, artinya tidak ada pikiran tentang
pidana yang bersifat keterpaksaan karena sifatnya perbuatanmaupun orangnya
tiada jalan lain untuk menghindarkan dirinya yang melakukan perbuatan, tetapi
kecuali harus melakukan perbuatan itu, pemerintahmenganggap bahwa
sedangkan pembelaan diri dalam arti berdasarkan kemanfaatan (utilitas)
noodweer exces si pembuat tindak pidana kepadamasyarakat, sehingga diambil
karena mengalami keguncangan jiwa yang kebijakan untuk tidak diadakan
sangat hebat atau mengalami tekanari jiwa penuntutan.
yang hebat (hevige gemoeds-beweging), 2. Oleh karena itu, noodweer masih tetap
sehingga pembelaan itu tidak harus bersifat dipertahankan hingga sekarang sebagai
geboden dan noodzakelijke; salah satu alasan peniadaan pidana,
b. Perbuatan melawan hukum dalam arti sebagaimana dijabarkan di dalam pasal
noodweer merupakan alasan pemaaf 49 ayat (1), KUHP. Noodweer digunakan

34
> Æ Œ]u v s}oX /slE}X òlAgslîìíñ

sebagai alasan pembenar, tetapi bukan R. Atung Remoemihardja, Hukum Pidana,


alasan yang membenarkan perbuatan Tarsito Bandung 1984
melanggar hukum, melainkan seseorang Satochid, Kartanegara Hukum Pidana;
yang terpaksa melakukan tindak pidana Kumpulan Kuliah, Bagian Satu, Balai Lektur
dapat dimaafkan karena terjadi Manasiswa
pelanggaran hukum yang mendahului Utrecht, Hukum Pidana I, Universitas Bandung,
perbuatan itu. Pandangan ini telah diakui 1967
oleh hukum pidana bahwa seseorang itu Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
memang dianggap berhak untuk
melakukan suatu perbuatan tertentu
sebagai bentuk pembelaan terpaksa,
Oleh karena itu, noodweer merupakan
pembelaan hak terhadap ketidakadilan,
sehingga seseorang yang melakukan
perbuatan dan memenuhi unsur-unsur
tindak pidana oleh undang-undang
dimaafkan karena pembelaan terpaksa.

B. Saran
1. Dalam rangka pembentukan KUHP
Nasional tentang alasan pemaaf, alasan
pembenar dan alasan penghapus
kesalahan, diberi penafsiran secara
otentik jangan hanya menyerahkannya
kepada ilmu pengetahuan hukum
pidana.
2. Kepada para penegak hukum perlu
untuk memahami ajaran mengenai
alasan pemaaf, alasan pembenar dan
alasan penghapus kesalahan agar tidak
mengalami kesulitan dalam praktek
penegakan hukum.

DAFTAR PUSTAKA
Azas-Azas Hukum Pidana Indonesia, Rafika
Bandung 2005
Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan
Tertulis di Indonesia, PT. Raja Grafindo
Persada: Jakarta 2003
MoeljatnoU Ì •- Ì • ,µlµu W] v U ]v
l• Œ U : l Œš U íõôñ
Moeljatno, Azas-Azas Hukum Pidana, Bina
Aksara Jakarta 1985
P.A.F. Lumintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana
Indonesia, Sinar Baru, Bandung 1984
Z}v] WiyantoU Ì •- Ì • ,µlµu W] v
/v }v •] U sX D v Œ D iµU v µvPU îìíî
R. Soesilo, KUHP Serta Komentar-Komentarnya
Lengkap Pasal Demi Pasal, Politeia, Bogor
1988

35

Anda mungkin juga menyukai