Anda di halaman 1dari 8

Lex Administratum, Vol. IV/No.

3/Mar/2016

PERCOBAAN SEBAGAI ALASAN apakah teori percobaan yang objektif atau yang
DIPERINGANKANNYA PIDANA BAGI PELAKU subjektif yang dianut oleh pembentuk KUHP.
TINDAK PIDANA MENURUT KUHP1 Juga tidak ada penjelasan pasal yang dapat
Oleh: Meril Tiameledau2 lebih memberikan keterangan tentang teori
yang menjadi latar belakang penyusunan pasal-
ABSTRAK pasal itu.
Penelitiahn ini dilakukan dengan tujuan untuk Kata kunci: Percobaan, alasan peringanan
mengetahui apa yang menjadi dasar pidana, pelaku
diperingankannya serta diperberatnya pidana
bagi pelaku tindak pidana menurut KUHP dan PENDAHULUAN
alasan-alasan apa yang menjadi dasar bahwa A. Latar Belakang
percobaan dapat memperingankan pidana bagi Suatu perbuatan biasanya merupakan
pelaku tindak pidana menurut KUHP. Dengan sebuah proses, baik proses tersebut
menggunakan metode penelitian yuridis berlangsung dengan cepat maupun lambat.
normatif, maka dapat disimpulkan: 1. Dasar- Demikian pula dengan perbuatan pidana atau
dasar diperingankannya pidana dan tindak pidana dalam bentuk kejahatan. Di
diperberatkannya pidana terhadap si pembuat dalam proses tindak pidana yang merugikan
dari sudut luas berlakunya dalam undang- seseorang terdapat suatu tahap yang sudah
undang dibedakan menjadi dua, yaitu dasar- berbahaya meskipun proses itu belum selesai,
dasar diperingannya dan diperberatkannya dan tentu saja hukum tidak perlu menunggu
pidana umum dan pidana khusus. Dalam KUHP sampai selesainya perbuatan yang merugikan
Alasan-alasan peringan pidana, diantaranya, seseorang tersebut. Disinilah pentingnya diatur
percobaan dan membantu melakukan. Untuk tentang lembaga percobaaan di dalam hukum
alasan-alasan pemberat pidana yaitu, pejabat pidana.3
(pegawai negeri) yang melakukan perbuatan Dalam hukum pidana, ‘percobaan’
pidana melanggar suatu kewajiban khusus dari merupakan suatu pengertian teknik yang agak
jabatannya, pidananya dapat ditambah banyak segi atau aspeknya. Perbedaan dengan
sepertiga dan Pengulangan kejahatan (recidive) arti kata pada umumnya adalah bahwa apabila
dalam Buku Kedua (Kejahatan) Bab XXXI KUHP. dalam hukum pidana dibicarakan hal
Ini merupakan alasan pemberat pidana khusus ‘percobaan’ maka sudah tetap bahwa tujuan
karena berkenaan dengan kejahatan-kejahatan yang dikejar adalah tidak tercapai. Unsur
yang tertentu saja. 2. Alasan yang menjadi ‘belum tercapai’ tidak ada, dan maka dari itu
dasar bahwa percobaan dapat tidak menjadi persoalan.4 Menurut kata sehari-
diperingankannya pidana bagi pelaku tindak hari yang disebut dengan percobaan yaitu
pidana menurut KUHP kepada si pembuat yang menuju kesesuatu hal, tetapi tidak sampai pada
gagal atau tidak selesai dalam melakukan hal yang dituju, atau hendak berbuat sesuatu
kejahatan dan demikian juga orang yang yang sudah dimulai, tetapi tidak sampai selesai.
membantu orang lain dalam melakukan Misalnya akan membunuh orang, telah
kejahatan, ancaman pidananya dikurangi menyerang akan tetapi orang yang diserang itu
sepertiga dari ancaman maksimum pada tidak sampai mati; bermaksud mencuri barang,
kejahatan yang dilakukan. Dari sudut pandang tetapi barangnya tidak sampai terambil, dan
teori percobaan subjektif, pelakunya tetap sebagainya.5
dapat dipidana karena percobaan tindak Percobaan yang dalam bahasa Belanda
pidana. Hal ini disebabkan dasar dapat disebut “poging” menurut doktrin adalah
dipidananya percobaan tindak pidana adalah adalah suatu kejahatan yang sudah dimulai.
watak yang berbahaya bagi si pelaku. Rumusan
3
Pasal 53 dan 54 KUHP, tidak dapat diketahui Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, edisi revisi, RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 2013, hal. 151.
4
Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Leonard S. Indonesia, edisi ketiga, Refika Aditama, Bandung, 2014,
Tindangan, SH, MH; Veibe V. Sumilat, SH, MH. hal. 106.
2 5
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. R. Soesilo, Pokok-Pokok Hukum Pidana, Peraturan Umum
110711334 dan Delik Khusus, PT. Karya, Bandung, 1984, hm. 76.

155
Lex Administratum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016

Tetapi belum selesai atau belum sempurna. akan diperingan karena terklasifikasi sebagai
Walaupun Kitab Undang-Undang Hukum Pidana perbuatan percobaan. Yang jelas bahwa
(KUHP) telah merumuskan berbagai jenis percobaan adalah merupakan perbuatan tindak
kejahatan dan mengancam dengan pidana pidana dan dapat dihukum apabila sudah
untuk masing-masing, hukum pidana tidak dikombinasikan dengan salah satu pasal dalam
mengambil resiko agar kejahatan terjadi KUHP.10
sepenuhnya, atau akibatnya KUHP juga
mengancam perbuatan yang baru merupakan B. Rumusan Masalah
permulaan, agar dapat dicegah terjadinya 1. Hal-hal apa yang menjadi dasar
korban.6 diperingankannya serta diperberatnya
Pembentuk Undang-Undang sendiri tidak pidana bagi pelaku tindak pidana menurut
memberikan penjelasan tentang apa yang KUHP ?
sebenarnya dimaksud dengan percobaan atau 2. Alasan-alasan apakah yang menjadi dasar
“poging” itu, akan tetapi telah menyebutkan bahwa percobaan dapat memperingankan
syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang pidana bagi pelaku tindak pidana menurut
pelaku, agar pelaku tersebut dapat dipidana KUHP ?
sebagaimana yang dimaksud dalam rumusan
Pasal 53 KUHP.7 C. Metode Penelitian
Doktrin mengatakan bahwa yang disebut Dalam penulisan Skripsi ini, penulis
“percobaan” atau “poging” adalah “Permulaan menggunakan metode pendekatan yang tepat
kejahatan yang belum selesai”. 8 Bilamanakah sesuai dengan permasalahan yang telah
suatu delik disebut selesai dan kapan pula delik ditentukan. Pendekatan masalah yang dipilih
itu disebut belum selesai? Dari perumusan delik dalam penulisan Skripsi ini adalah dengan
maka dapatlah diketahui kapan suatu delik menggunakan pendekatan yuridis normatif.
dinyatakan selesai dan kapan belum selesai.
Perumusan ‘delik’ ada dua macam, yaitu: PEMBAHASAN
a. Delik yang dirumuskan secara formal atau A. Dasar-Dasar Peringan dan Pemberatan
disebut juga delik formal; dan Pidana Dalam KUHP
b. Delik yang dirumuskan secara material atau Dasar-dasar diperingankannya pidana
disebut juga delik material.9 terhadap si pembuat dari sudut luas
Dari perumusan delik-delik di atas, maka berlakunya dalam undang-undang dibedakan
pengertian delik material dimana disebutkan menjadi dua, yaitu dasar-dasar diperingannya
bahwa delik itu disebut selesai apabila akibat pidana umum dan dasar-dasar diperingannya
yang dilarang dan diancam dengan hukuman pidana khusus. Dasar umum berlaku pada
oleh Undang-Undang itu telah timbul atau telah tindak pidana umumnya, sedangkan dasar
tejadi. Dengan demikian, percobaannya dapat khusus hanya berlaku pada tindak pidana
dihukum apabila orang telah memulai khusus tertentu saja.11
melakukan perbuatan yang menurut sifatnya Alasan-alasan peringan pidana dalam KUHP,
dapat langsung menimbulkan akibat yang yaitu:
dilarang dan diancam dengan hukuman oleh 1. Percobaan.
Undang-Undang. Jika akibat yang dilarang tidak 2. Membantu melakukan.
terjadi dan perbuatan tersebut diurungkan 3. Jika seorang ibu karena takut akan diketahui
pelaksanaannya oleh pelaku maka dengan orang tentang kelahiran anaknya tidak lama
sendirinya, perbuatan percobaan tersebut tidak sesudah melahirkan, menempatkan anaknya
akan di hukum atau paling tidak hukumannya untuk ditemukan atau meninggalkannya
dengan maksud untuk melepaskan diri
6
Teguh Prasetyo, Op-Cit. daripadanya. Ini merupakan alasan peringan
7
I Made Widnyana, Asas-Asas Hukum Pidana, Buku pidana khusus.
Panduan Mahasiswa, Fikahati Aneska, Jakarta, 2010, hal.
160.
8 10
Satochid Kartanegara, Hukum Pidana, Bagian Satu, Balai Ibid, hal. 163.
11
Lektur Mahasiswa, jakarta, Tanpa Tahun, hal. 161. Alfitra, Hapusnya Hak Menuntut & Menjalankan Pidana,
9
I Made Widnyana, Op-Cit, hal. 161. Raih Asa Sukses, Jakarta, 2012, hal. 35.

156
Lex Administratum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016

4. Seorang ibu yang karena takut akan dasar yang memperingan pidana umum yang
ketahuan melahirkan anak pada saat anak yang ditentukan dalam Bab III Buku I.
dilahirkan atau tidak lama kemudian, Terhadap seorang yang belum dewasa yang
dengan sengaja merampas nyawa anaknya. dituntut pidana karena melakukan suatu
Ini merupakan alasan peringan pidana perbuatan ketika umurnya belum 16 tahun
khusus. maka hakim dapat menentukan salah satu
5. Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat diantara tiga kemungkinan, yaitu:15
yang ditentukan karena takut akan ketahuan 1) Memerintahkan agar anak itu dikembalikan
bahwa ia akan melahirkan anak pada saat kepada orang tuanya, walinya, atau
anak dilahirkan atau tidak lama kemudian pemeliharanya tanpa pidana apa pun;
merampas nyawa anaknya, ini diancam 2) Memerintahkan agar anak itu diserahkan
dengan pidana karena melakukan kepada pemerintah, tanpa pidana apapun,
pembunuhan anak sendiri dengan rencana. ialah apabila perbuatan yang dilakukannya
Ini juga merupakan alasan peringan pidana berupa kejahatan atau salah satu
khusus.12 pelanggaran Pasal 489, 490, 492, 496, 497,
503, 505, 514, 517-519, 526, 531, 532, 536,
Alasan-alasan pemberat pidana dalam dan 540 dan belum lewat 2 tahun sejak
KUHP, yaitu: dinyatakan bersalah karena melakukan
a. Pejabat (pegawai negeri) yang melakukan kejahatan atau salah satu pelanggaran
perbuatan pidana melanggar suatu tersebut diatas dengan putusan yang telah
kewajiban khusus dari jabatannya, atau menjadi tetap;
pada waktu melakukan perbuatan pidana 3) Menjatuhkan pidana.
memakai kekuasaan, kesempatan atau Kemungkinan yang pertama dan kedua
sarana yang diberikan kepadanya karena adalah berupa tindakan. Pada kemungkinan
jabatannya, pidananya dapat ditambah kedua menyerahkan anak itu pada pemerintah
sepertiga (Pasl 52 KUHP). dapat dipilih oleh hakim, dalam dua hal,
b. Pengulangan kejahatan (recidive) dalam yaitu:16Dalam hal anak itu melakukan kejahatan
Buku Kedua (Kejahatan) Bab XXXI KUHP. Ini dan dalam hal anak itu melakukan pelanggaran,
merupakan alasan pemberat pidana khusus terhadap pasal-pasal tersebut diatas dan
karena berkenaan dengan kejahatan- pelanggaran yang mana belum lewat 2 tahun
kejahatan yang tertentu saja.13 (pengulangan)sejak dijatuhi pidana dengan
putusan yang telah mempunyai kekuatan
Selain itu, alasan-alasan yang menyebabkan hukum tetap.
diperingankannya pidana umum. Menurut
KUHP yaitu Belum berumur 16 tahun (Pasal 45 Apabila hakim memerintahkan anak itu
KUHP) diserahkan pada pemerintah, menurut Pasal 46
Bab III Buku I KUHP mengatur tentang hal- maka ia:17
hal yang menghapus, mengurangkan atau a. Dimasukan pada rumah pendidikan Negara
memberatkan pidana, tentang hal yang untuk menerima pendidikan dari
memperingan (mengurangkan) pidana dimuat pemerintah, atau dikemudian hari dengan
dalam Pasal 45, 46, dan 47. Akan tetapi sejak cara lain; atau
berlakunya UU No. 3 Tahun 1977 tentang b. Diserahkan pada:
Peradilan Anak ketiga Pasal itu sudah tidak 1. Diserahkan pada seorang tertentu
berlaku lagi.14 yang bertinggal di Indonesia; atau
Menurut Pasal 45, hal yang memperingan 2. Suatu badan hukum, yayasan, atau
pidana ialah sebab si pembuat merupakan lembaga amal yang berkedudukan di
seorang anak yang umurnya belum mencapai Indonesia untuk menyelenggarakan
16 (enam belas ) tahun. Inilah satu-satunya pendidikannya atas tanggungan

12 15
Frans Maramis, Op.Cit hal. 248. Ibid., hal. 36.
13 16
Ibid., Ibid.,
14 17
Alfitra, Loc.Cit. Ibid., hal 37

157
Lex Administratum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016

pemerintah, atau dikemudian hari pidana perampasan barang tertentu,


dengan cara lain, kedua hal diatas juga pidana pembayaran ganti rugi`
dijalankan sampai anak itu berumur d. Batasan dapat dijatuhkannya pidana
18 tahun. dengan bersyarat menurut KUHP ialah
Selanjutnya jika hakim memilih yang ketiga dalam hal hakim menjatuhkan pidana
menjatuhkan pidana dalam hal ini (menurut penjara paling lama satu (1) tahun;
pasal 47) terdapat dua kemungkinan berikut:18 pidana kurungan atau pidana denda
a) Dalam hal tindak pidana yang tidak pasal I 4a. Sementara itu, menurut UU
diancam pidana mati atau pidana penjara No. 3 tahun 1977 hakim boleh
seumur hidup,maka hakim menjatuhkan menjatuhkan pidana dengan bersyarat
pidana yang berat atau lamanya adalah hanyalah mengenai pidana penjara saja
maksimum pidana pokok yang yang paling lama dua (2) tahun, dan
dicantumkan pada tindak pidana yang tidak pada pidana kurungan dan pidana
dilakukannya itu dikurangi sepertiganya. denda (pasal 29) .
b) Dalam hal kejahatan yang diancam e. Menurut KUHP, dalam hal hakim
demgan pidana mati atau penjara seumur menjatuhkan pidana denda dan denda
hidup,maka tidak dapat dijatuhi pidana tidak dibayar, maka diganti dengan
mati atau pidana penjara seumur hidup, kurungan pengganti denda yang
tetapi hakim menjatuhi pidana penjara lamanya minimum satu (1) hari dan
selama-lamanya lima belas (15) tahun. maksimum enam (6) bulan, dan dalam
Sementara itu pidana tambahan pencabutan hal ada pemberatan pidana dapat
hak-hak tertentu dan pengumuman putusan diperpanjang menjadi paling lama
hakim tidak dapat dijatuhkan (pasal 47 ayat 3). delapan (8) bulan (pasal 30). Menurut
Adapun maksud ketentuan ini adalah memberi UU No.3 tahun 1977 bila denda tidak
perlindungan hukum kepada terpidana anak dibayar, diganti dengan wajib latihan
bagi nasib dan kehidupannya di masa depan.19 kerja paling lama 90 hari yang tiap hari
Perbedaan ketentuan mengenai hal tidak lebih dari 4 jam latihan kerja
peringan pidana menurut KUHP dengan UU No. (pasal 28), dan tidak dapat
3 tahun 1977, antara lain:20 diperpanjang dengan alasan apapun.
a. Batasan anak yang dapat diperingan f. Terhadap anak belum berumur enam
pidananya dalam hal melakukan tindak belas (16) tahun yang melakukan tindak
pidana, menurut KUHP ialah belum pidana yang diancam dengan pidana
berumur 16 tahun, sedangkan menurut mati atau pidana penjara seumur
UU No. 3 tahun 1977 ialah telah hidup, menurut KUHP hanya dapat
berumur 8 tahun tetapi belum berumur dipidana penjara selama-lamanya 15
delapan belas (18) tahun dan belum tahun. Namun, menurut UU No. 3
pernah kawin. tahun 1977 terhadap anak nakal telah
b. Jenis pidana pokok yang dapat berumur dua belas (12) tahun tetapi
dijatuhkan menurut KUHP ada tiga belum berumur 18 tahun melakukan
jenis, yaitu pidana penjara, pidana tindak pidana yang diancam dengan
kurungan, dan pidana denda. pidana mati atau penjara seumur
Sementara itu, menurut UU No. 3 hidup, hanya dapat dipidana penjara
tahun 1977 ada empat jenis, yaitu paling lama 10 tahun.
selain tiga (3) jenis pidana pokok g. Anak nakal yang dilakukan tindak
tersebut ditambah pidana pengawasan. pidana yang diancam dengan pidana
c. Jenis pidana tambahan yang dapat mati atau pidana seumur hidup
dijatuhkan menurut KUHP ialah hanya menurut KUHP, tidak ditentukan batas
umur minimalnya untuk dapat
dijatuhkan pidana penjara maksimum
18
Ibid., 15 tahun. Sementara itu, menurut UU
19
Ibid., hal. 38. No. 3 tahun 1977, ditentukan batas
20
Ibid., hal. 42-44.

158
Lex Administratum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016

umur minimalnya ialah telah berumur a) Pada pembunuhan (pasal 341) pembuatnya
12 tahun untuk dapat dipidana penjara (pelaku) adalah seorang ibu dan objeknya
maksimum 10 tahun. adalah bayinya sendiri.
Di sebagian tindak pidana tertentu, ada b) Pada penganiayaan ringan ialah akibat
pula dicantumkan dasar peringan perbuatan berupa tidak menimbulkan
tertentu, yang hanya berlaku khusus penyakit atau halangan untuk menjalankan
terhadap tindak pidana yang pekerjan jabatan atau pencarian (pasal
disebutkan itu saja, dan tidak berlaku 352).
umum untuk segala macam tindak c) Pada pencurian ringan ialah (1) tidak
pidana. Dasar peringan pidana khusus dilakukan dalam sebuah kediaman atau
ini tersebar di dalam pasal-pasal KUHP. pekarangan yang tertutup yang didalamnya
Untuk dapatnya dinyatakan suatu tindak ada tempat kediaman, dan (2) nilai/harga
pidana sebagai tindak pidana lebih ringan tentu benda (objek) kurang dari Rp250,00 (pasal
ada pembandingnya. Dalam tindak pidana lebih 364).
ringan inilah ada unsur menyebabkan d) Penggelapan ringan ialah (1) objeknya
diperingannya pidana terhadap si pembuatnya. bukan ternak, dan (2) nilai benda/objek
Tindak pidana bandingnya itu ada dua, yaitu:21 kejahatan kurang dari Rp250,00 (pasal 373).
1. Biasanya pada tindak pidana dalam bentuk e) Penipuan ringan ialah (1) objek kejahatan
pokok, disebut juga bentuk biasa atau bukan ternak, dan (2) nilai benda objek
bentuk standar (eenvoudige delicten); kejahatan kurang dari Rp250,00 (pasal 379).
2. Pada tindak pidana lainnya (bukan Kedua, disebut tindak pidana yang lebih
termasuk bentuk pokok), tetapi ringan, yang pembanding lebih ringannya
perbuatannya serta syarat-syarat lainnya itu bukan pada bentuk pokok, melainkan
sama. Pertama, ada macam tindak pidana pada perbuatan serta syarat-syarat lainnya
tertentu yang dapat dibedakan atau yang sama. Contohnya, kejahatan
dikelompokkan kedalam bentuk pokok, meninggalkan bayi karena takut diketahui
yang lebih berat dan lebih ringan. Pada melahirkan pada pasal 308 jika
tindak pidana bentuk ringan (sama dibandingkan dengan kejahatan
jenisnya), di dalamnya terdapat unsur meninggalkan anak pada pasal 305.
tertentu yang menyebabkan tindak pidana Pasal 305, melarang orang menempatkan
tersebut menjadi lebih ringan daripada anak yang umurnya belum tujuh (7) tahun
bentuk pokoknya. untuk ditemukan atau meninggalkan anak itu
Unsur penyebab ringannya inilah yang dengan maksud untuk melepaskan diri
dimaksud dengan dasar diperingannya pidana daripadanya, yang diancam dengan pidana
khusus. Contohnya, tindak pidana dalam penjara maksimum lima (5) tahun enam (6)
bentuk pokok: pembunuhan (pasal 338), bulan. Sementara itu, pasal 308 kejahatan yang
penganiayaan (pasal 351 ayat 1), pencurian seperti itu jika dilakukan oleh seorang ibu
(pasal 362), penggelapan (pasal 372), dan terhadap bayinya sendiri tidak lama setelah ia
penipuan (pasal 378). Pada tindak pidana dalam melahirkan bayinya karena takut diketahui
jenis yang sama (contoh diatas), ada yang melahirkannya, pidana terhadap si ibu ini
dalam betuk lebih ringan (kadang disebut maksimum separuh dari ancaman pidana pada
tindak pidana ringan), yaitu pembunuhan pasal 305. Hal yang meringankan pidana dari
dalam hal yang meringankan (pasal 341), kejahatan pasal 308 ini ialah (1) pelakunya ialah
penganiayaan ringan (pasal 352), pencurian seorang ibu, dan (2) dilakukan kejahatan itu
ringan (pasal 364), penggelapan ringan (pasal pada bayinya sendiri, dan (3) takut diketahui
373), dan penipuan ringan (pasal 379).22 melahirkan bayi. Dasar peringan pidana disini
Dasar penyebab diperingannya tindak berdiri secara kumulatif.24
pidana tersebut sebagai berikut:23

21
Ibid., hal. 46.
22
Ibid., hal. 47.
23 24
Ibid., Ibid., hal. 48.

159
Lex Administratum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016

B. Alasan-Alasan Yang Menjadi Dasar Bahwa yang membantu kejahatan, pastilah dia
Percobaan Dapat Memperingankan Pidana tidak dipidana.
Bagi Pelaku Tindak Pidana Menurut KUHP 2. Ketentuan mengenai dipidananya pembuat
Percobaan kejahatan dan pembantuan yang gagal (percobaan) dan pembuat
kejahatan, yang menurut Undang-Undang Pasal pembantu (madeplichtige) tidak dimuat
53 ayat 2 dan Pasal 57 ayat 1 pidana maksimum dalam Bab III Buku I tentang “Hal-hal yang
terhadap si pembuatnya dikurangi sepertiga Menghapuskan, Mengurangi, atau
dari ancaman maksimum pada kejahatan yang Memberatkan pidana.” Apabila pembetuk
dilakukan tersebut. Pada kenyataanya menurut undang-undang berpandangan bahwa
Undang-Undang kepada si pemuat yang gagal percobaan dan pembantuan itu adalah
atau tidak selesai dalam melakukan kejahatan sebagai alasan pengurangan pidana
dan demikian juga orang yang membantu orang sebagaimana halnya anak yang usianya
lain dalam melakukan kejahatan, ancaman belum 16 tahun, dan bermaksud demikian,
pidananya dikurangi sepertiga dari ancaman tentulah hal percobaan dan hal
maksimum pada kejahatan yang dilakukan. pembantuan itu dimasukkan dalam Bab III
Berarti disini ada peringanan pidana, jika Buku I ini, dan tidak di dalam bab yang lain.
dibandingkan dengan pembuat kejahatan Pasal 53 KUHP ditentukan bahwa:26
selesai atau bagi si pembuatnya ( pleger/ a) Mencoba melakukan kejahatan dipidana,
pelaku pelaksanaan) sendiri. Namun, jika niat untuk itu telah ternyata dari
sesungguhnya percobaan dan pembantuan ini adanya permulaan pelaksanaan, dan tidak
adalah berupa dasar peringanan yang semu, selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-
bukan dasar peringanan yang sebenarnya mata disebabkan karena kehendaknya
disebabkan hal-hal sebagai berikut:25 sendiri.
1. Percobaan dan pembantuan adalah suatu b) Maksimum pidana pokok terhadap
ketentuan/aturan umum (yang dibentuk kejahatan, dalam hal percobaan dikurangi
oleh pembentuk undang-undang) sepertiga.
mengenai penjatuhan pidana terhadap c) jika kejahatan diancam dengan pidana mati
pembuat yang gagal dan orang yang atau pidana penjara seumur hidup,
membantu orang lain melakukan dijatuhkan pidana penjara paling lama lima
kejahatan, yang artinya orang yang belas tahun.
mencoba itu atau orang yang membantu d) pidana tambahan bagi percobaan sama
(pelaku pembantu) tidak mewujudkan dengan kejahatan selesai.
suatu tindak pidana tertentu, hanya Kemudian pada pasal 54 KUHP ditentukan
mengambil sebagian syarat dari sekian secara singkat bahwa mencoba melakukan
syarat dari suatu tindak pidana tertentu. kejahatan, yaitu jenis delik yang ditempatkan
Wujud/bentuk perbuatan apa yang dalam buku II KUHP saja, yang dapat dipidanna.
dilakukan oleh pelaku pencoba atau pelaku Rumusan pasal 53 ayat (1) dapat
pembantu tidaklah memenuhi syarat bagi dirumuskan bahwa percobaan adalah
suatu tindak pidana tertentu selesai, pada perbuatan yang merupakan permulaan yang
dasarnya ia tidak melakukan kejahatan dan menyatakan adanya niat, tetapi pelaksanaan itu
pada dasarnya pula ia tidak dipidana. Hanya tidak selesai bukan semata-mata disebabkan
karena oleh undang-undang saja yang karena kehendaknya sendiri.
menentukan dipidananya. Percobaan dan Unsur-unsur percobaan menurut rumusan
pembantuan adalah hal mengenai pasal 53 ayat (1) KUHPid, yaitu:
perluasan pertanggungjawaban pidana. 1. Adanya niat
Oleh karena itu, andaikata pembentuk Percobaan tindak pidana yang diancam
undang-undang tidak menentukan pidana hanyalah percobaan melakukan
dapatnya dipidana pada orang yang kejahatan saja. Dalam pasal 53 ayat 1 KUHPid
mencoba melakukan kejahatan atau orang dikatakan bahwa “mencoba melakukan

26
Tim Penerjemah BPHN, Kitab Undang-Undang Hukum
25
Ibid., hal. 44-46. Pidana, (Jakarta: Sinar Harapan, 1983), hal. 33-34

160
Lex Administratum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016

kejahatan (misdriff) dipidana,..”. Dalam Pasal diluar kehendak si pelaku maupun kehendak
54 KUHP juga ditegaskan bahwa mencoba dari si pelaku sendiri.30
melakukan pelanggaran (Belanda: overtreding) Perlu pula dikemukakan bahwa ada
tidak dipidana. Mengenai cakupan dari niat perbuatan-perbuatan tertentu yang
(voornemen), pada umumnya para ahli hukum percobaanya sudah ditentukan sebagai delik
pidana sependapat bahwa hal ini mencakup selesai oleh pembentuk undang-undang,
semua bentuk kesengajaan, yaitu meliputi:27 malahan ada perbuatan yang persiapanya
a) sengaja sebagai maksud (opzet als sudah ditentukan sebagai delik selesai oleh
oogmerk); pembentuk undang-undang.31
b) sengaja dengan kesadaran tentang
kepastian/keharusan; dan c. Tidak selesainya pelaksanaan bukan
c) sengaja dengan kesadaran tentang semata-mata karena sehendaknya sendiri
kemungkinan atau dolus eventualis. Tidak selesainya pelaksanaan bukan semata-
a. Adanya permulaan pelaksanaan yang mata karena kehendaknya sendiri, sebenarnya
menyatakan niat. bukan syarat untuk di pidananya percobaan
Tidak seorangpun dapat dipidana hanya melakukan kejahatan melainkan merupakan
semata-mata karena adanya niat saja, dalam alasan pengecualian pidana.
hukum pidana dikenal adanya adagium Dengan demikian, yang menjadi syarat-
cogitationis poenam nemo patitur, yaitu: tidak syarat untuk dapat di pidananya percobaan
seorangpun dapat dipidananya atas apa yang tindak pidana (kejahatan) adalah:32
semata-mata hanya ada dalam pikirannya.28 1. Adanya niat untuk melakukan kejahatan;
Niat itu harus diwujudkan keluar dalam 2. Niat itu telah ternyata dari adanya
wujud suatu sikap fisik tertentu. karenanya, permulaan pelaksanaan;
salah satu syarat dari percobaan tindak pidana 3. Pelaksanaan itu tidak selesai.
adalah bahwa telah adanya permulaan
pelaksanaan dari niat tersebut.Penganut teori PENUTUP
ini percobaan objektif dan teori percobaan A. Kesimpulan
subjektif berbeda pendapat tentang apakah 1. Dasar-dasar diperingankannya pidana dan
pelaksanaan itu merupakan pelaksanaan diperberatkannya pidana terhadap si
kejahatan. Menurut penganut teori percobaan pembuat dari sudut luas berlakunya dalam
objektif, pelaksanaan yang dimaksud dalam undang-undang dibedakan menjadi dua,
pasal 53 ayat 1 KUHP adalah pelaksanaan yaitu dasar-dasar diperingannya dan
kejahatan sedangkan menurut teori subjektif, diperberatkannya pidana umum dan
pelaksanaan yang dimaksudkan disitu adalah pidana khusus. Dalam KUHP Alasan-alasan
pelaksanaan niat.29 peringan pidana, diantaranya, percobaan
Tetapi, apakah pelaksanaan dalam pasal 53 dan membantu melakukan. Untuk alasan-
ayat 1 KUHP itu merupakan pelaksanaan niat alasan pemberat pidana yaitu, pejabat
atau kejahatan, tidak membawa konsekuensi (pegawai negeri) yang melakukan
perbedaan praktis yang penting. perbuatan pidana melanggar suatu
kewajiban khusus dari jabatannya,
b. Pelaksaan tidak selesai pidananya dapat ditambah sepertiga dan
Tidak selesainya pelaksanaan menyebabkan Pengulangan kejahatan (recidive) dalam
perbuatan merupakan suatu percobaan. Justru Buku Kedua (Kejahatan) Bab XXXI KUHP. Ini
karena tidak selesainya pelaksanaan sehingga merupakan alasan pemberat pidana
perbuatan diklasifikasi sebagai percobaan. khusus karena berkenaan dengan
Tidak selesainya pelaksanaan itu dapat terjadi kejahatan-kejahatan yang tertentu saja.
karena berbagai sebab, baik oleh sebab yang 2. Alasan yang menjadi dasar bahwa
percobaan dapat diperingankannya pidana

27 30
Frans Maramis Op.Cit., hal. 205. Ibid.,
28 31
Ibid., Ibid.,
29 32
Ibid., Ibid.,

161
Lex Administratum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016

bagi pelaku tindak pidana menurut KUHP Maramis Frans, Hukum Pidana Umum dan
kepada si pembuat yang gagal atau tidak Tertulis di Indonesia, PT. RajaGrafindo
selesai dalam melakukan kejahatan dan Persada, Jakarta, 2012.
demikian juga orang yang membantu Muladi dan Barda Nawawi Arief, Pidana dan
orang lain dalam melakukan kejahatan, Pemidanaan, Badan Penyediaan Bahan
ancaman pidananya dikurangi sepertiga Kuliah Fak. Hukum UNDIP, Semarang, 1984.
dari ancaman maksimum pada kejahatan PAF. Lamintang, Hukum Penitensier Indonesia,
yang dilakukan. Dari sudut pandang teori Armico, Bandung, 1984.
percobaan subjektif, pelakunya tetap Poernomo Bambang, Asas-asas Hukum Pidana,
dapat dipidana karena percobaan tindak Jakarta Ghalia Indonesia, 1978.
pidana. Hal ini disebabkan dasar dapat Prakoso Djoko, Tindak Pidana Penerbangan di
dipidananya percobaan tindak pidana Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983.
adalah watak yang berbahaya bagi si Prasetyo Teguh, Hukum Pidana, edisi revisi,
pelaku. Rumusan Pasal 53 dan 54 KUHP, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2013.
tidak dapat diketahui apakah teori Prodjodikoro Wirjono, Asas-Asas Hukum Pidana
percobaan yang objektif atau yang di Indonesia, edisi ketiga, Refika Aditama,
subjektif yang dianut oleh pembentuk Bandung, 2014.
KUHP. Juga tidak ada penjelasan pasal Schaffmeister, D, .H. Keizer, dan E. P Sutorius,
yang dapat lebih memberikan keterangan Hukum Pidana, Yogyakarta, Liberty, 1995.
tentang teori yang menjadi latar belakang Sianturi S.R., Azas-Azas Hukum Pidana di
penyusunan pasal-pasal itu. Indonesia dan Penerapannya, Alumni AHM-
PTHM, Jakarta, 1989.
B. Saran Soekanto Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian
1. Perlu diklasifikasikan secara jelas mengenai Hukum Normatif; Suatu Tinjauan Singkat, PT
tindak pindana yang dapat dikenakan Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003.
sanksi pidana diperingan dan diperberat Soesilo R., Pokok-Pokok Hukum Pidana,
tehadap pelaku tindak pidana. Peraturan Umum dan Delik Khusus, PT.
2. Perlu memberikan penjelasan dan Karya, Bandung, 1984.
kepastian hukum terhadap Pasal 53 tentang Sudarto, Hukum Pidana Jilid I A dan I B, Fakultas
Percobaan, sehingga tidak menimbulkan Hukum UNSOED Purwokerto, 1990.
perbedaan putusan diantara para hakim Tresna R., Azas-Azas Hukum Pidana, PT Tiara
untuk dapat memberikan sanksi pidana Ltd., Jakarta, 1959.
terhadap pelaku pidana, agar hal tersebut Widnyana I Made, Asas-Asas Hukum Pidana,
dapat membuat efek jera kepada setiap Buku Panduan Mahasiswa, Fikahati Aneska,
pelaku yang akan melakukan tindak pidana. Jakarta, 2010.
Zaidan M. Ali, Menuju Pembaharuan Hukum
DAFTAR PUSTAKA Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 2015.
Alfitra, Hapusnya Hak Menuntut &
Menjalankan Pidana, Raih Asa Sukses, Sumber Referensi lain:
Jakarta, 2012. http://www.fh.unsoed.ac.id/sites/default/bibli
Bemmelen van J. M., Hukum Pidana 1, Hukum ofile/BAB%20TINJAUAN%20PUSTAKA.pdf.
Pidana Material Bagian Umum, Terjemahan http://www.appehutauruk.blogspot.co.id/2012
Hasnan, Bina Cipta, Jakarta, 1984. /09/teori-relatif-dalam-hukum-pidana.html.
Jonkers J. E., Buku Pedoman Hukum Pidana http://www.definisi-
Hindia Belanda, (Jakarta: Bina Aksara, 1987). pengertian.com/2015/07/pengertian-teori-
Kartanegara Satochid, Hukum Pidana, Bagian pemidanaan.html
Satu, Balai Lektur Mahasiswa, jakarta.
Laden Marpaung, Asas- Teori- Praktik Hukum
Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 2005.
Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana
Indonesia, Sinar Baru, Bandung, 1984,

162

Anda mungkin juga menyukai