Anda di halaman 1dari 10

Tindak Pidana Percobaan

BAB I
pendahuluan

A.    Latar belakang


kata Pada umumnya percobaan atau poging, berarti suatu usaha mencapai suatu
tujuanyang pada akhirnya tidak atau belum tercapai. Dalam hukum pidana percobaan merupakan
suatu pengertian teknik yang memiliki banyak segi atau aspek. Perbedaan dengan arti kata pada
umumnya adalah apabila dalam hukum pidana dibicarakan hal percobaan, bebarti tujuan yang
dikejar tidak tercapai. Unsur belum tercapai tidak ada, namun tidak menjadi persoalan.

Menurut kata sehari-hari yang disebut dengan percobaan yaitu menuju kesesuatu hal,
tetapi tidak sampai pada hal yang dituju, atau hendak berbuat sesuatu yang sudah dimulai, tetapi
tidak sampai selesai. Misalnya akan membunuh orang, telah menyerang akan tetapi orang yang
di serang itu tidak sampai mati, bermaksud mencuri barang, tetapi barangnya tidak sampai
terambil, dan sebagainya. Dan suatu perbuatan dapat dikatakan poging apabila memenuhi syarat-
syarat, yaitu: adanya niat, permulaan pelaksanaan, dan tidak selesainya perbutan bukan karena
kehendak si pelaku.
B.     Rumusan masalah
1.      Bagaimana pengaturan tentang percobaan tindak pidana ?
2.      Apa sanksi yang dijatuhkan Hakim terhadap Tindak Pidana dalam Putusan tersebut ?
3.      Bagaimana analisis saudara terhadap putusan tersebut?
BAB II
KERANGKA TEORITIS

Hukum Pidana
Hukum Pidana, sebagai salah satu bagian independen dari Hukum Publik merupakan
salah satu instrumen hukum yang sangat urgen eksistensinya sejak zaman dahulu. Hukum ini
ditilik sangat penting eksistensinya dalam menjamin keamanan masyarakat dari ancaman tindak
pidana, menjaga stabilitas negara dan (bahkan) merupakan “lembaga moral” yang berperan
merehabilitasi para pelaku pidana. Hukum ini terus berkembang sesuai dengan tuntutan tindak
pidana yang ada di setiap masanya.

A. Definisi Hukum Pidana


Hukum Pidana sebagai Hukum yang mengatur perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Undang-
Undang dan berakibat diterapkannya hukuman bagi siapa yang melakukannya dan memenuhi
unsur-unsur perbuatan yang disebutkan dalam Undang-Undang Pidana. Seperti perbuatan yang
dilarang dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Undang-Undang Korupsi, Undang-
Undang HAM dan lain sebagainya. Hukum pidana adalah hukum yang mengatur perbuatan-
perbuatan apa yang dilarang dan memberikan hukuman bagi yang melanggarnya. Perbuatan yang
dilarang dalam hukum pidana adalah:
• Pembunuhan
• Pencurian
• Penipuan
• Perampokan
• Penganiayaan
• Pemerkosaan
• Korupsi
Sementara Dr. Abdullah Mabruk an-Najar dalam diktat “Pengantar Ilmu Hukum”-nya
mengetengahkan defenisi Hukum Pidana sebagai “Kumpulan kaidah-kaidah Hukum yang
menentukan perbuatan-perbuatan pidana yang dilarang oleh Undang-Undang, hukuman-
hukuman bagi yang melakukannya, prosedur yang harus dilalui oleh terdakwa dan
pengadilannya, serta hukuman yang ditetapkan atas terdakwa.”
Hukum pidana adalah bagian daripada keseluruhan hukum yang berlaku di suatu Negara, yang
mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk :
• Menetukan perbuatan perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang, dengan
disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi siapa yang melanggar larangan
tersebut.
• Menentukan kapan dan dalam hal hal apa kepada mereka yang telah melanggar larangan
larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah diancamkan.
• Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada
orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut.
Menurut Sudarto, pengertian Pidana sendiri ialah nestapa yang diberikan oleh Negara kepada
seseorang yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan Undang-undang (hukum
pidana), sengaja agar dirasakan sebagai nestapa.

Mengenai percobaan melakukan tindak pidana dapat dilihat pengaturannya dalam Pasal 53 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana. Yang berbunyi sebagai berikut :
(1)  Mencoba melakukan kejahatan dipidana, jika niat untuk itu telah ternyata dan adanya
permulaan pelaksanaan, dan tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-mata
disebabkan karena kehendaknya sendiri.

(2)  Maksimum pidana pokok terhadap kejahatan, dalam hal percobaan dikurangi sepertiga.

(3)  Jika kejahatan diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, dijatuhkan
pidana penjara paling lama lima belas tahun.

(4)  Pidana tambahan bagi percobaan sama dengan kejahatan selesai.


BAB III
METODE PENELITIAN

Makalah ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif, pendekatan yuridis normatif ini
dilakukan dengan cara menelaah dan menginterpretasikan hal-hal yang bersifat teoritis yang
menyangkut asas, konsepsi, doktrin dan norma hukum yang berkaitan dengan pembuktian
perkara pidana.

Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang dilakukan berdasarkan bahan hukum utama
dengan cara menelaah teori-teori, konsep-konsep, asas-asas hukum serta peraturan perundang-
undangan yang berhubungan dengan makalah ini. Pendekatan ini dikenal pula dengan
pendekatan kepustakaan, yakni dengan mempelajari buku-buku, peraturan perundan-undangan
dan dokumen lain yang berhubungan dengan makalah ini.
BAB IV
KASUS
Bahwa ia terdakwa pada hari Sabtu tanggal 18 Juni 2011 sekitar pukul 16.00 wita atau
setidak-tidaknya pada waktu lain dalam bulan Juni tahun 2011, bertempat di Desa Kesumewuho
Kec. Wawotobi Kab. Konawe atau setidak-tidaknya pada tempat lain yang masih termasuk
dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Unaaha yang berwenang memeriksa dan mengadili,
Dengan sengaja merusak kehormatan atau nama baik seseorang dengan jalan menuduh
dia melakukan sesuatu perbuatan dengan maksud yang nyata tersiar tuduhan, perbuatan
mana dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut :

Bahwa ia terdakwa Risna pada waktu dan tempat sebagaimana telah diuraikan diatas,
berawal anak saksi korban bernama ACING pergi membeli makanan ringan dikios milik saudara
RATI yang kebetulan di jaga terdakwa, namun uang yang dibawa anak saksi korban sebanyak
Rp. 1.000,- (seribu rupiah) robek lalu terdakwa mengembalikan uang tersebut karena robek.
Kemudian saksi korban memberikan lagi uang sebesar Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah) dan
terdakwa mengebalikan lagi uang tersebut dengan alasan terlalu besar. Setelah itu saksi korban
pergi meminjam uang Rp. 1.000,- (seribu rupiah) agar membayar utang makanan ringan yang
telah diambil anak saksi korban, tidak lama kemudian anak saksi korban pulang sambil menangis
dan mengatakan kepada saksi korban “bahwa uangnya robek dan dibakar oleh terdakwa lalu
saksi korban mendatangi terdakwa dengan secara baik-baik namun terdakwa banyak bicara
dengan mengatakan “ko datang bawakan saya uang robek” lalu saksi korban menjawab ”astaga
pirullah ibu masi ada kasihan ini uang robek saya pegang“ lalu terdakwa menjawab” banyak
utang kamu sama bapaknya pani” dan mangatakan lagi “kamu jelek, mulutmu moyong.
BAB V
PEMBAHASAN

Percobaan Perbuatan pidana (Poging)


Percobaan melakukan kejahatan diatur dalam Buku ke satu tentang Aturan  Umum, Bab
1V pasal 53 dan 54 KUHP. Adapun bunyi dari pasal 53 KUHP adalah sebagai berikut:
Pasal 53
1.    Mencoba melakukan kejahatan dipidana, jika niat untuk  itu  telah ternyata dari adanya
permulaan  pelaksanaan,  dan tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-mata disebabkan
karena kehendaknya sendiri.
2.    Maksimum pidana pokok  terhadap kejahatan, dalam hal percobaan dikurangi sepertiga.
3.    Jika kejahatan diancam  dengan  pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, dijatuhkan
pidana penjara paling lama lima belas tahun.
4.    Pidana tambahan bagi percobaan sama dengan kejahatan selesai.

Pasal 54 KUHP menyatakan bahwa pelaku percobaan hanya dapat dijatuhi pidana jika perbuatan
pidana yang coba dilakukan dikategorikan sebagai kejahatan, sedangkan apabila perbuatan
pidana yang coba dilakukan dikategorikan sebagai pelanggaran, maka pelakunya tidak dipidana.
Dengan kata lain, mencoba melakukan pelanggaran tidak dipidana.

Menurut wijono Projodikoro Pada umumnya kata percobaan atau poging berarti suatu usaha
mencapai suatu tujuan, yang pada akhirnya tidak atau belum tercapai. Dalam hukum pidana
percobaan merupakan suatu pengertian teknik yang memiliki banyak segi atau aspek. Perbedaan
dengan arti kata pada umumnya adalah apabila dalam hukum pidana dibicarakan hal percobaan,
bebarti tujuan yang dikejar tidak tercapai.

Menurut MvT (memorie van toelichting = penjelasan UU) ialah sebuah kalimat yang berbunyi:
”poging tot misdrijf is dan de bengonnen maar niet voltooide uitveoring van het misdrijf, of wel
door een begin van uitveoring geopenbaarde wil om een bepaald misdrijf te plegen”  yang
artinya adalah suatu kehendak seseorang untuk melakukan tindaka pidana yang telah tampak
terwujud dengan permulaan pelaksanaan (tapi belum selesai juga).
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkanPoging adakalanya suatu kejahatan
telah mulai dilakukan, tetapi tidak dapat diselesaikan sesuai dengan maksut si pelaku. Misalnya,
         A bermaksut mencuri dirumah X. Dengan membongkar dan merusak jendela, A masuk kerumah
X, tetapi karena X terbangun dan jendela terbuka, A kepergok dan ditangkap oleh petugas ronda.
         B adalah seorang copet, pada saat memasukan tangan ke kantong R, ia ketangkap.
Kedua contoh diatas memperlihatkan bahwa maksud pelaku belum terlaksana yaitu X dan R
belum kehilangan sesuatu. Meskipun deemikian, perbuatan A dan B merupakan perbuatan yang
membahayakan kepentingan orang lain yang dilindungi oleh hukum dan layak diancam dengan
hukuman.

a.    Teori Subjektif
Menurut teori ini, kehendak berbuat jahat dari si pelaku ini merupakan dasar ancaman
hukuman. Si pelaku telah terbukti mempunyai kehendak jahat dengan memulai melekukan
kejahatan tersebut.
b.    Teori Objektif
Menurut teori ini, dasar ancaman hukuman bagi sipelaku percobaan adalah karena sifat
perbuatan pelaku telah membahayakan.

Sanksi Terhadap Percobaan


Sanksi terhadap percobaan di atur dalam pasal 53 ayat (2) dan ayat (3) yang berbunyi
sebagai berikut:
a.       maksimal hukuman pokok atas kejahatan itu dalam hal percobaandikurangi dengan sepertiga.
b.      kalau kejahatan itu di ancam dengan hukuman mati atau penjaraseumur hidup, maka di jatuhkan
hukuman penjara palinglama limabelas tahun.
Hukuman bagi percobaan sebagaimana diatur dalam Pasal 53 ayat (2) dan ayat
c.       KUHP dikuranggi sepertiga dari hukuman pokok maksimum dan paling tinggi lima belas tahun
penjara.
Didalam ayat (2) dari Pasal 53 KUHP ditentukan bahwa hukuman yang dapat dikenakan
atas perbuatan percobaan ialah maksimum hukuman pokok atas suatu kejahatan diancam
hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup, maka terhadap perbuatan percobaannya
diancamkan hukuman maksimum lima belas tahun penjara.
Dan dalam putusan kasus diatas hakim memutuskan Menjatuhkan pidana kepada terdakwa
RISNA Alias RINA Binti LAPUTA oleh karena itu dengan pidana penjara selama 2 (dua)
bulan, Menetapkan bahwa pidana tersebut di atas tidak usah dijalani kecuali bila dikemudian
hari ada perintah lain dalam putusan hakim karena terdakwa dipersalahkan melakukan suatu
kejahatan/pelanggaran atau tidak mencukupi sesuatu syarat sebelum habis masa percobaan
selama 3 (tiga) bulan, Membebani terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp 3.000,-
(tiga ribu rupiah).

Menurut analisa saya terhadap putusan pengadilan Sulawesi Tenggara, putusan tersebut sudah
benar adanya, majelis hakim sudah mengikuti peraturan yang belaku terhadap kasus tersebut dan
juga putusan tersebut dirasa sudah adil dan seimbang dengan perbuatan terdakwa. Dan juga
putusan Pengadilan Negeri Sulawesi Selatan sudah dikuatkan dengan putusan Pengadilan Tinggi
yang menerima putusan dari Pengadilan Negeri.
BAB VI

ANALISA KASUS

Dalam kasus ini Menyatakan terdakwa RISNA Alias RINA Binti LAPUTA telah terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “MENISTA DENGAN LISAN”

Dan juga hakim Menjatuhkan pidana kepada terdakwa RISNA Alias RINA Binti LAPUTA
oleh karena itu dengan pidana penjara selama 2 (dua) bulan, Menetapkan bahwa pidana
tersebut di atas tidak usah dijalani kecuali bila dikemudian hari ada perintah lain dalam putusan
hakim karena terdakwa dipersalahkan melakukan suatu kejahatan/pelanggaran atau tidak
mencukupi sesuatu syarat sebelum habis masa percobaan selama 3 (tiga) bulan, Membebani
terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp 3.000,- (tiga ribu rupiah). Namun terhadap
putusan tersebut JPU meminta Banding langsung di hadapan Panitera. Setelah permintaan akan
pemeriksaan dalam tingkat banding oleh Jaksa Penuntut Umum telah diajukan dalam tenggang
waktu dan cara serta syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang maka permintaan
banding tersebut dapat diterima. Akhirnya Pengadilan Tinggi memberikan jawaban yang berisi
Pengadilan Tinggi dapat menerima dan sependapat dengan pertimbangan hakim tingkat pertama
dalam putusannya bahwa terdakwa terbukti dengan sah dan meyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana sebagaimana dalam dakwaan Jaksa Penuntut Umum serta lamanya hukuman yang
dijatuhkan kepada terdakwa dengan demikian pertimbangan hakim tingkat pertama diambil alih
dan dijadikan sebagai pertimbangan Pengadilan Tinggi sendiri dalam memutus perkara ini dalam
tingkat banding dan dianggap telah tercantum dan dipertimbangkan dalam putusan ini.
VII

KESIMPULAN

Dari analisa rumusan masalah dan keterangan diatas dimakalah ini dapat diperoleh suatu
kesimpulan mengenai percobaan perbuatan pidana, yaitu
1.    Percobaan adalah suatu usaha untuk mencapai suatau tujuan, yang pada akhirnya tidak atau
belum terjadi. Menurut wijono Projodikoro Pada umumnya kata percobaan atau poging berarti
suatu usaha mencapai suatu tujuan, yang pada akhirnya tidak atau belum tercapai. Dalam hukum
pidana percobaan merupakan suatu pengertian teknik yang memiliki banyak segi atau aspek.
Perbedaan dengan arti kata pada umumnya adalah apabila dalam hukum pidana dibicarakan hal
percobaan, bebarti tujuan yang dikejar tidak tercapai.
2.    Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk percobaan perbuatan pidana adalah
a.       Adanya niat
b.      Adanya permulaan pelaksanaan
c.       Keadaan, yakni Tidak selesainya pelaksanaan bukan karena keinginan dalam dirinya.
3.     Pada hakekatnya pasal 53 dan 54 selalu dihubungkan dengan pasal-pasal lain yang merujuk
pada perbuatan tersebut.

Apabila dilihat dari segi kasus dan putusannya, Pengadilan Sulawesi Tenggara sudah
memberikan keputusan yang dirasa adil bagi semua pihak. Walaupun satu pihak sudah
mengajukan Banding ke Pengadilan Tinggi Sulawesi Tenggara tetap saja Pengadilan Tinggi
Sulawesi Tenggara menguatkan putusan Pengadilan Negeri Sulawesi Tenggara yang dirasa
sudah benar dalam penerapan hukum di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai