Anda di halaman 1dari 13

“Percobaan Tindak Pidana,Delik Aduan Dan Delik Biasa”

Dosen pengampu : Dody Sulistyo,S.sy,M H

Di susun oleh;

Viki irwanto
102170199

FAKULTAS SYARIAH
HUKUM PIDANA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
TAHUN AJARAN
2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ilmiah ini.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya
untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Jambi,maret 2020

Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar belakang
Pada umumnya kata percobaan atau poging, berarti suatu usaha mencapai suatu
tujuanyang pada akhirnya tidak atau belum tercapai. Dalam hukum pidana percobaan
merupakan suatu pengertian teknik yang memiliki banyak segi atau aspek. Perbedaan
dengan arti kata pada umumnya adalah apabila dalam hukum pidana dibicarakan hal
percobaan, bebarti tujuan yang dikejar tidak tercapai. Unsur belum tercapai tidak ada,
namun tidak menjadi persoalan.

Menurut kata sehari-hari yang disebut dengan percobaan yaitu menuju kesesuatu hal,
tetapi tidak sampai pada hal yang dituju, atau hendak berbuat sesuatu yang sudah
dimulai, tetapi tidak sampai selesai. Misalnya akan membunuh orang, telah menyerang
akan tetapi orang yang di serang itu tidak sampai mati, bermaksud mencuri barang, tetapi
barangnya tidak sampai terambil, dan sebagainya. Dan suatu perbuatan dapat dikatakan
poging apabila memenuhi syarat-syarat, yaitu: adanya niat, permulaan pelaksanaan, dan
tidak selesainya perbutan bukan karena kehendak si pelaku.
Dalam delik (tindak pidana) akan berlaku hukuman yang telah dinilai nya untuk
mempelajari delik kiranya;.akan lebih mudah memperoleh kejelasan nya apabila terlebih
dahulu dipelajari hukum pidana yang membahas tenteng delik yang secara luas dan
khusus tentu nya sebagai warga Negara Indonesia kita diharapkan untuk mengetahui
bagai mana hukum di Indonesia sebagai mana dapat membangun hukum yang ada di
Negara ini
B. Rumusa masalah
Dari latar belakang diatas, dapat di ambil beberapa macam rumusan masalah
diantara nya :
1.apa penegrtian percobaan dalam pidana .?
2.apa hukuman percobaan.?
3.apa pengertian delik.?
4.apa unsur-unsur delik.?
5.apa jenis-jenis delik.?
C. Tujuan penulisan

3
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Percobaan Perbuatan pidana (Poging)


Percobaan melakukan kejahatan diatur dalam Buku ke satu tentang Aturan 
Umum, Bab 1V pasal 53 dan 54 KUHP. Adapun bunyi dari pasal 53 KUHP berdasarkan
terjemahan Badan Pembina Hukum Nasional Departemen Kehakiman adalah sebagai
berikut:
Pasal 53
1.Mencoba melakukan kejahatan dipidana, jika niat untuk  itu  telah ternyata dari adanya
permulaan  pelaksanaan,  dan tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-mata
disebabkan karena kehendaknya sendiri.
2.Maksimum pidana pokok  terhadap kejahatan, dalam percobaan dikurangi sepertiga.
3.Jika kejahatan diancam  dengan  pidana mati atau pidana penjara seumur hidup,
dijatuhkan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
4.Pidana tambahan bagi percobaan sama dengan kejahatan selesai
Pasal 54 KUHP menyatakan bahwa pelaku percobaan hanya dapat dijatuhi pidana jika
perbuatan pidana yang coba dilakukan dikategorikan sebagai kejahatan, sedangkan
apabila perbuatan pidana yang coba dilakukan dikategorikan sebagai pelanggaran, maka
pelakunya tidak dipidana. Dengan kata lain, mencoba melakukan pelanggaran tidak
dipidana
Menurut wijono Projodikoro Pada umumnya kata percobaan atau poging berarti suatu
usaha mencapai suatu tujuan, yang pada akhirnya tidak atau belum tercapai. Dalam
hukum pidana percobaan merupakan suatu pengertian teknik yang memiliki banyak segi
atau aspek. Perbedaan dengan arti kata pada umumnya adalah apabila dalam hukum
pidana dibicarakan hal percobaan, bebarti tujuan yang dikejar tidak tercapai.
Menurut MvT (memorie van toelichting = penjelasan UU) ialah sebuah kalimat yang
berbunyi: ”poging tot misdrijf is dan de bengonnen maar niet voltooide uitveoring van
het misdrijf, of wel door een begin van uitveoring geopenbaarde wil om een bepaald
misdrijf te plegen”  yang artinya adalah suatu kehendak seseorang untuk melakukan
tindaka pidana yang telah tampak terwujud dengan permulaan pelaksanaan (tapi belum
selesai juga).

4
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkanPoging adakalanya suatu
kejahatan telah mulai dilakukan, tetapi tidak dapat diselesaikan sesuai dengan maksut si
pelaku. Misalnya,
A bermaksut mencuri dirumah X. Dengan membongkar dan merusak jendela, A masuk
kerumah X, tetapi karena X terbangun dan jendela terbuka, A kepergok dan ditangkap
oleh petugas ronda.
B adalah seorang copet, pada saat memasukan tangan ke kantong R, ia ketangkap.
Kedua contoh diatas memperlihatkan bahwa maksud pelaku belum terlaksana yaitu X
dan R belum kehilangan sesuatu. Meskipun deemikian, perbuatan A dan B merupakan
perbuatan yang membahayakan kepentingan orang lain yang dilindungi oleh hukum dan
layak diancam dengan hukuman.
a.    Teori Subjektif
Menurut teori ini, kehendak berbuat jahat dari si pelaku ini merupakan dasar ancaman
hukuman. Si pelaku telah terbukti mempunyai kehendak jahat dengan memulai
melekukan kejahatan tersebut.
b.Teori Objektif
Menurut teori ini, dasar ancaman hukuman bagi sipelaku percobaan adalah karena sifat
perbuatan pelaku telah membahayakan

Syarat (Unsur-Unsur) Percobaan


Berdasarkan rumusan pasal 53 ayat (1) disimpulkan unsur-unsur
tindakan  yang disebut sebagai percobaan, yaitu:
1.Adanya Niat
Di dalam teks bahasa Belanda niat ini adalah “Voornemen”yang menurut doktrin tidak
lain adalah kehendak untuk melakukan kejahatan, atau lebih tepatnya
disebut “opzet” atau kesengajaan (Hazewinkel – suriga; Jonkers; pompe; simons), dan ini
meliputi semua atau dengan sadar kemungkinan. Namun menurut vos yang dimaksud
dengan kesengajaan ini adalah hanya kesengajaan sebagai maksud.
Niat merupakan suatu keinginan untuk melakukan suatu perbuatan, dan ia berada di alam
batiniah seseorang. Sangat sulit bagi seseorang untuk mengetahui apa niat yang ada
didalam hati orang lain. Niat seseorang akan dapat diketahui jika ia mengatakanya pada
orang lain. Namun niat itu juga dapat diketahui dari tindakan
(perbuatan) yang merupakan permulaan  dari pelaksanaan niat. Oleh karena itu dalam
percobaan, niat seseorang untuk melakukan percobaan dihubungkan dengan
permulaanpelaksanaan
2. Adanya Permulaan Pelaksanaan
5
Kehendak atau niat saja belum mencukupi agar orang itu dapat dipidana, sebab jika
hanya berkehendak saja maka orang itu tidak diancam pidana, berkehendak adalah bebas.
Permulaan pelaksanaan berarti telah terjadinya perbuatan tertentu.
Dalam hal ini, telah dimulai pelaksanaan suatu perbuatan yang dapat dipandang sebagai
salah satu unsur dari norma pidana, misalnya: kehendak mencuri atau mengambil barang
milik orang lain mulai diwujudkan misalnya, telah memasuki rumah atau pencopet telah
memasukan tangan kekantong orang yang hendak dicopet
3. Keadaan, yakni tidak selesainya pelaksanaan bukan karena keinginan dalam dirinya.
kejahatan yang telah dimulai pelaksanaanya oleh seseorang tersebut, akhirnya tidak
selesai yang disebabkan oleh sesuatu yang diluar dirinya atau bukan atas kehendak
sendiri. Misalnya, A hendak mencuri dirumah P. Setelah diamatinya, A berencana masuk
kerumah P melalui jendela samping yang nampaknya mudah dirusak demikianlah, A
mulai melakukan aksinya, namun pada saat merusak jendela rumah petugas ronda malam
mempergokinya sehingga ditangkap.
Poging Yang Tidak Mungkin (Ondeugdelijk Poging)
Poging tidak mungkin terdapat apabila seseorang telah melakukan perbuatan yang
dikehendaki untuk menyelesaikan kejahatan, akan tetapi kejahatan itu tidak dapat
terselesaikan, dikarenakan percobaan untuk melekukan kejahatan yang dilakukan dengan
sarana yang tidak memiliki potensi untuk menimbulkan akibat. Tidak mungkinya atau
tidak dapatnya kejahatan itu diselesaikan, dapat disebabkan oleh subjeknya, Akan tetapi
juga mungkin dengan sasaranya.
1. Percobaan tidak mampu karena objeknya tidak sempurna yangdibedakan antara:
a.Objek yang tidak sempurna absolut: melakukan perbuatan untuk mewujudkan suatu
kejahatan mengenai objek tertentu yang ternyata tidak sempurna, dan oleh karena itu
maka kejahatan tidak terjadi dan tidak mungkin dapat terjadi. Contoh : membunuh mayat.
b.Objek yang tidak sempurna relatif: melakukan perbuatan yang ditujukan untuk
mewujudkan kejahatan tertentu pada objek tertentu, yang pada umumnya dapat tercapai,
tetapi dalam keadaan khusus tertentu objek tersebut menyebabkan kejahatan tidak terjadi.
Contoh : membobol brankas yang kebetulan sedang tidak ada isinya.
2.Percobaan tidak mampu karena alatnya yang tidak sempurna dibedakan antara:
a.alatnya yang tidak sempurna absolut: melakukan perbuatan dengan maksud
mewujudkan kejahatan, dengan menggunakan alatnya yang tidak sempurna mutlak, maka
kejahatan itu tidak terjadi, dan tidak mungkin terjadi. Perbuatan ini tidak dapatmelahirkan
tindak pidana. Syarat-syarat yang telah ditentukan dalam pasal 53 ayat (1) tidak mungkin
ada dalam alat yang tidak sempurna mutlak. Contoh : menembak orang dengan senjata
apiyang tak berpeluru.

6
b.Alatnya yang tidak sempurna relatif: melakukan perbuatan denganmaksud mewujudkan
kejahatan dengan menggunakan alat yang tidak sempurna relatif, artinya kejahatan dapat
terjadi dan dapat dipidana. Contoh : meracuni orang dengan dosis kurang.
B. Sanksi Terhadap Percobaan
Sanksi terhadap percobaan di atur dalam pasal 53 ayat (2) dan ayat (3)
yang berbunyi sebagai berikut:
a.maksimal hukuman pokok atas kejahatan itu dalam hal percobaandikurangi dengan
sepertiga.
b.kalau kejahatan itu di ancam dengan hukuman mati atau penjaraseumur hidup, maka di
jatuhkan hukuma.
Hukuman bagi percobaan sebagaimana diatur dalam Pasal 53 ayat (2) dan ayat
c. KUHP dikuranggi sepertiga dari hukuman pokok maksimum dan paling tinggi lima
belas tahun penjara
Didalam ayat (2) dari Pasal 53 KUHP ditentukan bahwa hukuman yang dapat dikenakan
atas perbuatan percobaan ialah maksimum hukuman pokok atas suatu kejahatan diancam
hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup, maka terhadap perbuatan
percobaannya diancamkan hukuman maksimum lima belas tahun penjara.

 Percobaan Yang Tidak Diancam Dengan Sanksi


Tidak semua percobaan melakukan kejahatan diancam dengan sanksi. Ternyata
KUHP mencantumkan hal tersebut dengan membuat rumusan bahwa percobaan untuk
melakukan tindak pidana tertentu tidak dapat dihukum antara lain :
a.Pasal 184 ayat (5) KUHP, percobaan melakukan perkelahian tanding antara seseorang
lawan seseorang.
b. Pasal 302 ayat (4) KUHP, percobaan melakukan penganiayaan ringan terhadap
binatang
c.  Pasal 351 ayat (5) KUHP dan pasal 352 ayat (2), percobaan melakukan penganiayaan
dan penganiayaan ringan.
C.Delik Aduan Dan Delik Biasa
Istilah delik aduan (klacht delict), ditinjau dari arti kata klacht atau pengaduan
berarti tindak pidana yang hanya dapat dilakukan penuntutan setelah adanya laporan
dengan permintaan untuk dilakukan penuntutan terhadap orang atau terhadap orang
tertentu.
Pada delik aduan, jaksa hanya akan melakukan penuntutan apabila telah ada pengaduan
dari orang yang menderita, dirugikan oleh kejahatan tersebut. Pengaturan delik aduan

7
tidak terdapat dalam Buku ke I KUHP, tetapi dijumpai secara tersebar di dalam Buku ke
II. Tiap-tiap delik yang oleh pembuat undang-undang dijadikan delik aduan, menyatakan
hal itu secara tersendiri, dan dalam ketentuan yang dimaksud sekaligus juga ditunjukan
siapa-siapa yang berhak mengajukan pengaduan tersebut.
Pembentuk undang-undang telah menyaratkan tentang adanya suatu pengaduan bagi
delik tertentu. Adapun sebabnya menurut Von Liszt, Berner dan Von Swinderen adalah
bahwa dipandang secara objektif pada bebrapa delik tertentu itu kerugian material atau
ideal dari orang yang secara langsung telah dirugikan harus lebih diutamakan daripada
kerugian-kerugian lain pada umumnya. Menurut MvT (Memori van Teolichting),
disyaratkannya suatu pengaduan pada beberapa delik tertentu itu adalah berdasarkan
pertimbangan bahwa ikut campurnya penguasa di dalam suatu kasus tertentu itu mungkin
akan mendatangkan kerugian yang lebih besar bagi kepentingan-kepentingan tertentu dari
orang yang telah dirugikan daripada kenyataan, yakni jika penguasa telah tidak ikut
campur di dalam kasus tertentu. Sehingga keputusan apakah seseorang yang telah
merugikan itu perlu dituntut atau tidak oleh penguasa, hal tersebut diserahkan kepada
pertimbangan orang yang telah merasa dirugikan.
Pembagian Delik Aduan
Delik aduan dibagi dalam dua jenis :
Delik aduan absolut (absolute klacht delict)
Menurut Tresna Delik aduan absolut adalah tiap-tiap kejahatan yang dilakukan,
yang hanya akan dapat diadakan penuntutan oleh penuntut umum apabila telah diterima
aduan dari yang berhak mengadukannya. Pompe mengemungkakan delik aduan absolut
adalah delik yang pada dasarnya, adanya suatu pengaduan itu merupakan voorwaarde van
vervolgbaarheir atau merupakan syarat agar pelakunya dapat dituntut.
Kejahatan-kejahatan yang termasuk dalamjenis delik aduan absolut seperti :
Kejahatan penghinaan (Pasal 310 s/d 319 KUHP), kecuali penghinaan yang dilakukan
oleh seseoarang terhadap seseorang pejabat pemerintah, yang waktu diadakan penghinaan
tersebut dalam berdinas resmi. Si penghina dapat dituntut oleh jaksa tanpa menunggu
aduan dari pejabat yang dihina.
Kejahatan-kejahatan susila (Pasal 284, Pasal 287, Pasal 293 dana Pasal 332 KUHP).
Kejahatan membuka rahasia (Paal 322 KUHP)
Delik aduan relatif (relatieve klacht delict)
Delik aduan relatif adalah kejahatan-kejahatan yang dilakukan, yang sebenarnya
bukan merupakan kejahatan aduan, tetapi khusus terhadap hal-hal tertentu, justru
diperlukan sebagai delik aduan. Menurut Pompe, delik aduan relatif adalah delik dimana
adanya suatu pengaduan itu hanyalah merupakan suatu voorwaarde van vervolgbaarheir

8
atau suatu syarat untuk dapat menuntut pelakunya, yaitu bilamana antara orang yang
bersalah dengan orang yang dirugikan itu terdapat suatu hubungan yang bersifat khusus.
Umumnya delik aduan retalif ini hanya dapat terjadi dalam kejahatan-kejahatan seperti :
Pencurian dalam keluarga, dan kajahatan terhadap harta kekayaan yang lain yang sejenis
(Pasal 367 KUHP);
Pemerasan dan ancaman (Pasal 370 KUHP);
Penggelapan (Pasal 376 KUHP);
Penipuan (Pasal 394 KUHP).
Beberapa hal perbedaan antara delik aduan absolut dengan delik aduan relatif :
Delik aduan relatif ini penuntutan dapat dipisah-pisahkan, artinya bila ada
beberapa orang yang melakukan kejahatan, tetapi penuntutan dapat dilakukan terhadap
orang yang diingini oleh yang berhak mengajukan pengaduan. Sedangkan pada delik
aduan absolut, bila yang satu dituntut, maka semua pelaku dari kejahatan itu harus
dituntut juga.
Pada delik aduan absolute, cukup apabila pengadu hanya menyebutkan
peristiwanya saja, sedangkan pada delik aduan relatif, pengadu juga harus menyebutkan
orang yang ia duga telah merugikan dirinya.
Pengaduan pada delik aduan absolut tidak dapat di pecahkan (onsplitbaar), sedangkan
Pengaduan pada delik aduan relatif dapat dipecahkan (splitbaar).
Pihak yang berhak mengajukan Pengaduan dan Tenggang Waktu Mengajukan Pengaduan
Pihak-pihak yang berhak mengajukan aduan dan jangka waktunya, dapat dilihat dalam
ketentuan Pasal 72 KUHP seperti :
Wakilnya yang sah dalam perkara sipil, atau wali, atau pengaduan orang tertentu
(khusus untuk orang yang belum dewasa). Misalnya orang tua korban, pengacara,
pengampu (curator) dan wali.
Orang yang langsung dikenai kejahatan itu (korban).
Adapun tenggang waktu untuk mengajukan aduan tersebut diatur dalam Pasal 74
ayat (1) KUHP. Maksud Pasal 74 ayat (1) yaitu kalau seseorang mempunyai hak untuk
mengajukan aduan, ia hanya boleh memasukan aduan tersebut paling lama dalam jangka
waktu enam bulan setelah kejadian itu diketahuinya, tetapi kalau kebetulan ia berdiam di
luar negeri, maka tenggang waktu itu paling lama sembilan bulan.
Delik Biasa
Suatu perkara tindak pidana yang dapat di proses tanpa adanya persetujuan atau
laporan dari pihak yang di rugikan (korban). Didalam delik biasa walaupun korban telah

9
berdamai dengan tersangka, proses hukum tidak dapat di hentikan. Proses Hukumnya
tetap berjalan sampai di pengadilan.
Contoh Pasal 338 dan 362 KUHP apa bila tindak pidana tersebut terjerat pasal 338 atau
362 KUHP maka proses hukumnya harus tetap berjalan
D.Jenis-jenis Delik

1.Delik Kejahatan adalah delik yang tercantum dalam buku II KUHP. Kasus
pembunuhan berencana tersebut diatur dalam pasal 340 KUHP yang berada dalam buku
II KUHP tentang kejahatan, sehingga kasus tersebut digolongkan dalam delik kejahatan.
2.Delik Materil adalah tindak pidana yang rumusannya melarang suatu
perbuatan/tindakan dengan mempersoalkan akibatnya. Kasus tersebut merupakan kasus
pembunuhan, dimana selesainya tindak pidana setelah sudah dilakukannya pembunuhan
tersebut dengan mempersoalkan akibatnya yaitu hilangnya nyawa seseorang.
3.Delik Komisionis adalah tindakan aktif (active handeling) yang dilarang untuk
pelanggarannya diancam pidana. Kasus tersebut merupakan delik yang dilarang
dilakukan, sebagaimana tertera dalam Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan dengan
dipikirkan lebih dulu. Pembunuhan berencana ini merupakan perbuatan yang dilarang
dilakukan

4.Delik dolus (sengaja) adalah suatu kehendak atau keinginan untuk melaksanakan suatu
tindakan yang didorong oleh pemenuhan nafsu (motif). Dalam kasus pembunuhan
tersebut, pelaku sudah menyiapkan martil dan memukulkannya dengan sengaja untuk
mengetahui apakah korban kebal atau tidak dan menyebabkan korban tewas.
5.Delik Biasa adalah suatu tindak pidana yang penuntutannya bisa dilakukan bila
dilaporkan atau karena tertangkap tangan. Kasus pembunuhan tersebut bisa dilaporkan
siapa saja dan laporan tersebut tidak dapat dicabut kembali dimana bahkan tidak perlu
adanya laporan sebab polisi dapat menyelesaikan delik tersebut, serta delik laporan
pembunuhan ini tidak dapat diselesaikan di luar pengadilan / berdamai.
6.Delik dikualivisir adalah merupakan delik yang dilakukan memiliki unsur memberatkan
pidana. Kasus pembunuhan tersebut dilakukan dengan perencanaan sehingga termasuk
dalam delik yang memberatkan. Selain itu tindakan yang dilakukan tersangka setelah
membunuh adalah memakan organ dalam tubuh korban, dimana menurut KUHP Federasi
Rusia, bahwa pembunuhan dengan tujuan memperoleh organ atau jaringan tubuh,
termasuk kedalam pemberatan pidana delik pembunuhan, dapat dinyatakan berlaku di
Indonesia, sebab gejala pembunuhan kejam seperti itu terjadi juga di Indonesia (menurut
pendapat Prof.Dr.Andi Hamzah dalam buku delik-delik tertentu (special delicten) di
dalam KUHP).

10
7.Delik Selesai adalah delik tersebut sudah selesai ketika delik itu terjadi. Kasus
pembunuhan tersebut, dilaksanakan seketika yaitu memukul dengan martil dan langsung
selesai, tidak berlangsung terus menerus.
kualifikasi/golongan. Kasus penganiayaan tersebut, sebagaimana yang tertera pada Pasal
340 KUHP, dapat dilakukan oleh siapapun (WNI, WNA, atau tidak memiliki
kewarganegaraan) tanpa tersbatas seseorang tersebut berasal dari golongan tertentu
(Militer, Pegawai Negeri, dan lainnya) atau bukan
9.Delik Mandiri adalah delik yang dilakukan hanya satu kali saja. Kasus tersebut adalah
pembunuhan yang hanya dilakukan satu kali selesai tanpa berlanjut.
10.Delik tunggal adalah delik yang tidak dilakukan berulang-ulang sebagai mata
pencaharian (lawan dari delik berangkai).

E.Asas – asas Delik


Adapun asas yang diatur dalam KUHP sebagai berikut :
1. Asas menurut waktu.
Dalam pasal 1 KUHP ada tiga asas yang dianut antara lain :
a.Asas bahwa hukum pidana hanya bersumber pada undang-undang atau hukum tertulis.
b.Asas bahwa undang-undang hukum pidana tidak boleh berlaku surut.
c.Asas bahwa hukum pidana tidak boleh ditafsirkan secara analogi.
2. Asas Menurut Tempat
Asas berlakunya hukum pidana menurut tempat bermanfaat dan berguna untuk
mengetahui sampai dimanakah berlakunya UU hukum pidana dalam suatu Negara,
apakah terhadap seseorang berlaku KUHP atau hukum asing.

11
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Hukum pidana adalah aturan/kaedah/norma- norma yang belaku dalam suatu


Negara. Sedangkan Delik atau tindak pidana adalah perbuatan yang dapat dikenakan
hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap undang-undang. Unsur-unsur tindak
pidana dapat dibedakan setidak-tidaknya dari dua sudut pandang, yakni: pertama dari
sudut teoritis, dan dua dari sudut undang-undang. Teoritis artinya berdasarkan pendapat
ahli hukum, yang tercermin dalam bunyi rumusannya. Sementara itu, sudut undang-
undang adalah bagaimana kenyataan tindak pidana itu dirumuskan menjadi tindak pidana
tertentu dalam pasal-pasal peraturan perundang-undangan yang ada. Jenis-jenis delik
terbagi menjadi 10 diantaranya yaitu : delik tentang kejahatan, adapun asas yang diatur
dalam KUHP yaitu asas menurut waktu dan tempat.

12
DAFTAR PUSTAKA

www.wikipedia.com. Delik ( Tindak Pidana)


A.Z. Abidin Farid dan A. Hamzah, Bentuk-Bentuk Khusus Perwujudan Delik
(Percobaan,
Penyertaan, dan Gabungan Delik) dan Hukum Penitensier, 2008, PT Raja Grafindo
Persada : Jakarta
Drs. P.A.F. Lamintang, S.H. , Dasar – Dasar Hukum Pidana Indonesia. 1997, Citra
Aditya : Jakarta.
Drs. Adami Chazawi, S.H , Pelajaran Hukum Pidana Bagian 3. 2002, PT Raja Grafindo :
Jakarta.
Moeljatno, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, 2008, PT Bumi Aksara : Jakarta

13

Anda mungkin juga menyukai