Di susun oleh;
Viki irwanto
102170199
FAKULTAS SYARIAH
HUKUM PIDANA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
TAHUN AJARAN
2019/2020
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ilmiah ini.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya
untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Jambi,maret 2020
Penyusun
2
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Pada umumnya kata percobaan atau poging, berarti suatu usaha mencapai suatu
tujuanyang pada akhirnya tidak atau belum tercapai. Dalam hukum pidana percobaan
merupakan suatu pengertian teknik yang memiliki banyak segi atau aspek. Perbedaan
dengan arti kata pada umumnya adalah apabila dalam hukum pidana dibicarakan hal
percobaan, bebarti tujuan yang dikejar tidak tercapai. Unsur belum tercapai tidak ada,
namun tidak menjadi persoalan.
Menurut kata sehari-hari yang disebut dengan percobaan yaitu menuju kesesuatu hal,
tetapi tidak sampai pada hal yang dituju, atau hendak berbuat sesuatu yang sudah
dimulai, tetapi tidak sampai selesai. Misalnya akan membunuh orang, telah menyerang
akan tetapi orang yang di serang itu tidak sampai mati, bermaksud mencuri barang, tetapi
barangnya tidak sampai terambil, dan sebagainya. Dan suatu perbuatan dapat dikatakan
poging apabila memenuhi syarat-syarat, yaitu: adanya niat, permulaan pelaksanaan, dan
tidak selesainya perbutan bukan karena kehendak si pelaku.
Dalam delik (tindak pidana) akan berlaku hukuman yang telah dinilai nya untuk
mempelajari delik kiranya;.akan lebih mudah memperoleh kejelasan nya apabila terlebih
dahulu dipelajari hukum pidana yang membahas tenteng delik yang secara luas dan
khusus tentu nya sebagai warga Negara Indonesia kita diharapkan untuk mengetahui
bagai mana hukum di Indonesia sebagai mana dapat membangun hukum yang ada di
Negara ini
B. Rumusa masalah
Dari latar belakang diatas, dapat di ambil beberapa macam rumusan masalah
diantara nya :
1.apa penegrtian percobaan dalam pidana .?
2.apa hukuman percobaan.?
3.apa pengertian delik.?
4.apa unsur-unsur delik.?
5.apa jenis-jenis delik.?
C. Tujuan penulisan
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkanPoging adakalanya suatu
kejahatan telah mulai dilakukan, tetapi tidak dapat diselesaikan sesuai dengan maksut si
pelaku. Misalnya,
A bermaksut mencuri dirumah X. Dengan membongkar dan merusak jendela, A masuk
kerumah X, tetapi karena X terbangun dan jendela terbuka, A kepergok dan ditangkap
oleh petugas ronda.
B adalah seorang copet, pada saat memasukan tangan ke kantong R, ia ketangkap.
Kedua contoh diatas memperlihatkan bahwa maksud pelaku belum terlaksana yaitu X
dan R belum kehilangan sesuatu. Meskipun deemikian, perbuatan A dan B merupakan
perbuatan yang membahayakan kepentingan orang lain yang dilindungi oleh hukum dan
layak diancam dengan hukuman.
a. Teori Subjektif
Menurut teori ini, kehendak berbuat jahat dari si pelaku ini merupakan dasar ancaman
hukuman. Si pelaku telah terbukti mempunyai kehendak jahat dengan memulai
melekukan kejahatan tersebut.
b.Teori Objektif
Menurut teori ini, dasar ancaman hukuman bagi sipelaku percobaan adalah karena sifat
perbuatan pelaku telah membahayakan
6
b.Alatnya yang tidak sempurna relatif: melakukan perbuatan denganmaksud mewujudkan
kejahatan dengan menggunakan alat yang tidak sempurna relatif, artinya kejahatan dapat
terjadi dan dapat dipidana. Contoh : meracuni orang dengan dosis kurang.
B. Sanksi Terhadap Percobaan
Sanksi terhadap percobaan di atur dalam pasal 53 ayat (2) dan ayat (3)
yang berbunyi sebagai berikut:
a.maksimal hukuman pokok atas kejahatan itu dalam hal percobaandikurangi dengan
sepertiga.
b.kalau kejahatan itu di ancam dengan hukuman mati atau penjaraseumur hidup, maka di
jatuhkan hukuma.
Hukuman bagi percobaan sebagaimana diatur dalam Pasal 53 ayat (2) dan ayat
c. KUHP dikuranggi sepertiga dari hukuman pokok maksimum dan paling tinggi lima
belas tahun penjara
Didalam ayat (2) dari Pasal 53 KUHP ditentukan bahwa hukuman yang dapat dikenakan
atas perbuatan percobaan ialah maksimum hukuman pokok atas suatu kejahatan diancam
hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup, maka terhadap perbuatan
percobaannya diancamkan hukuman maksimum lima belas tahun penjara.
7
tidak terdapat dalam Buku ke I KUHP, tetapi dijumpai secara tersebar di dalam Buku ke
II. Tiap-tiap delik yang oleh pembuat undang-undang dijadikan delik aduan, menyatakan
hal itu secara tersendiri, dan dalam ketentuan yang dimaksud sekaligus juga ditunjukan
siapa-siapa yang berhak mengajukan pengaduan tersebut.
Pembentuk undang-undang telah menyaratkan tentang adanya suatu pengaduan bagi
delik tertentu. Adapun sebabnya menurut Von Liszt, Berner dan Von Swinderen adalah
bahwa dipandang secara objektif pada bebrapa delik tertentu itu kerugian material atau
ideal dari orang yang secara langsung telah dirugikan harus lebih diutamakan daripada
kerugian-kerugian lain pada umumnya. Menurut MvT (Memori van Teolichting),
disyaratkannya suatu pengaduan pada beberapa delik tertentu itu adalah berdasarkan
pertimbangan bahwa ikut campurnya penguasa di dalam suatu kasus tertentu itu mungkin
akan mendatangkan kerugian yang lebih besar bagi kepentingan-kepentingan tertentu dari
orang yang telah dirugikan daripada kenyataan, yakni jika penguasa telah tidak ikut
campur di dalam kasus tertentu. Sehingga keputusan apakah seseorang yang telah
merugikan itu perlu dituntut atau tidak oleh penguasa, hal tersebut diserahkan kepada
pertimbangan orang yang telah merasa dirugikan.
Pembagian Delik Aduan
Delik aduan dibagi dalam dua jenis :
Delik aduan absolut (absolute klacht delict)
Menurut Tresna Delik aduan absolut adalah tiap-tiap kejahatan yang dilakukan,
yang hanya akan dapat diadakan penuntutan oleh penuntut umum apabila telah diterima
aduan dari yang berhak mengadukannya. Pompe mengemungkakan delik aduan absolut
adalah delik yang pada dasarnya, adanya suatu pengaduan itu merupakan voorwaarde van
vervolgbaarheir atau merupakan syarat agar pelakunya dapat dituntut.
Kejahatan-kejahatan yang termasuk dalamjenis delik aduan absolut seperti :
Kejahatan penghinaan (Pasal 310 s/d 319 KUHP), kecuali penghinaan yang dilakukan
oleh seseoarang terhadap seseorang pejabat pemerintah, yang waktu diadakan penghinaan
tersebut dalam berdinas resmi. Si penghina dapat dituntut oleh jaksa tanpa menunggu
aduan dari pejabat yang dihina.
Kejahatan-kejahatan susila (Pasal 284, Pasal 287, Pasal 293 dana Pasal 332 KUHP).
Kejahatan membuka rahasia (Paal 322 KUHP)
Delik aduan relatif (relatieve klacht delict)
Delik aduan relatif adalah kejahatan-kejahatan yang dilakukan, yang sebenarnya
bukan merupakan kejahatan aduan, tetapi khusus terhadap hal-hal tertentu, justru
diperlukan sebagai delik aduan. Menurut Pompe, delik aduan relatif adalah delik dimana
adanya suatu pengaduan itu hanyalah merupakan suatu voorwaarde van vervolgbaarheir
8
atau suatu syarat untuk dapat menuntut pelakunya, yaitu bilamana antara orang yang
bersalah dengan orang yang dirugikan itu terdapat suatu hubungan yang bersifat khusus.
Umumnya delik aduan retalif ini hanya dapat terjadi dalam kejahatan-kejahatan seperti :
Pencurian dalam keluarga, dan kajahatan terhadap harta kekayaan yang lain yang sejenis
(Pasal 367 KUHP);
Pemerasan dan ancaman (Pasal 370 KUHP);
Penggelapan (Pasal 376 KUHP);
Penipuan (Pasal 394 KUHP).
Beberapa hal perbedaan antara delik aduan absolut dengan delik aduan relatif :
Delik aduan relatif ini penuntutan dapat dipisah-pisahkan, artinya bila ada
beberapa orang yang melakukan kejahatan, tetapi penuntutan dapat dilakukan terhadap
orang yang diingini oleh yang berhak mengajukan pengaduan. Sedangkan pada delik
aduan absolut, bila yang satu dituntut, maka semua pelaku dari kejahatan itu harus
dituntut juga.
Pada delik aduan absolute, cukup apabila pengadu hanya menyebutkan
peristiwanya saja, sedangkan pada delik aduan relatif, pengadu juga harus menyebutkan
orang yang ia duga telah merugikan dirinya.
Pengaduan pada delik aduan absolut tidak dapat di pecahkan (onsplitbaar), sedangkan
Pengaduan pada delik aduan relatif dapat dipecahkan (splitbaar).
Pihak yang berhak mengajukan Pengaduan dan Tenggang Waktu Mengajukan Pengaduan
Pihak-pihak yang berhak mengajukan aduan dan jangka waktunya, dapat dilihat dalam
ketentuan Pasal 72 KUHP seperti :
Wakilnya yang sah dalam perkara sipil, atau wali, atau pengaduan orang tertentu
(khusus untuk orang yang belum dewasa). Misalnya orang tua korban, pengacara,
pengampu (curator) dan wali.
Orang yang langsung dikenai kejahatan itu (korban).
Adapun tenggang waktu untuk mengajukan aduan tersebut diatur dalam Pasal 74
ayat (1) KUHP. Maksud Pasal 74 ayat (1) yaitu kalau seseorang mempunyai hak untuk
mengajukan aduan, ia hanya boleh memasukan aduan tersebut paling lama dalam jangka
waktu enam bulan setelah kejadian itu diketahuinya, tetapi kalau kebetulan ia berdiam di
luar negeri, maka tenggang waktu itu paling lama sembilan bulan.
Delik Biasa
Suatu perkara tindak pidana yang dapat di proses tanpa adanya persetujuan atau
laporan dari pihak yang di rugikan (korban). Didalam delik biasa walaupun korban telah
9
berdamai dengan tersangka, proses hukum tidak dapat di hentikan. Proses Hukumnya
tetap berjalan sampai di pengadilan.
Contoh Pasal 338 dan 362 KUHP apa bila tindak pidana tersebut terjerat pasal 338 atau
362 KUHP maka proses hukumnya harus tetap berjalan
D.Jenis-jenis Delik
1.Delik Kejahatan adalah delik yang tercantum dalam buku II KUHP. Kasus
pembunuhan berencana tersebut diatur dalam pasal 340 KUHP yang berada dalam buku
II KUHP tentang kejahatan, sehingga kasus tersebut digolongkan dalam delik kejahatan.
2.Delik Materil adalah tindak pidana yang rumusannya melarang suatu
perbuatan/tindakan dengan mempersoalkan akibatnya. Kasus tersebut merupakan kasus
pembunuhan, dimana selesainya tindak pidana setelah sudah dilakukannya pembunuhan
tersebut dengan mempersoalkan akibatnya yaitu hilangnya nyawa seseorang.
3.Delik Komisionis adalah tindakan aktif (active handeling) yang dilarang untuk
pelanggarannya diancam pidana. Kasus tersebut merupakan delik yang dilarang
dilakukan, sebagaimana tertera dalam Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan dengan
dipikirkan lebih dulu. Pembunuhan berencana ini merupakan perbuatan yang dilarang
dilakukan
4.Delik dolus (sengaja) adalah suatu kehendak atau keinginan untuk melaksanakan suatu
tindakan yang didorong oleh pemenuhan nafsu (motif). Dalam kasus pembunuhan
tersebut, pelaku sudah menyiapkan martil dan memukulkannya dengan sengaja untuk
mengetahui apakah korban kebal atau tidak dan menyebabkan korban tewas.
5.Delik Biasa adalah suatu tindak pidana yang penuntutannya bisa dilakukan bila
dilaporkan atau karena tertangkap tangan. Kasus pembunuhan tersebut bisa dilaporkan
siapa saja dan laporan tersebut tidak dapat dicabut kembali dimana bahkan tidak perlu
adanya laporan sebab polisi dapat menyelesaikan delik tersebut, serta delik laporan
pembunuhan ini tidak dapat diselesaikan di luar pengadilan / berdamai.
6.Delik dikualivisir adalah merupakan delik yang dilakukan memiliki unsur memberatkan
pidana. Kasus pembunuhan tersebut dilakukan dengan perencanaan sehingga termasuk
dalam delik yang memberatkan. Selain itu tindakan yang dilakukan tersangka setelah
membunuh adalah memakan organ dalam tubuh korban, dimana menurut KUHP Federasi
Rusia, bahwa pembunuhan dengan tujuan memperoleh organ atau jaringan tubuh,
termasuk kedalam pemberatan pidana delik pembunuhan, dapat dinyatakan berlaku di
Indonesia, sebab gejala pembunuhan kejam seperti itu terjadi juga di Indonesia (menurut
pendapat Prof.Dr.Andi Hamzah dalam buku delik-delik tertentu (special delicten) di
dalam KUHP).
10
7.Delik Selesai adalah delik tersebut sudah selesai ketika delik itu terjadi. Kasus
pembunuhan tersebut, dilaksanakan seketika yaitu memukul dengan martil dan langsung
selesai, tidak berlangsung terus menerus.
kualifikasi/golongan. Kasus penganiayaan tersebut, sebagaimana yang tertera pada Pasal
340 KUHP, dapat dilakukan oleh siapapun (WNI, WNA, atau tidak memiliki
kewarganegaraan) tanpa tersbatas seseorang tersebut berasal dari golongan tertentu
(Militer, Pegawai Negeri, dan lainnya) atau bukan
9.Delik Mandiri adalah delik yang dilakukan hanya satu kali saja. Kasus tersebut adalah
pembunuhan yang hanya dilakukan satu kali selesai tanpa berlanjut.
10.Delik tunggal adalah delik yang tidak dilakukan berulang-ulang sebagai mata
pencaharian (lawan dari delik berangkai).
11
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
12
DAFTAR PUSTAKA
13