Anda di halaman 1dari 14

Oleh:

Riswan Munthe
Percobaan adalah menuju kesesuatu hal,
akan tetapi tidak sampai pada hal yang dituju itu
atau hendak berbuat sesuatu, sudah dimulai, akan
tetapi tidak selesai. Misalnya bermaksud
membunuh orang, tetapi tidak mati, hendak mencuri
barang, tetapi tidak sampai dapat mengambil
barang itu.
Dalam Pasal 53 KUHPid ditentukan bahwa:
1.Mencoba melakukan kejahatan dipidana, jika niat
untuk itu telah ternyata dari adanya permulaan
pelaksanaan, dan tidak selesainya pelaksanaan itu,
bukan semata-mata disebabkan karena
kehendaknya sendiri.
2.Maksimum pidana pokok terhadap kejahatan,
dalam hal percobaan dikurangi sepertiga.
3.Jika kejahatan diancam dengan pidana mati atau
pidana penjara seumur hidup, dijatuhkan pidana
penjara paling lima belas tahun.
4.Pidana tambahan bagi percobaan sama dengan
kejahatan selesai.
Menurut Moeljatno:

Menerjemahkan Pasal 53 (1) KUHP sbb:

“Mencoba melakukan kejahatan dipidana jika niat


untuk itu telah ternyata dari adanya permulaan
pelaksanaan dan tidak selesainya pelaksanaan itu
bukan semata-mata disebabkan karena
kehendaknya sendiri”.
1. Niat sudah ada untuk berbuat kejahatan itu.
2. Orang sudah memulai berbuat kejahatan itu,
3. Perbuatan kejahatan itu jadi sampai selesai,
oleh karena terhalang oleh sebab2 yang timbul
kemudian, tidak terletak dalam kemauan
penjahat itu sendiri.

Ketentuan delik percobaan juga diatur dalam


Pasal 184 ayat (5), Pasal 302 ayat (4), Pasal
351 ayat (5) dan Pasal 352 (2).
Unsur-unsur percobaan menurut rumusan Pasal 53
ayat (1) KUHPid, yaitu:

a.Adanya niat.
b.Adanya permulaan pelaksanaan yang menyatakan
niat.
c.Pelaksanaan itu selesai;
d.Tidak selesainya pelaksanaan bukan semata-mata
karena kehendaknya sendiri.
a. Adanya Niat
Mengenai cakupan niat, pada umumnya para
ahli hukum pidana sependapat bahwa hal ini
mencakup semua bentuk kesengajaan, yaitu
meliputi:

1.Sengaja sebagai maksud (opzet)


2.Sengaja dengan kesadaran tentang
kepastian/keharusan, dan.
3.Segaja dengan kesadaran tentang kemungkinan
atau dolus.
b. Ada permulaan pelaksanaan yang
menyatakankan Niat.

Menurut pendapat D. Simon


1.Dalam delik formal, ada permulaan
pelaksanaan jika perbuatan yang dilarang oleh
undang-undang mulai dilakukan.
2.Dalam delik materil, ada permulaan
pelaksanaan jika perbuatan itu memerlukan
perbuatan yang lain lagi untuk dapat terjadinya
akibatn.
c. Pelaksanaan tidak selesai

Tidak selesainya pelaksanaan menyebabkan


perbuatan merupakan suatu percobaan. Justru
karena tidak selesainya pelaksanaan sehingga
perbuatan itu diklasifikasikan sebagai
percobaan.
d. Tidak selesainya pelaksanaan bukan
semata-mata karena kehendaknya sendiri.

Syarat-syarat untuk dapat dipidananya


dipidananya percobaan tindak pidana adalah:
1.Adanya niat untuk melakukan kejahatan.
2.Niat itu telah ternyata dari adanya permulaan
pelaksanaan.
3.Pelaksanaan itu tidak selesai.
Bentuk-Bentuk Delik Percobaan

Jonkers, menyatakan ada tiga bentuk


percobaan, yaitu:
1.Percobaan selesai (voltooide poging).
2.Percobaan terhenti atau terhalang (geschorste
poging).
3.Percobaan berkualifikasi (gequalificeerde poging)
Permufakatan jahat sebagaimana dimaksud
dalam ketentuan Pasal 132 (1) UU No. 35 Thn
2009 tentang Narkotika bersifat ekseptional,
yang artinya dianggap sebagai kejahatan pada
tindak pidana yang disebutkan dalam UUN saja.
Percobaan atau permufakatan jahat untuk
melakukan tindak pidana narkotika sebagaimana
dimaksud dalam pasal 111 s/d Pasal 129,
pelakunya dipidana dengan pidana penjara yang
sama sesuai dengan ketentuan sebagaimana di
maksud dalam Pasal-Pasal tersebut.
Permufakatan jahat merupakan suatu
kejahatan untuk melakukan suatu kejahatan,
dapat dikatakan tindak pidana yang disepakati,
dipersiapkan atau direncanakan tersebut
sebelum terjadi.

Pasal 88 KUHP, yakni:


Permufakatan itu terjadi, segera setelah dua
orang atau lebih memperoleh kesepakatan
untuk melakukan.
Sekian dan Terima Kasih
Wassalam

Anda mungkin juga menyukai