Anda di halaman 1dari 37

KULIAH 7

Percobaan Tindak Pidana


(POGING)
Percobaan Tindak Pidana
• KUHP tidak memberi perumusan/ definisi
• “Permulaan kejahatan yang belum selesai”
• Poging bukan suatu delik, tetapi poging dilarang
dan diancam hukuman oleh undang-undang
(Perluasan Pertanggungjawaban Pidana)- aliran
monistis
• Poging adalah perluasan pengertian delik --
aliran dualistis
Percobaan Tindak Pidana
• Suatu perbuatan dilarang dan diancam dengan
hukuman oleh undang-undang sebab perbuatan itu
melanggar kepentingan hukum atau membahayakan
kepentingan hukum
• Harus diketahui kapan suatu delik dianggap selesai
• Delik selesai berbeda antara delik formil dan delik
materiil:
- Pada delik formil : delik selesai apabila perbuatan yang
dilarang telah dilakukan
-Pada delik materiil : delik selesai apabila akibat yang
dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-
undang telah timbul atau terjadi
PERCOBAAN (POGING)
PASAL 53
(1) Mencoba melakukan kejahatan dipidana, jika niat untuk
itu telah ternyata dari adanya permulaan pelaksanaan,
dan tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-mata
disebabkan karena kehendaknya sendiri.
(2) Maksimum pidana pokok terhadap kejahatan, dalam hal
percobaan dikurangi sepertiga.
(3) Jika kejahatan diancam dengan pidana mati atau pidana
penjara seumur hidup, dijatuhkan pidana penjara paling
lama 15 tahun.
(4) Pidana tambahan bagi percobaan sama dengan
kejahatan selesai.
PASAL 54
Mencoba melakukan pelanggaran tidak dipidana
Kasus 1
• Seorang yang sedang berdiri di bordes KA,
ketika akan diperiksa karcisnya oleh kondektur,
ia telah menendang kaki petugas tersebut.
Sehingga apabila kondektur tidak dengan
cepat berpegang pada tiang besi KA, pasti ia
jatuh keluar dan terlindas KA (Arrest HR Tgl
12 Maret 1942)
Kasus 2
• Seorang POLANTAS memberi tanda agar
sebuah kendaraan bermotor berhenti, karena
tidak menyalakan lampu. Pengemudi tetap
tancap gas, sehingga kalau petugas tidak
menghindar dengan cara melompat ia akan
tertabrak (Arrest HR 6 Pebruari 1951)
Kasus 3
Percobaan Pembunuhan Berencana
KASUS
• A bermaksud menghabisi nyawa B dengan
meletakkan bom di mobil B. Bom meledak
sebelum B masuk mobil dan mengakibatkan B
luka-luka parah.
PASAL YG DIDAKWAKAN
• Pasal 340 jo Pasal 53 KUHP ( Percobaan
pembunuhan berencana)
ANCAMAN PIDANA
• 15 tahun penjara (lihat Ps. 53 ayat 3)
• Dalam KUHP terdapat pasal-pasal yg merupakan
percobaan tindak pidana yg dipidana sbg delik
selesai. Hal ini terdapat juga dalam UU Pidana di
luar KUHP.
• Ada juga delik-delik khusus dlm KUHP yg mirip
dgn percobaan yaitu makar (Ps. 87) dan
permufakatan jahat (Ps. 88), namun ada syarat
dr Ps. 53 yg belum dipenuhi tapi sudah dapat
dihukum
Teori Subjektif
- subjectieve pogingsleer –
• seseorang yang melakukan percobaan untuk
melakukan kejahatan itu pantas dihukum,
oleh karena orang tersebut telah
menunjukkan perilaku yang tidak bermoral
yang bersifat jahat ataupun yang bersifat
berbahaya”
• Terdapat sikap batin atau watak yang
berbahaya dari si pelaku
Teori Objektif
- objectieve pogingsleer –
• Seseorang yang melakukan percobaan untuk
melakukan suatu kejahatan itu dapat dihukum
oleh karena “tindakan-tindakannya telah
bernilai membahayakan bagi kepentingan-
kepentingan hukum”
Pengklasifikasian Teori Objektif

 Teori Objektif Formil


 Seseorang yang melakukan percobaan untuk
melakukan suatu kejahatan itu dapat dihukum oleh
karena “tindakan-tindakannya telah bernilai
membahayakan bagi kepentingan-kepentingan
hukum”. Teori ini tidak membedakan antara
percobaan pada delik formil dan delik materiil

 Teori Objektif Materiil membedakan percobaan


pada jenis deliknya (delik formil atau delik materiil)
 Teori Objektif Materiil pada Delik Formil
“apabila telah dimulai perbuatan/tindakan yang
disebut dalam rumusan delik”

 Teori Objektif Materiil pada Delik Materiil


 “segera setelah tindakan yang dilakukan oleh
pelakunya itu, menurut sifatnya secara langsung
dapat menimbulkan akibat yang terlarang oleh UU
tanpa pelakunya tersebut harus melakukan suatu
tindakan yang lain”
Teori Campuran
• Teori Subjektif
- subjectieve pogingsleer –
dan
• Teori Objektif
- objectieve pogingsleer –
Syarat Percobaan yang dapat dipidana
• Niat
• Permulaan Pelaksanaan
• Tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan
semata-mata disebabkan karena kehendaknya
(pelaku) sendiri
Syarat Pertama
NIAT atau “Voornemen”
Menurut doktrin dan yurisprudensi :
”voornemen” harus ditafsirkan sebagai
kehendak (“willen”) atau “opzet”
Seseorang harus mempunyai kehendak, yaitu
kehendak melakukan kejahatan
Karena ada 3 macam opzet, apakah opzet di
sini harus ditafsirkan dalam arti luas atau
hanya opzet dalam arti pertama (sebagai
“oogmerk” atau tujuan) ? Pada umumnya
ditafsirkan opzet dalam arti luas
Syarat Kedua
Permulaan Pelaksanaan
 “Niat sudah terwujud dengan adanya permulaan
pelaksanaan”  een begin van uitvoering
 Harus ada suatu perbuatan (handeling)
 apa yang dimaksud “perbuatan sebagai permulaan
pelaksanaan” ?
 Undang-undang tidak merumuskan pelaksanaan
atau ”uitvoering” dan bagaimana bentuknya
 Perlu digunakan penafsiran
Pelaksanaan Kehendak atau
Pelaksanaan Kejahatan ?
 Secara gramatikal, harus dihubungkan dengan kata yang
mendahuluinya yaitu “voornemen”/ niat/kehendak  Niat
sudah terwujud dengan adanya permulaan
pelaksanaan. Jadi : pelaksanaan itu ditafsirkan sebagai
“pelaksanaan kehendak”  TEORI POGING SUBJEKTIF
 Tetapi, jika dihubungkan dengan anak kalimat berikutnya “…
tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-mata
disebabkan karena kehendaknya sendiri” maka secara
sistematis maka ditafsirkan sebagai “pelaksanaan kejahatan”
 TEORI POGING OBJEKTIF
CONTOH KASUS
A menghendaki matinya B. Untuk melaksanakan
maksudnya, A harus melakukan beberapa
perbuatan, yaitu :
a. A pergi ke tempat penjualan senjata api
b. A membeli senjata api
c. A membawa senjata api ke rumahnya
d. A berlatih menembak
e. A menyiapkan senjata apinya dengan
membungkusnya rapat-rapat
f. A menuju rumah B
g. Sesampai di rumah B, A mengisi senjata itu dengan
peluru
h. A mengarahkan senjata kepada B
i. A melepaskan tembakan ke arah B
MANA YANG MERUPAKAN PERMULAAN PELAKSANAAN ?
APAKAH TIAP2 PERBUATAN DALAM KASUS TSB
DAPAT DIHUKUM ?

• 1. Menurut Teori Poging Subjektif : perbuatan


a sudah merupakan “permulaan pelaksanaan”
karena telah menunjukkan “kehendak yang
jahat”
• 2. Menurut Teori Poging Objektif : perbuatan a
 f belum merupakan “permulaan
pelaksanaan” karena semua perbuatan itu
“belum membahayakan kepentingan hukum si
B
TEORI OBJEKTIF MELAKUKAN PEMBATASAN
TERHADAP TEORI SUBJEKTIF

• Perbuatan dibedakan :
• 1. tindakan atau perbuatan persiapan (belum
dapat dihukum)
• 2. tindakan atau perbuatan pelaksanaan
(sudah dapat dihukum)
• Tetapi, pertanyaannya : mana yang
merupakan “perbuatan persiapan” dan mana
yang merupakan “perbuatan pelaksanaan” ?
PENDAPAT PARA AHLI DALAM MASALAH
PERMULAAN PELAKSANAAN
1.Van Hamel : “apabila dari perbuatan itu telah terbukti kehendak yang
kuat dari si pelaku untuk melaksanakan perbuatannya”

2.Simons melihat dari jenis deliknya : delik materil atau delik formil.
• Pada delik formil apabila perbuatan itu merupakan perbuatan yang
dilarang dan diancam dengan hukuman oleh UU, apabila perbuatan
itu merupakan sebagian dari perbuatan yang dilarang; jika ada
beberapa unsur maka jika sudah melakukan salah satu unsur
• Pada delik materil apabila perbuatan itu dianggap sebagai perbuatan
yang menurut sifatnya adalah sedemikian rupa , sehingga secara
langsung dapat menimbulkan akibat yang dilarang dan diancam
dengan hukuman oleh UU
…..PENDAPAT PARA AHLI DALAM
MASALAH PERMULAAN PELAKSANAAN
3.Vos : ada “permulaan pelaksanaan” apabila
perbuatan itu mempunyai sifat terlarang terhadap
suatu kepentingan hukum.

4.Pompe : ada “permulaan pelaksanaan” apabila


suatu perbuatan yang bagi orang normal
memungkinkan terjadinya suatu delik.
Pendapat Hoge Raad
Ada “permulaan pelaksanaan” apabila antara
perbuatan yang dilakukan dan kejahatan yang
dikehendaki oleh seseorang itu terdapat hubungan
erat langsung; yaitu apabila seorang melakukan
sesuatu perbuatan untuk melaksanakan kejahatan,
perbuatan itu baru dianggap sebagai permulaan
pelaksanaan apabila disamping perbuatan itu tidak
dibutuhkan lagi perbuatan-perbuatan yang lain untuk
menyelesaikan kejahatan.
Percobaan delik formil
“apabila telah dimulai perbuatan/tindakan yang
disebut dalam rumusan delik”
Hoge Raad arrest tanggal 8 Maret 1920
N.J.1920
• “perbuatan menawarkan untuk dibeli dan
perbuatan menghitung uang kertas yang telah
dipalsukan di depan orang lain” adalah
tindakan permulaan dari tindakan
pelaksanaan
Percobaan delik materiil
• “segera setelah tindakan yang dilakukan oleh
pelakunya itu, menurut sifatnya secara
langsung dapat menimbulkan akibat yang
terlarang oleh undang-undang, tanpa
pelakunya tersebut harus melakukan suatu
tindakan yang lain”
• Hoge Raad Arrest 19 Maret 1934, N.J 1934
Eindhovense Brandstichting - arrest
Syarat Ketiga
Tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-mata
disebabkan karena kehendaknya sendiri
 Ada penghalang Fisik
 Tidak ada penghalang Fisik, tapi tidak selesai karena akan ada penghalang
fisik
 Adanya penghalang yang disebabkan keadaan khusus pada objek yang
menjadi sasaran

Contoh: Tertangkap tangan, korban memberikan perlawanan, korban tidak


meninggal karena bantuan medis

 Bila Pelaku Membatalkan niatnya secara sukarela/kehendak


sendiri – vrijwillige terugterd – maka TIDAK ADA Percobaan
yang dihukum
Jenis Percobaan Menurut KUHP
• Percobaan yang dapat dipidana
• Percobaan yang tidak dapat dipidana
Macam2 Percobaan (Doktrin)
 Percobaan yang Sempurna : Voleindigde Poging --> apabila
seseorang berkehendak melakukan kejahatan, ia telah melakukan
semua perbuatan yg diperlukan bagi selesainya kejahatan, tetapi
kejahatan tidak selesai karena suatu hal

 Percobaan yang Tertangguh : Geschorste Poging --> apabila


seseorang berkehendak melakukan kejahatan, ia telah melakukan
beberapa perbuatan yg diperlukan bagi tercapainya kejahatan,
tetapi kurang satu perbuatan ia terhalang oleh suatu hal

 Percobaan yang Tidak Sempurna (tidak wajar) : Ondeugdelijke


Poging --> apabila seseorang berkehendak melakukan suatu
kejahatan, dimana ia telah melakukan semua perbuatan yg
diperlukan bagi selesainya kejahatan, namun tidak berhasil
disebabkan alat (sarana) tidak sempurna atau objek (sasaran)
tidak sempurna.
Tidak sempurna : mutlak atau relatif
Pasal 21 RUU KUHP

(1) Dalam hal tidak selesai atau tidak mungkin terjadinya tindak
pidana disebabkan ketidakmampuan alat yang digunakan atau
ketidakmampuan objek yang dituju, maka pembuat tetap
dianggap telah melakukan percobaan tindak pidana dengan
ancaman pidana tidak lebih dari 1/2 (satu perdua) maksimum
pidana yang diancamkan untuk tindak pidana yang dituju.
(2) Untuk tindak pidana yang diancam pidana mati atau
penjara seumur hidup, maksimum pidananya penjara 10
(sepuluh) tahun.
Melakukan percobaan kejahatan akan
tetapi tidak dihukum

• Pasal 184 ayat (5) KUHP –perkelahian tanding


• Pasal 302 ayat (4) KUHP – penganiayaan
ringan terhadap binatang
• Pasal 351 ayat (5) dan Pasal 352 ayat (2) KUHP
– penganiayaan biasa dan ringan
Mangel am tatbestand
• Kejadian-kejadian yang mirip dengan percobaan yang
tidak sempurna/ tidak wajar di mana salah satu unsur
dari kejahatan tertentu itu sebenarnya tidak mungkin ada
atau tidak mungkin terjadi
• Misal:
• membunuh dengan cara menembak ternyata korban
sudah mati terlebih dahulu (menembak mayat) ;
• mencuri barang yang pencurinya tidak tahu bahwa barang
tersebut sebelum dicuri telah diwariskan/diberikan
padanya.
Putatif Delict
Seseorang mengira bahwa apa yang dilakukan
merupakan suatu tindak pidana, padahal
tindakan tersebut tidak dilarang
Contoh:
 Seseorang masuk ke Indonesia dan membawa
sejumlah uang kertas asing. Semula ia beranggapan
telah mencoba atau melakukan suatu kejahatan.
Namun ternyata uang yang ia bawa masih dalam batas
ketentuan yang tidak dilarang
Pasal 17 KUHP Baru
(1) Percobaan melakukan tindak pidana dipidana, jika niat pelaku
nyata dari adanya permulaan pelaksanaan dari tindak pidana yang
dituju, tetapi pelaksanaannya tidak selesai, tidak mencapai hasil,
atau tidak menimbulkan akibat yang dilarang, bukan karena
semata-mata atas kehendaknya sendiri.
(2) Permulaan pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) terjadi jika:
a. perbuatan yang dilakukan itu diniatkan atau ditujukan untuk
terjadinya tindak pidana; dan
b. perbuatan yang dilakukan langsung berpotensi menimbulkan
tindak pidana yang dituju.
Pasal 17 KUHP Baru
(3) Pidana untuk percobaan melakukan Tindak Pidana paling
banyak 2/3 (dua per tiga) dari maksimum ancaman pidana
pokok untuk Tindak Pidana yang bersangkutan.
(4) Percobaan melakukan Tindak Pidana yang diancam
dengan pidana mati atau pidana seumur hidup dipidana
dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun .
(5) Pidana tambahan untuk percobaan melakukan Tindak
Pidana sama dengan pidana tambahan untuk Tindak Pidana
yang bersangkutan
Pasal 18 KUHP Baru
(1) Percobaan melakukan Tidak dipidana tidak dipidana jika pelaku
setelah melakukan permulaan pelaksanaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 ayat (1):
a. tidak menyelesaikan perbuatannya karena kehendaknya sendiri
secara sukarela; atau
b. dengan kehendaknya sendiri mencegah tercapainya tujuan atau
akibat perbuatannya.
(2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah
menimbulkan kerugian atau menurut peraturan perundang-undangan
telah merupakan Tindak Pidana tersendiri, maka pelaku dapat
dipertanggungjawabkan untuk Tindak Pidana tersebut.
Pasal 19 KUHP Baru
• Percobaan melakukan Tindak Pidana yang
hanya diancam dengan pidana denda paling
banyak kategori II, tidak dipidana
Sekian……

Pelajari lagi dengan baik

Anda mungkin juga menyukai