Anda di halaman 1dari 3

Nama : Manik Ricard Novensius

NPM : 194301195

Kelas :C

UAS Hukum Pidana Lanjut

1. - Medeplegen menurut MVT : orang yang dengan sengaja turut berbuat atau turut
mengerjakan terjadinya sesuatu

-Medeplegen menurut Pompe :

a. Mereka masing-masing memenuhi semua rumusan delik


b. Salah satu memenuhi rumusan delik, lain tidak
c. Tidak satupun memenuhi rumusan delik seluruhnya, tetapi bersama-sama
mewujudkan delik itu
• Syarat Medeplegen :
a. Ada kerja sama sadar (bewuste samenwerking)
• Sengaja untuk bekerja sama
• Ditujukan kepada yang dilarang oleh UU
b. Ada pelaksanaan bersama secara fisik (gezamenlijke uitvoering/physieke
samenwerking)
• Contoh kasus : dua orang ( A&B) akan membunuh sesorang (C). A sudah memukul
tengkuk dengan sepotong kayu kemudian pergi, sedangkan B yang meneruskan
sampai akhirnya si C tersebut meninggaldunia. Dalam contoh ini A tidak turut
menyelesaikan perbuatan tersebut, tetapi ia telah melakukan perbuatan yang
merupakan pelaksanaan tindak pidana pembunuhan, disini A dianggap sebagai
orang yang turut serta secara langsung.

2. - Uitlokken adalah orang yang menggerakkan/menganjurkan orang lain untuk melakukan


tindak pidana dengan sarana-sarana yang ditentukan UU.
• Penganjur ialah orang yang menggerakkan orang lain untuk melakukan suatu
tindak pidana dengan mengunakan sarana-sarana yang ditentukan oleh undang-
undang.
• Jadi hampir sama dengan menyuruh lakukan (doenpleger); pada penganjuran
(uitlikking) ini ada usaha untuk menggerakkan orang lain sebagai pembuat
materiil/auctor physicus.
- Syarat Uitlokken :
• Ada kesengajaan membujuk/menggerakan orang lain
• Membujuk dengan sarana-sarana dalam UU
• Putusan kehendak pembuat materiil karena hal di atas
• Pembuat materiil melakukan perbuatan yang dianjurkan
• Pembuat materiil dan si pengajur dapat dipertanggungjawabkan.

Syarat 1) dan 2) merupakan syarat yang harus ada pada si penganjur, sedangkan
syarat 3),4) dan 5) merupakan syarat yang melekat pada orang yang diajurkan
(pembuat materiil).

- Contoh Kasus : A menganjurkan B untuk menganiaya C dan akibat penganiayaan itu C


mati. Dalam hal ini pertanggungan jawab A bukan terhadap perbuatan “menganjurkan
orang lain melakukan penganiayaan” (Pasal 55 jo 351) tetapi “menganjurkan orang lain
melakukan penganiayaan yang berakibat mati” (Pasal 55 jo 351 ayat 3).

3. Perbedaan antara ajaran uitlokken/uitlokking (pembujukan) dengan mislukte uitlokking


(pembujukan yang gagal)
- Uitlokken
• Membujuk dengan sarana-sarana tertentu (limitatif)
• Pembuat materiil dapat dipertanggungjawabkan
- Mislukte uitlokking
• Terjadi dalam hal seseorang telah dengan sengaja menggerakkan orang lain
untuk melakukan suatu tindak pidana dengan menggunakan salah satu sarana
dalam Pasal 55 ayat (1) ke-2, akan tetapi orang lain itu tidak mau melakukan
atau mau/sudah melakukan akan tetapi tidak sampai dapat melaksanakan
perbuatan yg dapat dipidana
• Berlaku ketentuan Pasal 163 bis

Contoh kasus :

A menganjurkan B untuk menganiaya C dan akibat penganiayaan itu C mati. Dalam


hal ini pertanggungan jawab A bukan terhadap perbuatan “menganjurkan orang lain
melakukan penganiayaan” (Pasal 55 jo 351) tetapi “menganjurkan orang lain melakukan
penganiayaan yang berakibat mati” (Pasal 55 jo 351 ayat 3).

Bagaimanakah apabila B (yang dianjuri) langsung membunuh C ? Dalam hal ini


matinya C tidak dapat dipertanggung jawabkan pada A (jadi tidak dapat dituduh berdasar
Pasal 55 jo 338), karena pembunuhan itu bukan dimaksud (disengaja) oleh A.

Namun demikian, A masih dapat dipertanggung jawabkan berdasar Pasal 163 bis,
yaitu pembujukan yang gagal untuk penganiayaan. Maksimum pidana yang dapat dikenakan
adalah maksimum pidana untuk penganiayaan yang terbukti sengaja dianjurkan oleh A, yaitu
penganiaya biasa (Pasal 351:1) maksimumnya 2 tahun 8 bulan, kalua penganiayaan yang
direncanakan (Pasal 353:1) maksimumnya 4 tahun penjara dst.; jadi maksimumnya bukan 6
tahun (perhatikan redaksi Pasal 163 bis).

4. Concursus Idealis :
- Pasal 63 : Jika suatu perbuatan masuk dalam lebih dari satu aturan pidana, maka yang
dikenakan hanya salah satu di antara aturan-aturan itu; jika berbeda-beda yang
dikenakan yang memuat ancaman pidana pokok yang paling berat
- Sistem pemberian pidana yang dipakai dalam concursus idealis adalah sistem absorbs
- Hanya dikenakan pidana pokok yang terberat
a. Perkosaan dijalan umum :
• Pasal 285 (12 tahun Penjara) dan Pasal 281 (2 tahun 8 bulan penjara).
• Maksimum pidana penjara yang dapat dikenakan ialah 12 tahun.
b. VOS
• Apabila hakim menghadapi pilihan antara dua pidana pokok yang sejenis yang
maksimumnya sama, maka dijatuhkan pidana pokok dengan pidana tambahan
yang paling berat.
• Apabila menghadapi pilihan antara dua pidana pokok yang tidak sejenis, maka
dijatuhkan pidana yang terberat didasarkan urut-urutan jenis pidana yang
terberat berdasarkan Pasal 10 KUHP.
• misalnya memilih antara 6 bulan penjara, 1 tahun kurungan dan denda 5 juta
rupiah, maka pidana yang terberat adalah 1 tahun penjara.

Concursus Realis :
- Pasal 65 : Dalam hal perbarengan beberapa perbuatan yang harus dipandang sebagai
perbuatan yang harus dipandang sebagai perbuatan yang berdiri sendiri-sendiri,
sehingga merupakan beberapa kejahatan, yang diancam dengan pidana pokok yang
sejenis, maka hanya dijatuhkan satu pidana.
- Sistem absorbsi yang dipertajam/stelsel absorbsi yang diperberat (verscrepte absorptie
stelsel)
- Contoh :
• A melakukan 3 jenis kejahatan yang masing-masing diancam pidana 4 tahun, 5
tahun dan 9 tahun. Dalam hal ini yang dapat dijatuhkan ialah 9 tahun + (1/3x9)
tahun = 12 tahun penjara.
• A melakukan 2 jenis kejahatan yang masing-masing diancam pidana penjara 1
tahun dan 9 tahun. Dalam hal ini, maksimum pidana yang dapat dijatuhkan ialah
jumlah ancaman pidananya yaitu 10 tahun penjara. Jadi bukannya 9 tahun +
(1/3x9) tahun = 12 tahun, karena melebihi jumlah maksimum pidana untuk
masing-masing kejahatan tersebut.
5. Pengertian Grasi :
- Grasi adalah pengampunan berupa perubahan, peringanan, pengurangan, atau
penghapusan pelaksanaan pidana kepada terpidana yang diberikan oleh Presiden.
- Permohonan grasi hanya dapat diajukan 1 (satu) kali, kecualidalam hal : (dicabut oleh
UU No.5 Tahun 2010)
- Diatur dalam UU No.22 Tahun 2002 Juncto, UU No.5 Tahun 2010

Lembaga Grasi :

- Dalam hal permohonan grasi dan salinannya diajukan melalui Kepala Lembaga
Pemasyarakatan.
- Kepala Lembaga Pemasyarakatan menyampaikan permohonan grasi tersebut kepada
Presiden dan salinannya dikirimkan kepada pengadilan yang memutus perkara pada
tingkat pertama paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak diterimanya permohonan
grasi dan salinannya.

Anda mungkin juga menyukai