NIM : 11010115140261
Kelas : Hukum Pidana Lanjut (G)
Jenis-jenis percobaan :
a. Percobaan mampu
percobaan yang mampu ada apabila perbuatan atau alat yang mempunyai
kecenderungan (strekking) atau menurut sifatnya mampu untuk menimbulkan
delik selesai.
suatu percobaan yang sejak dimulai telah dapat dikatakan tidak mungkin untuk
menimbulkan delik selesai karena : (1) alat yang dipakai untuk melakukan tindak
pidana adalah tidak mampu dan (2) obyek tindak pidana adalah tidak mampu baik
absolut maupun relative.
Pengenaan pidana pada percobaan memiliki dasar ancaman hukuman, dalam ilmu hukum
pidana ada dua teori yakni:
Teori Subjektif
Dasar patut dipidananya percobaan terletak pada sikap batin atau watak uang
berbahaya dan si pembuat
Teori Objektif
Dasar patut dipidnanya percobaan terletak pada sifart berbahayanya perbuatann yang
dilakukan oleh sipembuat
- Objektif-formil menitikberatkan sifat berbahayanya perbuatan terhadap tata hukum
- Objektif-materiil menitikberatkakn sifat berbahayanya perbuatan terhadap objek
hukum
Teori Campuran
Dasar patut dipidananya percoban bisa dilihat dari segi subjektif (sikap batin
pembuat) dan segi objektif (sifat berbahayanya perbuatan)
3. Jelaskan unsur-unsur percobaan!
Niat
Permulaan pelaksanaan
Pelaksanaan tidak sesuai bukan karena kehendaknya sendiri (ada halangan dari luar)
Percobaan mampu
Percobaan yang mampu ada apabila perbuatan atau alat yang mempunyai
kecenderungan (strekking) atau menurut sifatnya mampu untuk menimbulkan
delik selesai.
Suatu percobaan yang sejak dimulai telah dapat dikatakan tidak mungkin untuk
menimbulkan tindak pidana selesai karena : (1) alat yang dipakai untuk melakukan
tindak pidana adalah tidak mampu dan (2) obyek tindak pidana adalah tidak mampu
baik absolut maupun relative.
5. A ingin mengambil HP temannya yang berada di dalam tas. Ternyata HP itu rusak,
kemudian A ketahuan oleh orang lain. Apakah itu termasuk percobaan?
Pasal 362 KUHP itu dirumuskan secara formil, artinya cukup dipenuhinya rumusan delik
tanpa perlu memperhatikan akibat dari perbuatannya itu. Jika dalam hal tersebut A sudah
mengambil HP B dari tasnya maka itu sudah vooltoid. Hal tersebut merupakan pencurian,
jika A baru akan membuka tas B kemudian dia ketahuan namun dia belum mengambil itu
masuk ke dalam percobaan.
Mengenai alat, A sudah meyakini bahwa alat yang digunakan itu secara pengetahuan
umum mampu untuk membuat terjadinya tujuan perbuatan pidana. Jadi percobaan
tersebut termasuk percobaan mampu karena dalam hal ini A sudah melakukan sesuai
dengan unsur unsur pasal 53 KUHP dan terjadinya percobaan itu sudah disadari dan
sudah dipersiapkan secara sadar oleh pelaku
Percobaan di dalam Rancangan KUHP Nasional diatur dalam Buku Kesatu tentang
Ketentuan Umum, Bab II tentang Tindak Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana,
paragraf 2 tentang Percobaan, Pasal 17 sampai dengan 20.
b. Pelaksanaannya tidak selesai atau tidak mencapai hasil atau tidak menimbulkan
akibat yang dilarang
c. Perbuatan yang dilakukan itu diniatkan atau ditujukan untuk terjadinya tindak
pidana.
3) Percobaan tidak selesai karena pengunduran diri secara sukarela, tidak dipidana
(Pasal 18 ayat (1);
5) Percobaan melakukan tindak pidana yang hanya diancam dengan pidana denda
kategori I, tidak dipidana (Pasal 19)
Penyertaan adalah pengertian yang meliputi semua bentuk turut serta/ terlibatnya orang
atau orang-orang baik secara psikis maupun fisik dengan melakukan masing-masing
perbuatan sehingga melahirkan suatu tindak pidana.
Penyertaan diatur dalam BAB V tentang Penyertaan dalam melakukan perbuatan pidana.
Pembagian penyertaan menurut KUHP Indonesia ialah :
- Pelaku
- Penganjur
b. Pembantu (Pasal 56) :
Pembuat atau dader sebagaimana ditentukan dalam Pasal 55 KUHP, yang terdiri
dari :
c. Medepleger (orang yang turut serta) ialah orang yang dengan sengaja turut
berbuat atau turut mengerjakan terjaidnya sesuatu
Pembantuan (medeplichtige)
Jenis pertama :
Jenis kedua :
11. Dalam hal menyuruhlakukan orang lain, ada beberapa kemungkinan penjatuhan
sanksi pidana. Jelaskan!
Dalam hal menyuruhlakukan, orang yang menyuruh dan yang melakukan (alat) di pidana
sejauh apa yang disuruhlakukan. Jika alat tersebut berbuat tidak sesuai dengan apa yang
disuruhlakukan, maka ia bertanggungjawab atas apa yang ia lakukan.
Contoh : seorang ayah mencabuli anak laki-lakinya yang masih berusia 13tahun.
Dalam hal ini, ayah tersebut dikenai Pasal 292 (melakukan perbuatan cabul dengan
orang lain sama kelamin) dan Pasal 294 (perbuatan cabul dengan anaknya sendiri yang
belum cukup umur).
a. Concursus Idealis
b. Perbuatan berlanjut
System pemberian sanksi pidananya adalah system absorbs, yaitu dikenakan ancaman
terberat saja, dan apabila berbeda-beda maka dikenakan ketentuan pokok pidana
terberat.
Sistem absorbsi dipertajam, yaitu apabila berupa kejahatan yang diancam dengan
jenis pidana pokok yang sama. Jumlah maksimum pidana tidak boleh melebihi dari
maksimum terberat ditambah sepertiga.
Sistem kumulasi diperlunak, yaitu apabila suatu kejahatan diancam dengan pidana
pokok yang berbeda. Setiap jenis ancaman pidana pokok dijatuhkan , namun
jumlahnya tidak boleh melebihi maksimum pidana terberat ditambah sepertiga.
Jika Concursus Realis berupa pelanggaran, maka berlaku sistem kumulasi, jumlah
maksimum adalah 1 tahun 4 bulan kurungan.
15. Apa yang dimaksud recidive?
Recidive atau pengulangan tindak pidana terjadi dalam hal seseorang yang melakukan
suatu tindak pidana dan telah dijatuhi pidana dengan suatu putusan Hakim yang tetap (in
kracht van gewijsde), kemudian melakukan suatu tindak pidana lagi.
A melakukan pencurian oleh karenanya, ia diadili lalu dijatuhi putusan 5 tahun, setelah
itu A menjalankan hukuman dan dibebaskan kemudian ia mengulangi perbuatannya lagi
dan melakukan pencurian lagi untuk yang kedua kalinya.
Harus ada tenggang waktu di dalam pengulangan karena Indonesia menganut sistem
recidive khusus yang mana pemberatan hanya dilakukan terhadap pengulangan yang
dilakukan terhadap jenis tindak pidana tertentu dan yang dilakukan dalam tenggang
waktu tertentu.
Recidive kejahatan
Recidive pelanggaran
Recidive diatur secara umum dalam Buku I (sebagai alasan pemberatan pidana yang
umum).
b. Ne bis in idem
c. Matinya terdakwa
d. Daluwarsa
e. Telah ada pembayaran denda maksimum kepada pejabat tertentu untuk pelanggaran
yang hanya diancam dengan denda saja