BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah tindak pidana tercantum didalam KUHP eks WvS yang dalam bahasa
mengenai delik adalah “Suatu perbuatan atau tindak tindakan yang terlarang
tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja oleh seseorang
setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia yang hidup dalam sebuah tatanan
sudah berlaku, dimana setiap tindakan memiliki nilai baik dan buruk yang
Kemudian sesuai dengan asas legalitas yang tercantum didalam pasal 1 ayat
1
Andi Hamzah.1994.Asas-asas Hukum Pidana. Rineka Cipta.Jakarta. Hal.71
2
Ibid. Hal 71-72
13
14
“Pasal 55
(1) Mereka yang dengan sengaja memberikan suatu bantuan untuk melakukan
3
Pasal 1 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
4
Pasal 55 ayat (1) dan (2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
5
Pasal 56 ayat (1) dan (2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
15
Menurut H.M Ikhwan Rays, orang yang melakukan sendiri tindak pidana atau
pleger adalah setiap orang yang melakukan perbuatan seorang diri, yang mana
perbuatan tersebut memenuhi unsur delik seperti yang telah ditentukan didalam
Sehingga dapat dikatakan bahwa tindak pidana yang dilakukan oleh seorang
pelaku saja maka yang perlu diselidiki adalah bentuk perbuatan dan kemampuan
yang dilakukan tersebut apakah telah memenuhi unsur objektif dan subjektif dari
tindak pidana atau tidak. Jika memang terbukti maka pelaku harus
b. Orang yang menyuruh orang lain untuk melakukan tindak pidana tersebut
orang lain untuk melakukan suatu perbuatan pidana. Syarat dari doenplegen ini
adalah :7
6
H.M Ikhwan Rays.2019. Analisis Yuridis Penerapan Pasal 55 Ayat 1 Ke 1 Pada Tindak Pidana
Penganiayaan Terhadap Anak (Studi Putusan Pengadilan Negeri Luwuk
No;285/Pid.B/2013/PM.Lwk). Jurnal Yustisiabel. Vol.III No.2 Fakultas Hukum Univeristas
Muhammadiyah Luwuk. Hal 165
7
Ibid, hal 167
16
lain atau perantara. Oleh karena itu orang yang menyuruh tersebut adalah
- Orang yang disuruh (manus ministra) merupakan orang yang disuruh untuk
dijatuhi pidana.
adalah seseorang yang memiliki kehendak atau tujuan untuk melakukan suatu
disuruh dalam hal ini disyaratkan bahwa orang tersebut tidak dapat dijatuhi
penyertaan dari seseorang atau lebih secara langsung dan sadar untuk melakukan
terjadinya medeplegen terdiri atas beberapa orang atau lebih yang bersepakat
d. Orang yang dengan sengaja membujuk atau menggerakkan orang lain untuk
8
Ibid, hal 167
17
Uitlokking adalah pelaku yang sengaja melakukan suatu tindak pidana atas
bujukan atau gerakkan dari orang lain. Orang yang sengaja menggerakkan ini
disebut uitlokker.9 Sehingga Uitlokking harus terdiri atas orang yang sengaja
membujuk untuk melakukan tindak pidana dan orang yang dibujuk untuk
tindak pidana ini dilakukan dengan daya upaya yang diatur dan ditentukan oleh
e. Membantu melakukan
Bentuk penyertaan ini diatur didalam Pasal 56 KUHP, yang sering diartikan
a. Unsur Objektif
9
Ibid. hal 168
10
Ibid, hal 170
18
Yang dikatakan unsur objektif adalah unsur yang ada di luar pelaku atau
2) Akibat, yang menjadi syarat mutlak dari tindak pidana materiil; dan
undang-undang.11
b. Unsur Subjektif
Yang dikatakan unsur subjektif adalah unsur yang terdapat dalam diri
pelaku, berupa:12
syarat, yaitu:
Lamintang, yang mana ia menyebutkan bahwa tindak pidana secara umum dapat
11
Tongat. 2015. Hukum Pidana Materiil. Malang. UMM Press hal 3
12
Ibid. hal 4
19
Hukum Pidana (KUHP).13 Unsur yang pertama yaitu unsur objektif merupakan
unsur yang berasal dari luar diri si pelaku yang melakukan tindak pidana.
Misalnya terkait dengan kualitas dari pelaku yang melakukan tindak pidana
tersebut dan terkait dari sifat melanggar hukum tersebut. Sedangkan unsur
subjektif merupakan unsur yang hanya ada dalam diri si pelaku yang melakukan
tindak pidana, termasuk segala sesuatu yang ada didalam hatinya. Misalnya
tindak pidana atau culpa dan dolus, terkait dengan apakah si pelaku dalam
dengan maksud dan tujuan dari pelaku melakukan tindak pidana tersebut, dan
13
P.A.F Lamintang.2014. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. PT Citra Aditya Bakti. Bandung.
Hal 193
14
Amir Ilyas. 2012. Asas-Asas Hukum Pidana: Memahami Tindak Pidana dan
Pertanggungjawaban Pidana Sebagai Syarat Pemidanaan (Disertai teori-teori pengantar dan
beberapa komentar. Cetakan Pertama. Yogyakarta. Mahakarya Rangkang Offset Yogyakarta. Hal
29
20
melakukan suatu tindak pidana. Menurut Bemmelen, seperti yang dikutip oleh
Mahrus Ali, menyatakan bahwa tujuan dari sanksi pidana adalah untuk
Sehingga dalam penjatuhan sanksi pidana kepada pelaku tindak pidana, tidak
hanya tujuannya untuk memberikan efek jera kepada si pelaku saja, namun
sanksi tersebut berguna pula untuk menjaga ketertiban serta kerukunan dari
masyarakat.
dibedakan atas sanksi pidana pokok dan pidana tambahan. Dibawah ini bentuk-
a. Pidana Pokok
1) Pidana Mati;
15
Moeljatno. 1993. Asas-Asas Hukum Pidana. Cetakan ke-6. Jakarta. Rineka Cipta. Hal 152
16
J.M Van Bemmelen.1987. Hukum Pidana 1 (Hukum Pidana Material Bagian Umum). Bandung.
Terjemahan Hasnan Bina Cipta. Hal 128, dalam Mahrus Ali. 2008. Kejahatan Korporasi Kajian
Relevansi Sanksi Tindakan bagi Penanggulangan Kejahatan Korupsi. Yogyakarta. Arti Bumi
Intaran. Hal 137
17
Pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
21
2) Pidana Penjara;
3) Pidana Kurungan;
4) Pidana Denda;
5) Pidana Tutupan;
b. Pidana Tambahan
1. Pengertian Pertambangan
pascatambang.18
arti luas, karena menjelaskan terkait dengan ruang lingkup pertambangan yang
mineral adalah pertambangan kumpulan dari mineral yang berupa bijih atau
18
Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 Jo Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubaru (selanjutnya dalam penulisan ini disebut UU
Minerba)
22
batuan, diluar panas bumi, minyak dan gas bumi serta air tanah (Pasal 1 angka 4
Undang-Undang Minerba).
kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan sesuati berupa hasil tambang baik
mineral, minyak, gas bumi dan batu bara dengan cara penggalian ke dalam tanah
(bumi)19.
Menurut Salim, seperti yang dikutip oleh Asril (17), ruang lingkup dari
selain dari minyak dan gas bumi, terbagi atas lima golongan yaitu:
Terkait dengan mineral logam contohnya yaitu emas, nikel dan tembaga. Terkait
dengan mineral non logam contohnya yaitu intan dan bentonit. Terkait dengan
19
Asril. 2014. Dampak Pertambangan Galian C Terhadap Kehidupan Masyarakat Kecamatan Koto
Kampar Hulu Kabupaten Kampar. Jurnal Kewirausahaan. Vol 13 No.1 Menara Riau Hal. 24
20
Salim. 2020. Hukum Pertambangan di Indonesia. Jakarta. Rajawali Pers. Cetakan kelima hal. 9-
11, dalam Asril. 2014. Dampak Pertambangan Galian C Terhadap Kehidupan Masyarakat
Kecamatan Koto Kampar Hulu Kabupaten Kampar. Jurnal Kewirausahaan. Vol 13 No.1 Menara
Riau Hal. 24
23
batuan contonya yaitu andesit, tanah liat, tanah urug, kerikil galian dari bukit,
kerikil sungai dan pasir urug. Terakhir yaitu terkait dengan pertambangan batu
yang berasal dari endapan karbon yang ada didalam bumi, contohnya yaitu
batuan aspal, bitumen padat dan gambut (pasal 1 angka 5 UU Minerba) dan
komoditas pertambangan mineral non logam yang antara lain emas, tembaga,
nikel dan komoditas batubara. Selain komoditas mineral non logam, komoditas
Terkait dengan izin dari usaha pertambangan, secara umum telah diatur
masyarakat atau badan usaha atau badan hukum yang didasarkan pada izin
koperasi, dan perusahaan perorangan.22 Pemberian izin usaha dalam bentuk IUP
a. profil perusahaan;
e. modal kerja;
h. perpanjangan IUP;
21
Pasal 35 ayat (3) Undang-Undang Nomor 3 tahun 2020 Jo Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral dan Batubaru (selanjutnya dalam penulisan ini disebut UU
Minerba)
22
Pasal 38 Undang-Undang Nomor 3 tahun 2020 Jo Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubaru (selanjutnya dalam penulisan ini disebut UU Minerba)
23
Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 tahun 2020 Jo Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral dan Batubaru (selanjutnya dalam penulisan ini disebut UU
Minerba)
25
di sekitar WIUP.24
dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) diberikan untuk 1 (satu) jenis Mineral atau
Batubara”. Artinya IUP tidak dapat digunakan selain yang dimaksud dalam
pemberian IUP tersebut. Jika dalam WIUP yang dikelola ada ditemukannya
mineral atau batubara lain yang tidak disebutkan di dalam IUP, maka untuk
diberikan prioritas oleh Menteri untuk mengelola, sehingga dapat memiliki lebih
dari 1 (satu) IUP. Syarat untuk pemegang IUP lebih dari 1 (satu) adalah IUP
yang dimiliki oleh BUMN atau IUP untuk komoditas Mineral bukan logam
dan/atau batuan.
komoditas tambang lain tersebut, maka dapat menyatakan tidak berminat untuk
24
Pasal 39 Undang-Undang Nomor 3 tahun 2020 Jo Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubaru (selanjutnya dalam penulisan ini disebut UU Minerba)
26
hektare.
dengan surat permohonan kepada menteri tersebut dengan jangka waktu paling
IPR diterbitkan;
berlaku;
25
Pasal 68 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 3 tahun 2020 Jo Undang-Undang Nomor 4
Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubaru (selanjutnya dalam penulisan ini disebut
UU Minerba)
27
strategis nasional.
IUPK dapat diberikan kepada badan usaha yang berbadan hukum baik
BUMN, BUMD maupun badan usaha swasta. Badan usaha milik negara dan
teknis dan pengelolaan lingkungan dan kemampuan finansial.27 Sama hal nya
dengan izin usaha pertambangan (IUP), izin usaha pertambangan khusus (IUPK)
studi kelayakan;
26
Pasal 74 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 3 tahun 2020 Jo Undang-Undang Nomor 4
Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubaru (selanjutnya dalam penulisan ini disebut
UU Minerba)
27
Pasal 75 ayat (2), (3), (4, dan (5) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 Jo Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubaru (selanjutnya dalam penulisan
ini disebut UU Minerba)
28
diberikan kepada badan usaha yang berbadan hukum Indonesia yang sudah
memiliki data hasil kajian studi kelayakan. Dalam rangka konservasi Mineral
keperluan tertentu”30.
badan usaha milik daerah/badan usaha milik desa, badan usaha swasta dalam
28
Pasal 76 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 Jo Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral dan Batubaru (selanjutnya dalam penulisan ini disebut UU
Minerba)
29
Pasal 83B Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 Jo Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral dan Batubaru (selanjutnya dalam penulisan ini disebut UU
Minerba)
30
Pasal 1 angka 13b Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 Jo Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubaru (selanjutnya dalam penulisan ini disebut UU
Minerba)
29
koordinat dan luas wilayah batuan jenis tertentu atau untuk keperluan tertentu
yang dimohon.
rencana Penambangan;dan
5) Izin Penugasan
riset negara, lembaga riset daerah, BUMN, badan usaha milik daerah, atau badan
lzin Pengangkutan dan Penjualan adalah “izin usaha yang diberikan kepada
31
Pasal 86 A angka (8) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 Jo Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubaru (selanjutnya dalam penulisan ini disebut UU
Minerba)
30
Mineral atau Batubara”.32 Sehingga dalam hal ini sekalipun suatu perusahaan
tidak melakukan usaha pertambangan dalam hal kegiatan eksplorasi dan operasi
produksi, wajib memiliki izin yang dikeluarkan oleh Menteri. Sehingga setiap
Peraturan Pemerintah.
a) Teknis pertambangan
c) keuangan;
32
Pasal 1 angka 13 b Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 Jo Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubaru (selanjutnya dalam penulisan ini disebut UU
Minerba)
33
Pasal 141 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 Jo Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubaru (selanjutnya dalam penulisan ini disebut UU
Minerba)
31
f) keselamatan Pertambangan;
Minerba adalah izin yang diberikan untuk melakukan usaha jasa pertambangan
inti yang berkaitan dengan tahapan dan/atau bagian dari kegiatan usaha
studi kelayakan dan operasi produksi. Izin usaha jasa pertambangan sama
diberikan oleh Menteri yang diperuntukkan kepada badan usaha yang tidak
dan/atau batubara tersebut nantinya akan dikenai iuran produksi atau pajak
dilakukan oleh orang atau masyarakat tanpa adanya izin dari pejabat yang
berwenang. Penambang emas tanpa izin sangat sulit di hindari, karena PETI
sumber daya alam yang kemudian berdampak negatif kepada daerah. Hal
umumnya dilakukan oleh penambang kecil tradisional yang mana lahan tersebut
dapat menunjang ekonomi dan sosial masyarakat di wilayah tersebut, tetapi akan
34
Mark L.Wilson, Elisha Renne, dkk. 2015. Integrated Assessment Of Artisanal and Small-Scale
Gold mining in Ghana part 3: Sosial Sciences an Economics”. International Journal of
Environmental Research an Public Healt. Hal 8134
33
memiliki izin resmi yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang. Izin
hanya beraku untuk satu jenis mineral atau batubara saja, apabila dalam
lain selain yang tercantum pada izin, maka juga dapat dijatuhi pidana
35
Pasal 158 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 Jo Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral dan Batubaru (selanjutnya dalam penulisan ini disebut UU
Minerba)
34
Apabila unsur-unsur pidana pada pasal 158 telah terpenuhi, maka pelaku
usaha pertambangan tanpa izin ini dapat dijatuhi hukuman sebagai berikut:
• “Pasal 160 ayat (2) : Setiap orang yang mempunyai IUP atau IUPK
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak
Pada dasarnya usaha pertambangan terdapat dua tahap yaitu eksplorasi dan
izinnya pun harus sesuai dengan prosedur. Berdasarkan pasal 160 UU Minerba,
pemegang IUP atau IUPK eksplorasi melakukan kegiatan produksi juga dapat
produksi pelaku usaha pertambangan wajib memiliki IUP atau IUPK Produksi.
dijatuhi hukuman pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling
dari pemegang IUP, IUPK, IPR, SIPB atau izin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 ayat (3) huruf c dan huruf g, Pasal 104, atau Pasal 105
36
Pasal 162 ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 Jo Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubaru (selanjutnya dalam penulisan ini disebut UU
Minerba)
35
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda
kegiatan usaha pertambangan tanpa didasarkan izin yang dikeluarkan oleh pihak
yang berwenang atau tidak berasal dari pemegang IUP,IUPK, IPR atau SIPB
dengan pidana penjara lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp
• Pasal 163
(1) “Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam bab ini
dilakukan oleh suatu badan hukum, selain pidana penjara dan denda
(satu per tiga) kali dari ketentuan maksimum pidana denda yang
dijatuhkan.
(2) “Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), badan
37
Pasal 161 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 Jo Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral dan Batubaru (selanjutnya dalam penulisan ini disebut UU
Minerba)
38
Pasal 163 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 Jo Undang-Undang Nomor 4
Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubaru (selanjutnya dalam penulisan ini disebut
UU Minerba)
36
Berdasarkan substansi dari Pasal 163 UU Minerba diatas, subjek hukum yang
melakukan tindak pidana pertambangan tanpa izin merujuk pada badan hukum.
Mengenai kegiatan pertambangan tanpa izin ini dilakukan oleh suatu badan
hukum maka sanksi pidana yang dijatuhkan tidak sama dengan kegiatan
bahwa adanya pemberatan sanksi pidana yang dijatuhkan kepada badan hukum
pemberatan 1/3 (satu per tiga) dari ketentuan maksimum denda yang dijatuhkan.
Selain pidana penjara dan pemberatan pidana denda, badan hukum tersebut juga
dapat dijatuhi pidana tambahan berupa pencabutan izin usaha dan pencabutan
• Pasal 164
Pasal 160, Pasal 161, Pasal 161 A, Pasal 161 B, dan Pasal 162 kepada
pidana;
dan/atau
memiliki IUP, IPR, IUPK, SIPB, atau IUJP yang dikeluarkan oleh pejabat
yang berwenang;
1. Pengertian Polisi
hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan
dapat dikatakan sebagai suatu organ yang dibentuk pemerintah secara terstruktur
yang diberikan kewenangan untuk menjalankan fungsi dari kepolisian ini sendiri
alat atau badan yang dibentuk oleh negara dalam menjaga dan memelihara yang
masyarakat. Sehingga dapat dikatakan bahwa polisi dan masyarakat tidak dapat
dipisahkan, karena jika tidak ada masyarakat maka tidak akan ada polisi.
Begitupun sebaliknya jika tidak ada polisi, maka kegiatan sehari-hari tidak akan
keamanan.
39
Pasal 5 angka (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia
40
W.J.S.Poerwadarminta. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. PN Balai Pustaka.Jakarta. Hal
763 dalam Kasman Tasaripa. 2013. Tugas dan Fungsi Kepolisian Dalam Perannya Sebagai
Penegak Hukum Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian. Jurnal Ilmu
Hukum Legal Opinion Edisi 2 Volume 1. Hal 03
41
Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia
39
Sehingga dalam hal ini dapat dikatakan bahwa polisi merupakan badan yang
Indonesia adalah:42
pengamanan swakarsa;
42
Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia
40
lainnya;
kepolisian;
manusia;
Sehingga dalam hal ini polisi merupakan organ berperan aktif dalam
keinginan hukum agar menjadi suatu kewajiban dan ditaati oleh masyarakat.
Penegakan hukum atau Law enforcement yaitu suatu bentuk usaha untuk
mewujudkan citra moral yang terkandung di dalam hukum, yang bisa ditegakkan
oleh aparat penegak hukum. Menurut Barda Nawawi, penegakan hukum adalah
41
dan berdaya guna. Dalam rangka menanggulangi kejahatan tersebut, ada dua
pilihan sarana yang dapat diberikan kepada pelaku yaitu berupa sarana pidana
dan non pidana yang dapat dikaitkan satu sama lain. Artinya adalah ketika sarana
pidana yang dijalankan oleh aparat penegak hukum, secara otomatis juga
dijalankan politik pidana. Politik pidana ini berarti mengadakan pemilihan untuk
mencapai hasil hukum atau aturan pidana yang sesuai dengan situasi pada suatu
dengan dua pilihan yaitu pidana atau non pidana guna mewujudkan keadilan.
maka secara langsung menjalankan aturan hukum yang dibentuk oleh badan
hukum.
Menurut Reksodipuro ada tiga konsep dalam penegakan hukum, yaitu sebagai
berikut:44
a) Total enforcement concept, konsep yang menuntut agar semua nilai yang
ada pada norma hukum harus ditegakkan tanpa terkecuali.
b) Full enforcement concept, konsep yang menyatakan bahwa konsep total
perlu dibatasi dengan hukum acara dan sebagainya demi perlindungan dari
kepentingan individual.
c) Actual enforcement concept, konsep yang muncul ketika diyakini adanya
diskresi dalam penegeakan hukum karena keterbatasan baik dari kualitas
43
Barda Nawawi Arief. 2002. Kebijakan Hukum Pidana. Bandung. PT. Citra Aditya Bakti. Hal
109
44
Mardjono Reksodipuro. 1997. Kriminologi dan sistem peradilan pidana kumpulan karangan buku
kedua, pusat pelayanan keadilan dan pengabdian hukum lembaga kriminologi. Jakarta. Universitas
Indonesia. Hal 56
42
Hukum sebagai sebuah sistem, dapat berperan dengan baik dan benar di
jurnalnya menyatakan ada 3(tiga) tujuan atau unsur utama yang harus
boleh menyimpang, hal tersebut dikenal dengan istilah fiat justitia et pereat
b. Keadilan (Gerechtigkeit);
45
Hasaziduhu Moho. 2019. Penegakan Hukum di Indonesia Menurut Aspek Kepastian Hukum,
Keadilan dan Kemanfaatan. Jurnal Warta Edisi:59 ISSN 1829-7463 Universitas Dharmawangsa.
Hal 07
46
Ibid
43
c. Kemanfaatan (Zweckmassigkeit).
47
Ibid
48
Ibid
44
perdata. Namun dalam penelitian ini upaya hukum yang difokuskan yaitu
pasal 158 UU Minerba yang menyatakan bahwa bagi setiap orang yang memiliki
usaha pertambangan tanpa memiliki IUP,IPR dan IUPK maka akan diancam
dengan pidana penjara paling lama ancamannya yaitu 10 tahun dan denda
umumnya merupakan daerah pedalaman yang jauh dari keramaian, susah akses
jalannya dan sepi dari petugas. Sehingga dibutuhkannya pengawasan ketat dan
daerah setempat.