id
Oleh :
Umi Prasetyaningrum
E.0000212
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kemampuan bertanggung jawab. Ini adalah dasar yang penting untuk adanya
kesalahan, sebab bagaimanapun juga, keadaan jiwa terdakwa harus demikian
rupa hingga dapat dikatakan sehat normal.
Jadi untuk adanya kesalahan, hubungan antara keadaan batin dengan
perbuatannya yang menimbulkan celaan tadi harus berupa kesengajaan atau
kealpaan. Dikatakan bahwa kesengajaan dan kealpaan adalah bentuk-bentuk
kesalahan.
Sering dikatakan bahwa kesengajaan adalah kesalahan yang besar,
sedangkan kealpaan merupakan kesalahan yang kecil. Karena dalam
kesengajaan orang yang melakukan perbuatan dan mengerti bahwa itu
dilarang menunjukkan sikap batin yang lebih jahat daripada sikap batin orang
karena alpa atau lalai tentang kewajiban-kewajiban, menimbulkan perbuatan
pidana. Tapi kalau dilihat bukan dari segi orang yang melakukan, melainkan
dari segi masyarakat yang dirugikan karena perbuatan tadi, menurut Moeljatno
kedua bentuk itu adalah sama beratnya.(Moeljatno, 1993;163)
Kesengajaan menurut MvT adalah kehendak yang disadari yang
ditujukan untuk melakukan kejahatan tertentu. Untuk itu perlu dikemukakan
tentang adanya teori-teori sengaja, yaitu :
teori kehendak atau wilstheorie yaitu kehandak merupakan hakikat
sengaja yang berarti bahwa akibat suatu perbuatan dikehendaki dan
ini ternyata apabila akibat itu sungguh-sungguh dimaksud oleh
perbuatan yang dilakukan itu.
Teori membayangkan atau Voorstellings-theorie yaitu bahwa
secara psikologis, tidak mungkin suatu suatu akibat dapat
dikehendaki, manusia tidak mungkin dapat menghendaki suatu
akibat, ia hanya dapat membayangkan, mengingini mengharapkan
atau membayangkam adanya suatu akibat.
(Andi Hamzah, 1997;108)
Dalam hukum pidana kita dikenal tiga macam corak kesengajaan
yaitu :
1. Sengaja dengan maksud
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dalam soal kausal teori tersebut berpegang pada makna kausal secara ilmu
yang umum. Akan tetapi soal pertanggungjawaban ditentukan semata-
mata menurut pandangan dalam hukum pidana, yakni menurut maksudnya
rumusan delik masing-masing pada waktu itu. (Moeljatno, 1993;114)
Merusak kesehatan
Semua ini dilakukan dengan sengaja dan tidak dengan maksud
yang patut atau melewati batas yang diizinkan. Yang termasuk
dalam penganiayaan biasa antara lain yang terdapat dalam Pasal :
1. Pasal 351 ayat (1) : didalam rumusan pasal 351 ayat (1) tidak
terdapat unsur-unsur dari kejahatan ini, hanya disebutkan
kualifikasi atau sebutan kejahatan saja. Kejahatan penganiayaan
dirumuskan sebagai dengan sengaja memberikan penderitaan
badan kepada orang lain dan dengan sengaja merugikan kesehatan
orang lain. Perumusan itu selanjutnya menjadi penganiayaan saja.
Sedang dengan sengaja merugikan kesehatan orang lain
merupakan interpretasi dari Pasal 351 ayat (4) yaitu dengan
penganiayaan dipersamakan dengan sengaja merusak kesehatan
orang.
Unsur dengan sengaja harus meliputi tujuan menimbulkan rasa
sakit atau luka kehendak atau tujuan ini harus disimpulkan dari
perbuatan yang dapat menimbulkan rasa sakit atau luka itu.
Didalam pembuktian atas penganiayaan adalah cukup apabila
termuat bahwa pelaku telah dengan sengaja melakukan perbuatan-
perbuatan tertentu yang menimbulkan kerugian pada kesehatan
orang lain diartikan sebagai melakukan perbuatan dengan maksud
agar orang lain menderita sakit.
2. Pasal 351 ayat (2) : apabila perbuatan dalam ayat (1)
menimbulkan akibat luka berat, yang tidak dikehendaki, hal
ini masalah yang memperberat hukuman. Disini luka berat
bukan menjadi tujuan tapi timbul diluar kehendak. Definisi
luka berat ada dalam Pasal 90 KUHP.
3. Pasal 351 ayat (3): apabila jika mengakibatkan mati, dan
akibat itu tidak dikehendaki oleh pelaku. Tapi jika kematian
dari korban adalah dimaksud maka sudah masuk dalam unsur
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
itu tidak akibat luka berat atau mati maka tidak terkena rumusan
pasal ini.
H. KERANGKA PEMIKIRAN
Dalam beberapa tahun terakhir ini angka kejahatan semakin meningkat,
salah satunya adalah penganiayaan yang menyebabkan matinya orang. Para
pelaku tindak pidana ini banyak juga korbannya adalah anggota keluarga
sendiri. Disini mungkin sulit dimengerti mengapa seseorang tega melakukan
penganiayaan yang berakibat mati dengan seseorang yang mempunyai
hubungan keluarga dengan dirinya, baik hubungan darah, atau hubungan
semenda, dan tentu saja tidak dapat dipungkiri merupakan seseorang yang
disayangi. Biasanya penganiayaan yang berakibat matinya orang yang
dilakukan terhadap anggota keluarga disebabkan karena emosi yang terpancing
oleh hal-hal sederhana, jadi biasanya merupakan kumulasi konflik yang telah
lama dan dapat terpancing karena hal-hal yang sederhana yang seharusnya
dapat diselesaikan dengan keluarga. Oleh sebab itu penulis ingin mengetahui
tentang motif pelaku penganiayaan yang menyebabkan matinya orang yang
dilakukan oleh ayah terhadap anak kandung. Hal-hal apakah yang menjadi
motif penganiayaan tersebut dan apa saja saja kendala-kendala dalam
memperoleh keterangan dari terdakwa yang berkaitan dengan motifnya.