A. IDENTIFIKASI MATERI
Nyatalah kini setidak-tidaknya dikenal ada tujuh istilah dalam bahasa kita sebagai terjemahan
dari istilah strafbraff feit (Belanda).
2. Pada objek tindak pidanya, misalnya penganiayaan pada ibunya, anaknya, istrinya, pejabat
yang sedang menjalankan tugasnya yang sah (356 ke-1 dan ke-2), atau terhadap orang yang
bekerja padanya. (352);
3. Pada cara melakukan perbuatan, misalnya dengan tulisan atau gambaran yang ditempelkan
dimuka umum (310 ayat 2), memberikan bahan yang berbahaya bagi nyawa atau kesehatan
(356 ke-3), atau secara tertulis dan dengan syarat tertentu (336 ayat 2);
4. Pada subjek hukum tindak pidana, misalnya dokter, juru obat, bidan (216 jo 346, 347, 348);
5. Pada waktu dilakukanya tindak pidana, misalnya belum lewat 2 tahun (216 ayat 3, 303 bis
ayat 2, 321 ayat 2);
6. Pada berulangnya perbuatan misalnya perbuatan, misalnya pencarian atau kebiasaan (282
ayat 3, 295 ayat 2, 299 ayat 3, 321 ayat 2)
h. Unsur syarat tambahan untuk dapatnya dipidana
Unsur syarat tambahan untuk dapatnya dipidana adalah unsur keadaan-keadaan tertentu
yang timbul setelah perbuatan dilakukan, yang menentukan untuk dapat dipidananya
perbuatan. Artinya, bila setelah perbuatan dilakukan keadaan ini tidak timbul, maka terhadap
perbuatan itu tidak bersifat melawan hukum dan karenaya si pembuat tidak dapat dipidana,
sifat melawan hukumnya dan patutnya dipidana perbuatan itu sepenuhnya digantungkan pada
timbulnya unsur ini. Nilai bahayanya bagi kepentingan hukum dari perbuatan itu terletak
pada timbulnya unsur syarat tambahan, bukan semata-mata pada perbuatan.
Walaupun unsur ini sama dengan unsur akibat kostitutif dalam hal timbulnya setelah
dilakukan perbuatan, tetapi berbeda secara prinsip. Unsur akibat konstitutif harus ada
hubungan kausal antara perbuatan yang menjadi larangan dengan akibatnya, seperti
perbuatan memukul dengan kayu dengan akibat patah tanganya korban. Sementara itu pada
unsur syarat tambahan untuk dapat dipidana tidak memerlukan hubungan kausal yang
demikian. Misalnya unsur “pecah perang” tidak ada hubungan kausal atau bukan berupa
akibat dari masuknya seseorang warga negara RI menjadi anggota tentara asing dari
pasal Perbedaan yang lain ialah apabila akibat kostitutif tidak timbul setelah
dilakukanya perbuatan, tindak pidananya tidak terjad, yang terjadi hanyalah percobaannya.
Misalnya niat membunuh dengan telah melakukan perbuatan membacok batang leher korban,
tetapi tidak meimbulkan akibat kematian, maka pembunuhan tidak terjadi, yang terjadi adalah
percobaan pembunuhan (338 jo53). Akan tetapi, jika unsur syarat tambahan tidak timbul
setelah dilakukan perbuatan (aktif maupun pasif), maka tindak pidana itu tidak terjadir45itu
tidak terjadi. Misalnya bila tidak terjadi “kejahatan yang direncanakan”, tindak pidana tidak
melapor sebagaimana dirumuskan pada pasal164 tidak terjadi , demikian juga tidak terjadi
percobaannya.
i. Unsur Objek Hukum Tindak Pidana
Sebagaimana dibagian muka telah diterangkan bahwa di dalam rumusan tindak pidana
selalu dirumuskan unsure tingkah laku atau perbuatan. Unsure ini selalu terkait dengan
unsure objek tindak pidana. Kedua- duanya menjadi suatu kesatuan yang tidak terpisahkan ,
dan menjadi unsure esensialia atau mutlak tindak pidana. Karena tingkah laku selalu
diarahkan pada objek tindak pidana.
Unsur objek hukum seringkali diletakkan di belakang / sesudah unsure perbuatan,
misalnya unsure menghilangkan nyawa orang lain pada pembunuhan (338). Menghilangkan
merupakan unsure perbuatan dan nyawa orang lain adalah unsure objek tindak pidana.akan
tetapi, ada kalanya unsur objek tindak pidana tidak diletakkan persis sesudah unsure
perbuatan, artinya tidak menyatu. Misalnya pada kejahatan penipuan (378), pemerasa (368),
pengancaman (369). Pada penipuan, unsure perbuatan adalah ”menggerakan” setelah unsur
menggerakkan diletakkan unsur “orang lain”. Unsure orang lain ini bukanlan unsure objek
penipuan, melainkan ada unsure objek penipuan yaitu (1) benda(menyerahkan benda), (2)
utang(perjanjian) yang terdiri dari membuat utang dan menghapuskan piutang. pada
pemerasan dan pengancaman, unsure perbuatan adalah memaksa, dan unsure objek adalah
sama dengan penipuan tadi. Antara pemerasan dan pengancaman hanya berbeda mengenai
unsur cara perbuatan memaksa di lakukan.
Unsur mengenai objek pada dasarnya adalh unsure kepentingan hukum (rechtsbelang)
yang harus di lindungi dan di pertahankan oleh rumusan tindak pidana. Dalam setiap rumusan
tindak pidana selalu ada kepentingan hukum yang di lindungi, suatu jiwa dari rumusan tindak
pidana. Memang di dalam rumusan tindak pidana terkandung dua hal yang saling bertolak
belakang, seperti pedang bermata dua. Mata pedang yang satu melindungi kepentingan
hukum orang yang di korban dan mata pedang yang satu menyerang kepentingan hukum
orang yakni si pembuat tindak pidana dengan pidana. Contohnya, pada kejahatan terhadap
harta benda, misalnya pencurian (362) atau kejahatan terhadap nyawa orang misalnya
pembunuhan (338). Unsur objek pencurian adalah benda milik orang lain pada pembunuhan
adalah nyawa orang lain. Pada rumusan pencurian oleh pembentuk undang-undang telah di
lakukan perlindungan hukum terhadap kepentingan hukum atas benda milik orang lain,
perlindungan hukum terhadap kepentingan hukum atas benda milik orang lain, perlindungan
hukum atas hak yang melekat pada benda-benda yang menjadi milik setiap orang. demikian
juga pada rumusan kejahatan pembunuhan, kepentingan hukum yang melindungi yang
terkandung dalam rumusan pasal 338 adalah hak hidup setiap orang. Namun, dalam rumusan
tindak pidana tersirat hak negara untuk menyerang kepentingan hukum si pembuat yakni
secara tersurat dengan pidana tertentu yang dapat di jatuhkan oleh negara.
Kepentingan hukum yang di lindungi yang selalu ada pad setiap rumusan tindak pidana,
kadang sengan mudah dapat di ketahui karena secara tegas tersurat dalam rumusan. Akan
tetapi, adakalanya tidak dengan mudah dapat di baca secara tersurat, karena unsure
kepentingan hukum yang di lindungi terdapat secara tersirat, misalnya pada pasal 169 atau
pasal 351. Pada pasal 169 atau pasal 351. Pada pasal 169 tentang kejahatan turut serta dalam
perkumpulan yang bertujuan melakukan kejahatan. Unsure perbuatan adalah “turut serta”,
dan objek tindak pidana adalah sekumpulan yang bertujuan melakukan kejahatan.
Kepentingan hukum yang di lindungi oleh rumusan pasal 169 bukan berupa kebeasan untuk
masuk organisasi yang didirikan dengan tujuan untuk melakukan kejahatan, akan tetapi
perlindungan hukum pada masyarakat (ketertiban umum) dari kejahatan yang terorganisasi,
dengan berlatar belakang penanggulangan secara dini (preventif) terhadap kejahatan
semacam itu, misalnya terorisme atau narkotika.
Sementara itu, pada kejahatan penganiayaan (351), tidak dicantumkannya unsure
mengenai tingkah laku, hanya berupa perkecualian saja, bukan berarti dalam penganiayaan
tidak terdapat unsure perbuatan. Pada dasarnya secara tersirat didalam kualifikasi
penganiayaan (mishandeling) telah terdapat unsure perbuatan yakni “menganiaya”, yang
artinya melakukan suatu perbuatan terhadap tubuh orang yang menimbulkan rasa sakit pada
tubuh orang. Tubuh orang adalah objek kejahatan. Ini artinya di dalam rumusan pasal 351
terdapat perlindungan hukum terhadap fisik orang dari perbuatan setiap orang yang
menyerang atau menyakiti pisik orang lain.
Bersifat objektif, misalnya terletak pada nilai atau harga objek kejahatan secara ekonomis
pada pencurian ringan (364), penggelapan ringan (373), penipuan ringan (379) atau
perusakan benda ringan (407), apabila nilai ekonomis objek kejahatan adalah kurang dari Rp
250, dan objek tersebut bukan berupa ternak . sifat ringannya tindak pidana dapat
pula terletak pada akibat tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjaklankan
pekerjaan jabatan atau pencaharian tertentu pada penganiayaan ringan (352).
Bersifat subjektif, artinya faktor faktor yang meringankan itu terletak pada sikap batin si
pembuatnya, ialah apabila tindak pidana dilakukan karena ketidaksngajaan atau culpa,
misalnya “karena kealpaannya” yang terdapt dalm rumusan pasal 409 sebagai unsure yang
meringankan dari kejahatan pasal 408.
B. ANALISIS MATERI
Dari beberapa penjabaran mengenai istilah dan pengertian tindak pidana diatas, maka
dapat disarikan bahwa yang dimaksud dengan tindak pidana tersebut adalah, suatu perbuatan
atau tindakan seseorang yang melanggar hukum yang otomatis dikenakan sanksi sesuai
dengan aturan yang berlaku, dan tingkat kesalahan yang ia perbuat. Sedangkan Unsur-unsur
tindak pidana di bedakan menjadi dua sudut pandang yaitu dari sudut teoritis dan dari sudut
undang-undang. Sudut teoritis yaitu bahwa tindak pidana itu adalah perbuatan manusia yang
dilarang, dimuat dalam undang-undang dan di ancam pidana bagi yang melakukannya dan
menurut undang-undang ada 11(sebelas) unsur, dari 11 unsur itu diantaranya 3 unsur yaitu
kesalahan dan melawan hukum yang termasuk unsur subjektif, sedangkan selebihnya berupa
unsur objektif.
C. KESIMPULAN
Istilah-istilah yang pernah digunakan, baik dalam perundang –undangan yang ada
maupun dalam berbagai literature hokum diantaranya yaitu tindak pidana, peristiwa pidana,
delik, pelanggara pidana, perbuatan yang boleh dihukum, dan perbuatan pidana. Menurut
Moeljatno pengertian tindak pidana yaitu kelakuan dan kejadian yang ditimbulkan oleh
kelakuan dan sebagai perbuatan pidana yang tidak dihubungkan dengan kekuasaan yang
merupakan pertanggung jawaban pidana pada orang yang melakukan perbuatan pidananya.
Sedangkan Unsur-unsur tindak pidana di bedakan menjadi dua sudut pandang yaitu dari sudut
teoritis yang dikemukakan oleh Moeljatno, R.Tresna, Vos dan jokers dan dari sudut undang-
undang terdapat sebelas unsur yaitu Unsur tingkah laku, Unsur melawan hokum, Unsur
kesalahan, Unsur akibat konstitutif, Unsur keadaan yang menyertai, Unsur syarat tambahan
untuk dapatnya dituntut pidana, Unsur syarat tambahan untuk memperberat pidana, Unsur
syarat tambahan untuk dapatnya dipidana, Unsur objek hukum tindak pidana, Unsur kualitas
subjek hukum tindak pidana, dan Unsur syarat tambahan untuk memperingan pidana.
DAFTAR PUSTAKA
Chazawi,Adami. 2007. Pelajaran Hukum PidanaI. Jakarta:RajaGrafindo Persada.
http://sunawekla. Blogspot.com/2012/09/ istilah pidana dan artinya. Html
R Tresna. 1959. Asas-asas Hukum Pidana. Jakarta:Tiara Limeted