Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 2 HUKUM PIDANA

SOAL :

1-Setelah mahasiswa/i mempelajari materi pada Sesi 5 yaitu melawan hukum. 

Telah dipelajari bahwa untuk menentukan apakah suatu perbuatan dikatakan perbuatan melawan
hukum diperlukan unsur-unsur :

-Perbuatan tersebut melawan hukum

-Harus ada kesalahan pada pelaku

-Harus ada kerugian

Diskusikanlah, seperti apa yang dimaksud dengan "Harus ada kesalahan pada pelaku". Berikan juga
contoh dari kesalahan pada pelaku tersebut

Selamat mengerjakan, tetap semangat dan jaga kesehatan.

2-Setelah mahasiswa/i mempelajari materi pada Sesi 4 dan Sesi 5, mahasiswa/i diminta menjawab
atau memberikan penjelasan atas pertanyaan pada Tugas 2 ini yaitu:

1. Miya dan Clint adalah sepasang kekasih yang telah dewasa, mereka berdua berkewarganegaraan
negara X. Karena mabuk asmara Clint dan Miya melakukan tamasya ke Indonesia, keduanya sering
melakukan hubungan layaknya suami istri sampai Miya pun akhirnya hamil di luar nikah. Karena Clint
tidak mau bertanggung jawab atas kehamilan Miya, maka Miya berniat untuk menggugurkan
kandungannya saat berada di Indonesia, di negara asalnya yaitu negara X perbuatan aborsi adalah
hal yang legal dan bukan merupakan tindak pidana. Apakah Miya dapat dipidana berdasarkan
hukum di Indonesia karena aborsi? Jelaskan pandangan Saudara berdasarkan argumentasi hukum!

2. Pandangan sifat melawan hukum dalam hukum pidana dikenal dengan istilah dalam bahasa
Belanda nya yaitu “wederechtelijk”. Dalam suatu tindak pidana, unsur melawan hukum dianggap
sangat penting karena unsur inilah yang akan menentukan apakah seseorang dapat dijatuhkan
pidana atau tidak. Dalam hukum pidana dikenal istilah sifat melawan hukum formil dan sifat
melawan hukum material.

a.       Buatlah perbandingan tentang dua istilah tersebut, kemudian buatlah kesimpulan dari
perbandingan yang telah saudara buat!

b.      Berikan masing-masing contoh dari melawan hukum formil dan sifat melawan hukum material
tersebut !

  3. Jelaskan perkembangan  asas legalitas dalam hukum pidana dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, berikan contoh kasus dan berikan pula analisis atas kasus tersebut! 

  4. Pengenaan pidana betapapun ringannya pada hakekatnya merupakan pencabutan hak-hak dasar
manusia. Oleh karena itu penggunaan pidana sebagai sarana politik kriminal harus dilandasi oleh
alasan-alasan yang dapat dipertanggungjawabkan secara filosofis, yuridis dan sosiologis. Dalam
hukum pidana, dikenal ada tiga teori pemidanaan yang dijadikan sebagai alasan pembenar
penjatuhan pidana.

 Buatlah kesimpulan saudara dari ke tiga teori pemidanaan tersebut dengan mengemukakan
kelebihan dan kelemahannya masing-masing!

 Sebutkan tokoh dari masing-masing teori tersebut!

JAWABAN :....????

1.) Dalam hal pertanggungjawaban pidana, mengenai dapat atau tidak dapatnya seseorang
dipidana yang mana hal tersebut berhubungan dengan asas tiada pidana tanpa kesalahan.
Menurut konsepnya pertanggungjawaban pidana mempunyai 2 (dua) unsur yaitu unsur
kesalahan dan bentuk kesalahan. Unsur kesalahan terdiri dari beberapa hal antara lain:
melakukan tindak pidana, kemampuan untuk bertanggung jawab, dan tidak adanya alasan
pemaaf. Sedangkan unsur bentuk kesalahan meliputi kesengajaan atau kealpaan.

Salah satu yang harus dipenuhi dalam tindak pidana adalah unsur subjektifnya, yaitu tentang
adanya kesalahan. Ada dua macam kesalahan dalam kajian hukum pidana yaitu kesengajaan
(dolus) dan kealpaan (culpa).

Kesengajaan (Dolus)

Menurut Memorie van Toelichting, kata “dengan sengaja” (opzettlijk) yang banyak dijumpai
dalam pasal-pasal KUHP diartikan sama dengan willens en wetens yaitu sesuatu yang
dikehendaki dan diketahui. Ada 3 (tiga) bentuk kesengajaan yaitu:  

1.      Kesengajaan sebagai maksud (opzet als oogmerk)

Kesengajaan sebagai maksud yaitu bentuk kesengajaan yang menghendaki pelaku untuk
mewujudkan suatu perbuatan, menghendaki untuk tidak berbuat/melalaikan suatu kewajiban
hukum, dan juga menghendaki timbulnya akibat dari perbuatan itu. Sehingga pada saat
seseorang melakukan tindakan untuk menimbulkan suatu akibat yang dikehendakinya,
menyadari bahwa akibat tersebut pasti atau mungkin dapat timbul karena tindakan yang telah
dilakukan, orang dapat mengatakan bahwa orang tersebut mempunyai kesengajaan sebagai
maksud. 
Contoh kasus: seseorang ingin membunuh temannya, kemudian ia menembaknya
menggunakan pistol di bagian kepala.

2.      Kesengajaan sebagai kepastian (opzet als zekerheldsbewustzijn)

Kesengajaan sebagai kepastian yaitu bentuk kesengajaan yang berupa kesadaran seseorang
terhadap suatu akibat yang menurut akal manusia pada umumnya pasti terjadi dikarenakan
dilakukannya suatu perbuatan tertentu dan terjadinya akibat tersebut tidak dapat dihindarkan.
Akibat yang timbul merupakan akibat lain dari tindakan yang dilakukannya bukan
merupakan akibat yang dikehendaki. 

Contoh kasus: Saat melakukan perampokan pelaku menggorok kasir supermarket dengan
menggunakan kapak tajam, akibatnya kasir tersebut mati. Meskipun kematian ini tidak
diinginkan, namun siapapun pasti tahu menggorok orang dengan kapak tajam dapat
menyebabkan seseorang mati.

3.      Kesengajaan sebagai kemungkinan (dolus eventualis)

Kesengajaan sebagai kemungkinan yaitu suatu kesadaran untuk melakukan perbuatan yang
telah diketahuinya bahwa akibat lain yang mungkin akan timbul dari perbuatan itu yang tidak
ia inginkan dari perbuatannya, namun si pembuat tidak membatalkan niat untuk
melakukannya. Dalam dolus ini dikenal teori “apa boleh buat” bahwa sesungguhnya akibat
dari keadaan yang diketahui kemungkinan akan terjadi, tidak disetujui tetapi meskipun
demikian, untuk mencapai apa yang dimaksud resiko akan timbulnya akibat atau disamping
maksud itupun diterima. 

Contoh kasus: Seorang Terdakwa mengatakan bahwa ia tidak bermaksud untuk membunuh
korban. Tapi semestinya ia menyadari apabila sebilah pedang ditebaskan pada bagian badan
manusia akan menyebabkan pendarahan yang hebat, dan kemungkinan besar si korban akan
kehabisan darah, yang akan mengakibatkan kematian.

2.)a. Perbedaan sifat melawan hukum formil dan materiil yaitu jika melawan hukum
formil berarti suatu tindakan yang bertentangan dengan sumber
(kaidah) hukum sedangkan melawan hukum materiil berarti suatu tindakan yang bertentangan
dengan isi dari suatu hukum.

Sumber hukum Materil ialah sumber hukum yang dilihat dari segi isinya (contoh KUHP).


Sedangkan pengertian Hukum Formil menunjukkan cara mempertahankan atau menjalankan
peraturan-peraturan itu dan dalam perselisihan maka hukum formil itu menunjukkan cara
menyelesaikan di muka hakim.

b. contoh dari melawan hukum formil dan sifat melawan hukum material

1. "Regu tembak melaksanakan tugas eksekusi terhadap terpidana mati. Perbuatan anggota
regu tembak tersebut jelas memenuhi ketentuan - ketentuan dalam Pasal 340 KUHP. Namun
karena perbuatannya itu tidak dapat dikatakan bersifat melawan hukum karena mereka
sedang menjalankan perintah jabatan yang sah sebagaimana telah diatur dalam Pasal 51 Ayat
1 KUHP."

2. "Polisi menahan seseorang yang diduga telah melaksanakan suatu perbuatan pidana.
Perbuatan polisi ini sesungguhnya telah memenuhi ketentuan Pasal 333 KUHP. Tetapi karena
perbuatan itu tidak dapat dikatakan bersifat melawan hukum karena polisi menjalankan
kewajibannya berdasarkan Undang - Undang hukum acara pidana. Dan oleh sebab itu sifat
melawan hukumnya hapus karena ketentuan Pasal 50 KUHP."

3.) Hukum adalah salah satu aturan yang bersifat mengikat dan memaksa yang diciptakan
oleh lembaga yang berwenang dan memiliki sanksi yang cerdas. Berdasarkan soal, dapat
disimpulkan bahwa perkembangan asas legalitas dalam hukum pidana dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya antara lain sebagai berikut:

Asas legalitas berlaku di dalam ranah hukum pidana dan terkenal istilah adagium legendaris
Von Feuerbach. Bunyinya yaitu  nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali.
Secara umum, Von Feuerbach membagi adagium tersebut menjadi tiga bagian:

 Tidak ada hukuman jika tidak ada perbuatan pidana (nulla poena sine crimine).
 Tidak ada hukuman jika tidak ada ketentuan undang-undang (nulla poena sine lege).
 Tidak ada perbuatan pidana jika tidak ada hukuman yang berdasarkan undang-undang
(nullum crimen sine poena legali).
Hukum yang ada di Indonesia bersumber kepada pancasila. Pancasila adalah suatu ideologi
dari negara Indonesia yang dijadikan sebagai pedoman dan acuan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hukum adalah salah satu aturan yang bersifat
mengikat dan memaksa yang diciptakan oleh lembaga yang berwenang dan memiliki sanksi
yang cerdas.

Seseorang tidak dapat dituntut atas dasar undang- undang yang berlaku surut. Namun
demikian, dalam prakteknya penerapan asas legalitas ini terdapat penyimpangan-
penyimpangan. Sebagai contoh, kasus Bom Bali, kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Timor-Timur, dan kasus Tanjung Priok.

4.) Teori Absolut atau Teori Pembalasan Menurut teori ini pidana dijatuhkan karena orang
telah melakukan kejahatan. Pidana sebagai akibat mutlak yang harus ada sebagai suatu
pembalasan kepada orang yang melakukan kejahatan. Jadi dasar pembenarannya terletak
pada adanya kejahatan itu sendiri. Seperti dikemukakan Johanes Andenaes bahwa tujuan
primer dari pidana menurut teori absolut ialah untuk memuaskan tuntutan keadilan. Sedang
pengaruh yang menguntungkan adalah sekunder.

Teori Relatif atau Teori Tujuan Teori relatif atau teori tujuan juga disebut teori utilitarian,
lahir sebagai reaksi terhadap teori absolut. Secara garis besar, tujuan pidana menurut teori
relatif bukanlah sekedar pembalasan, akan tetapi untuk mewujudkan ketertiban di dalam
masyarakat.

Teori Gabungan Menurut teori gabungan bahwa tujuan pidana itu selain membalas kesalahan
penjahat juga dimaksudkan untuk melindungi masyarakat, dengan mewujudkan ketertiban.
Teori ini menggunakan kedua teori tersebut di atas (teori absolut dan teori relatif) sebagai
dasar pemidanaan, dengan pertimbangan bahwa kedua teori tersebut memiliki kelemahan-
kelemahan yaitu :30 1. Kelemahan teori absolut adalah menimbulkan ketidakadilan karena
dalam penjatuhan hukuman perlu mempertimbangkan bukti-bukti yang ada dan pembalasan
yang dimaksud tidak harus negara yang melaksanakan. 2. Kelemahan teori relatif yaitu dapat
menimbulkan ketidakadilan karena pelaku tindak pidana ringan dapat dijatuhi hukum berat;
kepuasan masyarakat diabaikan jika tujuannya untuk memperbaiki masyarakat; dan
mencegah kejahatan dengan menakut-nakuti sulit dilaksanakan.

 tokoh dari masing-masing teori :

 Teori Absolut atau Teori Pembalasan (Hegel)


 Teori Relatif atau Teori Tujuan (Van Hamel)
 Teori Gabungan (Pellegrino Rossi)

Anda mungkin juga menyukai