Anda di halaman 1dari 32

PERBARENGAN

(CONCURSUS)

YULIA KURNIATY, SH., MH


DEFINISI MENURUT
PARA SARJANA HUKUM
HAZEWINKEL-SURINGA

• Terdapat concursus idealis apabila suatu


perbuatan yang sudah memenuhi suatu rumusan
delik, mau tidak mau masuk pula dalam
peraturan pidana lain.
• Misalnya seseorang melakukan perkosaan di
jalan umum, disamping masuk Pasal 285 tentang
perkosaan, mau tidak mau masuk juga dalam
Pasal 281 tentang pelanggaran kesusilaan
dimuka umum.
POMPE
• Ada concursus idealis apabila orang melakukan
suatu perbuatan konkret yang diarahkan kepada
satu tujuan yang merupakan benda atau objek
aturan hukum.
• Misalnya seseorang bersetubuh dengan anaknya
sendiri yang belum 15 tahun, yang berarti
perbuatan ini masuk dalam Pasal 294 mengenai
perbuatan cabul dengan anaknya sendiri yang
belum cukup umur dan Pasal 287 tentang
bersetubuh dengan wanita yang belum 15 tahun
di luar perkawinan.
TAVERNE
• Ada concursus idealis apabila:
1. Dipandang dari sudut hukum pidana ada 2 perbuatan atau lebih.
2. Antara perbuatan-perbuatan itu tidak dapat terlepas satu sama
lain.
• Misalnya ketika orang yang dalam keadaan mabuk, mengendarai
mobil di waktu malam tanpa lampu. Dalam hal ini perbuatan hanya
satu, yaitu mengendarai mobil, namun dilihat dari sudut hukum ada
dua perbuatan yang masing-masing dapat dipikirkan terlepas satu
sama lain yaitu:
1. Pelaku mengendarai mobil dalam keadaan mabuk menggambarkan
keadaan orang atau pelakunya.
2. Mengendarai mobil tanpa lampu di waktu malam yang
menggambarkan keadaan mobilnya.
• Sehingga contoh diatas bukan termasuk ke dalam concursus
idealis, namun masuk ke dalam concursus realis.
VAN BEMMELEN

• Ada concursus idealis, apabila:


1.Dengan melanggar 1 kepentingan hukum.
2.Dengan sendirinya melakukan perbuatan
yang lain pula.
• Misalnya seseorang melakukan pemerkosaan
di jalan umum yang berarti melanggar Pasal
281, 285 dan 286 KUHP
• 281 KUHP : Diancam dengan pidana penjara maksimum dua
tahun delapan bulan atau pidana denda maksimum tiga ratus
rupiah.
a. barangsiapa dengan sengaja dan terbuka melanggar
kesusilaan;
b. barangsiapa dengan sengaja melanggar kesusilaan pada
ketika kehadiran seseorang lain bertentangan dengan
kehendaknya.
• 285 KUHP : Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan memaksa perempuan yang bukan isterinya
bersetubuh dengan dia, dihukum, karena memperkosa, dengan
hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun.

• 286 KUHP : Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di


luar perkawinan, padahal diketahui bahwa wanita itu dalam
keadaan pingsan atau tidak berdaya, diancam dengan pidana
penjara paling lama sembilan tahun
• Pasal 10 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang
Pornografi : Setiap orang dilarang mempertontonkan diri
atau orang lain dalam pertunjukan atau di muka umum
yang menggambarkan ketelanjangan, eksploitasi
seksual, persenggamaan, atau yang bermuatan
pornografi lainnya.
• Pasal 36 junto Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008
tentang Pornografi : Setiap orang yang
mempertontonkan diri atau orang lain dalam
pertunjukan atau di muka umum yang menggambarkan
ketelanjangan, eksploitasi seksual, persenggamaan, atau
yang bermuatan pornografi lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana
denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah)
JENIS JENIS CONCURSUS

Concursus Concursus
Realis (Pasal Idealis (Pasal
65-71 KUHP) 63 KUHP)

Perbuatan
berlanjut (Pasal 64
KUHP)
CONCURSUS IDEALIS
(PASAL 63 KUHP)
Concursus idealis yaitu suatu perbuatan
yang masuk ke dalam lebih dari satu
aturan pidana. Sistem hukuman yang
dipakai adalah absorbsi, yaitu hanya
dikenakan pidana pokok yang terberat.
DALAM PELAKSANAANNYA ADA TIGA KATEGORI:

1. Misalnya, terjadi pemerkosaan di jalan umum, maka pelaku


dapat diancam dengan pidana penjara 12 tahun menurut
Pasal 285, dan pidana penjara 2 tahun 8 bulan menurut Pasal
281. Melalui absorbsi, maka diambil yang terberat yaitu 12
tahun penjara;
2. Akan tetapi, jika ditemui kasus tindak pidana yang diancam
dengan pidana pokok yang sejenis dan maksismumnya sama,
maka ditetapkan pidana pokok yang mempunyai pidana
tambahan paling berat.
3. Sebaliknya, jika dihadapkan pada tindak pidana yang
diancam dengan pidana pokok yang tidak sejenis, maka
penentuan pidana terberat didasarkan pada urutan jenis
pidana menurut Pasal 10 KUHP.
JENIS PIDANA DALAM PASAL 10 KUHP

a. pidana pokok: b. pidana tambahan



1. pidana mati;
2. pidana penjara; 1. pencabutan hak-hak
3. pidanakurungan; tertentu;
4. pidanadenda; 2. perampasan barang-
5. pidana tutupan. barang tertentu;
3. pengumuman
putusan hakim
LANJUTAN

• Pasal 63 ayat (2) juga mengajarkan adagium lex


specialis derogat legi generali (aturan undang-undang
yang khusus meniadakan aturan yang umum). Contoh:
ada seorang ibu melakukan aborsi/pengguguran
kandungan, maka dia dapat diancam dengan Pasal 338
tentang pembunuhan dengan pidana penjara 15 tahun.
Dengan adagium itu, karena Pasal 341 telah mengatur
secara khusus tentang tindak pidana ibu yang
membunuh anaknya, maka dalam hal ini tidak berlaku
sistem absorbsi. Ibu tersebut hanya diancam dengan
Pasal 341.
SISTEM PEMBERIAN PIDANANYA
• Menurut Pasal 63 ayat 1 digunakan sistem
absorbsi, yaitu hanya dikenakan 1 pidana pokok
yang terberat.
• Misalnya orang yang melakukan perkosaan di
jalan umum yang melanggar Pasal 285 dengan
pidana penjara paling lama 12 tahun dan Pasal
281 dengan penjara 2 tahun 8 bulan, maka
maksimum pidana penjara yang dapat dikenakan
ialah 12 tahun.
2. PERBUATAN BERLANJUT
(PASAL 64 KUHP)
PERBUATAN BERLANJUT (PASAL 64 KUHP)

Ini terjadi jika seseorang melakukan beberapa


perbuatan (kejahatan atau pelanggaran), dan
perbuatan-perbuatan itu ada hubungan sehingga
harus dipandang sebagai satu perbuatan
berlanjut. Kriterianya adalah: a). harus ada satu
keputusan kehendak; b). masing-masing
perbuatan harus sejenis; dan c.) tenggang waktu
antara perbuatan-perbuatan itu tidak terlalu lama.
LANJUTAN
Sistem pemberian pidananya menggunakan absorbsi,
dengan mengenakan satu aturan pidana terberat dan
jika berbeda-beda maka dengan ketentuan yang
memuat pidana pokok yang terberat.
Contoh: Pasal 64 ayat (2) merupakan ketentuan khusus
dalam hal pemalsuan dan perusakan mata uang,
sedangkan Pasal 64 ayat (3) merupakan ketentuan
khusus dalam hal kejahatan-kejahatan ringan yang
terdapat dalam Pasal 364 (pencurian ringan), 373
(penggelapan ringan), 407 ayat (1) (perusakan barang
ringan), yang dilakukan sebagai perbuatan berlanjut.
SISTEM PEMBERIAN PIDANANYA
1. Menurut Pasal 64 ayat 1, pada prinsipnya berlaku sistem
absorbsi yaitu hanya dikenakan satu aturan pidana, dan jika
berbeda-beda dikenakan ketentuan yang memuat ancaman
pidana pokok yang terberat.
2. Pasal 64 ayat 2 merupakan ketentuan khusus dalam hal
pemalsuan dan perusakan mata uang.
3. Dalam Pasal 64 ayat 3 merupakan ketentuan khusus dalam hal
kejahatan-kejahatan ringan yang terdapat dalam Pasal 364, 373,
379 dan 407 ayat (1), yang dilakukan sebagai perbuatan
berlanjut. Apabila nilai kerugian yang ditimbulkan lebih dari Rp.
250,- Maka menurut Pasal 64 ayat 3 dikenakan aturan pidana
yang berlaku untuk kejahatan biasa. Berarti yang dikenakan
adalah Pasal 362, 372, 378 atau 406.
3. CONCURSUS REALIS
(PASAL 65-71 KUHP)
Ini terjadi apabila seseorang melakukan
beberapa perbuatan, dan masing-masing
perbuatan itu berdiri sendiri sebagai suatu
tindak pidana (tidak perlu sejenis dan
tidak perlu berhubungan).
SISTEM PEMBERIAN PIDANANYA
ADA BEBERAPA MACAM, YAITU:

1. Untuk kejahatan yang diancam dengan


pidana pokok sejenis, maka hanya dikenakan
satu pidana dengan ketentuan bahwa jumlah
maksimum pidana tidak boleh melebihi dari
maksimum terberat ditambah sepertiga. Ini
dinamakan absorbsi yang dipertajam.
JENIS PIDANA DALAM PASAL 10 KUHP

a. pidana pokok: b. pidana tambahan



1. pidana mati;
2. pidana penjara; 1. pencabutan hak-hak
3. pidanakurungan; tertentu;
4. pidanadenda; 2. perampasan barang-
5. pidana tutupan. barang tertentu;
3. pengumuman
putusan hakim
CONTOH

a. A melakukan tiga kejahatan yang masing-masing


diancam pidana penjara 4 tahun, 5 tahun, dan 9
tahun, maka yang berlaku adalah 9 tahun + (1/3 x
9) tahun = 12 tahun penjara;
b. Jika A melakukan dua kejahatan yang diancam
dengan pidana penjara 1 tahun dan 9 tahun, maka
berlaku 1 tahun + 9 tahun = 10 tahun penjara.
Tidak dikenakan 9 tahun + (1/3 x 9) tahun, karena
12 tahun melebihi jumlah maksimum pidana 10
tahun.
2.Apabila berupa kejahatan yang diancam dengan pidana
pokok yang tidak sejenis, maka semua jenis ancaman pidana
untuk tiap-tiap kejahatan dijatuhkan, tetapi jumlahnya tidak
boleh melebihi maksimum pidana terberat ditambah
sepertiga. Sistem ini dinamakan sistem kumulasi diperlunak.
Contoh: A melakukan dua kejahatan yang masing-masing
diancam pidana 9 bulan kurungan dan 2 tahun penjara. Maka
maksimum pidananya adalah 2 tahun + (1/3 x 2 tahun) = 2
tahun 8 bulan. Karena semua jenis pidana harus dijatuhkan,
maka hakim misalnya memutuskan 2 tahun penjara 8 bulan
kurungan.
2.Apabila concursus realis berupa pelanggaran, maka
menggunakan sistem kumulasi yaitu jumlah semua
pidana yang diancamkan. Namun jumlah semua
pidana dibatasi sampai maksimum 1 tahun 4 bulan
kurungan.
3.Apabila concursus realis berupa kejahatan-kejahatan
ringan yaitu Pasal 302 (1) (penganiayaan ringan
terhadap hewan), 352 (penganiayaan ringan), 364
(pencurian ringan), 373 (penggelapan ringan), 379
(penipuan ringan), dan 482 (penadahan ringan),
maka berlaku sistem kumulasi dengan pembatasan
maksimum pidana penjara 8 bulan.
5. Untuk concursus realis , baik kejahatan maupun
pelanggaran, yang diadili pada saat yang berlainan,
berlaku Pasal 71 yang berbunyi: “Jika seseorang
setelah dijatuhi pidana, kemudian dinyatakan
bersalah lagi, karena melakukan kejahatan atau
pelanggaran lain sebelum ada putusan pidana itu,
maka pidana yang dahulu diperhitungkan pada
pidana yang akan dijatuhkan dengan menggunakan
aturan-aturan dalam bab ini mengenai perkara-
perkara diadili pada saat yang sama.”
Contoh:
A tanggal 1 Januari melakukan kejahatan pencurian
(Pasal 362, pidana penjara 5 tahun), tanggal 5 Januari
melakukan penganiayaan biasa (Pasal 351, pidana
penjara 2 tahun 8 bulan), tanggal 10 Januari melakukan
penadahan (Pasal 480, pidana penjara 4 tahun), dan
tanggal 20 Januari melakukan penipuan (Pasal 378,
pidana penjara 4 tahun), maka maksimum pidana yang
dapat dijatuhkan kepada A adalah 5 tahun + (1/3 x 5
tahun) = 6 tahun 8 bulan.
• Andaikata hakim menjatuhkan pidana 6 tahun
penjara untuk keempat tindak pidana itu, maka jika
kemudian ternyata A pada tanggal 14 Januari
melakukan penggelapan (Pasal 372, pidana penjara
4 tahun), maka putusan yang kedua kalinya ini untuk
penggelapan itu paling banyak banyak hanya dapat
dijatuhi pidana penjara selama 6 tahun 8 bulan
(putusan sekaligus) dikurangi 6 tahun (putusan I),
yaitu 8 bulan penjara. Dengan demikian Pasal 71
KUHP itu dapat dirumuskan sebagai berikut: Putusan
II = (putusan sekaligus)-(putusan I).
SISTEM PEMBERIAN PIDANANYA

1.Untuk concursus realis yang berupa


kejahatan, diancam pidana pokok
sejenis, berlaku Pasal 65, yaitu hanya
dikenakan satu pidana dengan
ketentuan bahwa jumlah maksimum
pidana tidak boleh lebih dari maksimum
terberat ditambah sepertiga.
2. Untuk concursus realis berupa
kejahatan yang diancam pidana pokok
tidak sejenis berlaku Pasal 56, yaitu
semua jenis ancaman pidana untuk tiap-
tiap kejahatan dijatuhkan, namun
jumlahnya tidak boleh melebihi
maksimum pidana yang terberat
ditambah sepertiga. Sistem ini disebut
sebagai sistem kumulasi yang diperlunak.
3. Untuk concursus realis berupa
pelanggaran, berlaku Pasal 70 yang
menggunakan sistem kumulasi.
4. Untuk concursus realis berupa
kejahatan ringan khusus untuk Pasal 302
ayat 1, 352 364, 373, 379, 482 berlaku
Pasal 70 bis yang menggunakan sistem
kumulasi, tetapi dengan pembatasan
maksimum untuk penjara 8 bulan.

Anda mungkin juga menyukai