Anda di halaman 1dari 3

1.

Analisis jalinan sistem antara Buku I Kuhp dengan Buku II dan UU DI LUAR KUHP SERTAI SATU
CONTOH

2. Analisis apakah Percobaan dapat diterapkan pada seluruh pasal Buku II KUHP , buktikan dg contoh

3. Analisis bahwa Percobaan dapat MEMPERLUAS DAPAT DIPIDANANYA PERBUATAN DAN ORANG

4. Analisis 3 model Concursus sebutkan SISTEM PRMIDANAANNYA DAN MASING SATU CONTOH

5. A melakukan 4 kejahatan yang diancam dengan : 4 th penjara , 6 th penjara , 100 ribu rupiah denda
dan 1 juta rupiah denda. Tentukan Ancaman maksimal pidananya

6. A pada tahun 2005 dipidana penjara 8 tahun karena terbukti memperkosa B. Pada tahun 2009 A lari
dari Lembaga Pemasyarakatan , tentukan TENGGANG DALUWARSA RECIDIVE NYA.

1. Bila pada Pasal 53 dikatakan bahwa delik Percobaan kejahatan dikenakan sanksi pidana, dan pada
pasal 103 yang merupakan Pasal jembatan menyebutkan bahwa ketentuan pada buku I sampai VII
berlaku pada seluruh undang – undang yang perbuatannya diancam pidana, dan pada pasal 351
ayat (5) disebutkan percobaan untuk melakukan kejahatan tidak dipidana, bertentangan dengan
ketentuan pada Pasal 53, namun Juga pada Pasal 103 disebutkan bahwa ketentuan – ketentuan
tersebut dapat dikesampingkan apabila oleh undang – undang ditentukan lain, maka Pasal 351
dapat mengesampingkan ketentuan pada pasal 53 karena ketentuan pada pasal jembatan 103
KUHP
2. Bisa selama tidak diatur lain oleh undang – undang, Pada Buku I pasal 53 Kuhp mengatur ketentuan
mengenai percobaan kejahatan dikenai sanksi pidana, kaitannya dengan UU TPK No. 31/2009 yaitu
ialah bahwa pada pasal 15 di PerUU TPK disebutkan juga bahwa setiap orang yang melakukan
percobaan dapat dikenai pidana pada pasal 2, 3, 5 sampai 14 dengan pidana minimal dan
masksimal yang telah ditentukan, dan pada pasal 15 telah disebutkan bahwa Tindak Pidana Korupsi
Juga bisa masuk pada delik Percobaan, namun pada ketentuan pasal 53 KUHP disebutkan bahwa
pada delik percobaan pidana maksimal dapat dikurangi sepertiga dari maksimal masa hukuman,
dan merujuk pada Buku I dan II KUHP tidak ada disebutkan atau mengenal Pidana minimal, namun
karena pada pasal 14 TPK disebutkan bahwa setiap orang yang melanggar terhadap ketentuan
Tindak Pidana Korupsi ini diadili dengan ketentuan pada pasal Undang – Undang TPK 31/1999, ini
merujuk lagi pada pasal 103 KUHP bahwa ketentuan Pada Undang – Undang KUHP dapat
diperbolehkan untuk di kesampingkan karena pada Undang – Undang TPK diatur lain sesuai
ketentuan pada pasal 103 KUHP itu sendiri.
3. Mengenai sifat dari percobaan ada dua pandangan :

a. Percobaan dipandang sebagai strafausdehnungsgrund (dasar/alasan memperluas dapat


dipidananya orang) Menurut pandangan ini, seseorang yang melakukan percobaan untuk
melakukan suatu delik meskipun tidak memenuhi semua unsur delik, tetap dapat dipidana
apabila telah memenuhi semua rumusan pasal 53. Jadi sifat percobaan adalah untuk
memperluas dapat dipidananya orang, bukan memperluas rumusan delik. Dengan demikian
menurut pandangan ini, percobaan tidaklah dipandang sebagai jenis atau bentuk delik yang
tersendiri (delictum sui generis) tetapi dipandang sebagai bentuk delik yang tidak sempurna
(onvolkomen delictsvrom). Termasuk dalam pandangan ini Hazewinkel-Suringa dan Oemar Seno
Adji.

b. Percobaan dipandang sebagai tatbestandausdehnungsgrund (dasar/alasan memperluas dapat


dipidananya perbuatan) Menurut pandangan ini, percobaan melakukan suatu delik merupakan
suatu kesatuan yang bulat dan lengkap. Percobaan bukanlah bentuk delik yang tidak sempurna
tetapi merupakan delik yang sempurna hanya dalam bentuk yang khusus. Jadi merupakan suatu
delik tersendiri (delictum sui generis). Termasuk dalam pandangan ini Pompe dan Moeljatno.

4. CONCURSUS

1. CONCURSUS IDEALIS (Pasal 63)

Pengertiannya dirumuskan dalam Pasal 63 (1) yang menyatakan bahwa ”jika suatu perbuatan masuk
dalam lebih dari satu aturan pidana, maka yang dikenakan hanya salah satu di antara aturan-aturan itu,
dan jika berbeda-beda, yang dikenakan yang memuat ancaman pidana pokok yang paling berat.
Misalnya : Seorang melanggar Pasal 285 (12 tahun penjara) dan 281 (2 tahun 8 bulan penjara).
Maksimum pidana yang dikenakan ialah 12 tahun.

Apabila hakim menghadapi pilihan antara 2 pidana pokok sejenis yang maksimumnya sama, maka
ditetapkan pidana pokok dengan pidana tambahan yang paling berat.

Apabila menghadapi 2 pilihan antara 2 pidana pokok yang tidak sejenis, maka penentuan pidana yang
terberat didsarkan pada urut-urutan jenis pidana seperti tersebut dalam Pasal 10. Jadi misalnya memilih
antara 1 minggu penjara, 1 tahun kurungan dan denda 5 juta, maka pidana yang terberat adalah 1 tahun
kurungan.

Dalam Pasal 63 ayat 2 diatur ketentuan khusus yang menyimpang dari prinsip umum dalam ayat 1 dalam
hal ini berlaku adigum “lex spesialis derogat legi genarali”.

Misal: seorang ibu membunuh anaknya sendiri pada saat anaknya dilahirkan, perbuatan ibu ini dapat
masuk dalam Pasal 338 (15 tahun penjara) dan 341 (7 tahunpenjara). Maksimum pidana yang dikenakan
adalah yang terdapat dalam Pasal 341 (lex specialis) yaitu 7 tahun penjara

5. Task Error
6. Terhadap tindak pidana perkosaan di Pasal 285 KUHP, karena ancaman pidananya adalah
penjara maksimum dua belas tahun, maka memenuhi unsur dalam Pasal 78 ayat (1) ke-3 KUHP,
yang mana daluwarsa penuntutannya adalah sesudah dua belas tahun. Setelah 12 tahun dia
melakukan pemerkosaan, tak bisa dituntut pidana lagi. Maka pada tahun 2005 dia melakukan
pemerkosaan, 2017 dia bebas dari tuntutan pemerkosaan itu. Dari tahun 2009 sampai kurang
dari atau sama dengan tahun 2017, apabila ia tertangkap lagi masih dapat diadili, setelah itu
tidak lagi.

Anda mungkin juga menyukai