Anda di halaman 1dari 18

Nama: Rangg

a
NPM:211001 zakino
2111064
Kelas:2B
RECIDIVE DAM SAMENLOOP
RECIDIVE
Recidive atau pengulangan perbuatan pidana adalah apabila seseorang telah melakukan
kejahatan atau pelanggaran dan telah dijatuhi hukuman (vonis) dan hukuman itu telah
dijalankan, kemudian ia melakukan lagi kejahatan lain.Pembuat undang-undang memandang
perlu untuk menghukum orang yang telah lebih dari satu kali melakukan delik, yang biasanya
disebut “penjahat kambuhan” atau “recidivist” lebih berat daripada penjahat yang baru pertama
kali berbuat kejahatan.Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ada 2 macam recidive:1.
Peraturan recidive umum (generale recidive), dimana tidak diperhatikan sifatnya
perbuatanpidana yang diulangi, artinya asal saja terdakwa kembali melakukan perbuatan
pidana darimacam apapun.2. Peraturan recidive yang bersifat khusus, (speciale recidive), diatur
khusus dalam pasalnyasendiri-sendiri, dan umumnya mengenai pelanggaran-pelanggaran (pasal-
pasal 489 ayat (2); 492 ayat (2) KUHP dan lain-lain).
‘‘Recidive merupakan salah satu alasan pemberat
pidana, dimana penjatuhan pidananya ditambah
sepertiga dari ancaman pidana maksimalnya.
Ketentuan recidive diatur dalam Buku II KUHP
tentang Kejahatan Pasal 386, 387 dan 388
KUHP.”
Residive (pengulangan) merupakan pengulangan tindak pidana, dimana
pelaku tindak pidana sebelumnya telah dijatuhi hukuman pidana dalam
jangka waktu tertentu dan telah berkekuatan hukum tetap. Residive
merupakan salah satu dasar dalam pemberatan pidana. Residive tidak
dikenakan pada semua kejahatan tetapi hanya terjadi pada kejahatan
tertentu yang disebutkan dalam pasal 486, 487 dan 488 KUHP.Selain itu
untuk pengulangan tindak pidana yang disebutkan dalam pasal 486, 487
dan 488 KUHP terdapat ketentuan tertentu yaitu:
1. Terpidana telah menjalani seluruh pidana yang dijatuhkan
2. Terpidana telah menjalani sebagian pidana yang dijatuhkan
3. Dibebaskan dalam menjalani hukuman pidana
4. Hak mejalankan pidananya belum daluarsa
5. Kejahatan pengulangan dilakukan dalam wkatu belum lewat 5 tahun
sejak terpidana menjalanipidana.
Divide the content

Divide the content Yang dimaksud terpidana menjalani sebagian pidana yang dijatuhkan
adalah terpidana diberikan pelepasan bersyarat, apabila pelaku kejahatan tersebut sudah
menjalani masa pidana selama dua pertiga dari masa hukuman yang dijatuhkan. Kemudian
maksud dari tidak menjalani hukuman pidana adalah apabila pelaku kejahatan tersebut dijatuhi
hukuman pidana dengan penetapan bersyarat atau mendapat grasi dari Presiden.Pemberatan
pidana terhadap pelaku kejahatan residivis tidak diatur secara umum, melainkan secara
khusus karena yang telah disebutkan sebelumnya bahwa residivis hanya dikenakan pada
tindak pidana tertentu bukan semua kejahatan. Residivis sendiri diatur khusus dalam Buku ke
2 dalam Bab XXXI KUHP yaitu dalam pasal 486, 487 dan 488 KUHP mengenai Aturan
Pengulangan Kejahatan Yang Bersangkutan Dengan Berbagai Bab disebutkan mengenai
pemberian pidana pada pelaku residivis, yaitu :
Pasal 486 KUHP:“Pidana penjara yang ditentukan dalam Pasal 127, 204 ayat pertama,
244-248, 253-260 bis, 263, 264, 266-268, 274, 362, 363, 365 ayat pertama, kedua dan
ketiga, 368 ayat pertama dan kedua sepanjang di situ ditunjuk kepada ayat kedua dan
ketiga Pasal 365, Pasal 369, 372, 374, 375, 378, 380, 381-383, 385-388, 397, 399,
400, 402, 415, 417, 425, 432 ayat penghabisan, 452, 466, 480 dan 481, begitupun
pidana penjara selama waktu tertentu yang dijatuhkan menurut Pasal 204 ayat kedua,
365 ayat keempat dan 368 ayat kedua sepanjang di situ ditunjuk kepada ayat keempat
pasal 365, dapat ditambahkan dengan sepertiga, jika yang bersalah ketika melakukan
kejahatan, belum lewat lima tahun, sejak menjalani untuk seluruhnya atau sebagian
dari pidana penjara yang dijatuhkan kepadanya, baik karena salah satu kejahatan yang
diterangkan dalam pasal-pasal itu, maupun karena salah satu kejahatan, yang
dimaksud dalam salah satu dari Pasal 140-143, 145 dan 149, Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana Tentara, atau sejak pidana tersebut baginya sama sekali telah
dihapuskan (kwijtgescholde) atau jika pada waktu melakukan kejahatan, kewenangan
menjalankan pidana tersebut belum daluwarsa.”
Pasal 487 KUHP:“Pidana penjara yang ditentukan dalam Pasal 130 ayat pertama,
131, 133, 140 ayat pertama, 353-355, 438-443, 459 dan 460, begitupun pidana
penjara selama waktu tertentu yang dijatuhkan menurut Pasal 104, 105, 130 ayat
kedua dan ketiga, Pasal 140 ayat kedua dan ketiga, 339, 340 dan 444, dapat
ditambah sepertiga. Jika yang bermasalah ketika melakukan kejahatan, belum lewat
lima tahun, sejak menjalani untuk seluruhnya atau sebagian, pidana penjara yang
dijatuhkan kepadanya, baik karena salah satu kejahatan yang diterangkan dalam
pasal-pasal itu, maupun karena salah satu kejahatan yang dimaksudkan dalam
Pasal 106 ayat kedua dan ketiga, 107 ayat kedua dan ketiga, 108 ayat kedua, 109,
sejauh kejahatan yang dilakukan itu atau perbuatan yang menyertainya
menyebabkan luka-luka atau mati, Pasal 131 ayat kedua dan ketiga, 137 dan 138
KUHP Tentara, atau sejak pidana tersebut baginya sama sekali telah dihapuskan,
atau jika pada waktu melakukan kejahatan, kewenangan menjalankan pidana
tersebut belum daluwarsa
Pasal 488 KUHP:“Pidana yang ditentukan dalam Pasal 134-138, 142-
144, 207, 208, 310-321, 483 dan 484, dapat ditambah sepertiga, jika
yang bersalah ketika melakukan kejahatan, belum lewat lima tahun,
sejak menjalani untuk seluruhnya atau sebagian, pidana penjara yang
dijatuhkan kepadanya, karena salah satu kejahatan diterangkan pada
pasal itu, atau sejak pidana tersebut baginya sama sekali telah
dihapuskan atau jika waktu melakukan kejahatan, kewenangan
menjalankan pidana tersebut belum daluwarsa.”Dalam pasal-pasal
yang telah disebutkan diatas dapat disimpulkan bahwa tindak pidana
residivis dapat dikenai tambahan pidana yaitu satu pertiga dari
ancaman hukuman pidana maksimal yang dijatuhkan kepadanya.
RECIDIVE DAN SAMENLOOP
SAMENLOOP
Dalam hal “turut serta” (deelneming) digambarkan, bahwa ada beberapa orang melakukan
satu peristiwa pidana.Sebaliknya, dalam “gabungan” (samenloop) yaitu melakukan perbuatan
pidana adalah menggambarkan bagaimana harus diselesaikan, apabila ada satu orang
melakukan beberapa perbuatan pidana.Selain itu dikenal pengulangan perbuatan pidana atau
“mengulangi” (recidive) tindak pidana yang menggambarkan pula satu orang telah melakukan
beberapa tindak pidana, tetapi perbedaan samenloop dan recidive adalah: ••Dalam
“samenloop” beberapa perbuatan pidana yang dilakukan, yang satu dengan yang lainnya
belum pernah ada putusan hakim (vonis);Dalam “recidive” antara melakukan perbuatan pidana
yang satu dengan yang lain sudah ada putusan hakim (vonis).Gabungan tindak pidana
(samenloop atau concursus) ada tiga macam, antara lain:1. Gabungan satu perbuatan
(eendaadsche samenloop atau concursus idealis), tercantum dalam pasal 63 KUHP;2.
Perbuatan yang diteruskan (voorgezette - handeling) tercantum dalam pasal 64 KUHP;3.
Gabungan beberapa perbuatan (meerdaadsche samenloop atau concursus realis)
tercantumdalam pasal 65 dan 66 KUHP.
“Samenloop yaitu apabila orang/seseorang yang
melakukan tindak pidana lebih dari satu kali dan
diantara tindak pidana itu belum ada yang
diputus oleh pengadilan dan semua diajukan
sekaligus.”
Dalam Hukum Pidana dikenal istilah Konkursus / Samenloop.
Perbarengan tindak pidana atau biasa disebut dengan istilah concursus
merupakan salah satu cabang yang sangat penting dari ilmu pengetahuan
hukum pidana. Pada dasarnya yang dimaksud dengan perbarengan ialah
terjadinya dua atau lebih tindak pidana oleh satu orang atau beberapa
orang dimana tindak pidana yang dilakukan pertama kali belum dijatuhi
pidana, atau antara tindak pidana yang awal dengan tindak pidana
berikutya belum dibatasi oleh suatu putusan. Concursus memiliki 3
bentuk yakni perbarengan peraturan (concursus idealis), perbarengan
perbuatan (concursus realis) dan perbarengan perbuatan berlanjut.Adami
Chazawi menjelaskan bahwa ada tiga bentuk concursus yang dikenal
dalam ilmu Hukum Pidana, yang biasa juga disebut dengan ajaran yaitu:
1. Concursus idealis (endaadse samenloop)Apabila seseorang melakukan
satu perbuatan dan ternyata satu perbuatan itu melanggar beberapa
ketentuan hukum pidana. Dalam KUHP disebut dengan perbarengan
peraturan. Concursus idealis yaitu suatu perbuatan yang masuk ke dalam
lebih dari satu aturan pidana. Disebut juga sebagai gabungan berupa satu
perbuatan (eendaadsche samenloop), yakni suatu perbuatan meliputi lebih
dari satu pasal ketentuan hukum pidana. Sistem pemberian pidana yang
dipakai dalam concursus idealis adalah sistem absorbsi, yaitu hanya
dikenakan pidana pokok yang terberat. Dalam KUHP bab II Pasal 63 tentang
perbarengan peraturan disebutkan:1.Jika suatu perbuatan masuk dalam lebih
dari satu aturan pidana, maka yang dikenakan hanya salah satu di antara
aturan-aturan itu, jika berbeda-beda yang dikenakan yang memuat ancaman
pidana pokok yang paling berat.2.Jika suatu perbuatan, yang masuk dalam
suatu aturan pidana yang umum, diatur pula dalam aturan pidana yang
khusus, maka hanya yang khusus itulah yang dikenakan
2. Concursus realis (meerdaadse samenloop)Apabila seseorang
melakukan beberapa perbuatan sekaligus. Concursus realis atau
gabungan beberapa perbuatan terjadi apabila seseorang melakukan
beberapa perbuatan, dan masing-masing perbuatan itu berdiri sendiri
sebagai suatu tindak pidana. Bisa dikatakan Concursus realis terjadi
apabila seseorang sekaligus merealisasikan beberapa perbuatan. Hal ini
diatur dalam Pasal 65 sampai 71 KUHP. Pasal 65 KUHP berbunyi sebagai
berikut:Dalam hal perbarengan beberapa perbuatan yang harus dipandang
sebagai perbuatan yang berdiri sendiri sehingga merupakan beberapa
kejahatan yang diancam dengan pidana pokok yang sejenis maka
dijatuhkan hanya satu pidana;Maksimum pidana yang dijatuhkan ialah
jumlah maksimum pidana yang diancam terhadap perbuatan itu, tetapi
tidak boleh lebih dari maksimum pidana yang terberat ditambah sepertiga.
Pasal 66 KUHP berbunyi :Dalam hal perbarengan beberapa perbuatan
yang masing-masing harus dipandang sebagai perbuatan yang berdiri
sendiri sehingga merupakan beberapa kejahatan yang diancam dengan
pidana pokok yang tidak sejenis, maka dijatuhkan pidana atas tiap-tiap
kejahatan, tetapi jumlahnya tidak boleh melebihi maksimum pidana yang
terberat ditambah sepertiga;Pidana denda dalam hal itu dihitung menurut
lamanya maksimum pidana kurungan pengganti yang ditentukan untuk
perbuatan itu.Pasal 67 KUHP berbunyi :Jika orang dijatuhi pidana mati
atau pidana seumur hidup, maka beserta itu tidak boleh dijatuhkan
hukuman lain lagi kecuali pencabutan hak-hak tertentu perampasan
barang-barang yang telah disita sebelumnya, dan pengumuman putusan
hakim
3. Voor Gezette Handeling (Perbuatan Berlanjut)Adalah perbuatan/tindakan
pidana pertama, kedua, ketiga, dst..., mempunyai hubungan yang erat. Hanya
dikenakan satu pasal saja.Contoh: seorang montir bekerja di sebuah toko
onderdil besar, tapi dia tidak mempunyai motor, lalu ia mengambil satu persatu
onderdil motor dari yang terkecil sampai menjadi sebuah rakitan motor(Pasal
362).
4. Stelsel :Stelsel pemidanaan dalam Samenloop ada 4 stelsel sistem
pemidanaan :
A. Stelsel PokokAbsorptie StelselCommulatie Stelsel
B. Stelsel TambahanAbsorptie yang di pertajam Commulatie sedang
Absorptie Stelsel Pemidanaan dalam SamenloopApabila seseorang
melakukan beberapa delik yang masing-masing diancam dengan
pidana yang berlain-lainan, maka menurut sistem ini hanya dijatuhi
satu hukuman saja, yaitu pidana yang terberat walaupun orang
tersebut melakukan beberapa delik.Contoh: si A melakukan Tindak
Pidana 3 kali, yang ancaman pidananya berbeda-beda yaitu 5 th, 7 th,
dan 15 th.Menurut sistem ini hanya diberikan satu ancaman saja yang
terberat yaitu 15 th.• CommulatieStelselApabila seseorang melakukan
beberapa kali perbuatan pidana yang merupakan beberapa delik
yangdiancam dengan pidana sendiri-sendiri.Maka menurut sistem ini,
tiap-tiap pidana yang diancamkan kepada tiap-tiap delik yang
dilakukan olehorang itu dijumlahkan.Contoh : 5 th + 7 th + 15 th = 27 th
• Absorptieyangdipertajam● Apabila seseorang malakukan perbuatan
yang merupakan beberapa jenis delik yang diancamdengan pidana yang
berlain-lainan.www.irsangusfrianto.com● Menurut stelsel ini, pada
hakikatnya hanya dijatuhi satu pidana yaitu pidana terberat akantetapi
ditambah 1/3 nya.● Contoh: si A diancam hukuman 7 th, 5 th, dan 15 th,
maka si A diancam hukuman (15 + (1/3 X 5)= 20 th.•
Commulatiesedang● Apabila seseorang melakukan beberapa jenis delik
yang masing-masing diancam dengan pidanasendiri-sendiri,● maka
menurut sistem ini, semua pidana yang diancamkan oleh masing-
masing delik dijatuhkansemuanya ;● akan tetapi, jumlah dari pidana itu
harus dikurangi, yaitu jumlahnya tidak boleh melebihi daripidana yang
terberat ditambah 1/3.● Contoh:5th+6th+15th=21th● 15 + ( 1/3 x 5) = 20
th.
Thank’s

Anda mungkin juga menyukai