Anda di halaman 1dari 9

RESIDIVIS

Ziil Muhammad F.A

04050520070@student.uinsby.ac.id

Prodi Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Pendahuluan

Tindak kejahatan merupakan fenomena yang umum di masyarakat, terlepas dari


ringan ataupun berat kejahatan tersebut. Menurut kartono (2014) dalam Jurnal Empati,
Kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral kemanusiaan
(Immoral), merugikan masyarakat, sifatnya asosiasi dan melanggar hukum serta undang-
undang pidana.

Suatu tindak kejahatan dilakukan oleh pelaku kejahatan. Yaitu seseorang atau
sekelompok orang yang melakukan tindakan melanggar hukum pidana atau peraturan yang
berlaku di teritori yang mana pelanggaran dilakukan, kemudian diadili dan dijatuhkan
hukuman dalam suatu proses peradilan.

Kemudian, sanksi pidana merupakan suatu dasar unntuk merehabilitasi perilaku dari
perbuatan pidana tersebut, namun sanksi pidana tersebut masih belum memberikan efk jera
terhadap pelaku perbuatan pidana, sebab orang justru menjadi lebih jahat setelah menjalani
pidana penjara.

Inilah yang menjadi salah satu faktor dominan munculnya seseorang setelah
menjalani pidana penjara melakukan kejahatan lagi yang sejenis atau oleh undang-undang
dianggap sejenis yang tidak lewat waktu 5 tahun.

Pengertian

Residivis (Residivice) berasal dari bahasa prancis yang diambil dari dua kata latin.
Yaitu re dan co, re berarti lagi dan cado berarti jatuh. Maka residivis berarti suatu tendensi
berulang kali melakukan kejahatan atau melakukan pelanggaran hukum, dan mengenai
residivis ialah berbicara tentang hukum yang berulang kali sebagai akibat perbuatan yang
sama atau yang serupa.
Residivis adalah orang yang melakukan kejahatan berulang kali. Artinya orang
tersebut setelah menerima hukuman atas kejahatan yang dilakukan dan kembali ke perilaku
kriminal.dan menurut KBBI, Residivis ialah orang yang pernah dihukum lalu mengulangi
tindak kejahatan yang serupa atau bisa disebut penjahat kambuhan.

Menurut KUHP, Residivis atau pengulangan kejahatan masuk dalam kategori yang
dapat memberatkan pidana dan dapat penambahan hukuman. Berdasarkan pasal 486, 487,
dan 488. Lalu menurut I Made Widnyana, Residivis itu terjadi apabila seseorang telah
melakukan perbuatan pidana dan terhadap perbuatan pidana tersebut telah dijatuhi dengan
putusan hakim. Pidana tersebut telah dijalani akan tetapi setelah ia menjalani pidana dan
dikembalikan kepada masyarakat, dalam jangka waktu tertentu setelah pembebasan tersebut,
ia kembali melakukan perbuatan pidana.

Beberapa syarat yang harus dipenuhi agar suatu pebuatan dianggap sebagai
pengulangan tindak pidana atau residivis, yaitu :

1. Pelakunya adalah orang yang sama.


2. Terulangnya tindak pidana dan untuk pidana tedahulu dijatuhi pidana oleh suatu
keputusan hakim.
3. Pelaku sudah pernah menjalani hukuman atau hukuman penjara dijatuhi
terhadapnya.
4. Pengulangan terjadi dalam jangka waktu tertentu. Residivis ialah seseorang yang
melakukan tindak pidana dan untuk itu dijatuhkan pidana padanya akan tetapi
dalam jangka waktu tertentu :
 Sejak setelah pidana tersebut dilaksanakan seluruhnya atau sebagian.
 Sejak pidana tersebut seluruhnya dihapuskan
 Apabila kewajiban-kewajiban menjalankan pidana itu belum daluawarsa
dan pelaku yang sama itu kemudian melakukan tindak pidana lagi.

Jenis-jenis Residivis

Didalam kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) ada dua macam Residivis,
yaitu :

1. Residivis Umum (General Recidive)


Tidak memperhatikan sifat perbuatan pidana yang diulangi, artinya asal saja
Residivis mengulangi perbuatan pidana, meskipun perbuatan tesebut tidak
sejenis dengan perbuatan pidana terdahulu akan tetapi tetap digolongkan
sebagai pengulangan. Residivis Umum ini diatur dalam pasal 486 sampai
dengan pasal 488 KUHP.
2. Residivis Khusus (Special Residive)
Sifat dari pada perbuatan pidana yang diulangi sangat diperhatikan, artinya
perbuatan yang diulang harus sejenis atau segolongan dengan perbuatan
pidana terhdahulu atas perbuatan pada yang bersangkutan pernah menjalani
hukuman. Menurut ajaran Residivis Khusus, maka setiap pasal KUHP
mempunyai ajaran Residivis atau peraturan tentang Residivis tersendiri,
seperti dalam pasal 489 ayat (2), pasal 495 ayat (2), pasal 512 ayat (3) dan
seterusnya.

Residivis Umum diatur dalam pasal-pasal yang terdapat di dalam KUHP yang pada
umumnya adalah mengenai kejahatan. Pasal 486 yaitu, Pidana penjara yang dirumuskan
dalam pasal 127, 204 ayat pertama, 244-248, 253-260 bis, 263, 264, 266-268, 274, 362, 363,
365 ayat pertama, kedua dan ketiga, 368 ayat pertama dan kedua sepanjang disitu ditunjuk
kepada ayat kedua dan ketiga pasal 365, pasal 369, 372, 374, 375, 378,380, 381-383, 385-
388,  397,  399,  400,  402,  415,  417,  425,  432,ayat penghabisan, 452, 466, 480, dan 481,
begitu pun pidana penjara selama waktu tertentu yang diancam menurut pasal 204 ayat
kedua, 365 ayat keempat dan 368 ayat kedua, sepanjang di situ ditunjuk kepada ayat keempat
pasal 365, dapat ditambah dengan sepertiga, jika yang bersalah ketika melakukan kejahatan
belum lewat lima tahun sejak menjalani untuk seluruhnya atau sebagian dari pidana penjara
yang dijatuhkan kepadanya, baik karena salah satu kejahatan yang dirumuskan dalam pasal-
pasal itu, maupun karena salah satu kejahatan, yang dimaksud dalam salah satu dari pasal 140
-143, 145 – 149, Kitab Undang- undang Hukum Pidana Tentara, atau sejak pidana tersebut
baginya sama sekali telah dihapuskan atau jika pada waktu melakukan kejahatan,
kewenangan menjalankan pidana tersebut belum daluwarsa.

Pasal 487 yaitu, Pidana penjara yang ditentukan dalam pasal 131, 140 ayat pertama,
141, 170, 213, 214, 338, 341, 342, 344, 347, 348, 351, 353–355,438–443, 459, dan 460,
begitu pun pidana penjara selama waktu tertentuyang diancam menurut pasal 104, 130 ayat
kedua dan ketiga, pasal 140, ayat kedua dan ketiga, 339, 340 dan 444, dapat ditambah
sepertiga, jika yang bersalah ketika melakukan kejahatan belum lewat lima tahun sejak
menjalani untuk seluruhnya atau sebagian pidana penjara yang dijatuhkan kepadanya, baik
karena salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal-pasal itu maupun karena salah satu
kejahatan yang dimaksudkan dalam pasal 106 ayat kedua dan ketiga, 107 ayat kedua dan
ketiga, 108 ayat kedua, sejauh kejahatan yang dilakukan itu atau perbuatan yang
menyertainya menyebabkan luka-luka atau kematian, pasal 131 ayat kedua dan ketiga, 137,
dan 138 KUHP Tentara, atau sejak pidana tersebut baginya sama sekali telah dihapuskan,
atau jika pada waktu melakukan kejahatan, kewenangan menjalankan pidana tersebut belum
daluwarsa.

Pasal 488 yaitu, Pidana yang ditentukan dalam pasal 134 - 138, 142 - 144,207, 208,
310 - 321, 483, dan 484, dapat ditambah sepertiga, jika yang bersalah ketika melakukan
kejahatan belum lewat lima tahun sejak menjalani untuk seluruhnya atau sebagian pidana
penjara yang dijatuhkan kepadanya karena salah satu kejahatan yang diterangkan pada pasal
itu, atau sejak pidana tersebut baginya sama sekali telah dihapuskan atau jika pada waktu
melakukan kejahatan, kewenangan menjalankan pidana tersebut belum daluwarsa.

Dari penjelasan pasal-pasal di atas dapat disimpulkan bahwa pelaku kejahatan tindak
pidana ulang (Residivis) dapat ditambah sepertiga hukuman, jika yang bersalah ketika
melakukan kejahatan belum lewat lima tahun sejak menjalani untuk seluruhnya atau sebagian
pidana penjara yang dijatuhkan kepadanya. Sedangkan Residivis Umum diatur dalam Pasal-
pasal yang terdapat dalam KUHP yang pada umumnya adalah mengenai pelanggaran-
pelanggaran sebagai berikut:

Pasal 489 ayat (2)

jika kita melakukan pelanggaran yang belum lewat satu tahun sejak adanya
pemidanaan tetap karena pelanggaran yang sama, pidana denda dapat diganti dengan pidana
kurungan paling lama tiga hari.

Pasal 495 ayat (2)

Jika kita melakukan pelanggaran yang belum lewat satu tahun sesudah adanya
pemindanaan yang menjadi tetap karena pelanggaran yang sama. Pidana denda dapat diganti
dengan pidana kurungan paling lama empat hari.

Pasal 512 ayat (3)


Jika kita melakukan pelanggaran belum lewat dua tahun sejak adanya pemidanaan
yang menjadi tetap karna pelanggaran yang sama. Maka dalam hal yang pertama. Pidana
denda dapat diganti dengan pidana kurungan paling lama dua bulan dan dalam hal ayat
kedua, paling lama satu bulan.

Penyebab Residivis

Penyebab Residivis adalah kombinasi dari faktor personal, sosiologis, ekonomi, dan
gaya hidup. Berikut adalah penyebab Residivis yang kerap terjadi

1. Pendidikan yang kurang


Kurangnya pendidikan sseseorang membuatnya menjadi residivis. Misalkan
mengambil contoh dua orang, satu orang mendapatkan pendidikan,
mengembangkan keterampilannya, mempelajari hal-hal yang baru. Sedangkan
orang yang tidak mendapatkan pendidikan yang layak ia tidak memiliki
keterampilan.
Akibatnya dalam dunia persaingan saat ini yang kemudian tidak dapat berdiri
dengan orang yang memiliki keterampilan yang cukup. Jadi untuk mencari
nafkah orang-orang mulai memanjakannya dalam kegiatan kriminal.
2. Kemiskinan
Salah satu penyebab kemiskinan adalah pengangguran. Untuk menjalankan
mata pencaharian. Seseorang memilih satu atau lain cara untuk mendapatkan
uang dan sebagian besar waktu ditemukan bahwa orang tersebut memanjakan
dirinya dalam kegiatan kriminal.
Juga ditemukan bahwa pelaku setelah keluar dari penjara, mereka menghadapi
penolakan. Orang-orang menolak pelaku karena aktivitas kriminal mereka di
masa lalu
3. Tidak mengubah gaya hidup atau lingkaran sosialnya

Untuk seorang pelaku rehabilitasi yang berhasil setelah mulai dibebaskan.


Harus menjauhkan diri dari semua orang yang terlibat dalam kegiatan
kriminal. Jika pelaku tetap bersama orang yang telibat dalam jenis tindak
pidana tersebut. Maka kemungkinan besar orang tersebut dapat kembali untuk
melakukan jenis kejahatan tersebut lagi.
Namun permasalahannya adalah setelah pelaku dibebaskan dari penjara,
menjadi sulit bagi pelaku untuk mendapatkan teman baru, karena semua teman
baru akan mengabaikannya untuk kegiatan kriminalnya di masa lalu. Dengan
demikian pelaku kembali ke teman lama yang terlibat dalam kegiatan
kriminal.

4. Depresi dan kehancuran


Pelaku menderita masalah mental yang serius di penjara dan tanpa perawatan
yang tepat mereka dibebaskan. Bahkan setelah dibebaskan mereka
mengahadapi banyak stigma seperti pengangguran, ketidaktahuan, kurangnya
dukungan, yang memaksa mereka untuk masuk ke dalam keadaan depresi
yang lebih dalam dan menyebabkan keterlibatan dirinya sendiri dalam
penyalahgunaan narkoba dan terlibat dalam kegiatan kriminal.
5. Tidak rehabilitasi yang tepat
Penjara menyatakan bahwa tujuan mereka adalah untuk merawat dan
merehabilitasi mereka. Akan tetapi ditemukan bahwa pelanggaran tidak
direformasi dengan benar. Dipenjara, para pelanggar menderita tekanan
mental. Jadi setelah keluar dari penjara, mereka kembali bergabung dengan
kegiatan kriminal.

Penjatuhan Pidana terhadap pelaku Residivis

Prinsip dan filosofi dari residivis adalah pemberatan pidana bagi pelaku pengulangan
perbuatan pidana, karena pemidanaan sebelumnya tidak berhasil mencegah/memperbaiki
pelaku sehingga melakukan perbuatan pidana lagi. Berdasarkan uraian pengertian Residivis.
Tujuan pemidanaan berupa vonis yang diberikan terhadap seseorang yang melakukan
perbuatan pidana belum mampu menyentuh dan memberikan efek jera, sehingga seseorang
mengulangi suatu perbuatan pidana yang disebut sebagai Residivis.

Hukum pidana dikenal suatu azas yang menyatakan “tiada pidana tanpa kesalahan”
(geen straf zonder schlud ; keine straf ohne schuld; no punishment without guilt; asas mens
rea atau azas culpabilitas). Berdasarkan asas tersebut dapat diperoleh satu hal yang penting
bahwa tidak dihukum seseorang jika tidak melakukan kesalahan atau jika seseorang berbuat
pidana maka ia patut dipidana.
Demikian halnya dengan pemberatan pidana sebagai bentuk pemidanaan yang bersifat
menambah kuantitas masa atau waktu pemidanaan dengan maksud memperberat dari
pemidanaan yang diberikan semula. Pengaturan tentang Residivis di dalam Undang-undang
didasarkan pada filsafat keadilan.

Pemidanaan bagi Residivis merupakan suatu perwujudan keadilan hukum yang


bertujuan untuk menjaga kepentingan masyarakat secara luas. Sedangkan secara teoritis,
pengaturan mengenai Residivis di dalam sebuah peraturan perundang-undangan didasarkan
pada beberapa teori pemidanaan.

Teori pemidanaan yang dianut dalam pengaturan mengenai residivis dalam berbagai
peraturan perundang-undangan adalah teori gabungan yang mengajarkan bahwa tujuan
penjatuhan pidana atau pemidanaan adalah untuk mempertahankan tata tetib hukum dalam
masyarakat dan memperbaiki si penjahat.

Penjatuhan pidana yang ringan, bukanlah merupakan salah satu faktor yang
menjadikan mereka (pelaku perbuatan pidana) kembali melakukan sebuah perbuatan pidana
lagi karena dalam hal ini, hakim sudah menjatuhkan pidana secara adil kepada pelaku
perbuatan pidana.

Pemidanaan yang dijatuhkan sudah dianggap pantas diberikan kepada pelaku


perbuatan pidana tersebut. Sebenarnya faktor yang menjadikan mereka melakukan
pengulangan perbuatan pidana (Residivis) itu pada dasarnya kembali kepada individunya
masing-masing, jadi seseorang yang mengulangi perbuatan pidana bukanlah karena
pemidanaan yang diberikan hakim terlalu ringan akan tetapi semua itu kembali kepada
individunya masing-masing yang sudah punya perangai atau tabiat yang buruk.

Pertimbangan dalam menjatuhkan hukuman pidana residivis

Pada proses peradilan terpidana akan dijatuhi putusan oleh majelis hakim dan saat
putusan dijatuhkan ada beberapa hal yang meringankan penjatuhan pidana, salah satunya
adalah ketika terpidana mengakui kesalahan dan menyesali yang telah diperbuat.

Akan tetapi berbeda dalam hal perbuatan pidana yang dilakukan oleh Residivis,
biasanya penjatuhan pidana yang diberikan oleh hakim dalam memutuskan suatu perkara
yang dilakukan oleh Residivis, pemidanaanya lebih berat karena pelaku pernah dijatuhi
sanksi oleh hakim yang menangani perkara yang dia lakukan sebelumnya dan ternyata sanksi
tersebut tidak membuatnya jera, melainkan membuat dia melakukan sebuah perbuatan pidana
lagi.

Masyarakat pada umumnya menyebut seseorang yang telah melakukan perbuatan


pidana adalah narapidana dan residivis (bagi pelaku perbuatan pidana yang berulang-ulang),
dimana mereka adalah orang- orang yang telah melakukan perbuatan pidana dan telah diberi
sanksi pidana oleh hakim yang berwenang memutus perkara yang mereka lakukan tersebut.

Dalam penjatuhan pidana terhadap narapidana (pelaku yang melakukan perbuatan


pidana untuk pertama kali) dengan residivis sangatlah berbeda karena memang hal tersebut
telah diatur dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang penjatuhan pidana
terhadap residivis.

Penjatuhan pidana yang diberikan oleh hakim kepada residivis yaitu 1/3 (sepertiga)
lebih berat dari pada penjatuhan pidana yang diberikan kepada narapidana (pelaku yang
melakukan perbuatan pidana untuk pertama kali). Penjatuhan pidana oleh hakim antara
pelaku perbuatan pidana yang satu dengan pelaku perbuatan pidana yang lain pasti berbeda
meskipun perbuatan pidananya sama, hal ini dikarenakan adanya pertimbangan-pertimbangan
hakim sebelum menjatuhkan pidana kepada pelaku perbuatan pidana sebagaimana yang telah
dikemukakan di atas, begitu juga penjatuhan pidana yang dijatuhkan kepada pelaku pertama
melakukan perbuatan pidana dengan residivis juga berbeda.

Jadi hakim menjatuhkan pidana yang lebih berat kepada residivis sesuai dengan
keadilan dan selama batas maksimal tidak melebihi ancaman pidanannya, dan sesuai dengan
peraturan tentang penjatuhan pidana bagi residivis maka pemidanaannya harus ditambah 1/3
(sepertiga) dari ancaman pidana maksimal, Seperti yang tertera dalam

Kesimpulan

1. Residivis ialah suatu tendensi berulang kali hukum karena telah berulang kali
melakukan kejahatan, dan mengenai resividis adalah berbicara tentang hukum
yang berulang kali sebagai akibat perbuatan yang sama atau serupa.
2. Residivis memiliki 2 macam yaitu residivis umum (general residive) dan residivis
khusus (special residive).
3. Faktor residivis ialah pendidikan yang kurang, kemiskinan, tidak mengubah gaya
hidup atau lingkungan sosial, depresi atau kehancuran dan tidak rehabilitas yang
tepat.
4. penjatuhan hukuman atas pelaku residivis sangatlah berat dari sebelumnya agar
mendapatkan efek jera terhadap pelaku residivis. dan pada dasarnya residivis
dapat terjadi disebabkan individunya.

Anda mungkin juga menyukai