04050520070@student.uinsby.ac.id
Pendahuluan
Suatu tindak kejahatan dilakukan oleh pelaku kejahatan. Yaitu seseorang atau
sekelompok orang yang melakukan tindakan melanggar hukum pidana atau peraturan yang
berlaku di teritori yang mana pelanggaran dilakukan, kemudian diadili dan dijatuhkan
hukuman dalam suatu proses peradilan.
Kemudian, sanksi pidana merupakan suatu dasar unntuk merehabilitasi perilaku dari
perbuatan pidana tersebut, namun sanksi pidana tersebut masih belum memberikan efk jera
terhadap pelaku perbuatan pidana, sebab orang justru menjadi lebih jahat setelah menjalani
pidana penjara.
Inilah yang menjadi salah satu faktor dominan munculnya seseorang setelah
menjalani pidana penjara melakukan kejahatan lagi yang sejenis atau oleh undang-undang
dianggap sejenis yang tidak lewat waktu 5 tahun.
Pengertian
Residivis (Residivice) berasal dari bahasa prancis yang diambil dari dua kata latin.
Yaitu re dan co, re berarti lagi dan cado berarti jatuh. Maka residivis berarti suatu tendensi
berulang kali melakukan kejahatan atau melakukan pelanggaran hukum, dan mengenai
residivis ialah berbicara tentang hukum yang berulang kali sebagai akibat perbuatan yang
sama atau yang serupa.
Residivis adalah orang yang melakukan kejahatan berulang kali. Artinya orang
tersebut setelah menerima hukuman atas kejahatan yang dilakukan dan kembali ke perilaku
kriminal.dan menurut KBBI, Residivis ialah orang yang pernah dihukum lalu mengulangi
tindak kejahatan yang serupa atau bisa disebut penjahat kambuhan.
Menurut KUHP, Residivis atau pengulangan kejahatan masuk dalam kategori yang
dapat memberatkan pidana dan dapat penambahan hukuman. Berdasarkan pasal 486, 487,
dan 488. Lalu menurut I Made Widnyana, Residivis itu terjadi apabila seseorang telah
melakukan perbuatan pidana dan terhadap perbuatan pidana tersebut telah dijatuhi dengan
putusan hakim. Pidana tersebut telah dijalani akan tetapi setelah ia menjalani pidana dan
dikembalikan kepada masyarakat, dalam jangka waktu tertentu setelah pembebasan tersebut,
ia kembali melakukan perbuatan pidana.
Beberapa syarat yang harus dipenuhi agar suatu pebuatan dianggap sebagai
pengulangan tindak pidana atau residivis, yaitu :
Jenis-jenis Residivis
Didalam kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) ada dua macam Residivis,
yaitu :
Residivis Umum diatur dalam pasal-pasal yang terdapat di dalam KUHP yang pada
umumnya adalah mengenai kejahatan. Pasal 486 yaitu, Pidana penjara yang dirumuskan
dalam pasal 127, 204 ayat pertama, 244-248, 253-260 bis, 263, 264, 266-268, 274, 362, 363,
365 ayat pertama, kedua dan ketiga, 368 ayat pertama dan kedua sepanjang disitu ditunjuk
kepada ayat kedua dan ketiga pasal 365, pasal 369, 372, 374, 375, 378,380, 381-383, 385-
388, 397, 399, 400, 402, 415, 417, 425, 432,ayat penghabisan, 452, 466, 480, dan 481,
begitu pun pidana penjara selama waktu tertentu yang diancam menurut pasal 204 ayat
kedua, 365 ayat keempat dan 368 ayat kedua, sepanjang di situ ditunjuk kepada ayat keempat
pasal 365, dapat ditambah dengan sepertiga, jika yang bersalah ketika melakukan kejahatan
belum lewat lima tahun sejak menjalani untuk seluruhnya atau sebagian dari pidana penjara
yang dijatuhkan kepadanya, baik karena salah satu kejahatan yang dirumuskan dalam pasal-
pasal itu, maupun karena salah satu kejahatan, yang dimaksud dalam salah satu dari pasal 140
-143, 145 – 149, Kitab Undang- undang Hukum Pidana Tentara, atau sejak pidana tersebut
baginya sama sekali telah dihapuskan atau jika pada waktu melakukan kejahatan,
kewenangan menjalankan pidana tersebut belum daluwarsa.
Pasal 487 yaitu, Pidana penjara yang ditentukan dalam pasal 131, 140 ayat pertama,
141, 170, 213, 214, 338, 341, 342, 344, 347, 348, 351, 353–355,438–443, 459, dan 460,
begitu pun pidana penjara selama waktu tertentuyang diancam menurut pasal 104, 130 ayat
kedua dan ketiga, pasal 140, ayat kedua dan ketiga, 339, 340 dan 444, dapat ditambah
sepertiga, jika yang bersalah ketika melakukan kejahatan belum lewat lima tahun sejak
menjalani untuk seluruhnya atau sebagian pidana penjara yang dijatuhkan kepadanya, baik
karena salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal-pasal itu maupun karena salah satu
kejahatan yang dimaksudkan dalam pasal 106 ayat kedua dan ketiga, 107 ayat kedua dan
ketiga, 108 ayat kedua, sejauh kejahatan yang dilakukan itu atau perbuatan yang
menyertainya menyebabkan luka-luka atau kematian, pasal 131 ayat kedua dan ketiga, 137,
dan 138 KUHP Tentara, atau sejak pidana tersebut baginya sama sekali telah dihapuskan,
atau jika pada waktu melakukan kejahatan, kewenangan menjalankan pidana tersebut belum
daluwarsa.
Pasal 488 yaitu, Pidana yang ditentukan dalam pasal 134 - 138, 142 - 144,207, 208,
310 - 321, 483, dan 484, dapat ditambah sepertiga, jika yang bersalah ketika melakukan
kejahatan belum lewat lima tahun sejak menjalani untuk seluruhnya atau sebagian pidana
penjara yang dijatuhkan kepadanya karena salah satu kejahatan yang diterangkan pada pasal
itu, atau sejak pidana tersebut baginya sama sekali telah dihapuskan atau jika pada waktu
melakukan kejahatan, kewenangan menjalankan pidana tersebut belum daluwarsa.
Dari penjelasan pasal-pasal di atas dapat disimpulkan bahwa pelaku kejahatan tindak
pidana ulang (Residivis) dapat ditambah sepertiga hukuman, jika yang bersalah ketika
melakukan kejahatan belum lewat lima tahun sejak menjalani untuk seluruhnya atau sebagian
pidana penjara yang dijatuhkan kepadanya. Sedangkan Residivis Umum diatur dalam Pasal-
pasal yang terdapat dalam KUHP yang pada umumnya adalah mengenai pelanggaran-
pelanggaran sebagai berikut:
jika kita melakukan pelanggaran yang belum lewat satu tahun sejak adanya
pemidanaan tetap karena pelanggaran yang sama, pidana denda dapat diganti dengan pidana
kurungan paling lama tiga hari.
Jika kita melakukan pelanggaran yang belum lewat satu tahun sesudah adanya
pemindanaan yang menjadi tetap karena pelanggaran yang sama. Pidana denda dapat diganti
dengan pidana kurungan paling lama empat hari.
Penyebab Residivis
Penyebab Residivis adalah kombinasi dari faktor personal, sosiologis, ekonomi, dan
gaya hidup. Berikut adalah penyebab Residivis yang kerap terjadi
Prinsip dan filosofi dari residivis adalah pemberatan pidana bagi pelaku pengulangan
perbuatan pidana, karena pemidanaan sebelumnya tidak berhasil mencegah/memperbaiki
pelaku sehingga melakukan perbuatan pidana lagi. Berdasarkan uraian pengertian Residivis.
Tujuan pemidanaan berupa vonis yang diberikan terhadap seseorang yang melakukan
perbuatan pidana belum mampu menyentuh dan memberikan efek jera, sehingga seseorang
mengulangi suatu perbuatan pidana yang disebut sebagai Residivis.
Hukum pidana dikenal suatu azas yang menyatakan “tiada pidana tanpa kesalahan”
(geen straf zonder schlud ; keine straf ohne schuld; no punishment without guilt; asas mens
rea atau azas culpabilitas). Berdasarkan asas tersebut dapat diperoleh satu hal yang penting
bahwa tidak dihukum seseorang jika tidak melakukan kesalahan atau jika seseorang berbuat
pidana maka ia patut dipidana.
Demikian halnya dengan pemberatan pidana sebagai bentuk pemidanaan yang bersifat
menambah kuantitas masa atau waktu pemidanaan dengan maksud memperberat dari
pemidanaan yang diberikan semula. Pengaturan tentang Residivis di dalam Undang-undang
didasarkan pada filsafat keadilan.
Teori pemidanaan yang dianut dalam pengaturan mengenai residivis dalam berbagai
peraturan perundang-undangan adalah teori gabungan yang mengajarkan bahwa tujuan
penjatuhan pidana atau pemidanaan adalah untuk mempertahankan tata tetib hukum dalam
masyarakat dan memperbaiki si penjahat.
Penjatuhan pidana yang ringan, bukanlah merupakan salah satu faktor yang
menjadikan mereka (pelaku perbuatan pidana) kembali melakukan sebuah perbuatan pidana
lagi karena dalam hal ini, hakim sudah menjatuhkan pidana secara adil kepada pelaku
perbuatan pidana.
Pada proses peradilan terpidana akan dijatuhi putusan oleh majelis hakim dan saat
putusan dijatuhkan ada beberapa hal yang meringankan penjatuhan pidana, salah satunya
adalah ketika terpidana mengakui kesalahan dan menyesali yang telah diperbuat.
Akan tetapi berbeda dalam hal perbuatan pidana yang dilakukan oleh Residivis,
biasanya penjatuhan pidana yang diberikan oleh hakim dalam memutuskan suatu perkara
yang dilakukan oleh Residivis, pemidanaanya lebih berat karena pelaku pernah dijatuhi
sanksi oleh hakim yang menangani perkara yang dia lakukan sebelumnya dan ternyata sanksi
tersebut tidak membuatnya jera, melainkan membuat dia melakukan sebuah perbuatan pidana
lagi.
Penjatuhan pidana yang diberikan oleh hakim kepada residivis yaitu 1/3 (sepertiga)
lebih berat dari pada penjatuhan pidana yang diberikan kepada narapidana (pelaku yang
melakukan perbuatan pidana untuk pertama kali). Penjatuhan pidana oleh hakim antara
pelaku perbuatan pidana yang satu dengan pelaku perbuatan pidana yang lain pasti berbeda
meskipun perbuatan pidananya sama, hal ini dikarenakan adanya pertimbangan-pertimbangan
hakim sebelum menjatuhkan pidana kepada pelaku perbuatan pidana sebagaimana yang telah
dikemukakan di atas, begitu juga penjatuhan pidana yang dijatuhkan kepada pelaku pertama
melakukan perbuatan pidana dengan residivis juga berbeda.
Jadi hakim menjatuhkan pidana yang lebih berat kepada residivis sesuai dengan
keadilan dan selama batas maksimal tidak melebihi ancaman pidanannya, dan sesuai dengan
peraturan tentang penjatuhan pidana bagi residivis maka pemidanaannya harus ditambah 1/3
(sepertiga) dari ancaman pidana maksimal, Seperti yang tertera dalam
Kesimpulan
1. Residivis ialah suatu tendensi berulang kali hukum karena telah berulang kali
melakukan kejahatan, dan mengenai resividis adalah berbicara tentang hukum
yang berulang kali sebagai akibat perbuatan yang sama atau serupa.
2. Residivis memiliki 2 macam yaitu residivis umum (general residive) dan residivis
khusus (special residive).
3. Faktor residivis ialah pendidikan yang kurang, kemiskinan, tidak mengubah gaya
hidup atau lingkungan sosial, depresi atau kehancuran dan tidak rehabilitas yang
tepat.
4. penjatuhan hukuman atas pelaku residivis sangatlah berat dari sebelumnya agar
mendapatkan efek jera terhadap pelaku residivis. dan pada dasarnya residivis
dapat terjadi disebabkan individunya.